Tabel Lampiran 6. Lanjutan
Panorama 28 Panorama 37
Panorama 35
Komponen Aspek
Estetika Kriteria Penilaian
Nilai Nilai
Akhir Nilai
Nilai Akhir
Nilai Nilai
Akhir
Pemilihan Tanaman
1. Bentuk tajuk dan percabangan menarik 2
56.3 2
50 3
87.5 2. Ukuran skalatis
2 2
3 3. Terdapat variasi warna batang, daun, bunga,
buah 2
2 4
4. Tekstur tanaman menarik 3
Buruk 2
Buruk 4
Sangat Baik
Jumlah Total
9 8
14
Pengaturan Tanaman
A. Gradasi Repetisi
1. Terdapat perubahan warna untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu
2 66. 7
1 41. 7
4 91. 7
2. Terdapat perubahan bentuk untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu
3 2
4 3. Terdapat perubahan tekstur untuk tiap
kelompok tanaman pada jarak tertentu 3
Baik 2
Buruk 3
Sangat Baik
Jumlah Total
8 5
11
B. Kesatuan Tema
1. Memiliki kesatuan tema garis dengan lingkungan sekitar
3
68.8 3
68.8 3
75 2. Memiliki kesatuan bentuk dengan
lingkungan sekitar 3
2 3
3. Memiliki kesatuan warna dengan lingkungan sekitar
2 3
3 4. Dominansi terlihat terdapat polatanaman
tertentu yang dapat terekam dengan apik 3
Baik 3
Baik 3
Baik
Jumlah Total
11 11
12
C. Aksen KontrasFocal Point
1. Memiliki aksen dari segi pengelompokan tanaman secara massal atau individu dengan
struktur unikkhas 3
75 3
75 3
75 2. Memiliki aksen dari pengelompokan
warnabentuktekstur tertentu dari tanaman 3
Baik 3
Baik 3
Baik
Jumlah Total
6 6
6
D. Keseimbangan
1. Terciptanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual baik yang bersifat formal
geometriksimetris ataupun secara informal nongeometrikasimetris
3 75
3 75
3 75
Jumlah Total
3 Baik
3 Baik
3 Baik
TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE
RINA DWICA DESYANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
RINA DWICA DESYANA. Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence. Dibimbing oleh Dr. Ir. NIZAR
NASRULLAH, MAgr.
Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Bogor berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan permukiman, yang menyebabkan makin
berkembangnya permukiman yang telah ada dan munculnya permukiman- permukiman baru. Bogor Nirwana Residence BNR merupakan salah satu
permukiman berkonsep alam yang terdapat di Kota Bogor. Setiap areanya memiliki penataan tanaman dengan desain penanaman yang menarik untuk
diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaman tanaman serta elemen desain penanaman, menganalisis trend desain penanaman
dan menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR. Area studi mencakup gerbang utama, jalan utama, lima gerbang cluster Arga Nirwana,
Bukit Nirwana I, Padma Nirwana, The Panorama dan Tirta Nirwana, taman publik taman kolam, taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan Tirta
Nirwana serta masing-masing tiga taman depan rumah dari tiga cluster Bukit Nirwana I, Padma Nirwana dan The Panorama.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, analisis
dan sintesis. Pengumpulan data dilaksanakan dengan dua cara, yaitu survei lapang dan studi pustaka. Aspek yang diteliti mencakup dominansi tanaman, keragaman
spesies, pola penanaman serta fungsi dan estetika tanaman pada area studi. Perhitungan dominansi tanaman dan keragaman spesies dilakukan mengikuti
metode Shannon-Wiener. Pola penanaman diamati dan dibuat gambar spasialnya kemudian dibandingkan berdasarkan kemiripan pola yang muncul. Penilaian
aspek fungsi dan estetika tanaman dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang, dengan kriteria dan bobot yang telah ditetapkan.
Tahap analisis meliputi identifikasi elemen desain penanaman, penataan tanaman, serta fungsi dan estetika penanaman, kemudian melacak pola desain penanaman
yang diterapkan pada masing-masing area studi. Tahap akhir dari penelitian berupa sintesis yaitu penyusunan rekomendasi konsep tata hijau untuk
Permukiman BNR.
Dari hasil pengumpulan data, didapatkan 128 spesies dari seluruh area studi, dengan 68 spesies di antaranya ditemukan pada lebih dari satu lokasi.
