15
Gambar 10. Grafik kecepatan angin hasil pengamatan Kecepatan angin rata-rata yang bertiup sepanjang hari dilokasi penelitian tampak pada Tabel 2
dengan kecepatan tertinggi sebesar 2.37 kmjam. Ini berarti bahwa kecepatan angin yang bertiup dilokasi penelitian selama percobaan berlangsung dapat digolongkan sebagai angin yang bertiup
dengan kecepatan rendah Lakitan 1994. Tabel 2. Kelembaban nisbi dan kecepatan angin rata-rata harian yang terjadi selama penelitian.
Juni Juli
Tanggal Kelembaban
Udara Kecepatan
Angin kmjam
Tanggal Kelembaban
Udara Kecepatan
Angin kmjam
1 81
1 1
89 1.38
2 84
2.37 22
82 1.81
8 82
1.33 23
79 1.69
9 84
1.17 24
78 1.09
10 79
1.63 25
78 1.53
11 80
1.03 26
75 1.06
12 83
1.17 27
77 1.13
30 87
1.51 28
78 1.26
Sumber : Stasiun Klimatologi BMG Cikarawang Bogor 2011
4.2 Pengaruh Pemberian Plastik Terhadap Suhu Air Dalam Kolam
Selain kondisi lingkungan, bahan plastik penutup pada kolam juga mempengaruhi penerimaan penyinaran matahari masuk kedalam kolam. Pada Gambar 11 ditunjukkan sampel suhu kolam pada
tanggal 8, 9, dan 11 Juni 2011 cuaca cerah, terlihat bahwa pemberian plastik A dan B membuat suhu air kolam menjadi lebih tinggi dari pada kolam kontrol C pada saat malam hari. Hal ini disebabkan
karena pada saat malam hari penguapan diluar lebih tinggilebih cepat dimana proporsi panas terasa sensible heat yang menyebabkan kenaikan suhu udara menjadi berkurang. Sedangkan kolam
didalam plastik pada saat malam hari kondisinya relatif lebih stabil sehingga cenderung lebih hangat karena pelepasan panas tidak begitu besar.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5
Waktu WIB
1 juni 2 juni
8 juni 9 juni
11 juni 30 juni
27 juli
16
Gambar 11. Grafik perubahan suhu air kolam Pada Gambar 11 disajikan grafik suhu air kolam, grafik dengan ketinggian 15 cm tersebut
menunjukkan puncak suhu air berada pada pk 13.00 dan pk. 14.00. Kolam A1 memiliki suhu maksimum lebih tinggi yaitu 36
o
C, dibandingkan kolam B1 dengan nilai 35.75
o
C dan C1 35.87
o
C. 25
27 29
31 33
35 37
7 10 13 16 19 22 1 4 7 S
u h
u ai
r
o
C
Waktu WIB
8-Juni
A1 B1
C1 25
27 29
31 33
35 37
7 10 13 16 19 22 1 4 7 S
u h
u ai
r
o
C
Waktu jam
8-Jun
A2 B2
C2
25 27
29 31
33 35
37
17 20 23 2 5 8 11 14 17 S
u h
u
o
C
Waktu WIB
9-Jun
A1 B1
C1 25
27 29
31 33
35 37
17 20 23 2 5 8 11 14 17 S
u h
u
o
C
Waktu WIB
9-Jun
A2 B2
C2
25 27
29 31
33 35
37
7 10 13 16 19 22 1 4 7 S
u h
u ai
r
o
C
Waktu WIB
11-Jun
A1 B1
C1 25
27 29
31 33
35 37
7 10 13 16 19 22 1 4 7 S
u h
u ai
r
o
C
Waktu WIB
11-Jun
A2 B2
C2
Keterangan : A1 : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm
B1 : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 15 cm C1 : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm
A2 : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 35 cm B2 : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 35 cm
C2 : Kolam tanpa penutup plastik dengan ketinggian air 35 cm Ketinggian air 15 cm
Ketinggian air 35 cm
17
Data dilampirkan pada Lampiran 2. Begitupula grafik dengan ketinggian air 35 cm menunjukkan data A2 lebih tinggi dari pada B2 dan C2.
