3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembenihan Ikan
Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia paling kritis dalam siklus
hidup ikan sehingga pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling sulit. Beberapa faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi dalam pembenihan
ikan antara lain 1 tubuh larva kecil dan bukaan mulutnya juga kecil sehingga pemberian pakan larva dan pengelolaan lingkungan relatif sulit, 2 larva membutuhkan pakan alami dan belum ada pakan
buatan yang bisa menandingi pakan alami, padahal kultur alami juga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi Effendi 2004.
2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
Proses pembenihan ikan membutuhkan suhu air tertentu untuk dapat bertahan hidup. Suhu
optimum yang dibutuhkan adalah tergantung dari jenis ikannya. Ketidaksesuaian suhu tempat ikan
hidup akan mengakibatkan pertumbuhan ikan akan lambat dan akan berakibat kematian pada ikan. Philip 1972 dalam Lesmana 2002 menyatakan bahwa selain suplai pakan, suhu merupakan
faktor lingkungan yang paling berperan dalam menentukan pertumbuhan ikan. Kenaikan suhu yang masih dapat ditolelir oleh ikan akan diikuti oleh peningkatan derajat metabolisme dan kebutuhan
oksigen. Air mempunyai kapasitas spesifik yang besar terhadap panas, sehingga perubahan suhu dapat ditahan dan terjadi lebih lambat. Pada lingkungan darat, fluktuasi suhu harian dapat mencapai
perbedaan sampai 15
o
C. Sementara pada lingkungan perairan, fluktuasi hanya 3-5
o
C Lesmana 2002. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, hal ini dapat menekan
kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim drastis.
Distribusi suhu secara vertikal perlu diketahui karena akan mempengaruhi distribusi mineral dalam air karena kemungkinan terjadi pembalikan lapisan air. Suhu air akan mempengaruhi juga
kekentalan viskositas air. Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi perubahan daya angkut darah. Suhu sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam
air dan konsumsi oksigen hewan air. Suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut tabel 1, tetapi berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen hewan air dan laju reaksi
kimia dalam air Kordi et al. 2007 dalam Lesmana 2002. Lesmana 2002 menyatakan pula bahwa pengaruh suhu rendah terhadap ikan adalah
rendahnya kemampuan mengambil oksigen hypoxia. Kemampuan rendah ini disebabkan oleh menurunnya detak jantung. Pengaruh lain adalah terganggunya proses osmoregulasi pertukaran air
dari dan ke dalam tubuh ikan. Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degradasi sel darah merah sehingga proses respirasi pernafasan atau pengambilan oksigen terganggu. Sebaliknya, pada suhu
yang meningkat tinggi akan menyebabkan ikan bergerak aktif, tidak mau berhenti makan, dan metabolisme cepat meningkat sehingga kotoran menjadi lebih banyak. Kotoran yang banyak akan
menyebabkan kualitas air disekitarnya menjadi buruk. Sementara kebutuhan oksigen meningkat, tetapi ketersediaan oksigen air buruk sehingga ikan akan kekurangan oksigen dalam darah. Akibatnya ikan
menjadi stress, tidak ada keseimbangan, dan menurun sistem sarafnya.
4
Tabel 1. Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu pada tekanan 1atm Suhu
o
C Kadar Oksigen
terlarut mgliter Suhu
o
C Kadar Oksigen
terlarut mgliter
Suhu
o
C Kadar Oksigen
terlarut mgliter
14.62 14
10.31 28
7.83 1
14.22 15
10.08 29
7.69 2
13.83 16
9.87 30
7.56 3
13.46 17
9.66 31
7.43 4
13.11 18
9.47 32
7.30 5
12.77 19
9.28 33
7.18 6
12.45 20
9.09 34
7.06 7
12.14 21
8.91 35
6.95 8
11.84 22
8.74 36
6.84 9
11.56 23
8.58 37
6.73 10
11.29 24
8.42 38
6.62 11
11.03 25
8.26 39
6.51 12
10.78 26
8.11 40
6.41 13
10.54 27
7.97 Sumber : Cole 1983 dalam Effendi 2004
2.3 Kolam Greenhouse