Dinamika Populasi dan Isolasi Mikroorganisme Indigenous pada

8 terjadinya deplesi oksigen terlarut, kualitas senyawa organik terlarut akan mengakibatkan kemampuan badan air untuk mendegradasi secara alamiah menjadi terbatas. Teknologi mikrobiologi air limbah dimanfaatkan sebagai dasar untuk mendegradasi senyawa organik yang terlarut dalam limbah cair menggunakan berbagai jenis mikroorganisme untuk mengubahnya menjadi sludge. Hal ini disebabkan sludge memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air sehingga mengendap Davis 2010. Dengan demikian, penggunaan proses stabilisasi komponen organik dengan menggunakan beberapa mikroorganisme dapat menghilangkan nutrien khususnya nitrogen dan fosfor yang akan menghindari terjadinya dominasi pertumbuhan alga eutrofikasi yang akan berdampak pada penyempitan badan sungai.

3.2 Dinamika Populasi Mikroorganisme Indigenous

Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik di dalam lingkungannya hanya selama kondisi lingkungannya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan untuk mempertahankan dirinya. Berdasarkan Gambar 2, dinamika populasi mikroorganisme indigenous pada sludge diidentifikasi terdiri atas mikroorganisme jenis bakteri, kapang dan khamir, mikroorganisme dengan sifat selulolitik pemecah selulosa, sifat proteolitik pemecah protein, sifat amilolitik pemecah amilum, dan sifat lipolitik pemecah lemak. Davis 2010 menjelaskan bahwa bakteri dengan sifat aerobik kemoheterotrof merupakan populasi terbesar dalam wastewater treatment process WWTP khususnya pada pengolahan air limbah secara biologis. Setiap sel bakteri indigenous, menggunakan soluble nutrient yang terkandung dalam air limbah untuk pertumbuhannya. Karena bentuknya berukuran sangat kecil surface area per unit mass, maka bakteri melakukan metabolisme substrat lebih cepat, populasi bakteri akan mendominasi kapang, kapang akan mendominasi protozoa. Dinamika populasi mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh keberadaan nutrien untuk kelangsungan hidup mikroorganisme. Semua jenis mikroorganisme membutuhkan air, sumber energi, karbon, nitrogen, dan mineral serta oksigen jika 1 2 3 4 5 6 7 8 2 4 6 Log ju m lah se l m ikr o o rg an ism e in d ig e n o u s c fu m l Lama Inkubasi Hari Bakteri Selulolitik Proteolitik Amilolitik Lipolitik Kapang Gambar 2 Dinamika populasi dari pertumbuhan spontan mikroba indigenous 9 mikroorganisme aerobik. Berdasarkan informasi dari Tabel 1, diperoleh bahwa kandungan kadar air sebesar 82.24 b.b, kadar protein sebesar 4.12 b.b, kandungan serat kasar sebesar 5.82 b.b dan kandungan lemak sebesar 0.016 b.b. Informasi tersebut menunjukkan masih tersisa komponen organik kompleks yang dapat dijadikan substrat oleh mikroorganisme dalam pertumbuhan alaminya. Pada Gambar 2, diidentifikasikan populasi pertumbuhan bakteri lebih besar dibandingkan populasi pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan, daya adaptasi bakteri pada lingkungan dengan kadar air yang tinggi sebesar 80-90 b.k lebih baik dibandingkan dengan kapang. Kapang lebih tahan pada kondisi kering dan menyukai kondisi lingkungan yang asam. Kandungan serat kasar dan protein yang besar akan berbanding lurus dengan jumlah bakteri dengan sifat selulolitik dan proteolitik. Sedangkan kandungan lemak yang rendah menyebabkan bakteri dengan sifat lipolitik memiliki pertumbuhan yang rendah. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara jumlah nutrien sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba dengan sifat spesifik memiliki hubungan yang berbanding lurus. Berdasarkan pengukuran dinamika populasi, diperoleh bahwa log jumlah mikroorganisme indigenous yang dominan berupa mikroorganisme bersifat proteolitik dan selulolitik yang masing-masing berjumlah 6.29 x 10 5 CFUmL sludge dan 6.14 x 10 5 CFUmL sludge pada saat inkubasi hari ke-4.

3.3 Penyiapan Starter Cair Mikroorganisme Indigenous