Menurut Zhu 1998 plastik berbahan polyethylene adalah bahan yang baik untuk digunakan pada kolam greehhouse daripada kaca. Polyethylene memiliki sifat fisik yang fleksibel dan ringan
sehingga sering digunakan pada rumah tanaman. Akan tetapi memiliki kelemahan umur pakai yang singkat.
Beberapa sampel hasil pengukuran intensitas cahaya diluar kolam, dibawah plastik bening, dan dibawah plastik biru disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa intensitas cahaya lebih
banyak diteruskan oleh plastik bening dari pada plastik biru, sehingga suhu air kolam dibawah plastik bening lebih tinggi dari pada plastik biru. Tampak bahwa intensitas cahaya yang ditransmisikan pada
plastik bening rata-rata adalah 72.59 dari pada plastik biru dengan rata-rata sebesar 52.4. Tabel 3. Daya tembus intensitas cahaya pada plastik bening dan biru.
No Intensitas cahaya lux
Intensitas cahaya yang ditransmisikan
Lingkungan luar
Dibawah plastik bening
Dibawah plastik biru
Dibawah plastik bening
Dibawah plastik biru
1 112900
83600 63100
74.04 55.89
2 106800
78700 54800
73.68 51.31
3 113200
79200 56600
69.96 50
Rata-rata 72.56
52.4 Dari grafik Gambar 11, bila dikaitkan dengan suhu air yang dibutuhkan ikan antara 25-30
o
C Susanti 2009, maka teknik penutupan kolam dengan plastik hanya dapat mengatasi penurunan suhu
pada malam hari. Sedangkan pada siang hari karena intensitas penyinaran matahari yang tinggi dan energi panas yang terperangkap didalamnya membuat suhu air menjadi sangat tinggi. Akan tetapi,
pada Gambar 11 tampak bahwa kenaikan dan penurunan suhu pada kolam C1 lebih cepat terjadi daripada kolam A1 dan kolam B1. Sehingga dapat dikatakan kolam dengan penutup plastik dapat
membuat kecepatan kenaikan dan penurunan suhu air relatif lebih lambat. Hal ini sangat dibutuhkan bagi ikan karena tingkat kematian ikan juga dapat disebabkan stres akibat kenaikan suhu secara
mendadak . Pada grafik Gambar 12 disajikan hasil pengamatan dengan teknik yang sama. Akan tetapi,
kolam dengan penutup plastik dibuka mulai pk 07.00-16.00. ternyata kolam A tetap menghasilkan suhu yang lebih tinggi dari kolam kontrol C, dan kolam B relatif hampir sama dengan kolam kontrol.
Padahal seharusnya dengan penyinaran sinar matahari yang sama menghasilkan suhu yang sama antara kolam A, B, dan C. Hal ini dapat disebabkan karena lokasi kolam A yang terletak diutara, lebih
cepat menerima pancaran sinar matahari daripada kolam lainnya karena tidak terhalang oleh apapun, berbeda dengan kolam B dan kolam C yang terhalang oleh bangunan saat matahari terbit dari timur.
Data lengkap disajikan pada Lampiran 3.
