BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Visual
Pipa dipotong secara transversal menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan
bagian bawah. Gambar 4.1 mem- perlihatkan a permukaan luar pipa
bagian atas, b permukaan luar pipa bagian bawah, c permukaan dalam pipa
bagian atas, dan d permukaan dalam pipa bagian bawah.
a
b
c
d Gambar 4.1 Pipa Primary Separator, camdig 0,5x
Diameter pipa diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan
sebanyak lima kali ulangan. Didapatkan nilai rata-rata diameter pipa sebesar 5,92
cm. Tabel 2. berikut memperlihatkan data hasil pengukuran diameter pipa.
Tabel 4. Data hasil pengukuran diameter pipa Ulangan
1 2
3 4
5 Rata-rata
Diameter cm
5,98 5,88
6,06 5,81
5,89 5,92
Dari hasil
pengamatan visual
terhadap pipa, terlihat pipa terkorosi pada bagian dalam, bahkan ditemukan adanya
lubang. Gambar 4.2 menunjukkan bagian dalam untuk pipa bawah.
Gambar 4.2 Bagian dalam pipa bawah, camdig 1x
Secara umum, bagian dalam pipa berwarna coklat. Jika dilihat lebih dekat,
warna deposit korosi bervariasi antara merah, coklat muda, coklat tua, dan
hitam. Warna
coklat kemerahan
menunjukkan adanya senyawa Fe
2
O
3
, sedangkan warna hitam menunjukkan
adanya senyawa Fe
3
O
4
. Kedua senyawa tersebut adalah produk korosi.
44
Banyak terbentuk sumur pit pada pipa, seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.3 berikut. Gambar 4.3 Bagian dalam pipa, camdig
3x. Selain itu, ketebalan pipa juga
diukur menggunakan mikrometer skrup. Pada pipa tersebut, terdapat beberapa
bagian yang memiliki ketebalan berbeda. Hal
ini menunjukkan
terjadinya penipisan logam akibat korosi. Penipisan
ini berkisar antara 20 hingga 100. Adanya lubang menunjukkan terjadinya
penipisan 100. Tabel 3. berikut menunjukkan nilai ketebalan pipa pada
beberapa bagian tertentu yang sudah ditandai pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Bagian-bagian pipa yang diukur ketebalannya 24
Tabel 5. Data hasil pengukuran ketebalan pipa
Bagian Atas Bagian Bawah
Titik Ketebalan
mm Titik Ketebalan
mm TA
2,34 BA
3,31 TB
3,15 BB
3,66 TC
2,42 BC
1,80 TD
1,91 BD
2,95 TE
2,77 BE
2,11 TF
4,05 BF
1,92 TG
2,03 BG
3,00 TH
3,55 BH
3,40 Pipa dipotong secara transversal dan
longitudinal. Kemudian
dilakukan mounting dan grinding. Pada Gambar 4.5
a sampel diambil dari pipa bagian atas. Pipa
dipotong melintangtransversal
setebal 5 mm. Kemudian dari cuplikan tersebut, dibagi minjadi tiga bagian dan
disusun berjajar seperti pada gambar. Terlihat dari gambar bahwa ketebalan
pipa bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena serangan korosi pada pipa. Pada
Gambar 4.5 b sampel diambil dari pipa bagian
atas. Pipa
dipotong membujurlongitudinal setebal 5 mm.
Kemudian dari cuplikan tersebut dibagi menjadi tiga bagian dan disusun berjajar
seperti pada gambar. Dari gambar tersebut,
bagian yang
paling atas
menunjukkan ketebalan yang bervariasi, namun dua bagian yang bawah, tidak
terlalu tampak penipisannya. Terjadinya penipisan ini juga disebabkan serangan
korosi. a
b Gambar 4.5 Sampel pipa yang dipotong
a transversal dan b longitudinal
Pengamatan Makroskopik
Pengamatan makroskopik
pada bagian dalam pipa, menggunakan kamera
digital dan mikroskop stereo. Gambar 4.6 di
bawah ini
merupakan hasil
pengamatan dari mikroskop stereo yang diambil
gambarnya menggunakan
kamera digital. Dari gambar tersebut terlihat bahwa korosi mampu membentuk
lubangsumur pada permukaan dalam pipa. Sumur ini merupakan salah satu
bentuk serangan korosi yang terlokalisasi localized corrosion. Penyebab korosi
seperti air atau minyak mentah terjebak pada satu titik di dalam pipa tersebut,
membentuk lubang. Penyebab korosi tidak bisa keluar dan serangan semakin
dalam, akibatnya terbentuk sumur seperti pada gambar.
