BAB II ISI
A. Pendekatan-Pendekatan
1. Pendekatan Historis
Indonesia yang kita kenal saat ini pada mulanya adalah sekumpulan wilayah dari kerajaan-kerajaan yang berbasis pada kekuasaan etnik dan otoritas kedaerahan. Sebut saja
Kesultanan Aceh, Malaka, Riau, dan Jambi di Sumatera, Kesultanan Banten, Cirebon, Demak, dan Mataram di Jawa, Kesultanan Banjar di Kalimantan, Kerajaan Bali di Sunda
Kecil, hingga Kesultanan Ternate dan Tidore di Indonesia Timur, semua itu merupakan fakta historis atas legitimasi etnis di masa lampau.
Suku-suku yang ada di Indonesia hidup berdampingan sejak zaman nenek moyang dahulu. Perbedaan fisik dan budaya tidak begitu saja membuat mereka terpecah belah. Semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” yang telah lama terpatri menjadi senjata pamungkas dalam menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada.Lebih dari Dalam pengertian harfiah Bhineka
Tunggal Ika berarti berbeda tetapi tetap satu. Artinya, walapun bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, dan bangsa tetapi adalah bangsa
Indonesia. Pengukuhan ini telah dideklarasikan semenjak tahun 1928 yang terkenal dengan nama sumpah pemuda.
2. Pendekatan Sosiologi
Kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang multi kultural sebenarnya menjadi salah satu nilai plus bagi bangsa ini.Di Indonesia, dalam satu pulau bukan hanya ada satu macam
suku saja, banyak suku-suku pendatang yang berbaur dengan suku asli dan membangun kehidupan bersama. Di Pulau Kalimantan misalnya, suku aslinya adalah suku dayak, namun
tak sedikit pula suku-suku lain yang menetap dan bermatapencaharian seperti penduduk suku asli. Begitu juga di pulau-pulau yang lain, masyarakat yang berbeda suku, ras, agama, dan
adat istiadat berbaur untuk membangun peradaban tinggi bagi bangsa Indonesia. Perbedaan budaya dan adat istiadat tentu saja ada, namun jika toleransi dan sikap saling menghargai
dijunjung tinggi oleh tiap-tiap suku, baik suku asli maupun pendatang, tentu saja kehidupan bermasyarakat disana akan tetap damai dan kondusif.
3. Pendekatan Yuridis
Pancasila telah mencantumkan secara jelas dalam sila ketiga yaitu “PERSATUAN
INDONESIA” dan menjadi landasan hukum dalam masalah integrasi bangsa. Perbedaan secara fisik dan budaya antar etnis bukanlah suatu alasan tepat bagi suku-suku untuk saling
membenci dan memusuhi. Hak hidup telah dijamin dalam Undang-undang No. 391999 tentang hak asasi manusia. Dengan demikian setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai hak
untuk hidup merdeka di setiap wilayah tempat tinggalnya. Untuk itu diperlukan suatu kesadaran dari tiap suku bangsa untuk menjunjung tinggi keberadaan hukum dan pemahaman
terhadap norma yang ada pada masyarakat setempat.
B. Pembahasan