18
Gambar 12. Grafik perbandingan suhu dengan teknik pembukaan plastik siang hari Pada tanggal 26 Juli 2011 dilakukan pengamatan dengan menambahkan aerator pada setiap
kolam dan menukarkan perlakuan kolam terbuka pada kolam A dan kolam tertutup plastik bening pada kolam C Gambar 13, hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4. Aerator yang digunakan
bermerek RS-390 dengan voltase 220V 50Hz, power 5W, dan output udara keluar dari batu aerasi 1.5 litermenit. Terlihat bahwa suhu kolam A1 memiliki suhu maksimum lebih rendah dari pada
kolam B1 dan C1. Sedangkan kolam A2 memiliki suhu maksimum hampir sama dengan kolam B2 10
20 30
40
6 7 8 9 10111213141516 S
u h
u
o
C
Waktu WIB
22-Juli
A1 B1
C1 10
20 30
40
6 8
10 12
14 16
S u
h u
o
C
Waktu WIB
22-Juli
A2 B2
C2
10 20
30 40
6 8
10 12
14 16
S u
h u
o
C
Waktu WIB
23-Juli
A1 B1
C1 10
20 30
40
6 8
10 12
14 16
S u
h u
o
C
Waktu WIB
23-Juli
A2 B2
C2
10 20
30 40
50
6 8
10 12
14 16
S u
h u
o
C
Waktu WIB
24-Juli
A1 B1
C1 10
20 30
40
6 8
10 12
14 16
S u
h u
o
C
Waktu WIB
24-Juli
A2 B2
C2
Keterangan : A1 : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm
B1 : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 15 cm C1 : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm
A2 : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 35 cm B2 : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 35 cm
C2 : Kolam tanpa penutup plastik dengan ketinggian air 35 cm
19
dan C2 hal, ini dikarenakan posisi kolam A yang memungkinkan untuk menerima sinar matahari lebih dahulu daripada kolam lainnya saat pagi hari membuat suhu yang seharusnya lebih rendah dari yang
lain menjadi relatif hampir sama. Pada Tabel 5 disajikan kandungan oksigen terlarut pada setiap kolam. Kandungan oksigen
terlarut selayaknya tidak kurang dari 4 ppm Brett 1979 diacu dalam Simanjuntak 2009 karena dapat mengakibatkan berhentinya proses pencernaan pakan, stress, dan pertumbuhan menurun. Beberapa
sampel yang diambil pada Tabel 5 menunjukkan kondisi konsentrasi oksigen terlarut relatif baik bagi pertumbuhan ikan.
Tabel 4. Data hasil pengamatan suhu maksimum dan minimum kolam dengan aerator 26 Juli
Waktu Suhu
o
C A1
A2 B1
B2 C1
C2 6
23 27.125
27.125 28.625
27.375 29
7 22.5
26.625 26.75
28.5 26.75
28.375 8
23 26.5
26.75 28.125
26.5 27.875
9 24.25
27.25 27.75
28.5 27.25
28.125 10
26 28
29 29.75
28.75 29
11 28.75
29.25 30.75
30.5 31
30 12
31 31.5
34.25 31.75
33.5 31.75
13 33.25
32.625 36
33.125 35.5
32.75 14
34 33.625
37 34
36.75 33.875
15 34
34.375 37.25
34.25 36
34 16
33.25 34.125
36 34
35.375 33.625
Gambar 13. Grafik perbandingan suhu dengan menggunakan aerator 10
20 30
40
6 8
10 12 14 16 S
u h
u
o
C
Waktu WIB
A1 B1
C1 10
20 30
40
6 8
10 12 14 16 S
u h
u
o
C
Waktu WIB
A2 B2
C2
Keterangan : A1 : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm
B1 : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 15 cm C1 : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm
A2 : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 35 cm B2 : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 35 cm
C2 : Kolam tanpa penutup plastik dengan ketinggian air 35 cm
20
Tabel 5 . Dissolve oxygen DO hasil pengamatan No
Waktu WIB Oksigen Terlarut DO
A1 A2
B1 B2
C1 C2
1 10.00
7.4 7.1
7.3 5.4
6.3 5.7
2 14.00
6.8 7
6.8 5
6.7 6.6
3 17.00
6.7 7
6.6 4.9
6.5 6.2
Data suhu yang diperoleh sejauh ini masih belum memenuhi syarat kolam bagi ikan menurut Susanti 2010 yaitu 25
o
C-30
o
C. Akan tetapi dari hasil pengamatan di lapangan di kolam yang berlokasi di daerah Sawah Baru, Darmaga rata-rata suhu air pada saat siang hari dengan ketinggian air
40 cm dengan kondisi cerah berkisar antara 30
o
C-33
o
C. Dengan suhu seperti yang diperoleh di kolam petani masih memungkinkan ikan untuk dapat hidup didalamnya, selain itu ikan memiliki sifat
poikilotermis sehingga fluktuasi suhunya akan mengikuti perubahan suhu medianya.
4.3 Pendugaan Suhu Air Kolam Dengan