Gambar 3 menunjukkan alat pengukur kadar air tanah tersebut dapat digunakan untuk mengukur perubahan kadar air tanah dari berbagai perlakuan
pada kedalaman yang berbeda-beda.
3.4.2. Profil Kadar Air Tanah
Profil kadar air tanah dari berbagai perlakuan menunjukkan variasi yang sangat beragam antar perlakuan baik pada percobaan pertama, kedua Gambar 4,
maupun ketiga Gambar 5. Secara umum pada ketiga percobaan perubahan kadar air tanah terbesar
terjadi hingga kedalaman 60 cm  yang menunjukkan kedalaman dengan aktivitas evaporasi dan penyerapan air tertinggi oleh akar tanaman kentang.  Perubahan
kadar air tanah di bawah kedalaman 60 cm makin berkurang, dan pada kedalaman 80 – 100 cm hampir tidak terjadi lagi perubahan. Fenomena ini juga berhubungan
dengan laju infiltrasi yang makin berkurang dengan kedalaman tanah. Akar  tanaman  kentang memiliki percabangan lebat dan agak dangkal,
sekitar 90 berada pada kedalaman 50 – 60 cm dari permukaan tanah, sehingga sampai kedalaman  60 cm ini cenderung rentan terhadap cekaman kekurangan air
Rubatzky dan Yamaguchi 1998.  Pernyataan ini  sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan penyerapan  air tertinggi oleh akar tanaman kentang  terjadi
sampai kedalaman 60 cm.
a                                                             b Gambar  4.  Profil kadar air tanah hingga kedalaman 1 m dari tiga waktu
pengukuran,  hari setelah tanam HST,  pada  Percobaan  I a dan Percobaan II b.
Gambar  5.  Profil kadar air tanah hingga kedalaman 1 m dari tiga waktu pengukuran, hari setelah tanam HST pada Percobaan III.
3.4.3. Neraca Air Tanaman Kentang
Komponen neraca air yang menunjukkan interaksi antara curah hujan, evapotranspirasi ETa, limpasan permukaan Ro, dan kadar air tanah KAT dari
rata-rata seluruh perlakuan pada ketiga percobaan ditunjukkan pada Tabel 4. Kehilangan air tanaman dalam bentuk ETa + Ro tergantung dari simpanan
kadar air tanah KAT  sebelumnya. Jika tanah dalam kondisi padat maka  laju infiltrasi tanah menjadi  rendah,  sehingga saat curah hujan  tinggi air sulit
terinfiltrasi ke dalam tanah yang menyebabkan Ro menjadi besar. Sebaliknya, jika
tanah gembur  maka  laju infiltrasi  meningkat  yang  menyebabkan  Ro berkurang dan  KAT  meningkat.  Pada penelitian ini nilai KAT bervariasi antar kedalaman
pada setiap perlakuan dan antar percobaan. Menurut Biggs et al. 2008 perbedaan KAT  pada kedalaman yang sama berlainan petak  disebabkan oleh perbedaan
kehilangan air  tanah melalui proses evapotranspirasi dan  perbedaan kemampuan menahan air oleh tanah yang disebabkan sifat fisika dan kimia tanah.
Evapotranspirasi terdiri dari evaporasi yang merupakan proses penguapan di  atas tanah dan transpirasi  terjadi pada tanaman melalui  stomata Allen  et al.
1998 dan sangat sulit dibedakan proses keduanya melalui pengukuran di lapang. Nilai kehilangan air tanaman kentang dalam percobaan ini dihitung sebagai ETa +
Ro evapotranspirasi aktual ditambah dengan limpasan permukaan.