Tanaman dengan dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah rumput, baik rumput gajah Axonopus compressus maupun rumput gajah mini
Axonopus compressus “Dwarf”. Pada lanskap jalan utama, jenis tanaman yang
mendapat nilai dominansi tertinggi adalah pohon pengarah dengan nilai rata-rata 43,7 . Tanaman yang memiliki nilai dominansi tertinggi pada gerbang cluster
adalah penutup tanah dengan nilai rata-rata 65,4 . Untuk taman publik dan taman depan rumah, nilai dominansi tertinggi didapatkan oleh tanaman penutup
tanah berupa rumput dengan nilai rata-rata berturut-turut 42,1 dan 75 .
Nilai rata-rata indeks keragaman tanaman pada seluruh lokasi studi termasuk kategori rendah, yaitu sebesar 0,48. Area jalan utama termasuk kategori
keragaman rendah dengan nilai rata-rata 0,60. Nilai keragaman rata-rata untuk area gerbang cluster adalah sebesar 0,53 atau termasuk rendah. Nilai keragaman
rata-rata untuk taman publik termasuk rendah yaitu sebesar 0,32. Untuk area taman depan rumah, nilai keragaman rata-rata adalah 0,45 atau termasuk kategori
rendah. Hasil penilaian aspek fungsi pada area jalan utama tergolong buruk dengan nilai rata-rata 58,6 . Aspek estetika pada keseluruhan area studi
termasuk baik dengan kisaran nilai rata-rata 64,6 hingga 75,6.
Secara keseluruhan, desain penanaman pada BNR memiliki konsep tropis. Konsep ini dapat terlihat dari pemilihan tanaman berupa tanaman yang
beradaptasi dengan baik pada iklim tropis, terutama dari jenis palem-paleman. Penataan tanaman secara multistrata juga menguatkan kesan tropis. Untuk trend
desain penanaman pada area studi, masing-masing lokasi dikelompokkan ke dalam tipe tertentu berdasarkan kemiripan penataan tanaman pada lanskapnya.
Jalan utama yang terdiri dari sembilan segmen digolongkan menjadi tiga tipe. Tipe 1 merupakan tipe dengan penanaman linear berupa gradasi dan repetisi dari
blok-blok tanaman pada median. Tipe 2 memiliki penanaman berpola linear dengan kombinasi bentukan organik yang muncul dari semak dan penutup tanah
pada median. Tipe 3 memiliki penanaman linear dengan adanya ruang terbuka yang ditanami rumput pada median. Kelima gerbang cluster yang diteliti
dikelompokkan menjadi 3 tipe. Tipe 1 merupakan tipe penanaman dengan name sign berada di bagian tengah depan tapak, dengan penanaman di sekeliling name
sign yang lebih bersifat dekoratif. Tipe 2 memiliki kemiripan dengan tipe sebelumnya, yaitu name sign terletak di bagian depan tapak, namun tidak
dikelilingi penanaman. Tipe terakhir yaitu tipe 3 memiliki penataan di bagian depan tapak berupa penanaman beberapa palem sebagai focal point yang
dikombinasikan dengan batu-batu, sementara name sign diletakkan di tepi jalan, bukan di tengah tapak. Keempat taman publik yang menjadi lokasi studi dapat
dikelompokkan menjadi 2 tipe. Tipe 1 adalah tipe taman dengan lahan berbentuk memanjang dan penanamannya berpola jalur mengikuti bentukan lahan.
Sedangkan tipe 2 merupakan taman pada lahan meluas, dengan penanaman berpola organik menyebar. Dari sembilan sampel taman depan rumah yang
diteliti, pola penanamannya dapat dikelompokkan menjadi lima tipe. Tipe yang 1 adalah penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan. Tipe 2
yaitu penanaman pada grading. Tipe3 adalah penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah. Tipe 4 yaitu tanaman diletakkan atau
ditanam mengikuti pola menyebar yang acak. Tipe 5 merupakan kombinasi penanaman dari tipe-tipe sebelumnya, yaitu penanaman semak atau penutup tanah
mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar.
Rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR sebagai hasil akhir penelitian dibuat mengikuti kriteria ideal dari fungsi-fungsi penanaman yang
dibutuhkan pada masing-masing area, dengan tetap memperhitungkan segi estetika. Untuk menghasilkan lanskap yang optimal, diperlukan analisis mengenai
fungsi penanaman yang dibutuhkan pada masing-masing area serta pertimbangan desain yang dapat memberikan nilai estetik sesuai dengan konsep yang ingin
ditampilkan.
Kata kunci : trend, desain penanaman, permukiman, Bogor Nirwana Residence
TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE
Planting Design Trend in Residential Landscape of Bogor Nirwana Residence
Rina Dwica Desyana
1
, Nizar Nasrullah
2
1
Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
2
Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract Bogor Nirwana Residence BNR is a housing estate in Bogor city which
has nature concept. Each area in BNR has different planting design trends which are interesting to be studied. The objectives of this study were to identify plants
diversity and elements of planting design, to analyze planting design trends and to propose a recommendation of planting design concept for residential landscape of
BNR. Method used in this study was survey method with descriptive analysis, which consisted of site inventory, analysis and synthesis stage arranging
recommendation. This study focused on plants dominants, species diversity, functional and aesthetic aspects of the plant arrangements. Results of the study
showed that there were 128 species of plants in the whole area of study. The diversity varied from 0,07 to 1,1. Plant types which had highest dominant scores
were trees on the main road and groundcovers on cluster gates, public parks and fronthouse gardens. Functional aspects scores on main road classified into poor
with score 58,6, while public park classified into fair with score 63,8. Aesthetic aspects scores on whole area of study classified into fair, varied from
64,4 to 75,6. Recommendation of planting design concept was made following ideal criteria of required functional aspects on each area of study.
Keywords : trend, planting design, residential, Bogor Nirwana Residence
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bertambahnya jumlah penduduk membuat kebutuhan akan rumah sebagai sarana tempat tinggal turut meningkat. Pertumbuhan penduduk ini
berimplikasi pada munculnya permukiman-permukiman baru dan semakin berkembangnya permukiman-permukiman yang telah ada sebelumnya. Sebagai
contoh, penduduk Kota Bogor pada tahun 2010 mencapai 949 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,39 dan kepadatan penduduk 8.494
orang per km², dengan okupasi wilayah permukiman sebesar hampir 70 dari seluruh wilayah Kota Bogor Pemerintah Daerah Jawa Barat 2010.
Menurut Simonds 1983, permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan
merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas
besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain playground dan daerah penyangga buffer. Rumah menjadi permukiman bila dipikirkan dalam
kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau
apartemen Laurie 1986. Bagi masyarakat golongan menengah ke atas, rumah dan permukiman bukan hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan papan,
melainkan juga sebagai pemberi rasa aman, pemuas kebutuhan akan keindahan hingga penanda status sosial. Hal ini menyebabkan pihak pengembang berlomba-
lomba menyediakan permukiman yang fungsional, nyaman, mudah diakses, memiliki fasilitas lengkap dan secara visual bernilai estetis. Faktor yang
mendukung estetika sebuah hunian antara lain desain bangunan, lokasi dengan view yang indah, serta penanaman pada area sekitarnya.
Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang Carpenter, Walker, Lanphear 1975. Tanaman yang
dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat
dipelihara. Menurut Eckbo 1956, pemilihan tanaman perlu memperhatikan
klasifikasi hortikultur, yaitu syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran, dan sifat adaptasi, serta
klasifikasi fisik, yaitu fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat, umur, bentuk, tekstur, aroma dan budidaya. Desain penanaman
diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun
estetika atau desain. Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth 1983 mengemukakan bahwa
tanaman dalam lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Trend desain, termasuk desain
penanaman, sangat dipengaruhi oleh waktu, tempat dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti status dan kondisi ekonomi masyarakat.
Saat ini, terdapat banyak permukiman dengan desain penanaman yang serupa, baik dari jenis tanaman yang digunakan maupun penataan tanaman.
Terdapat semacam kecenderungan untuk mengikuti trend desain penanaman yang sedang digemari dalam jangka waktu tertentu. Hal ini menyebabkan masing-
masing permukiman kurang memiliki karakter dan identitas tersendiri. Permukiman Bogor Nirwana Residence BNR yang mengusung konsep
Inspired by Nature merupakan salah satu permukiman besar di kota Bogor yang memiliki penataan lanskap yang cukup baik. Permukiman dengan luas area sekitar
1000 hektar ini sejak awal telah berkomitmen untuk mengalokasikan 60 lahannya sebagai ruang terbuka hijau. Setiap areanya memiliki desain penanaman
yang berbeda, mulai dari gerbang utama, jalan utama, taman, hingga penanaman untuk tiap cluster. Desain penanaman dengan karakter yang berbeda ini
merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih mendalam.
Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui trend desain penanaman pada lanskap permukiman Bogor Nirwana Residence yang mencakup
gerbang utama, gerbang cluster, taman publik dan taman depan rumah, sementara tujuan khususnya yaitu
1. mengidentifikasi keragaman tanaman beserta elemen desain penanaman
pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence, 2.
menganalisis trend desain penanaman pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence, dan
3. menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman Bogor
Nirwana Residence.
Manfaat
Manfaat penelitian secara umum adalah untuk menjadi referensi dalam penyusunan desain penanaman pada lanskap permukiman di kota besar, serta
mengaplikasikan ilmu di bidang arsitektur lanskap yang telah diperoleh mahasiswa. Selain itu manfaat khusus yang diharapkan adalah
1. memberikan gambaran tentang konsep desain penanaman permukiman
bertema alam, dan 2.
menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh pihak pengembang permukiman Bogor Nirwana Residence untuk menentukan langkah lebih
lanjut dalam proses pengembangan berikutnya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Trend
Secara etimologi, trend memiliki padanan sebagai gaya, model atau kecenderungan Echols dan Shadily 1996. Trend juga didefinisikan sebagai suatu
fenomena yang populer dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini, trend dapat diartikan sebagai kecenderungan gaya yang digunakan dalam desain
penanaman lanskap. Trend penanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi lingkungan, preferensi dan faktor ekonomi pemilik properti. Pola
desain yang sering digunakan dalam penataan tanaman dapat dikategorikan menjadi kelompok besar, yaitu pola geometrik formal dan organik informal.
Permukiman
Menurut Simonds 1983, permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan
merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas
besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain playground dan daerah penyangga buffer. Rumah menjadi pemukiman bila dipikirkan dalam
kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau
apartemen Laurie 1986. Untuk menyediakan kenyamanan dan dapat mengakomodasi kepentingan
penghuninya, sebuah permukiman membutuhkan kelengkapan fasilitas penunjang. Lingkungan bermukim yang ideal adalah dengan terdapatnya fasilitas-fasilitas
lokal yang tersusun rapi dalam suatu kelompok hunian yang berada pada pusat permukiman, adanya hubungan antar rumah dengan hadirnya pedestrian untuk
pejalan kaki, taman yang tersebar secara radial, hubungannya dengan lingkungan luar dan terdapatnya akses lalu lintas yang mudah Eckbo 1964. Merunut pada
Chiara dan Koppelman 1990, terdapat tujuh karakteristik yang harus diperhatikan dalam perencanaan kawasan permukiman yang layak huni, yaitu
1. kondisi tanah dan lapisan tanah,
2. air tanah dan drainase,
3. bebas tidaknya dari bahaya banjir perumahan,
4. bebas tidaknya dari bahaya-bahaya topografi,
5. pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan jaringan utilitas, 6.
potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan 7.
bebas tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992
tentang perumahan dan permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Sementara itu, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Desain Penanaman
Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang Carpenter et al. 1975. Tanaman yang dipilih dan
ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Desain
penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi
maupun estetika atau desain. Dalam memilih tanaman untuk desain penanaman, faktor-faktor yang
harus diperhatikan antara lain sifat fisik yang mencakup warna, tekstur, ukuran, bentuk, aroma dan fungsi, serta sifat ekologis atau hayati tanaman, meliputi
persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air, udara, perbanyakan dan pemeliharaan. Faktor yang mempengaruhi desain penanaman antara lain biaya
konstruksi dan pemeliharaan jangka panjang, serta kondisi tapak yang mencakup jenis tanah, topografi, drainase, iklim, lokasi, serta existing features.
Fungsi Tanaman dalam Lanskap
Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth 1983 mengemukakan bahwa tanaman dalam
lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Selain itu, tanaman juga menyediakan sumber
makanan dasar dan habitat bagi kehidupan semua makhluk hidup melalui keterlibatannya dalam jaring-jaring makanan, transpirasi, kontrol iklim,
penyimpanan air, bangunan tanah, penguraian bahan organik serta produksinya Simonds 1983.
Tanaman mempunyai fungsi-fungsi penting dalam kehidupan manusia, yang dapat mempengaruhi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Fungsi-fungsi tanaman dalam kehidupan manusia menurut Grey dan Deneke 1978, Booth 1983, dan Carpenter et al. 1975 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Fungsi Tanaman dalam Lanskap
No. Fungsi Tanaman
Spesifikasi
1. Perbaikan Iklim
1. Modifikasi suhu
2. Penghalang angin dan pergerakan udara
3. Pengontrol presipitasi dan kelembaban
4. Penyaring dan pengkayaan udara
2. Bidang Teknik
1. Pengontrol pembuangan air dan pengendali mutu air
2. Pengontrol bising
3. Penyerap polusi udara
4. Pengontrol sinar langsung ataupun pantulan
5. Pengontrol pergerakan
6. Pengontrol erosi tanah
3. Bidang Arsitektur
1. Pemersatu area
2. Sebagai layar
3. Pembentuk suasana pribadi
4. Sebagai daya tarik
5. Memberikan tema pada suatu lanskap
6. Memperlunak garis arsitektur
7. Kanopi pohon sebagai pembatas bidang atas
8. Pembatas ruang terbuka
9. Penghalang pemandangan buruk
4. Nilai estetik
1. Menampilkan keindahan bentuk, warna dan tekstur
2. Pembingkai pemandangan
3. Pelengkap elemen bangunan
4. Pemersatu elemen-elemen lanskap yang berbeda
5. Habitat kehidupan liar
1. Sebagai tempat tinggal
2. Sebagai tempat mencari makanan
Sumber : Grey dan Deneke 1978, Booth 1983 dan Carpenter et al. 1975
Kriteria Fungsi Tanaman
Agar dapat berfungsi dalam arsitektur lanskap, terdapat beberapa kriteria tanaman yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Pengontrol Visual
Tanaman pagar yang rapat dan mempunyai ketinggian lebih dari 1,8 meter dapat menciptakan suasana pribadi dan agar dapat menghalangi sinar secara
efektif, tanaman harus diletakkan pada tempat yang strategis antara sumber sinar dengan area yang akan dilindungi Carpenter et al. 1975. Efektivitas
tanaman dalam mengontrol sinar, baik sinar langsung maupun sinar pantulan tergantung dari ukuran tanaman, ketinggian tanaman dan kepadatan daun
Grey dan Deneke 1978.
2. Pembatas Fisik
Penghalang fisik bagi manusia dan hewan diberikan oleh tanaman yang memiliki ketinggian antara 0,9-1,8 meter. Tanaman dengan ketinggian lebih
dari 1,8 meter selain dapat menciptakan penghalang fisik yang baik, juga dapat digunakan sebagai pengontrol visual Carpenter et al. 1975. Grey dan
Deneke 1978 juga menambahkan bahwa tanaman yang berduri dapat menghalangi pergerakan.
3. Pengontrol Suhu
Radiasi matahari dapat berpengaruh terhadap suhu lingkungan. Efektivitas pepohonan dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan
daun, bentuk daun dan pola percabangan Grey dan Deneke 1978. Susunan daun yang rapat, lapisan daun yang berganda atau tajuk yang rapat dapat
menghalangi datangnya sinar matahari. Simonds 1983 menyatakan bahwa pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi
matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar dan menurunkan temperatur adalah
a. bertajuk lebar,
b. bentuk daun lebar, dan
c. ketinggian kanopi lebih dari 2 meter.
4. Penahan Angin
Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan atau memperkuat angin Carpenter et al. 1975. Efektivitas penanamannya
sebagai pembatas angin ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar penanaman dan kerapatan daun. Grey dan Deneke 1978 menyatakan bahwa tingkat proteksi
suatu area oleh angin tergantung pada tinggi pohon. Angin yang mempunyai arah tegak lurus terhadap deretan tanaman penahan angin gerakannya akan
dipengaruhi sampai pada jarak 5-10 kali tinggi tanaman penghalang pada ruang dekat pohon dan sampai 30 kali tinggi tanaman pada bagian belakang.
Lebar tanaman dan mudah tidaknya tanaman ditembus angin tergantung dari pengaturan tanaman yang baik agar dapat menahan angin, yaitu dengan
mengkombinasikan antara pohon dan semak. Selain itu tanaman penghalang angin juga dapat mempengaruhi suhu daerah di belakangnya Crockett 1971.
5. Pengontrol Presipitasi dan Kelembaban
Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar
berambut, pola percabangan horizontal dan tekstur batang yang kasar Grey dan Deneke 1978. Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan
melepaskan air ke udara melalui transpirasi. Semakin banyak jumlah daun, jumlah air yang dikeluarkan semakin banyak, dengan demikian kelembaban
udara semakin tinggi Carpenter et al. 1975.
6. Pengontrol Bising
Efektivitas tanaman dalam mengontrol bising tergantung dari tinggi tanaman, kepadatan daun dan lebar penanaman. Tanaman yang mempunyai penutupan
daun sampai bawah, lebih efektif dalam mengontrol bising. Secara umum vegetasi paling efektif digunakan untuk mengurangi kebisingan dengan
frekuensi tinggi yang mengganggu berbahaya. Beberapa tanaman dengan lebar 25-50 kaki dapat mengurangi suara bising dengan frekuensi tertinggi
antara 10-20 dB, tapi kurang efektif jika digunakan untuk mereduksi
kebisingan dengan frekuensi yang lebih rendah. Penanaman satu jenis tanaman tidak seefektif penanaman beberapa jenis tanaman, karena
penanaman satu spesies hanya dapat menangkap suara dengan frekuensi rendah atau tinggi saja, tapi tidak efektif dalam mereduksi suara dengan
frekuensi sedang antara tinggi dan rendah. Selanjutnya Grey dan Deneke 1978 menyatakan bahwa tanaman berdaun tebal, cabang dan batang yang
besar dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang ringan, mudah bergerak sehingga menimbulkan suara merupakan tanaman yang efektif
dalam mengontrol kebisingan.
7. Pengontrol Polusi Udara
Polusi udara dapat berupa partikel debu atau gas Grey dan Deneke 1978. Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang
kasar dan berambut secara efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dan dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang
dapat digunakan untuk menyerap polutan berupa gas yaitu a.
mempunyai pertumbuhan yang cepat, b.
tumbuh sepanjang tahun, c.
percabangan dan daun yang padat, dan d.
daun yang berambut.
8. Kontrol Erosi
Erosi tanah dipengaruhi oleh daya perlindungan tanah terhadap angin dan air, karakteristik fisik tanah serta topografi. Erosi oleh angin dipengaruhi oleh
kecepatan, waktu dan arah angin disamping faktor tanahnya itu sendiri seperti kelembaban, struktur fisik dan lapisan tanah. Pohon dan semak sejak lama
digunakan untuk mencegah erosi akibat angin Grey dan Deneke 1978. Menurut Carpenter et al. 1975, perlindungan terbaik terhadap erosi tanah
adalah penutupan tanah dengan baik oleh vegetasi, karena tanaman dapat mereduksi pengaruh dari hujan pada tanah dan akarnya membantu
menangkap partikel tanah yang dapat tercuci.
Estetika Tanaman dalam Lanskap
Selain memperhatikan fungsi, penggunaan tanaman juga harus diperhatikan dari segi estetikanya yaitu bagian tanaman yang mempunyai
keunikan dan keindahan tersendiri baik dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk Carpenter et al. 1975. Nilai estetik atau nilai hias dari suatu tanaman dapat
dilihat dari bentuk keseluruhan tanaman atau bentuk dari bagian-bagian tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Selain itu dapat pula
dilihat dari nilai aromatik dan nilai historiknya Crockett 1971. Pemilihan tanaman selain harus memperhatikan segi visual juga perlu
menyesuaikan antara kondisi fisik tapak dengan kondisi tanaman, perkembangan tanaman tersebut baik pada waktu muda maupun saat dewasa serta
pemeliharaannya. Pemilihan yang tepat dan cermat akan sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu lanskap. Menurut Eckbo 1956, pemilihan
tanaman perlu memperhatikan : 1.
Klasifikasi hortikultur, meliputi syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran dan sifat adaptasi.
2. Klasifikasi budidaya, meliputi fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman,
kecepatan tumbuh, sifat, umur, bentuk tekstur, warna, aroma dan budidaya.
Penggabungan dari unsur-unsur perancangan seperti warna, bentuk, garis, tekstur, irama dapat menciptakan daya tarik estetis pada penanaman di suatu
area. Carpenter et al. 1975 menyatakan bahwa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
merancang penanaman
adalah kesederhanaan,
skala, proporsi,
keseimbangan, irama, kontras dan kesatuan yang dapat memberikan nilai keindahan dan menambah kualitas lingkungan.
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan April 2010 sampai Juli 2011. Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Juni 2010, sementara
pengolahan data dan penyusunan skripsi dilakukan pada bulan Juni 2010 hingga Juli 2011. Lokasi penelitian adalah Permukiman Bogor Nirwana Residence
Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Kampus IPB Darmaga Bogor. Gambar 1 menunjukkan
lokasi studi.
Gambar 1. Peta Lokasi Studi tanpa skala
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam studi ini adalah kertas gambar dan peta lokasi. Sementara alat yang digunakan adalah kamera digital, alat tulis, meteran
dan komputer dengan software AutoCAD 2004, Adobe Photoshop CS3, Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel 2007.
Batasan Studi
Hasil akhir dari penelitian ini dibatasi pada produk rekomendasi konsep tata hijau block plan untuk lanskap permukiman BNR. Sebagai area studi adalah
permukiman Bogor Nirwana Residence, dengan sampel pengamatan pada gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, taman, hingga taman depan rumah.
Metode Penelitian
Penelitian dilaukan menggunakan metode survei. Pelaksanaannya meliputi pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian dilakukan analisis
data dan perumusan rekomendasi sebagai hasil akhir penelitian.
Pengumpulan Data
Tahap inventarisasi mencakup pengumpulan data di lokasi penelitian. Pengumpulan data mengenai desain penanaman dan trend yang sedang
berkembang pada lokasi penelitian dilaksanakan melalui dua cara, yaitu survei lapang dan studi pustaka. Data yang diambil meliputi peta lokasi, letak dan batas
kawasan, geologi, tanah dan topografi, iklim, sosial ekonomi, dan data vegetasi. Data vegetasi adalah elemen penanaman jenis atau keragaman tanaman dan
penataan tanaman proporsi atau komposisi tanaman. Komposisi tanaman diamati dengan cara mendata distribusi spasial
tanaman dengan membuat gambar eksisting area yang diamati. Gambar-gambar eksisting dari tiap area studi dibandingkan sehingga pola penanaman yang ada
lebih mudah diamati sehingga dapat dilacak kemiripan atau karakter utama yang muncul dari masing-masing area tersebut. Area yang diteliti mencakup gerbang
utama, jalan utama, gerbang cluster, taman, hingga halaman rumah. Tabel 2 menunjukkan jenis data, parameter, bentuk data, cara dan sumber pengambilan
data pada lokasi studi.
Tabel 2. Jenis, Parameter, Bentuk, Cara Pengumpulan dan Sumber Data
No Jenis Data
Parameter Bentuk
Data Cara
Pengumpulan Sumber
1. Letak
Geografis Batas wilayah
Luas wilayah Ketinggian tempat
Sekunder Studi literatur
Pengelola kawasan
permukiman terkait
2. Geologi,
Tanah, dan Topografi
Struktur geologi Jenisklasifikasi tanah
pH Drainase
Senyawa dalam tanah Topografi
Sekunder Studi literatur
Pengelola kawasan
permukiman terkait
3. Iklim
Suhu udara Kelembaban
Curah hujan Sekunder
Studi literatur Pengelola
kawasan permukiman
terkait
4. Sosial
Ekonomi Aktivitas
Fasilitas Primer-
Sekunder Tinjauan lapang,
studi literatur Lapang,
pengelola kawasan
permukiman terkait
5. Vegetasi
Dominansi dan keragaman
Fungsi tanaman Estetika tanaman
Desain penanaman Primer-
Sekunder Pengamatan
lapang, pengukuran,
kalkulasi, studi literatur
Lapang, pengelola
kawasan permukiman
terkait
Untuk memudahkan inventarisasi dan analisis, area studi dibagi menjadi beberapa bagian dengan kesamaan-kesamaan tertentu. Area jalan utama dibagi
menjadi sembilan segmen berdasarkan kesamaan atau kemiripan desain penanamannya. Gerbang cluster mengambil 5 sampel cluster yang telah
diselesaikan pada pengembangan tahap 1 yaitu Arga Nirwana, Bukit Nirwana 1, Padma Nirwana, The Panorama dan Tirta Nirwana. Untuk taman depan rumah,
diambil masing-masing 3 sampel rumah dari 3 cluster, yaitu, Bukit Nirwana 1, Padma Nirwana dan The Panorama. Ketiga sampel taman rumah yang dipilih
memiliki kesamaan tipe dan bentuk taman rumah sehingga mudah dibandingkan. Masing-masing sampel yang diambil memiliki penataan yang berbeda sehingga
dapat mewakili berbagai trend desain penanaman yang ada.
1. Dominansi dan Keragaman