Gambar 4.6 Lubang akibat korosi pada bagian dalam pipa, m.s. 6x Sumur pitting
Korosi juga
mampu membuat
lapisan deposit korosi terkelupas seperti pada Gambar 4.7. Hal ini merupakan
salah satu bentuk serangan general corrosion.
Penyebab korosi
secara bersamaan menyerang pada permukaan
pipa, menghasilkan
deposit yang
mempertipis lapisan permukaan logam. Adanya aliran fluida dalam pipa juga
mempengaruhi permukaan logam untuk melepas lapisan deposit korosi. Pada
Gambar 4.7 tersebut, terlihat lapisan deposit korosi tersebut hampir lepas.
Gambar 4.7 Deposit korosi terkelupas pada bagian dalam pipa, m.s. 6x. Pada Gambar 4.8, terlihat jelas
adanya penipisan
ketebalan pipa.
Penipisan ini juga disebabkan oleh serangan korosi lokal yang depositnya
sudah terkikis habis sehingga hampir tampak logam dasar base metal dari
pipa. Terkikisnya lapisan deposit juga dapat dipengaruhi oleh aliran fluida di
dalam pipa.
Gambar 4.8 Ketebalan pipa yang menipis, m.s. 6x. Lapisan
terkelupas 26
Gambar 4.9 menunjukkan goresan- goresan sejajar pada bagian dalam pipa.
Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena adanya gesekan antara pipa
dengan fluida
yang mengalir
di dalamnya. Fluida tersebut membawa
pengotor minyak seperti pasir yang mampu menggores logam pipa. Adanya
goresan tersebut bisa menjadi salah satu ciri
serangan erosion
corrosion Kemungkinan lain, goresan tersebut
adalah salah satu tanda bahwa pipa mengalami korosi H
2
S. Salah satu ciri adanya serangan korosi H
2
S adalah dasar logam yang tergores.
Gambar 4.9. Goresan pada bagian dalam pipa, m.s. 6x.
Pengamatan Mikroskopik
Pengamatan struktur mikro dari sampel pipa menggunakan mikroskop
optik dan
Scanning Electron
Microscope SEM. Sampel pertama yang akan diamati adalah permukaan luar.
Gambar 4.10
berikut menunjukkan
permukaan luar pipa yang dipotong secara longitudinal, a dengan etsa dan
b tanpa etsa. Dari kedua gambar tersebut, terlihat perbedaan sampel yang
melalui dan tanpa melalui proses etching etsa. Pada Gambar 4.10 a fasa pearlite
yang berwarna agak gelap pada logam dasar lebih terlihat jelas daripada logam
dasar di Gambar 4.10 b yang tampak polos. Kedua gambar tersebut juga
menunjukkan terlihatnya lapisan cat dari pipa.
a b
Gambar 4.10 Permukaan luar pipa dipotong longitudinal, m.o. 300x 27
Pengamatan berikutnya dilakukan dengan
memotong pipa
secara transversal,
hasilnya tampak
pada Gambar
4.11. Gambar
tersebut menunjukkan
permukaan luar
pipa setelah dietsa. Terlihat adanya logam
dasar, lapisan galvanis, dan lapisan cat. Lapisan galvanis adalah lapisan yang
ditambahkan pada
baja untuk
memberikan ketahanan korosi, lapisan ini terbuat dari seng Zn. Setelah dilapisi
dengan seng, permukaan luar pipa kemudian dicat.
Gambar 4.11 Permukaan luar pipa dipotong transversal, m.o. 400x Sampel berikutnya yang diamati
adalah bagaian tengah dari pipa. Pipa dipotong secara transversal. Gambar 4.12
menunjukkan bagian tengah pipa, a melalui proses etching dan b tanpa
melalui proses etching. Pada Gambar 4.12 a terlihat butir-butir ferrite yang
tampak lebih cerah dan butir-butir pearlite yang tampak gelap. Pada
Gambar 4.12 b tidak terlihat adanya butir-butir. Hal ini terjadi karena sampel
tersebut tidak melalui proses etching. Namun, terlihatnya bintik-bintik hitam
ini adalah kotoran yang masuk ketika proses polishing yang kurang sempurna.
a b
Gambar 4.12 Bagian tengah pipa dipotong transversal, m.o. 300x 28
Sampel berikutnya yang diamati adalah permukaan dalam dari pipa. Pipa
dipotong secara transversal. Gambar 4.13 menunjukkan
penampang melintang
permukaan dalam pipa. Bagian yang lebih cerah merupakan logam dasar base
metal dengan butir-butir ferrite dan pearlite, sedangkan bagian yang lebih
gelap merupakan produk korosi. Produk korosi juga terlihat pada Gambar 4.14.
Dari hasil pengamatan ini, terlihat bahwa salah satu jenis korosi yang menyerang
permukaan dalam pipa adalah general corrosion. Ketebalan pipa menipis dan
tertutupi oleh lapisan produk korosi secara seragam.
Gambar 4.13 Penampang melintang bagian dalam pipa, m.o. 400x
Gambar 4.14 Penampang melintang bagian dalam pipa, m.o. 200x 29
Selain general corrosion, jenis korosi yang tampak pada pipa adalah
pitting corrosion. Jenis korosi ini ditemukan pada pengamatan sampel pipa
yang dipotong
secara transversal
Gambar 4.15 dan longitudinal Gambar 4.17. Pada Gambar 4.15 terlihat adanya
serangan korosi yang berbentuk bulat. Hal ini menunjukkan bahwa pada
cuplikan sampel tersebut terdapat sumur pitting. Jenis korosi ini juga tampak
pada Gambar 4.16. Pada Gambar 4.17 terlihat adanya sumur yang cukup besar
dan terisi oleh produk korosi.
Gambar 4.15 Penampang melintang bagian dalam pipa, m.o. 400x
Gambar 4.16 Penampang melintang bagian dalam pipa tanpa etching, m.o. 200x
Gambar 4.17 Bagian dalam pipa dipotong longitudinal, m.o. 400x 30
Jika sampel
dikaratkerisasi menggunakan SEM, maka akan tampak
seperti pada gambar-gambar di bawah ini. Gambar 4.18 menunjukkan struktur
mikro logam dasar pipa base metal, terlihat bahwa logam tersebut didominasi
oleh fasa ferrite dan sedikit pearlite. Fasa ferrite dicirikan dengan bagian yang
lebih terang, sedangkan pearlite dicirikan dengan bagian yang lebih gelap. Batas
antar butir tampak terlihat berwarna putih.
45
Gambar 4.18 Struktur mikro pipa baja, SEM 1000x Gambar
4.19 di
bawah ini
merupakan pencitraan
penampang melintang bagian dalam pipa. Dari
gambar tersebut, tampak bagian yang lebih cerah merupakan logam dasar pipa
base metal dan bagian yang lebih gelap adalah deposit korosi. Deposti korosi
bersifat rapuh sehingga terlihat adanya retakan pada deposit tersebut. Dari
gambar ini, jenis serangan yang terlihat adalah general corrosion.
Gambar 4.19 Penampang melintang pipa bagian dalam, SEM 1000x
Logam Dasar Produk Korosi
Gambar 4.20
di bawah
ini menunjukkan adanya produk korosi yang
membentuk lubang-lubang atau sumur pitting pada pipa. Bagian pojok kiri atas
adalah sebagian logam dasar base metal yang masih belum terkena serangan
korosi. Di bagian gambar sebelah kanan, tampak susunan deposit korosi yang
acak. Terdapat pula beberapa lubang berwarna hitam yang terbentuk akibat
serangan korosi lokal. Sumur-sumur tersebut
dimungkinkan saling
berhubungan satu sama lain atau disebut dengan istilah wormhole. Adanya
sumur yang saling berhubungan ini merupakan salah satu tanda korosi CO
2
yang menyerang pipa.
Gambar 4.20 Permukaan dalam pipa yang terkorosi, SEM 500x
Karakterisasi komposisi kimia pipa
Komposisi unsur-unsur kimia pipa hasil pengujian dengan Optical Emission
Spectrometer ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Komposisi kimia penyusun logam dasar pipa
Unsur Berat
Unsur Berat
Fe 98,1866
Ni 0,00901
Mn 1,18598
Zn 0,00595
Si 0,29992
Pb 0,00562
C 0,16138
V 0,00373
Nb 0,04133
Zr 0,00342
Al 0,03458
W 0,00199
Cr 0,02384
Sn 0,00155
Cu 0,01347
P 0,0116
Ti 0,01152
S 0,0001
Dari data di atas, dapat dianalisis bahwa kandungan karbon dan mangan
dalam baja ini adalah kurang dari 0,3 dan 1,5. Berdasarkan Tabel 1 pada Bab
II, sampel pipa termasuk ke dalam jenis low carbon steel. Jenis bahan seperti ini
banyak
digunakan untuk
stamping, forging, seamless tubes, dan boiler
plate.
46
Untuk industri perminyakan petroleum oil, jenis baja seamless tubes
adalah jenis pipa yang digunakan untuk mengalirkan minyak.
Komposisi kimia pembentuk pipa pada Tabel 6 di atas memiliki kemiripan
dengan baja jenis SAE 1513 SAE, Society of Automotive Engineers dengan
kandungan unsur-unsurnya dengan Tabel 3 pada Bab II. Akan tetapi, berdasarkan
American Petroleum Institute API, jenis baja seamless yang tepat digunakan
dalam industri minyak adalah jenis baja 5L. Komposisi kimia baja 5L dapat
dilihat pada Tabel 2 Bab II.
Kandungan karbon dalam jenis baja ini
ditambahkan agar
kekuatan mekaniknya
semakin besar
dan elastisitasnya menurun. Terdapat pula
unsur mangan yang ditambahkan untuk meningkatkan kualitas permukaan baja.
Adanya unsur silikon akan memperkuat baja. Terdapat beberapa unsur lain seperti
niobium, aluminium, khrom, tembaga, dan titanium memiliki peranan masing-
masing dalam meningkatkan karakteristik mekanik baja. Unsur-unsur lain dengan
kandungan di bawah 0,01 adalah pengotor pada baja.
Berikut adalah hasil pengujian komposisi unsur-unsur kimia pada pipa
dengan Energy Dispersive Spectrometer EDS. Hasil grafik EDS dapat dilihat
pada Lampiran 3 Halaman 45. Gambar 4.21 dan Gambar 4.22 menunjukkan
beberapa titik
pengukuran pada
permukaan sisi
dalam pipa
yang mengalami korosi, hasilnya ditampilkan
pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Gambar 4.21 Beberapa titik pengukuran komposisi kimia mikro Tabel 7. Komposisi kimia mikro pada beberapa titik di gambar 4.17
Unsur Komposisi berat
Titik 1 Titik 2
Titik 3 Titik 4
Titik 5 Titik 6
Fe 91,39
66,7 84,71
84,73 84,29
53,23 C
7,54 10,22
11,53 12,97
13,26 12,92
O 0,83
22,62 3,4
2,07 2,13
33,46 Si
0,25 0,33
0,36 0,24
0,32 0,19
S -
0,03 -
- -
0,19 Cl
- 0,11
- -
- 0,01
Dari data EDS yang ditampilkan pada Tabel 7, terlihat bahwa unsur-unsur
yang terdapat pada produk korosi diantaranya adalah besi Fe, karbon C,
oksigen O, silikon Si, sulfur S, dan klor Cl. Pada titik 1, terlihat komposisi
unsur oksigen yang sangat rendah, hal ini menunjukkan
bahwa pada
bagian tersebut serangan korosi masih sangat
ringan. Pada titik 2 dan titik 6, gambar menunjukkan sumur yang berwarna
gelap, ternyata
hasil EDSnya
menunjukkan adanya
unsur-unsur oksigen, sulfur dan klor yang terdapat
dalam lubang tersebut. Adanya unsur sulfur ini semakin memperkuat dugaan
bahwa jenis srangan korosi adalah H
2
S corrosion.
Adanya unsur
klor membuktikan bahwa proses drain dan
refresh menggunakan senyawa HCl dalam pengoperasiannya. Proses tersebut
masih meninggalkan unsur klor pada bagian dalam pipa.
Gambar 4.22 Beberapa titik pengukuran komposisi kimia mikro Tabel 8. Komposisi kimia mikro pada beberapa titik di gambar 4.18
Unsur Komposisi berat
Titik 1 Titik 2
Titik 3 Titik 4
Titik 5 Titik 6
Fe 86,29
51,87 74,91
45,25 9,29
84,14 C
11,94 12,94
20,06 17,4
41,88 15,31
O 1,77
34,58 4,57
36,54 8,12
- Si
- 0,43
0,45 0,81
40,71 0,55
S -
- -
- -
- Cl
- 0,17
- -
- -
Dari data EDS yang ditampilkan pada Tabel 8, terlihat bahwa unsur-unsur
yang terdapat pada produk korosi diantaranya adalah besi Fe, karbon C,
oksigen O, silikon Si, dan klor Cl. Berbeda dengan Gambar 4.21 di atas,
Gambar
4.22 adalah
penampang melintang permukaan logam bagian
dalam. Titik 1 dan titik 6 memiliki warna yang cerah, hal ini menunjukkan bahwa
bagian tersebut adalah logam dasar pipa. Pada kedua titik tersebut hampir tidak
terdapat unsur oksigen yang menandakan belum terjadi serangan korosi. Warna
yang lebih gelap seperti pada titik 2 menunjukkan bentuk sumur yang terisi
dengan deposit korosi. Pada titik ini ditemukan sedikit unsur klor yang
merupakan sisa hasil proses drain dan refresh. Pada titik yang lain tampak
adanya unsur oksigen sebagai tanda adanya produk korosi pada titik tersebut.
Identifikasi senyawa pada produk korosi
Identifikasi senyawa
dilakukan dengan instrumen X-Ray Diffractometer.
Pengujian dilakukan pada tiga sampel, yaitu pipa tanpa karat, pipa berkarat, dan
serbuk deposit korosi. Gambar 4.23, 4.24, dan 4.25 berikut adalah grafik hasil
pengujian difraksi sinar-X. Proses analisi fraksi
sinar-X ditampilkan
pada Lampiran 4 Halaman 57 dan PDF
Powder Diffraction File untuk masing- masing
senyawa ditampilkan
pada Lampiran 5 Halaman 58.
Gambar 4.23 Hasil pengujian difraksi sinar-X untuk besi bersih karat
Gambar 4.24 Hasil pengujian difraksi sinar-X untuk besi yang berkarat
o
Δ o
x Δ
Δ Δ
o
x Δ
o x
o o : FeS 23-1120
x : FeCO3 29-0696 : Fe2O3 47-1409
Δ : FeOOH 26-0792
o Δ
Δ o
x o
Bagian dalam pipa yang berkarat
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2 theta Intensitas
Gambar 4.25 Hasil pengujian difraksi sinar-X untuk serbuk karat
Dari hasil pengujian difraksi sinar-X tersebut, terlihat bahwa bahan penyusun
utama pipa adalah besi Fe PDF 06- 0696. Kemudian beberapa senyawa yang
terdapat pada produk korosi diantarnya adalah FeS iron sulfide, PDF 23-1120,
FeSO
4
iron sulfate, PDF 37-0873, FeCO
3
iron carbonate, siderite, PDF 29-0696, Fe
3
O
4
iron oxide, magnetite, PDF 19-0629, Fe
2
O
3
iron oxide, hematite, PDF 47-1409, FeOOH
iron oxide hydroxide, PDF 26-0792, dan FeCl
2
iron chloride, PDF 01- 1106. Powder Diffraction File PDF
untuk masing-masing senyawa terdapat pada lampiran.
Dari hasil tersebut, terlihat adanya beberapa senyawa hasil produk korosi,
seperti FeOOH, Fe
2
O
3
dan Fe
3
O
4
yang merupakan ciri utama terjadinya korosi
pada baja. Selain itu, terdapat senyawa FeCO
3
yang merupakan hasil korosi oleh senyawa CO
2
. Kemudian terdapat pula senyawa
FeS dan
FeSO
4
yang memperkuat terjadinya korosi H
2
S pada pipa. Terdapat pula senyawa FeCl
2
yang terbentuk karena proses drain dan refresh
yang menyisakan
unsur Cl
pada permukaan dalam pipa. Berikut adalah
beberapa reaksi kimia yang menunjukkan terjadinya beberapa senyawa produk
korosi di atas.
Terjadinya korosi diawali dengan besi yang mengalami oksidasi.
Fe → Fe
2+
+ 2e
−
Kemudian terjadi reaksi redoks antara Fe
2+
dengan oksigen. 4Fe
2+
+ O
2
→ 4Fe
3+
+ 2O
2−
Selanjutnya hasil reaksi di atas, Fe
3+
bereaksi dengan
air H
2
O yang
selanjutnya akan menghasilkan FeOOH dan Fe
2
O
3
. Fe
3+
+ 3H
2
O ⇌ FeOH
3
+ 3H
+
FeOH
3
⇌ FeOOH + H
2
O 2FeOOH
⇌ Fe
2
O
3
+ H
2
O Selain bereaksi dengan oksigen, Fe
2+
juga bereaksi dengan ion Cl
-
. 2Fe
2+
+ 4Cl
-
→ 2FeCl
2
Kemudian hasil reaksi di atas, FeCl
2
bereaksi dengan oksigen 3FeCl
2
+ 2O
2
→ Fe
3
O
4
+ 3Cl
2
Serbuk Karat
20 40
60 80
100 120
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2 theta Int
e bn
s it
a s
x : FeS 23-1120 o : FeSO4 37-0873
: FeCO3 29-0696 : FeFe2O4 19-0629
: FeCl2 01-1106
x o
o
x
x
x o
x
x x
o x
x x
Adanya senyawa H
2
S dan CO
2
pada minyak bereaksi dengan besi dan
menghasilkan produk
korosi sebagaimana reaksi kimia berikut.
Fe + H
2
S → FeS + H
2
2 Fe + 2 CO
2
+ O
2
→ 2 FeCO
3
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN