BAB III BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei
2012 di Laboratorium Bidang Bahan Industri Nuklir, Pusat Teknologi Bahan
Industri Nuklir
PTBIN BATAN,
kawasan PUSPIPTEK, Serpong. Bahan
Bahan penelitian
adalah pipa
digunakan sebagai bagian dari Primary Separator
yang beroperasi
pada temperatur 166 atau 167
o
F 75
o
C dan tekanan 33 atau 34 psi 1 pound per
square inch = 6.894,75 Pascal. Pipa terbuat dari bahan logam, digunakan
untuk mengalirkan
minyak mentah.
Permukaan luarnya dicat berwarna hijau. Jenis cairan fluida yang mengalir adalah
sour crude oil atau minyak mentah. Untuk menghilangkan scaledeposit digunakan
drilling fluids dan acidizing fluids yang mengandung HCl. Setelah sekian lama
dipakai, pipa mengalami serangan korosi pada bagian dalam pipa, kemudian
dilakukan proses drain dan refresh setiap minggu.
Pipa yang
akan diamati
sudah terpotong secara longitudinal menjadi dua seperti tampak pada
Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Pipa Primary Separator yang mengalami korosi, camdig 0,5x Alat
Jangka Sorong Mikrometer Skrup
Hand Saw Mesin Potong, Buehler Samplmet 2
Abrasive Cutter Cairan Resin dan Pengeras
Kertas Amplas grit 100, 400, 800, 1500, 2000
Pasta Alumina
1 dan
6 mikrometer
Mesin Poles, MoPao 2D Grinder Polisher
Kamera Digital, BenQ DC E1230 12 Megapixel
Mikroskop Setereo, Karl Kolb Hund Wetzlar
Mikroskop Optik, Nikon SEM-EDS, Jeol JSM-6510LA
OES, ARC-Spark Optical Emission Spectrometer
XRD, Shimadzu XD-610 Gambar alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Halaman 42
Metode Penelitian
1. Pengumpulan data dan studi literatur
Langkah awal dari penelitian ini adalah studi literatur tentang baja,
analisis kegagalan, dan korosi secara umum maupun korosi pada
lingkungan
minyak yang
bersumber dari buku-buku dan internet.
2. Persiapan alat dan bahan Preparasi sampel pipa dengan
proses Metalografi : - Cutting, pemotongan pipa
menjadi sampel yang lebih kecil menggunakan hand saw
dan mesin potong, agar lebih mudah
dikarakterisasi. Pemotongan
pipa secara
transversal atau melintang dan longitudinal.
-Mounting, sampel dibingkai menggunakan
resin dan
pengerasnya agar
tercetak bingkai
sampel. Hal
ini dilakukan agar sampel lebih
mudah dipegang
ketika melakukan proses Grinding
dan Polishing. -Grinding
dan Polishing,
permukaan yang akan diamati, diamplas dengan kertas amplas
dari bahan SiC dari tingkat grit 100, 400, 800, 1500, 2000.
Setiap kenaikan tingkat grit, arahnya diputar 90 derajat dan
diamati apakah goresan yang terbentuk
telah seragam.
Kemudian dipoles
dengan pasta
alumina 1
dan 6
mikrometer. -Etching, lapisan permukaan
sampel direndam dalam larutan etching
agar menghasilkan
derajat kontras yang tepat antara
berbagai konstituen
dalam logam sehingga struktur mikro logam dapat diketahui.
Batas butir menjadi lebih mudah
diamati. Larutan
etching yang dipakai adalah nital 2.
3. Karakterisasi 3.1 Pengamatan
visual dilakukan
terhadap sampel. Pada tahap ini dilakukan
pengamatan langsung
pada sampel
menggunakan mata.
Selain itu,
dilakukan juga
pengukuran diameter
menggunakan jangka sorong dan ketebalan
pipa menggunakan
mikormeter sekrup
serta dokumentasi
gambar dengan
kamera digital. Pengamatan langsung dengan
mata dilakukan untuk melihat dan menganalisis
adanya deposit
korosi, lubang, goresan, dan penipisan pada pipa. Perbedaan
warna pada
sampel juga
menunjukkan proses korosi yang terjadi
pada pipa.
Dengan pengamatan ini, pemilihan sampel
dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan lokasi-lokasi
yang tepat dari sampel pipa untuk selanjutnya dikarakterisasi.
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit. Ketelitiannya dapat
mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian diam dan bagian bergerak. Bagian diam menunjukkan skala
utamanya,
dan bagian
yang bergerak
menunjukkan skala
noniusnya.
31
Mikrometer sekrup adalah alat
yang digunakan
untuk mengukur ketebalan suatu benda.
Ketelitiannya dapat
mencapa seperseratus milimeter. Terdiri
dari dua bagian utama yaitu poros tetap yang memiliki skala utama
dan poros putar yang memiliki skala nonius.
32
Kamera digital digunakan untuk memotret suatu objek
benda dan menampilkan hasilnya dalam bentuk file gambar dalam
format .jpeg. Kamera digital memiliki beberapa komponen,
seperti Aperture, Shutter, Lensa, dan Sensor. Aperture sebagai
celah masuknya cahaya, Shutter mengatur jumlah cahaya yang
masuk,
Lensa untuk
mem- fokuskan gambar, dan Sensor
untuk merekam gambar. Sensor pada
kamera berupa
charge coupled device CCD yang
mengubah cahaya
photon menjadi muatan listrik. Resolusi
gambar dari
kamera digital
ditentukan dari jumlah pixel. Semakin besar nilai pixel berarti
semakin semakin banyak jumlah photositenya sehingga gambar
yang dihasilkan semakin tajam.
33
3.2 Pengamatan makroskopik dilaku- kan dengan menggunakan mikros-
kop stereo. Mikroskop stereo merupakan
jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang
berukuran relatif besar. Mikros- kop stereo mempunyai perbesaran
7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini
dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen
utama mikroskop
stereo hampir
sama dengan
mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa
obyektif. Perbedaan
antara mikroskop stereo dengan mikros-
kop cahaya adalah: 1 ruang ketajaman lensa mikroskop stereo
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
mikroskop cahaya
sehingga kita
dapat melihat
bentuk tiga dimensi benda yang diamati.
2 sumber
cahaya berasal dari atas sehingga obyek
yang tebal
dapat diamati.
Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif
menggunakan sistem
zoom dengan perbesaran antara 0,7
hingga 3
kali, sehingga
perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah
mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif
terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur
fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan
pengatur
perbesaran terletak
diatas pengatur fokus.
34
3.3 Pengamatan mikroskopik
menggunakan Mikroskop Optik. Pengamatan dimulai dengan
perbesaran yang kecil sekitar 100x dan dilanjutkan dengan
meningkatkan perbesaran untuk mengamati
karakteristik yang
lebih jelas.
Kebanyakan mikrostruktur
dapat diamati
dengan mikroskop optik dan diidentifikasikan
berdasarkan karakteristik-karakteristiknya.
Mikroskop Optik
memiliki beberapa komponen yang penting,
diantaranya adalah
sistem penerangan illumination system
yang terdiri atas lampu, lensa, filter, dan diafragma. Cahaya dari
lampu dapat diatur intensitasnya untuk membentuk gambar yang
cerah.
Sumber cahaya
pada mikroskop optik berupa lampu
filamen-tungsten voltase rendah maupun lampu filamen tungsten-
halogen. Intensitas cahaya diatur berdasarkan suplay tegangan.
Mikroskop memiliki
dua buah lensa, yaitu lensa objektif
dan lensa okuler. Lensa objektif membentuk
bayangan primer
mikrostruktur dan
merupakan komponen paling penting dalam
mikroskop optik. Lensa objektif mengumpulkan cahaya sebanyak
mungkin
dari spesimen
dan menggabungnya dengan cahaya
untuk menghasilkan
gambar. Lensa okuler eyepiece berfungsi
membesarkan bayangan primer yang
dihasilkan oleh
lensa objektif.
35
Dari lensa okuler ini, gambar
langsung diteruskan
menuju kamera. Mikroskop Optik memanfaat-
kan cahaya dari sumber cahaya yang
melalui kondenser.
Kemudian cahaya dipantulkan oleh
cermin menuju
objek. Cahaya yang dipantulkan oleh
objek sampel logam diteruskan menuju
lensa objektif
dan kemudian lensa okuler sehingga
tampak oleh kamera. Gambar 3.2 berikut menjelaskan penjalaran
cahaya pada mikroskop optik.
Gambar 3.2 Prinsip kerja mikroskop optik
35
3.4 Pengamatan dengan
Scanning Electron Microscope SEM.
Bayangan yang dihasilkan SEM
memiliki karakteristik
perbesaran yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Mikroskop
Optik. Dalam
mendapatkan gambar
SEM, berkas
elektron terfokus mengenai pada permukaan sampel padat. Pada
instrumen analog, berkas elektron dipindai melalui seluruh sampel
oleh
kumparan scan. Pola
pemindaian yang
dihasilkan adalah serupa
dengan yang
digunakan dalam tabung sinar katoda CRT
dari sebuah
pesawat televisi di mana berkas elektron akan menyapu seluruh
permukaan linear dalam arah x, kembali
ke posisi awal , dan
kemudian bergeser ke bawah dalam arah y dengan kenaikan
standar. Proses ini diulangi hingga luasan tertentu dari permukaan
sampel telah dipindai seluruhnya. Sinyal
yang diterima
dari permukaan akan disimpan dalam
komputer, yang akan diubah menjadi sebuah gambar image.
Beberapa
jenis sinyal
yang terbentuk dari permukaan sampel
adalah backscatered, secondary, dan Auger electron, sinar-X dari
fluoresens foton, dan foton yang lain dengan berbagai energi. Pada
instrumen SEM, backscatterd dan secondary electron digunakan
untuk membentuk image.
36
Sumber elektron
berupa filamen
tungsten. Elektron
diakselerasi agar memiliki energi yang berkisar antara 1 hingga 30
keV. Sistem kondenser magnetik dan
lensa objektif
akan memperkecil ukuran titik spot
size hingga diameter antara 2 hingga 10 nm ketika sampai di
sampel. Sistem kondenser yang terdiri atas lebih dari satu lensa
akan
menghantarkan berkas
elektron menuju lensa objektif, selanjutnya lensa objektif yang
akan menentukan ukuran berkas yang
mengenai permukaan
sampel. Pemindaian pada SEM dilakukan
oleh dua
pasang kumparan elektromagnetik yang
terletak pada lensa objektif. Satu pasang menghantarkan berkas
dalam arah sumbu-x, dan satu pasang yang lain dalam arah
sumbu-y.
Terdapat dua
interaksi padatan dengan berkas elektron
yaitu interaksi elsastik yang mengubah lintasan elektron tanpa
terjadi perubahan energi secara signifikan dan interaksi inelastik,
yang
menjadikan elektron
mentransfer energinya sebagian atau seluruhnya ke padatan.
Padatan yang tereksitasi akan mengemisikan secondary elec-
tron, Auger electron, dan sinar-X.
Ketika elektron menumbuk secara elastik dengan atom, terjadi
perubahan arah elektron, tetapi kecepatannya
tetap sehingga
energi kinetiknya relatif konstan. Sudut pemantulan dari tumbukan
tersebut berkisar antara 0
o
hingga 180
o
. Elektron yang terpental ini disebut
dengan backscattered
electron. Berkas backscattered electron ini memiliki diamater
yang lebih
besar. Ketika
permukaan padat ditumbuk berkas elektron dengan energi beberapa
keV, backscattered electron yang diemisikan
oleh permukaan
memiliki energi sebesar kurang dari 50 eV.
Secara umum,
jumlah secondary electron lebih sedikit
dari backscattered
electron. Secondary electron terbentuk dari
hasil interaksi antara berkas elektron
berenergi dengan
elektron yang terikat di padatan, yang selanjutnya akan terjadi
pelepasan pita konduksi elektron dengan beberapa eV energi.
Secondary electron ini dapat dicegah agar tidak mencapai
detektor dengan memberi bias negatif pada papan transduser.
36
Gambar 3.3 berikut menunjukkan skema SEM.
Gambar 3.3 Skema Scanning Electron Microscope
36 Electron gun
Electron beam
Magnetic condenser lens
Magnetic objective lens
High voltage power supply
Scan coil controls
Specimen
3.5 Karakterisasi komposisi kimia makro pada pipa dengan Optical
Emission Spectrometry OES. Untuk sampel yang akan diuji
menggunakan OES, sampel pipa hanya perlu dibersihkan hingga
tampak bagian dasarnya. Hasil karakterisasi berupa persentase
masing-masing
unsur dalam
sampel. Radiasi dari atom dan ion yang tereksitasi dapat diemisikan
oleh sampel
ketika dikenai
electrical discharge,
glow discharge, atau plasma. Karena
sumber eksitasi ini memiliki energi
yang lebih
tinggi dibandingkan
dengan sumber
nyala api flame, unsur-unsur dari logam atau semi-logam
metalloid dapat dideteksi dalam konsentrasi yang rendah, ter-
masuk unsur-unsur refactory se- perti boron, tungsten, tentalum,
dan niobium, dan beberapa unsur nonlogam dapat dideteksi seperti
C, N, H, Cl, Br, dan I. Analisis padatan menggunakan sumber
electrical dan glow discharge.
37
Karena temperatur
dari electrical discharge dan plasma
jauh lebih tinggi dbiandingkan temperatur nyala api flame,
spektra emisi dari eksitasi non- flame menjadi sangat rumit.
Spektra yang pertama adalah atomic emission spectra dari atom
netral. Pada kondisi ini, sering terbentuk ion. Elektron kedua dari
ion akan tereksitasi dan naik ke satu tingkat energi yang lebih
tinggi. Dari tingkat ini, ion akan melepas dan mengemisikan foton.
Level energi dari ion tidak sama dengan level energi atom, mereka
membentuk garis emisi yang berbeda.
Prinsip kerja dari emission spectrometer
dengan sumber
electrical discharge
sebagai berikut. Sumber listrik akan
membuat electrical discharge di ruang antara dua elektrode, yaitu
sample electrode dan counter electrode.
Sample electrode
berupa logam, counter electrode berupa elektrode yang inert,
seperti tungsten atau grafit. Bahan dari sample electrode dikenai
discharge sehingga akan terjadi penguapan dan eksitasi. Atom
yang
tereksitasi akan
mengemisikan radiasi,
yang dideteksi dan dihitung oleh sistem
detektor. Panjang gelombang dari garis emisi menunjukkan adanya
unsur-unsur dan intensitas emisi pada setiap panjang gelombang
tersebut
menunjukkan jumlah
setiap unsur yang ada. Spectrograf adalah spectro-
meter yang menggunakan film fotografi atau plat fotografi untuk
mendeteksi dan merekam radiasi yang
diemisikan. Spektrograf
dikenalkan pada tahun 1930an dan digunakan sebagai instrumen
dasar untuk
analisis unsur,
terutama dalam industri baja atau logam lain. Selanjutnya emisi
radiasi berupa cahaya tersebut masuk ke polikromator agar
mampu
mendeteksi panjang
gelombang dari
UV hingga
Visible 120-800 nm. Pada gambar, cahaya dari sampel yang
tereksitasi dibawa menuju empat polikromator, setiap polikromator
teroptimasi pada rentang panjang gelombang
tertentu. Gambar
berikut menunjukkan skema kerja dari perangkat OES.
37
3.6 Karakterisasi komposisi kimia mikro pada produk korosi dengan
Energy Dispersive Spectroscopy EDS.
Image backscattered electron dari SEM memperlihatkan kontras
dari permukaan
sampel berdasarkan perbedaan nomor
atom unsur dan distribusinya. Energy Dispersive Spectroscopy
EDS mengidentifikasi unsur- unsur apa dan berapa proporsi
relatif unsur-unsur tersebut pada permukaan sampel. Analisis EDS
memanfaatkan
terbentuknya spektrum sinar-X dari area yang
dipindai oleh SEM. Hasil dari EDS berupa grafik sumbu-x dan
sumbu-y. Sumbu-x menunjukkan jumlah sinar-X yang diterima dan
diproses oleh detektor dan sumbu- y menunjukkan level energy dari
jumlah tersebut.
38
Sinar-X yang dideteksi pada EDS
adalah hasil
interaksi nonelastik dari berkas elektron
dengan atom pada permukaan sampel. Terdapat dua jenis sinar-
X, yaitu sinar-X karakteristik dan Bremsstrahlung. Sinar-X karak-
teristik dihasilkan ketika berkas elektron mengeluarkan elektron
kulit terluar dari atom sampel. Bremsstrahlung dihasilkan ketika
berkas
elektron berinteraksi
dengan inti atom pada sampel. Proses terbentuknya sinar-X
karakteristik dapat
dijelaskan sebagai berikut. Adanya tempat
yang kosong di kulit terdalam, K, terjadi karena berkas elektron
energi tinggi mengenai elektron dari kulit tersebut, sehingga
elektron
atom terpental.
Selanjutnya elektron dari kulit yang lebih tinggi mengisi kulit K
tersebut. Perpindahan elektron tersebut mengemisikan sinar-X
karakteristik. Energi dari sinar-X ini adalah karakteristik khusus
bagi atom
pada permukaan
sampel. Gambar 3.4 menunjukkan skema
terjadinya sinar-X
karakteristik.
Gambar 3.4 Sinar-X karakteristik karena berkas elektron
38
Kemungkinan lain yang bisa terjadi, energi yang diemisikan
dari perpindahan elektron tersebut ditransfer ke elektron yang lain,
sehingga elektron tersebut juga ikut keluar dari lintasan. Elektron
yang keluar ini disebut dengan Auger electron. Energi dari
Auger electron, seperi sinar-X, adalah karakteristik khusus bagi
atom pada permukaan sampel. Auger
electron lebih
sering terbentuk pada unsur dengan
nomor atom rendah, sinar-X karakteristik
lebih sering
terbentuk pada unsur dengan nomor atom tinggi. Fenomena
terbentuknya Auger
electron dapat dilihat pada Gambar 3.5
berikut.
Gambar 3.5 Terbentuknya Auger electron
38
Bremsstrahlung menunjukkan latar belakang background dari
puncak grafik
sinar-X karakteristik
yang terganggu.
Bremsstrahlung terbentuk ketika berkas
elektron berinteraksi
dengan medan listrik coulomb dari inti atom sampel. Ketika
berinteraksi, berkas
elektron kehilangan energi yang disebut
dengan Bremsstrahlung.
Distribusi energi yang lepas ini kontinu dan bukan karakteristik
dari nomor atom unsur. semakin dekat berkas elektron dari inti,
semakin kuat interaksi antara berkas dengan medan listrik inti,
dan semakin besar energi yang hilang dari berkas elektron, maka
semakin besar energi foton sinar- X yang diemisikan. Probabilitas
melesetnya
berkas elektron
dengan inti atom yang besar, akan memperkecil
energi dari
Bremsstrahlung.
38
3.7 Identifikasi senyawa
produk korosi dengan X-Ray Diffraction
XRD. Ketika
radiasi sinar-X
melalui sampel, vektor elektrik dari radiasi berinteraksi dengan
elektron dalam
atom untuk
membentuk hamburan. Pada saat sinar-X terhambur dari kristal,
terjadi interferensi kosntruktif dan destruktif disebabkan oleh jarak
antar
pusat hamburan
sama dengan
orde dari
panjang gelombang radiasi. Hasil dari
fenomena ini adalah difraksi.
39
Menurut hukum
Bragg, ketika berkas sinar-X mengenai
permukaan kristal pada sudut θ, sebagian
dari berkas
akan dihamburkan oleh lapisan atom di
permukaan. Bagian yang tidak dihamburkan
menembus ke
lapisan kedua
dari atom,
kemudian terjadi lagi bagian yang dihamburkan, sebagian yang lain
menembus lapisan ketiga, dan seterusnya.
Kumpulan efek
hamburan dari
kristal ini
merupakan difraksi dari berkas sinar-X, sebagaimana radiasi sinar
tampak terdifraksi oleh kisi. Syarat terjadinya difraksi sinar-X
adalah adanya ruang antar lapisan dari atom yang sesuai dengan
panjang gelombang dari radiasi, dan pusat hamburan terdistribusi
secara spasial dan teratur.
Berkas sinar
yang tipis
mengenai permukaan kristal pada sudut teta, timbul hamburan
sebagai hasil dari interaksi radiasi dengan atom yang terletak di O,
P, dan R. Dari Gambar 3.6 berikut, dapat dilihat berkas sinar-
X yang mengenai atom.
Gambar 3.6 Sinar-X mengenai atom dan terpantul sebagian
39
Jarak AP + PC = n λ, dimana
n adalah bilangan bulat, λ adalah
panjang gelombang, hamburan radiasi terletak pada garis OCD,
dan kirstal akan memantulkan dariasi sinar-X.
AP = PC = d sin θ, dengan d adalah
jarak kisi
kristal. Interferensi
konstruktif dari
berkas terjadi pada sudut θ n
λ = 2d sin θ
39
Berikut akan
dijelaskan prinsip kerja instrumen X-Ray
Diffractometer. Tabung sinar-X membentuk berkas sinar-X yang
merupakan hasil dari tumbukan elektron pada logam tertentu
seperti tungsten, khrom, tembaga, molibdenum, rhodium, scandium,
perak, besi, dan kobalt. Elektron dihasilkan
oleh rangkaian
pemanas filamen.
Rangkaian pemanas tersebut yang mengatur
inentistas sinar-X atau panjang gelombangnya.
Rangkaian tersebut diatur dengan suplai
tenaga yang stabil. Gambar 3.7 adalah
tabung sinar-X
yang dimaksud.
Gambar 3.7 Tabung sinar-X
40
Selanjutnya, sinar-X yang terbentuk
akan di
filter berdasarkan kebutuhan panjang
gelombangnya dan
melalui monokromator.
Sinar-X selanjutnya
akan diarahkan
mengenai sampel yang berputar dengan kelajuan θ
o
per menit. Hasil difraksi dari sinar-X ini
akan mengenai detektor yang berputar dengan kelajuan 2θ
o
per menit. Perangkat yang mengatur
berputarnya sample holder dan detektor
ini disebut
dengan goniometer.
Gambar 3.8
memperlihatkan adanya sudut θ
sebagai sudut datang sinar dan 2θ
sebagai sudut difraksi sinar. Gambar 3.9 menunjukkan skema
instrumen X-Ray Diffractometer.
Gambar 3.8 Sinar-X mengenai sampel pada sudut θ
41
Gambar 3.9 Skema instrumen XRD
41
Dari detektor tersebut akan didapatkan data berupa grafik
yang menunjukkan sudut 2θ dan intensitas
sinar-X yang
terdifraksi. Setiap zat tertentu memiliki pola difraksi yang khas.
Analisis kualitatif dari suatu zat tertentu dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi
pola-pola tertentu dari hasil difraksinya.
Pola difraksi merekam intensitas sinar-X sebagai fungsi dari sudut
2θ.
42
4. Pengolahan dan Analisis Data Setelah
sampel dikarakterisasi,
semua data
digabung dan dianalisis untuk mengetahui mekanisme korosi
dan menentukan
penyebab terjadinya
korosi. Hasil
identifikasi pola XRD akan dianalisis secara manual dengan
metode Hanawalt. Seluruh hasil analisis
akan dibandingkan
dengan beberapa referensi dan dapat
disimpulkan penyebab
korosi pada pipa. Teknik pencarian hanawalt
digunakan untuk
mengidentifikasi fasabahan yang tidak
diketahui dengan
mengidentifikasi bentuk referensi yang mungkin dan kemudian
membuat perbandingan langsung dari bentuk yang diobservasi
degan bentuk referensi dari PDF Powder Diffraction File.
Prosedur identifikasi fasa dari sampel mengikuti langkah
sebagai berikut
43
: 1. Data eksperimen berupa nilai
d disusun dengan urutan intensitas yang semakin kecil,
2. Sudut pantulan
dengan intensitas paling tinggi dicari
dalam Indeks Hanawalt, 3. Jangkauan data dari indeks
hanawalt harus sesuai dengan data eksperimen. Pola-pola
referensi yang
mungkin potensial dikenali dengan
cara membandingkan enam refleksi terkuat yang terakhir
sebagaimana terdaftar dengan pola
eksperimen. Bentuk
referensi yang mungkin cocok memiliki angka PDF.
4. Pola hasil
eksperimen selanjutnya
dibandingkan dengan pola referensi PDF
yang lengkap.
Identifikasi telah selesai jika pasangan
pola referensi PDF tersebut sesuai
dengan data
hasil eksperimen.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN