MOTIF REMAJA DALAM MENONTON OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 Studi Pada Anggota Karang Taruna RW 06 Kelurahan Sawojajar

(1)

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 Studi Pada Anggota Karang Taruna RW 06 Kelurahan Sawojajar

S K R I P S I

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Prima Candra Febrianto NIM: 05220238

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Prima Candra Febrianto

NIM : 05220238

Konsentrasi : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : MOTIF REMAJA DALAM MENONTON OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 (Studi pada Anggota Karang Taruna RW 06 Kelurahan Sawojajar)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi

dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Senin

Tanggal : 15 Agustus 2011 Tempat : Ruang 607

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Drs. Wahyudi M.Si., S.Sos

Dewan Penguji :

1. Muslimin Machmud, Dr., M.Si Penguji I ( ) 2. Nasrullah, M.Si Penguji II ( ) 3. Drs. Farid Rusman, M.Si Penguji III ( ) 4. Drs. H .Abdullah Masmuh, M.Si Penguji IV ( )


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Hamba persembahkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. ”Alhamdulillah”. Setelah melalui proses yang panjang antara pencarian waktu, inspirasi, semangat, dan kesabaran hingga akhirnya penulis dapat menuliskan kata pengantar.

Skripsi ini berjudul MOTIF REMAJA DALAM MENONTON OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 (Studi pada Anggota Karang Taruna RW 06 Kelurahan Sawojajar), yang mana skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Berbagai hambatan dan kesulitan yang timbul dalam penyelesaian Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta motifasi dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan ”Terima kasih” yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Farid Rusman, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, yang sudah sabar dan menerima kekurangan penulis serta meluangkan waktu dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih telah memberikan bimbingan dan masukan bagi penulis.

2. Drs. H .Abdullah Masmuh, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, penulis ucapkan terima kasih atas diskusi, masukan serta motivasi secara islami dan bimbingan bagi penulis

3. Alm Prof. Dr. Hamidi, M.Si selaku dosen wali, terima kasih atas bimbingannya dan motivasi beliau semasa hidup.

4. Seluruh jajaran Dosen jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UMM yang dengan ikhlas mengamalkan dan membagi ilmunya.


(4)

5. Kedua Orang Tua-ku yang telah memberikan bantuan baik moril dan spirituil, serta bimbingan jalan masa depan ku atas segala dukungan dan kasih sayangnya, dan do’a yang tiada hentinya.

6. Adik-ku yoga dan via yang senantiasa memberikan semangat untuk menjadi lebih baik.

7. Dewi-ku, yang senantiasa memberikan dorongan semangat serta do’anya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Sahabat-sahabatku, Ivo, Kopral, Mungky, Dani, Kiki, Evi, dan Una, serta semua pihak yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, TERIMA KASIH atas diskusi dan dukungannya.

9. Teman-teman Komunikasi 2005/E dan serta seluruh teman-teman yang menunutut ilmu di Jurusan Ilmu Komunikasi UMM, ku do'akan agar cepat selesai dan lancar, ku tunggu kalian di Puncak Mahameru.

Penulis hanya dapat berdo’a semoga seluruh bantuannya mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pihak yang memerlukannya, serta penulis mengharapkan kepada siapa saja untuk memberikan saran dan kritikan, karena penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, dan kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T.

Malang,28 Juli 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAKSI ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Akademis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

E.1. Pengertian Komunikasi Masa ... 7

E.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 9

E.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 11

E.4. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 15

1. Pengertian Televisi ... 15

2. Karakteristik MediaTelevisi ... 17

3. Kekurangan dan Kelebihan Televisi ... 17

4. Fungsi Televisi ... 19

E.5. Format Acara Televisi ... 20

E.6. Audience Televisi ... 22

E.7. Motif Menggunakan Media Massa ... 24


(6)

3. Macam-macam motif menggunakan media massa ... 28

a. Motif Kognitif ... 28

b. Motif Afektif... 28

c. Motif Integeratif Sosial/kontak/korelasi ... 29

F. Definisi Konseptual dan Operasional ... 35

F.1. Definisi Konseptual ... 35

- Motif ... 35

F.2. Definisi Operasional ... 38

G. Metode Penelitian ... 41

G.1. Jenis Penelitian ... 41

G.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

G.1. Populasi dan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Teknik Penentuan Jumlah Sampel ... 43

3. Teknik Pengambilan Sampling ... 44

H. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H.1. Kuisioner ... 45

H.1. Dokumentasi ... 45

I. Analisis Data ... 45

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Kelurahan Sawojajar ... 47

B. Gambaran Anggota Karang Taruna RW VI Kelurahan Sawojajar ... 48

C. Kegiatan Karang Taruna RW VI Kelurahan Sawojajar ... 50

D. Gambaran Umum Trans TV ... 51

BAB III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 61

B. Distribusi Frekuensi ... 62


(7)

2. Informasi yang berhubungan dengan informasi Gaya

pakaian masa kini ... 63

3. Informasi berhubungan dengan informasi bagaimana berpenampilan yang baik ... 64

4. Informasi berhubungan dengan Cerita yang ditampilkan komedi Opera Van Java ... 66

5. Opera Van Java mempunyai hikmah yang baik. ... 67

6. Tempat yang digunakan shooting komedi situasi Opera ... 68

7. Ketertarikan dengan Tempat shooting komedi situasi Opera Van Java ... 69

8. Informasi tentang desain panggung yang terbaru ... 70

9. Pengetahuan bagaimana penataan desain panggung ... 71

10. Pengetahuan tentang cara bersenda gurau dalam Opera Van Java 72 11. Tingkat kesenangan melihat komedi situasi Opera Van Java .... 74

12. Tingkat Pengetahuan dengan baik cerita yang dipertontonkan .. 75

13. Rasa senang dengan karakter-karakter yang ada dalam komedi 76

14. Rasa senang dengan karakter tokoh pemeran utama ... 77

15. Rasa senang dengan tokoh-tokoh dalam Opera Van Java ... 78

16. Pengetahuan jam tayang komedi situasi Opera Van Java ... 80

17. Perasaan responden Opera Van Java ... 81

18. Tingkat keseringan menantikan tayangan komedi situasi Opera Van Java ... 82

19. Memindah frekuwensi lain saat melihat komedi situasi Opera Van Java ... 83

20. Tingkat berkhayal menjadi karakter pemeran utama komedi Opera Van Java ... 84

21. Tingkat berkhayal menjadi bintang tamu dalam komedi Opera Van Java ... 85

22. Waktu penayangan komedi situasi Opera Van Java Sesuai dengan acara berkumpulnya keluarga ... 87


(8)

waktu tepat anda berkumpul dan bercengkerama bersama

anggota keluarga ... 88 24. Merekomendasikan tayangan komedi Opera Van Java

kepada orang lain ... 89 25. Membicarakan cerita dalam komedi Opera Van Java

bersama orang lain ... 90 26. Memperoleh keakraban antar teman ... 91 27. Mengenali diri sendiri ... 92 28. Memilih tayangan komedi situasi Opera Van Java

merupakan salah satu cara untuk bersantai ... 94 29. Melihat komedi situasi Opera Van Java, dapat

mengurangi kepenatan ... 95

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran-saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden ... 61 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasar Informasi tentang Fashion ... 62 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasar Informasi tentang informasi

Gaya pakaian masa kini ... 63 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasar Informasi tentang informasi

bagaimana berpenampilan yang baik ... 64 Tabel 5 Distribusi Responden Berdasar Informasi tentang Cerita

yang ditampilkan komedi Opera Van Java ... 66 Tabel 6 Distribusi Responden Berdasar Opera Van Java mempunyai

hikmah yang baik ... 67 Tabel 7 Distribusi Responden Berdasar tempat yang digunakan shooting

komedi situasi Opera ... 68 Tabel 8 Distribusi Responden Berdasar Ketertarikan dengan Tempat

shooting komedi situasi Opera Van Java ... 69 Tabel 9 Distribusi Responden Berdasar Informasi tentang desain panggung

yang terbaru ... 70 Tabel 10 Distribusi Responden Berdasar pengetahuan bagaimana

penataan penataan desain panggung ... 71 Tabel 11 Distribusi Responden Berdasar pengetahuan tentang cara

bersenda gurau dalam sinetron ini ... 72 Tabel 12 Distribusi Responden Berdasar Tingkat kesenangan melihat

komedi situasi Opera Van Java ... 74 Tabel 13 Distribusi Responden Berdasar Pengetahuan dengan baik cerita

yang dipertontonkan ... 75 Tabel 14 Distribusi Responden Berdasar rasa senang karakter-karakter

yang ada dalam komedi ... 76 Tabel 15 Distribusi Responden Berdasar rasa senang dengan


(10)

Tabel 16 Distribusi Responden Berdasar rasa senang dengan tokoh-tokoh dalam Opera Van Java ... 78 Tabel 17 Distribusi Responden Berdasar pengetahuan jam tayang komedi

situasi Opera Van Java ... 80 Tabel 18 Distribusi Responden Berdasar perasaan responden

Opera Van Java ... 81 Tabel 19 Distribusi Responden Berdasar Tingkat keseringan menantikan

tayangan komedi situasi Opera Van Java ... 82 Tabel 20 Distribusi Responden Berdasar Memindah frekuwensi

lain saat melihat komedi situasi Opera Van Java ... 83 Tabel 21 Distribusi Responden Berdasar Tingkat berkhayal menjadi

karakter pemeran utama dalam komedi Opera Van Java ... 84 Tabel 22 Distribusi Responden Berdasar Tingkat berkhayal menjadi

bintang tamu dalam komedi Opera Van Java ... 85 Tabel 23 Distribusi Responden Berdasar Waktu penayangan komedi

situasi Opera Van Java Sesuai dengan acara berkumpulnya

keluarga ... 87 Tabel 24 Distribusi Responden Berdasar Waktu penayangan komedi

situasi Opera Van Java adalah waktu tepat anda berkumpul dan bercengkerama bersama anggota keluarga ... 88 Tabel 25 Distribusi Responden Merekomendasikan tayangan komedi

Opera Van Java kepada orang lain ... 89 Tabel 26 Distribusi Responden Membicarakan cerita dalam komedi

Opera Van Java bersama orang lain ... 90 Tabel 27 Distribusi Responden Memperoleh keakraban antar teman ... 91 Tabel 28 Distribusi Responden Mengenali diri sendiri ... 92 Tabel 29 Distribusi Responden Memilih tayangan komedi situasi

Opera Van Java merupakan salah satu cara untuk bersantai ... 94 Tabel 30 Distribusi Responden Melihat komedi Opera Van Java


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Logo Opera Van Java ... 60

DAFTAR LAMPIRAN - Angket Pra-Survey


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,H. Abu, 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. 2007. Psikologi Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Amri, Amir. 1981. Tanya Jawab Dasar-dasar Penerangan. Armico. Bandung. Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung : PT. Mandar Maju.

Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. UMM Press. Malang. Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media

Televisi). Jakarta : Rhineka Cipta.

McQuail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta. Erlangga.

Naratama, 2004. Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single dan Multi Camera. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia..

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang : Cespur.

2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta :PT RajaGrafindo Persada. Phoenix, Team Pustaka. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Baru.

Jakarta : Pustaka Phoenix

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2007.MetodePenelitiankomunikasi.

Bandung:RemajaRosdakarya.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R & D. Bandung : Alfabeta.

2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Winarni, 2003. Komunkiasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(13)

Skripsi : ”Motif Mahasiswa Menyaksikan Tayangan Infotainment Silet di RCTI Studi Pada Mahasiswa Fakultas Agama Islam Angkatan 2005 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG”karya Dewi Anike Noviastuti (03220152), Ilmu Komunikasi FISIP UMM 2008

Non Buku :

(http://www.trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/15) diakses tanggal 15 Desember 2010, pkl 16.30 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Taruna diakses tanggal 10 Januari 2011, pkl 20.00 WIB http://www.transtv.co.id/


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat merupakan hal pokok yang harus dipenuhi, baik demi mencari informasi maupun sebagai penyebaran informasi. Pencarian informasi tidak hanya berupa sebuah pemenuhan akan berita, pendidikan, hiburan dan lain-lain. Seiring dengan berbagai macam kebutuhan masyarakat membuat perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat pesat. Dunia televisi di Indonesia telah mempengaruhi dan bahkan menciptakan persepsi dan sikap pemirsa.

Televisi adalah salah satu media komunikasi massa yang menyajikan berbagai tayangan baik informasi maupun hiburan dalam memenuhi kebutuhan pemirsanya yang beraneka ragam. Jika seseorang memiliki suatu kebutuhan, otomatis muncul suatu motif yang mendorong dia untuk melakukan sesuatu demi memenuhi kebutuhan tersebut. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian khalayak telah menjadi panutan baru (news religious) bagi kehidupan manusia (Kuswandi, 1996 : 22-23).

Kedatangan media televisi di Indonesia pertama kali dipelopori oleh TVRI (Televisi republikc Indonesia) pada tahun 1962 sebagai satu-satunya stasiun televisi milik pemerintah di negeri ini. Namun seiring dengan perkembangan dunia pertelevisian sejak tahun 1990-an banyak bermunculan stasiun televisi swasta baru. Keadaan ini terjadi sebab


(15)

pemerintah memberikan deregulasi dalam bidang pertelevisian atau swastanisasi pertelevisian di Indonesia yang salah satunya ditandai dengan berdirinya stasiun televisi swasta yang pertama yaitu RCTI, Kemudian disusul beberapa televisi swasta nasonal lain seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Indosiar, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), AnTv, Trans7. Kemudian beberapa waktu terakhir, tepatnya pasca Reformasi sebagai tanda dibukannya kebebasan pers, layaknya jamur di musim hujan, di Indonesia bermunculan stasiun-stasiun televisi baru seperti Transformasi Televisi (TransTV), Lativi, Global TV, dan seterusnya.

Persaingan antar televisi swasta yang ada adalah persaingan pola acara yang disesuaikan dengan minat dan fenomena yang ada. Dan kalau melihat kondisi masyarakat yang masih terpola dengan budaya hiburan (menonton) maka para pengelola televisi berlomba-lomba menyajikan “produk hiburan“ sebaik-baiknya dan sepuas-puasnya untuk dinikmati pemirsa.

Stasiun – stasiun televisi di Indonesia menyajikan berbagai macam program untuk memenuhi kebutuhan pemirsanya yang beraneka ragam. Perkembangan televisi kearah menjamurnya sinetron sekarang ini, menunjukkan bahwa masyarakat gemar menyaksikan acara tersebut. Seiring dengan berkembangnya sinetron Indonesia, berkembanglah televisi yang dapat dibuktikan dengan banyak bermunculnya stasiun televisi swasta yang bersaing dengan banyak bermunculnya stasiun televisi swasta yang bersaing dalam menyajikan program acara yang dinikmati para


(16)

penonton. Ada benarnya, bila era 1990 – 2000an, disebut “era televisi” karena pada era ini muncul beberapa stasiun televisi swasta baru.

Lahirnya stasiun televisi swasta TRANS7 berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif. TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.

(http://www.trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/15), diakses tanggal 15 Desember 2010, pukul 16.30 WIB)

Stasiun televisi TRANS7 merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Televisi Transformasi Indonesia. TRANS7 mempunyai beberapa acara unggulan yang salah satunya adalah Opera Van Java. OVJ (Opera


(17)

Van Java) adalah suatu komedi situasi yang acaranya dikonsep dengan model wayang orang dengan dipandu oleh satu dalang beserta sinden dan satu grup gamelan yang mengiringinya.

Dalam Opera Van Java, Parto berperan sebagai seorang dalang yang mempunyai wewenang untuk mengatur alur cerita di setiap adegan. Sedangkan para pemain yang bertindak sebagai wayang, harus menuruti semua perintah yang diucapkan oleh dalang, oleh karena itu, para pemain dituntut untuk melakukan improvisasi adegan dan dialog dengan cepat. Selain itu, keunikan program ini adalah alur ceritanya yang hanya diketahui oleh sang dalang, sehingga reaksi dan aksi spontan para pemain Opera Van Java ini akan mengalir dengan sendirinya. Yang lucu dan menarik dari program ini adalah para wayang dapat protes jika merasa gak sreg dengan perintah/ petunjuk dalang. Parto Patrio yang memerankan tokoh dalang memang suka ngasih perintah yang aneh-aneh, misalnya nangis sampai berguling-guling atau marah sambil melotot ke kanan dan kiri yang memang harus diikiuti oleh wayang. Selama pertunjukan wayang manusia ini berlangsung, Parto akan ditemani oleh Rina ‘Sinden Centil’ dan Dewi Gita yang akan memberikan komentar terhadap para pemain serta menyanyikan beberapa buah lagu dengan gaya khas seorang sinden, sedangkan Sule, Andre, Aziz ‘Gagap’ dan Nunung akan hadir di setiap episode OVJ sebagai pemain wayang tetap.

Selanjutnya dari paparan diatas juga memberikan fenomena yang ada pada kalangan karang taruna adalah setiap ada pertemuan karang


(18)

taruna RW 06 selalu ada kata-kata jangan lupa sambil menonton Opera Van Java, kata-kata menonton dalam komedi situasi ini sering diucapkan. Banyak yang menggemari acara Opera Van Java yang dikarenakan kemasan acara komedi situasi ini yang berbeda dengan komedi situasi lainnya. Dalam tayangan Opera Van Java ini, terdapat kata-kata yang diciptakan oleh para pemain dan sebenarnya bukan merupakan bagian dari dialog pada naskah. Kata-kata khusus tersebut antara lain “Prikitiw..“, “Bercanda itu..“, “Ya’ee..“, “Mas Boy..“, “Benang Merah..“, “Uyyhee..“, “Pak Bambang..“. Kata-kata ini disampaikan secara spontan oleh pemain dan secara tidak langsung audiens telah diberi suatu kesan khusus akan tayangan Opera Van Java ini. Sering kali para pemain mengucapkan kata ini. Dalam satu scene pemain bisa mengucapkan lebih dari satu kali. Dari seringnya para pemain Opera Van Java ini mengucapkan kata-kata tersebut, secara tidak sadar audiens terpengaruh sedikit demi sedikit untuk mempraktekkan kata tersebut dalam bahasa kesehariannya.

Dengan adanya fenomena tersebut maka, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN OPERA VAN JAVA DI TRANS 7.


(19)

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

Motif apa saja yang mendorong remaja dalam Menonton Opera Van Java di Trans 7 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan peneliti adalah untuk mengetahui motif apa saja yang mendorong remaja dalam Menonton Opera Van Java di Trans 7 ?

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Dapat mengembangkan ilmu komunikasi dalam bentuk pengetahuan terutama dalam bidang audio visual.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, agar mampu menemukan masalah serta mampu menempuh pemecahannya secara ilmiah.

b. Bagi masyarakat, memberi wawasan yang luas dalam menonoton suatu tayangan televisi.

c. Dapat dijadikan acuan bagi institusi media televisi dalam meningkatkan kualitas tayangan yang disajikan.


(20)

E. Tinjauan Pustaka

E. 1. Pengertian Komunikasi Massa

Menurut Winarni (2003:5-6) Dalam percakapan sehari-hari, orang cenderung mengartikan komunikasi massa sama dengan alat atau benda fisik yang berfungsi sebagai media massa seperti radio, televisi, film, surat kabar dan sebagainya. Padahal tidak demikian sebenarnya.

Dalam pembahasan ini, pengertian komunikasi massa yang dimaksud berbeda dengan yang disebut diatas. Komunikasi massa diartikan sebagai berikut:

a. Bittner. Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)

b. Gerber. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki dalam masyarakat individu. (Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies).

c. Rakhmat. Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim dan


(21)

melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

d. Severin dan Tankard, Jr. Komunikasi massa adalah sebagian ketrampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Sebagai ketrampilan jika komunikasi massa meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Sebagai seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai menjadi lebih baik.

Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A Devito dalam Nurudin (2004:10-11) yakni,” First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes”.


(22)

Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).

E.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Adapun ciri-ciri komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang dicakupnya. Beberapa ciri komunikasi massa dalam Burudin (2007:19-31):

a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga.

Artinya komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang yang tergabung dalam berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

b. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen.

Dimana keberadaan komunikan terpencar-pencar, antara yang satu dengan yang lain tidak saling kenal dan masing-masing berbeda dalam


(23)

hal pendidikan, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang seragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. c. Pesannya Bersifat Umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural.oleh karena itu, pesan yang dikemukakan tidak bersifat khusus. Khusus disini artinya pesan tersebut memang tidak ditujukan untuk golongan tertentu.

d. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Artinya dalam penyampaian pesan komunikasi tidak ada umpan balik dari komunikan kepada komunikator. Kalaupun ada sifatnya tertunda. e. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalaknya sangat membutuhkan peralatan teknis yang dimaksud misalnya untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).

g. Komunikasi Massa Dikontrol Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis informasi/palang pintu/penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan menyebarkan informasi melalui media massa. Gatekeeper disini berfungsi sebagai


(24)

orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan dan mengemas semua informasi yang disebarkan agar lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud disini antara lain reporter, editor film/surat kabar/buku, manager pemberitaan, penjaga rubrik, kameramen, sutradara dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam sebuah pesan dari masing-masing media massa. Bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan.

E.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi artinya peran atau sesuatu yang diperankan oleh suatu hal dalam kegiatan pihak lain. Fungsi itu dapat dirasakan baik terhadap diri orang secara individual, maupun bagi kelompok anggota masyarakat, serta terhadap masyarakat secara keseluruhan (Winarni,2003-43).

Sebenarnya banyak sekali pendapat yang mengemukakan fungsi komunikasi massa. Walaupun demikian substansinya sama saja. Sebab tetap ada benang merah yang bisa ditarik dari semua pendapat tentang fungsi komunikasi massa. Mungkin hanya variasi pembagiannya saja yang berbeda.


(25)

Charles R. Wright dalam Winarni (2003,43-44) menyebutkan fungsi komunikasi massa antara lain:

a. Surveillance atau pengawasan

Disebut juga pengawasan terhadap apa yang terjadi di lingkungan. Komunikasi akan terus menerus mencari tahu, menyelidiki dan mengumpulkan informasi lalu menyebarluaskan kepada khalayak. Fungsi inilah yang dimaksud dengan fungsi pemberitaan dari komunikasi massa. Bagi individu dan masyarakat, fungsi pemberitaan ini berperan sebagai peringatan (warning).

b. Correlation atau kegiatan menghubungkan

Fungsi ini berperan untuk membantu mobilisasi yaitu menggerakkan masyarakat untuk suatu tujuan bersama. Bagi individu fungsi ini memberikan efisiensi, yaitu dengan membaca media berarti individu akan tertolong untuk mendapatkan berbagai informasi tanpa harus ngoyo terjun ke lapangan. Pemberitaan media massa yang disertai dengan analisis juga berfungsi preskripsi atau memberi resep pada khalayak dalam menghadapi sesuatu masalah.

c. Transmisi Kultural

Fungsi pewarisan budaya atau fungsi pendidikan dari komunikasi massa ini berperan meningkatkan keutuhan sosial dan mengurangi ketidakpastian di tengah masyarakat. Fungsi ini juga dapat terjadi disfungsi, yakni bagi masyarakat akan berkembang masyarakat massa, dan bagi individu akan terjadi depersonalisasi sosialisai yaitu proses sosialisasi


(26)

menjadi hampir sama bagi setiap orang, tidak terjadi kekhasan bagi setiap individu.

d. Entertainment atau Hiburan

Fungsi ini merupakan sarana pelepas lelah baik bagi individu maupun masyarakat. Sedangkan disfungsi dari fungsi penghiburan bagi masyarakat adalah publik yang divert yaitu cenderung menghindari aksi-aksi sosial karena hiburan yang disajikan media menyebabkan masyarakat menjadi lebih individualistik. Sedangkan bagi individu disfungsi dari fungsi penghiburan adalah meningkatkan kepasifan karena hiburan yang disajikan media cenderung membuat orang terlena, menurunkan selera akibat kecenderungan media massa menjadikan hal-hal yang disukai banyak orang, memungkinkan terjadinya pelarian yaitu upaya untuk melarikan diri dari kenyataan hidup.


(27)

Tabel 1.1

Fungsi Komunikasi Massa No. Tujuan

Komunikator (Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan diri pada system: Pemuasan Kebutuhan) 1. 2. 3. 4. Memberi informasi Mendidik Mempersuasi Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan

Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna menfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

memberi keputusan, mengadopsi nilai tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi. Sumber: Alexis S. Tan 1981, dalam buku Nurudin M.Si, Pengantar Komunikasi Massa.


(28)

E.4. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa. 1. Pengertian televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-bahasa latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan, gambar dan suara yang diproduksi dari suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat ”lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set). (Wahyudi,1986:49)

Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Para pemirsa tidak akan pernah mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada prinsip-prinsip radio yang mentransmisikannya, dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak atau hidup, jika tidak ada unsur-unsur film yang memvisualisasikannya, jadi paduan audio dan video.

Yang dimaksudkan dengan televisi disini ialah televisi siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan komunikasi massa dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa sebagaimana yang diuraikan dimuka, yakni: berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (Effendy,1993:21)


(29)

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. (Kuswandi,1996:21-22)

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak.

Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan penonton, ini adalah wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah, bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang dihidangkan televisi.


(30)

2 . Karakteristik media televisi

Ciri-ciri televisi menurut A. Phiggins dalam Amri Amir(1982:46) antara lain:

a. Para penonton dapat melihat dan mendengar, sesuatu peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung, dengan demikian dapat dilihat secara terus menerus.

b. Televisi melakukan komunikasi langsung dan akrab (directy and intimately), sebab penonton televisi hanya terdiri dari beberapa orang saja. Jadi para penonton tv seolah-olah berhadapan langsung dengan kejadian, didalam kamar duduknya sendiri.

c. Layar televisi adalah sedemikian kecilnya, sehingga tidak mungkin menunjukkan seluruh situasi, seperti didalam layar film dan karena itu yang dijadikan pokok pertunjukkan ialah close up. 3. Kekurangan dan kelebihan televisi

Menurut Kuswandi (1996:23) kekurangan atau kelebihan televisi dibandingkan dengan media massa lain antara lain:

a. Menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

b. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa, cukup besar. c. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan, sangat cepat.


(31)

d. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi, cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).

e. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.

Sedangkan kekurangan televisi menurut Kuswandi (1996:23) dibandingkan media massa lain adalah:

a. Karena bersifat ”transitory” maka isi pesannya tidak dapat di memori oleh pemirsa (lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk klipingan koran).

b. Media televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan media cetak dapat dibaca kapan saja dan dimana saja.

c. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar seperti halnya media cetak. Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya), juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara.

d. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa, sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas.


(32)

4. Fungsi Televisi

Dalam Mc Quail (1989:70-71) fungsi dari media televisi adalah: 1. Informasi

a. Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat Dunia.

b. Menunjukkan hubungan kekuasaan.

c. Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemujan. 2. Korelasi

a. Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari, makna peristiwa, dan informasi.

b. Menjunjung otoritas dan norma-norma kesopanan. c. Melakukan sosialisasi.

d. Mengkoordinasi beberapa kegiatan. e. Membentuk kesepakatan.

f. Menentukan urutan prioritas dan memeberikan status relatif.

3. Kesinambungan

a. Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subcultural) serta perkembangan budaya baru.


(33)

4. Hiburan

a. Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan saran relaksasi. Sebagian besar dari alokasi waktu siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati di rumah oleh seluruh keluarga serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan yang tuna wisma.

b. Meredakan ketegangan sosial. c. Mobilisasi

Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.

E. 5. Format Acara Televisi

Menurut Naratama (2004:65) menyebutkan ada tiga format acara televisi, diantaranya adalah:

a.Fiksi (drama)

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan kreasi ulang, format yang digunakan merupakan interpetasi kisah kehidupan yang


(34)

diwujudkan dalam suatu tuntutan cerota dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggambarkan realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi para kreatornya. Contoh: drama percintaan (love story), Tragedi, Horor, Komedi, Legenda, Aksi (action), dan lain sebagainya.

b.Non fiksi

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khalayan. Untuk itu format-format acara non drama merupakan sebuah tuntutan pertunjukkan kreatif yang menggunakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi. Contoh: Talk Show, Konser Musik, dan Variety show. c.Berita Olah Raga

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independent. Contoh: Laporan Olahraga, Berita ekonomi.


(35)

E.6. Audience Televisi

Tidak bisa dipungkiri, audience yang dimaksud dalam komunikasi massa ini sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku atau ratusan pembaca jurnal ilmiah. Masing-masing audience ini berbeda satu sama lain. Mereka berbeda dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing-masing individu ini juga bisa saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterimanya. (Nurudin,2004:96)

Menurut Hiebert dan kawan-kawan dalam Nurudin (2004:96-97) kharakteristik audiences antara lain:

a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.

b. Audience cenderung besar.

Luas disini berarti tersebar keberbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi, perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu.


(36)

c. Audience cenderung heterogen.

Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu punya sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.

d. Audience cenderung anonim.

Yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaan? Tidak mengenal ini tidak ditekankan satu kasus per satu kasus tetapi meliputi semua audience.

e. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.

Anda berada di Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi yang disiarkan dari Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer? Dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.

Menurut McQuail (1989:201) hakikat dualitas audiens merupkan kolektivitas yang terbentuk baik sebagai tanggapan terhadap isi media dan didefinisikan berdasarkan perhatian pada isi media itu (audiens aktif) maupun sesuatu yang sudah ada dalam kehidupan sosial dan kemuudian dilayani oleh profesi dalam media tertentu (audiens pasif).

Dalam perspektif kritis, media dipandang bersikap manupilatif terhadap masyarakat. Oleh karenanya media dinilai berpengaruh kuat terhadap masyarakat dan bahkan bentukan


(37)

audiens sebagiannya merupakan hasil bentukan dari media dan bukan merupakan entitas yang telah ada sebelumnya. Pengaruh atau lebih tepatnya dampak media, bahkan bersifat massif, menciptakan individu-individu menjadi bagian dari massa yang pasif.

Audiens media atau khalayak media merupakan komunikan media massa (mass audience). K. Avery menggolongkan audiens media menjadi :

a. Selective attention

Golongan ini yang termasuk mau menerima pesan-pesan dari media tetapi hanya diminati saja.

b. Selective perseption

Yang termasuk dalam golongan ini adalah mereka yang berbeda persepsinya dalam menanggapi suatu pesan media.

c. Selective retention

Golongan yang hanya mau mengingat apa yang perlu diingat saja terutama kalau erat kaitannya dengan kepentingan mereka (skripsi Dwi Juni S. 2008:12).

E.7. Motif Menggunakan Media Massa 1. Pengertian Motif

Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Misalnya, apabila seseorang merasa lapar, itu berarti dia


(38)

membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respons atau suatu himpunan respons dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses belajar. Ada beberapa definisi tentang motif :

a. Gerungan (1966)

Motif itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.

b. Lindzey, Hall dan Thompson (1975)

Motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. c. Atkinson (1958)

Motif sebagai suatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan.

d. Sri Mulyani Martaniah (1982)

Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.


(39)

e. Purwanto

Segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu atau seperti yang dikatakan oleh sartain dalam bukunya ”Psichology Understanding of Human Behavior” motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam satu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan menuju suatu tujuan atau perangsang.

Dari beberapa definisi tersebut kami cenderung mengajukan suatu definisi motif sebagai berikut:

Motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat sesuatu.(Ahmadi,2007:177-178)

2. Macam-macam Motif Secara Umum

Menurut Wood Worth dan Marquis dalam Abu Ahmadi (2007:180) membedakan motif atas:

a. Motif yang tergantung pada keadaan dalam jasmani, ini merupakan kebutuhan organik.

Misalnya : makan, minum dan sebagainya.

b. Motif yang tergantung hubungan individu dengan lingkungan. a.) Emergency motive / motif darurat.

Ini adalah motif yang membutuhkan tindakan segera karena keadaan sekitarnya menuntut demikian.


(40)

Misalnya : motif untuk melepaskan diri dari bahaya melindungi matanya dan sebagainya.

b.) Objective motive / motif objektif.

Motif yang berhubungan langsung dengan lingkungan baik berupa individu maupun benda.

Misalnya : penghargaan, memiliki mobil, memiliki rumah bagus, dan sebagainya

Kalau disederhanakan pembagian WoodWorth atas motif itu sebagai berikut:

a.) Motif yang ditentukan oleh keadaan didalam diri jasmani individu. (motif intrinsik)

b.) Motif yang ditentukan oleh hubungan antara individu dan lingkungan (orang dan benda). (motif ekstrinsik) Menurut Sherif dalam Abu Ahmadi (2007:180-181) membedakan motif atas dasar jenis kebutuhannya antara lain:

a.) Biogenic Motive (motive biogenetic)

Motif yang berasal dari kebutuhan biologis sebagai makhluk yang hidup. Motif ini terdapat didalam lingkungan pada internal, dan tidak banyak tergantung pada lingkungan diluar diri individu itu. Motif ini berkembang dengan sendirinya didalam diri individu.


(41)

b.) Sociogenic motives (motive sosiogenetis)

Motif ini timbul didalam diri individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial. Timbulnya motif ini karena interaksi dengan orang lain. Tentu saja perbedaan motif. Mungkin juga lingkungan yang sama menimbulkan motif yang berbeda pada individu yang berbeda. Sebab motif sosiogenetis ini bukanlah merupakan motif yang sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan tetapi perpaduan antara individu dengan lingkungan. Lingkungan mempengaruhi individu, tetapi individu sebagai organisme yang hidup tidak begitu saja secara otomatis menerima pengaruh itu tetapi didalam dirinya ada bermacam-macam kemampuan antara lain daya seleksi mengolah, memperhitungkan, memutuskan dan sebagainya. Oleh karena itu peranan individu itu sendiri juga besar sekali dalam hal menerima pengaruh itu. Dan ini bersifat individual, berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.

3. Macam-macam motif menggunakan media massa a. Motif Kognitif

adalah kebutuhan akan informasi, motif informasi dapat diartikan apabila seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan tentang sesuatu yang baru.

b. Motif Afektif (berhubungan dengan perasaan seseorang). 2macam motif afektif adalah sebagai berikut:


(42)

a.) Motif Fantasistescapist, yaitu kebutuhan (berkhayal/kebutuhan akan fantasi). Motif ini berkaitan dengan motif bagaimana seseorang individu secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya.

b.) Motif Diversi, motif ini berdasarkan kebutuhan akan: - Pelepasan dari tekanan,

Motif ini didasarkan atas kebutuhan manusia untuk melepaskan diri dari kehidupan nyata/dari kehidupan maupun kegiatan kesehariannya. Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan akan hiburan yaitu, kebutuhan manusia untuk melepas lelah baik bagi individu maupun masyarakat.

- Hiburan,

Hiburan adalah kebutuhan dasar manusi. Dalam kaitannya ini responden berusaha untuk bebas dari rasa bosan, relaksasi, pelepasan emosional.

c. Motif Integratif Social/kontak sosial/korelasi, yaitu kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan keluarga, teman dan dunia (dunia sosial).

Motif menonton adalah melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan tertarik menonton sesuatu tayangan atau program acara yang menarik perhatian untuk diketahui lebih jauh dan


(43)

mendalam, agar para audience memperoleh informasi yang menarik dan aktual (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tindakan menonton dapat menciptakan sikap atau perilaku seseorang dalam proses komunikasi ketika menerima sesuatu pesan yang ditunjukkan kepadanya. Dalam penilitian ini yang dimaksud dengan menonton adalah tanggapan dan perilaku mahasiswa umm malang angkatan 2007 dalam tindakan menonton acara komedi situasi OVJ, ketika mereka menerima pesan melalui acara ini maka yang ditunjukkan adalah dengan tetap menonton dan menyaksikan acara ini dengan tidak mengganti ke acara lain.

Dalam teori Uses and Gratification Model (Model Kegunaan dan Kepuasaan) Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori Uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik didalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai


(44)

pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. (Nurudin ,2004:181).

Menurut Hamidi(2007:77-79) Teori Uses and Gratification (Penggunaan dan Kepuasan) ini menyatakan (mengasumsikan) bahwa orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang dapat dipenuhi dengan (salah satu caranya) menggunakan (berlangganan, membaca, menonton atau mendengarkan) media massa.

Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut orang lalu memilih, media apa yang hendak digunakan, kemudian juga memilih pesan apa (acara, rubrik, berita) yang hendak ”dinikmati”. Tindakan memilih atau menggunakan tersebut dilakukan karena orang mengharapkan kepuasan atau terpenuhinya keinginan.

Dengan ungkapan lain asumsi teori ini mengatakan bahwa orang sebenarnya aktif membuat pilihan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya. Karena itu teori ini digunakan jika peneliti ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh orang terhadap media (what the people do with mass media).

Warga masyarakat secara keseluruhan, bahkan setiap orang menggunakan media baik secara sadar (diakui secara jelas) atau tidak, dilakukan dengan berbagai alasan, motivasi, tujuan, sebab media bisa berfungsi menghibur, memberi informasi, menjual, mendidik, membekali aktualisasi diri dalam pergaulan, membentuk sikap dan


(45)

perilaku (budaya). Dengan demikian, teori ini juga menegaskan, jika kebutuhan dan keinginan publik dapat diidentifikasi, maka media massa akan dapat secara lebih baik memenuhinya. Namun perlu disadari bahwa hasil penelitian menunjukkan, tidak mudah melakukan identifikasi kebutuhan dan keinginan publik.

Uses and Gratifications sebagai sebuah teori dapat digunakan sebagai upaya untuk menemukan apakah pemenuhan kebutuhan atau keinginan publik terarah pada tipe media cetak atau elektronik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan orang akan informasi lebih menggunakan media cetak, sedang kebutuhan orang akan hiburan lebih menggunakan media siaran (elektronik). Tetapi kajian yang lain menunjukkan bahwa kepuasan seseorang dapat dipenuhi oleh kedua tipe media tersebut. Kebutuhan akan hiburan misalnya bisa dipenuhi dengan membaca majalah, koran, komik sedang kebutuhan informasi dapat terpuaskan oleh berita-berita dari televisi.

Penelitian yang menggunakan teori ini pada dasarnya adalah penelitian yang mempunyai permasalahan yang terkait dengan bagimana dan mengapa orang menggunakan media. Delapan motif orang menggunakan televisi: mengisi waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu, mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan, melakukan kebiasaan.

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh


(46)

(gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dan rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial (Nurudin ,2004:183).

Menurut Blumer dan Katz dalam Rakhmat (2005:205) asumsi-asumsi dasar dari teori ini adalah:

a.) Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

b.) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

c.) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

d.) Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

e.) Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Teori ini merupakan kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru ini media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di


(47)

pihak yang pasif. Sementara teori uses and gratification ditekankan bahwa audience aktif untuk menetukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Kesimpulan dari teori ini terpaan media akan mengenai audience berada di pihak yang aktif.

Menurut McGuire dalam Rachmat (2001:208) menyebabkan 16 motif, mula-mula motif dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan tertentu (berhubungan dengan pengetahuan), dan motif afektif yaitu motif yang menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu (berhubungan dengan perasaan). Sedangkan dalam Rackmat (2001:66), motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unifungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist, atau gratifikasi segera tertangguhkan), empat-fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal, dan surveillance; atau korelasi hiburan, transmisi budaya, dan multifungsional.

Sementara itu pada Nurudin (2003:183-184) berkaitan dengan teori Uses and Gratifications motif atau kebutuhan khalayak dapat dibedakan dalam lima macam, yaitu kognitif, afektif, integrative personal, integrative sosial, pelepasan ketegangan/melarikan diri dari kenyataan(diversi).

Daftar motif memang tidak terbatas. Akan tetapi operasionalisasi Blumler (1980:209) agak praktis untuk dijadikan petunjuk penelitian. Blumler menyebutkan tiga orientasi: orietasi kognitif (kebutuhan akan


(48)

informasi, surveillance, atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), serta identitas personal (yakni, ”menggunakan isi media untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri”).

F. Definisi Konseptual dan Operasional F.1. Definisi Konseptual.

Untuk membantu peneliti dan pembaca dalam memahami konsep penelitian ini, maka diperlukan beberapa konsep untuk didefinisikan. Definisi konseptual adalah batasan tentang pengertian yang diberikan peneliti terhadap variable-variable (konsep) yang hendak diukur, diteliti dan digali datanya (Hamidi, 2007 : 140). Berikut beberapa definisi konsepnya:

- Motif

Motif merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang berorientasi pada pemuasan kebutuhan. Karena itu motif tidak harus dipersepsikan secara sadar sebab motif yang mendasari perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Daftar Motif memang tidak terbatas, berikut beberapa macam-macam motif menurut para ahli komunikasi:

- Menurut Katz, Blumler, Gurevitch, 1974; dalam Rakhmat (2007: 66) macam-macam motif adalah sebagai berikut:


(49)

a. Motif Unifungsional (hasrat melarikan diri, kontak social, atau bermain).

b. Bifungsional (Informasi-edukasi, fantastistescapist, atau gratifikasi segera tertangguhkan), empat-fungsional (diversi, hubungan personal, identifikasi personal, dan surveilance; atau

surveillance, korelasi, hiburan, transmisi budaya, dan

multifungsional.

- Menurut Blumler dalam Rakhmat (2007: 66), yaitu:

a.) Orientasi kognitif (kebutuhan akan informasi, Surveillance, atau eksplorasi realitas).

b.) Diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan)

c.) Identitas personal (yakni “menggunakan isi media untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri”).

- Dalam penelitian ini, peneliti Cenderung menggunakan macam-macam motif yang telah dijabarkan dalam Nurudin (2007: 194-195).

a.) Motif Kognitif

Motif kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Motif informasi dapat diartikan apabila seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau pemahan tentang


(50)

sesuatu. Kebutuhan ini didasrkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan unutk penyelidikan kita.

b.) Motif Afektif

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional. (kebutuhan afektif dapat dikatakan dengan kebutuhan yang berkaitan dengan perasaan). Salah satu kebutuhan yang termasuk dalam motif afektif adalah

Fantastistescapist, (disebut juga kebutuhan

berkhayal/kebutuhhan akan fantasi). Kebutuhan ini berkaitan dengan bagaimana seseorang individu secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya.

c.) Motif Integratif Sosial

Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

d.) Motif Integratif Personal

Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,


(51)

stabilitas, dan status individual. Hal itu bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri.

e.) Motif Pelepasan Ketegangan

Kebutuhan pelepasan ketegangan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman. Kebutuhan ini didasarkan atas kebutuhan manusia untuk melepaskan diri dari kehidupan nyata/dari kehidupan kesehariannya.

F.2. Definisi Operasional.

Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variable diukur (hamidi,2007:142). Adapun untuk memperjelas fokus penelitian maka dalam definisi operasional ini akan dibahas mengenai indikator dari motif orientasi kognitif, afektif, diversi, integratif personal, dan integratif sosial berikut adalah indikator-indikator:

a. Motif Kognitif,

adalah kebutuhan akan informasi. Indikatornya adalah:

1.) Responden dalam menyaksikan tayangan komedi situasi Opera Van Java, secara tidak sadar memperoleh informasi tentang model pakaian, aksesoris-aksesoris yang dipakai oleh pemeran-pemeran di OVJ.

2.) Pengetahuan responden akan cerita yang disuguhkan dalam komedi situasi ini (Berkaitan dengan sisi positif dan negatif pada peran yang dimainkan oleh para pemain OVJ).


(52)

3.) Setelah menyaksikan tayangan komedi situasi Opera Van Java (OVJ) secara tidak sadar akan mendapatkan pengetahuan tentang tempat maupun asal mula dari cerita yang dijalankan oleh dalang

4.) Responden mungkin akan mendapat pengetahuan bagaimana perabotan maupun alat-alat yang digunakan dalam OVJ ini.

b. Motif Afektif,

Fantasistescapist (berkhayal/kebutuhan akan fantasi). Menonton untuk keluar dari kehidupan nyata ke kehidupan yang khayal sebagaimana didalam OVJ responden ikut berfantasi seolah-olah menjadi tokoh dalam cerita OVJ itu sendiri.

Motif Diversi, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1.) Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan.

Setiap responden maupun individu selalu mempunyai permasalahan, dengan kehadiran OVJ ini, mungkin responden dapat melepaskan ketegangan dan melupakan beberapa masalah dengan melihat aksi bercanda para tokoh di OVJ ini.

2.) Kebutuhan akan Hiburan.

(a.) Adanya kebutuhan responden yang mendorong untuk menyaksikan tayangan OVJ ini, ketertarikan terhadap komedi situasi ini, serta adanya rasa senang/terhibur dengan acara OVJ.

(b.) Karena sudah menjadi kebiasaan dalam melihat OVJ, sehingga akan merasa kecewa apabila tertinggal atau tidak


(53)

menyaksikan acara ini, karena itu responden akan melakukan berbagai cara agar tidak sampai ketinggalan acara OVJ.

(c.) Adanya rasa senang dengan melihat tayangan OVJ ini, responden diajak untuk larut dalam cerita yang disajikan, mungkin senang, terkejut, marah, dan merasa iba.

c. Integratif sosial atau kontak sosial.

Kebutuhan yang berkaitan yang berkaitan dengan keluarga, teman, dan dunia, indikatornya:

1.) Saat melihat tayangan OVJ ini adalah merupakan suatu keakraban bersama teman maupun keluarga dengan cara menonton bersama.

2.) Responden (remaja) akan mendapatkan sarana untuk lebih akrab dalam pergaulan antar teman (terutama di lingkungan RW 06).

d. Motif Integratif Personal

Untuk mempererat dengan dirinya sendiri, dalam artian dengan melihat komedi situasi ini responden akan lebih introspeksi diri dari karakter-karakter yang diunjukkan dalam Opera Van Java.

e. Motif Pelepasan Ketegangan

Didasarkan pada permasalahan responden yang banyak (membuat responden merasa penat akan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari), ketertarikan atau selektivitas responden akan komedi situasi ini


(54)

merupakan salah satu jalan yang dipilih untuk mengurangi kepenatan tersebut.

G.Metode Penelitian G.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang berarti bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data atau mengukur status variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Karenanya dalam penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Karena peneliti hanya ingin mendiskripsikan bagaimana data yang diperoleh oleh peneliti yang berupa konsep jawaban yang detail dari responden itu akan menjelaskan objek yang diteliti melalui data yang terkumpul tanpa melakukan perbandingan dengan data yang lain.

G.2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada remaja umumnya dengan mengambil tempat dilingkungan wilayah RW 06 kelurahan Sawojajar khususnya remaja karang taruna diwilayah RW 06. Penelitian ini sengaja memilih sampel remaja karang taruna, dengan asumsi mereka memiliki pengetahuan lebih dan berbagai macam pandangan tentang bidang


(55)

pertelevisian. Sehingga diharapkan dalam memberikan penilaian akan lebih obyektif dan dapat diterima.

Pemilihan lokasi ini didasarkan karena sebagai wilayah yang sangat strategis untuk melakukan penelitian ini, disebabkan adanya tingkat keseringan para remaja menonton acara ini dan dimana mereka akan lebih mampu memahami bentuk bentuk komedi yang ditampilkan.

G.3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Hamidi (2007:126) populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analysis) yang hendak diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden. Sedangkan populasi menurut Sugiyono(2009:80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota remaja karangtaruna dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Anggota remaja karang taruna RW 06 kelurahan Sawojajar Malang. 2. Karang Taruna yang pernah melihat tayangan Overa Van Java (setidaknya responden pernah menyaksikan tayangan overa van java ini dalam 1 bulan terakhir atau sebanyak 3 kali). Sehingga mereka


(56)

dapat memberikan penilaian secara obyektif terhadap tayangan Opera Van Java. Dari pra survey yang telah dilakukan, peneliti menemukan 120 Anggota Karang Taruna RW 06 yang telah menonton dan memenuhi kriteria populasi yang telah ditentukan. Jadi besarnya populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 120 karang taruna RW 06. Dari total anggota sebanyak 129, hanya 9 orang saja yang tidak suka menonton tayangan Opera Van Java ini.

b. Teknik Penentuan Jumlah Sampel

Setelah diketahui ukuran populasinya maka kemudian harus dicari sampelnya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2009: 81)

Untuk mengetahui jumlah sampel dalam penelitian ini, maka menggunakan rumus perhitungan besaran sampel Taro Yamane sebagai berikut:

n = ( )2 1 d N

N

Ket : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = nilai presisi (tingkat kesalahan), peneliti menggunakan nilai presisi 10 % (0,1)


(57)

Apabila penarikan sampel menggunakan rumus besaran Yamane dengan nilai presisi sebesar 0,1. Maka:

n =

n =

n =

n = 54,54 → 55 remaja

c. Teknik Pengambilan Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Sampling Random Sederhana. Ini adalah teknik yang paling mudah dilakukan. Disini setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Periset menulis atau memberi nomor pada seluruh anggota populasi, lalu mengundinya (merandom / mengacak) sampai mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan. (Kriyantono,2008:152) 1 ) 1 , 0 ( 120 120 2

1 ) 01 , 0 ( 120 120  1 20 , 1 120 


(58)

H. Teknik Pengumpulan Data H.1. Kuisioner

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu kuisioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. (Sugiyono, 2009: 142).

H.2. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dari arsip-arsip, dokumen-dokumen dan buku-buku literatur yang mendukung penelitian. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder. Dokumen dalam penelitian ini berupa profil jurusan dan data tentang Trans 7 dan Karang Taruna RW 06.

I. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif yang artinya adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2001:114).


(59)

Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis data dalam Kriyantono (2008:167). Yaitu menggunakan statistik deskriptif Tendensi Sentral dengan bentuk mean. Tendensi sentral merupakan cara yang bertujuan untuk mendapatkan ciri khas dari bilangan tersebut. Mean sendiri adalah nilai rata-rata atau nilai tengah dari total bilangan. Mean dapat diperoleh dalam rumus:

M = ∑fx N Keterangan:

M : Mean (rata-rata)

∑fx : Jumlah Unsur data

N : Banyaknya Data / banyaknya responden / sample

Langkah awal untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah pembuatan tabel distribusi jawaban responden. Tabel distribusi jawaban tersebut digunakan untuk melihat skor-skor dari setiap butir soal total. Setelah membuat table distribusi jawaban, langkah selanjutnya adalah penyusunan distribusi frekuensi. Table frekuensi diperoleh melalui tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk prosentase setiap kategori.


(1)

merupakan salah satu jalan yang dipilih untuk mengurangi kepenatan tersebut.

G.Metode Penelitian G.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang berarti bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data atau mengukur status variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Karenanya dalam penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Karena peneliti hanya ingin mendiskripsikan bagaimana data yang diperoleh oleh peneliti yang berupa konsep jawaban yang detail dari responden itu akan menjelaskan objek yang diteliti melalui data yang terkumpul tanpa melakukan perbandingan dengan data yang lain.

G.2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada remaja umumnya dengan mengambil tempat dilingkungan wilayah RW 06 kelurahan Sawojajar khususnya remaja karang taruna diwilayah RW 06. Penelitian ini sengaja memilih sampel remaja karang taruna, dengan asumsi mereka memiliki


(2)

pertelevisian. Sehingga diharapkan dalam memberikan penilaian akan lebih obyektif dan dapat diterima.

Pemilihan lokasi ini didasarkan karena sebagai wilayah yang sangat strategis untuk melakukan penelitian ini, disebabkan adanya tingkat keseringan para remaja menonton acara ini dan dimana mereka akan lebih mampu memahami bentuk bentuk komedi yang ditampilkan.

G.3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Hamidi (2007:126) populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analysis) yang hendak diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden. Sedangkan populasi menurut Sugiyono(2009:80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota remaja karangtaruna dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Anggota remaja karang taruna RW 06 kelurahan Sawojajar Malang. 2. Karang Taruna yang pernah melihat tayangan Overa Van Java (setidaknya responden pernah menyaksikan tayangan overa van java ini dalam 1 bulan terakhir atau sebanyak 3 kali). Sehingga mereka


(3)

dapat memberikan penilaian secara obyektif terhadap tayangan Opera Van Java. Dari pra survey yang telah dilakukan, peneliti menemukan 120 Anggota Karang Taruna RW 06 yang telah menonton dan memenuhi kriteria populasi yang telah ditentukan. Jadi besarnya populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 120 karang taruna RW 06. Dari total anggota sebanyak 129, hanya 9 orang saja yang tidak suka menonton tayangan Opera Van Java ini.

b. Teknik Penentuan Jumlah Sampel

Setelah diketahui ukuran populasinya maka kemudian harus dicari sampelnya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2009: 81)

Untuk mengetahui jumlah sampel dalam penelitian ini, maka menggunakan rumus perhitungan besaran sampel Taro Yamane sebagai berikut:

n = ( )2 1 d N

N

Ket : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = nilai presisi (tingkat kesalahan), peneliti menggunakan nilai presisi 10 % (0,1)


(4)

Apabila penarikan sampel menggunakan rumus besaran Yamane dengan nilai presisi sebesar 0,1. Maka:

n =

n =

n =

n = 54,54 → 55 remaja

c. Teknik Pengambilan Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Sampling Random Sederhana. Ini adalah teknik yang paling mudah dilakukan. Disini setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Periset menulis atau memberi nomor pada seluruh anggota populasi, lalu mengundinya (merandom / mengacak) sampai mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan. (Kriyantono,2008:152) 1 ) 1 , 0 ( 120 120 2

1 ) 01 , 0 ( 120 120  1 20 , 1 120 


(5)

H. Teknik Pengumpulan Data H.1. Kuisioner

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu kuisioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. (Sugiyono, 2009: 142).

H.2. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dari arsip-arsip, dokumen-dokumen dan buku-buku literatur yang mendukung penelitian. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder. Dokumen dalam penelitian ini berupa profil jurusan dan data tentang Trans 7 dan Karang Taruna RW 06.

I. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif yang artinya adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2001:114).


(6)

Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis data dalam Kriyantono (2008:167). Yaitu menggunakan statistik deskriptif Tendensi Sentral dengan bentuk mean. Tendensi sentral merupakan cara yang bertujuan untuk mendapatkan ciri khas dari bilangan tersebut. Mean sendiri adalah nilai rata-rata atau nilai tengah dari total bilangan. Mean dapat diperoleh dalam rumus:

M = ∑fx N Keterangan:

M : Mean (rata-rata)

∑fx : Jumlah Unsur data

N : Banyaknya Data / banyaknya responden / sample

Langkah awal untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah pembuatan tabel distribusi jawaban responden. Tabel distribusi jawaban tersebut digunakan untuk melihat skor-skor dari setiap butir soal total. Setelah membuat table distribusi jawaban, langkah selanjutnya adalah penyusunan distribusi frekuensi. Table frekuensi diperoleh melalui tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk prosentase setiap kategori.


Dokumen yang terkait

SLAPSTICK DALAM KOMEDI DI TELEVISIAnalisis Isi Program Acara “Opera Van Java” di TRANS 7

0 9 2

UNSUR KEKERASAN DALAM TAYANGAN KOMEDI OPERA VAN JAVA (Studi Analisis Isi Tayangan Komedi Opera Van Java di Trans 7 Periode Bulan Unsur Kekerasan Dalam Tayangan Komedi Opera Van Java (Studi Analisis Isi Tayangan Komedi Opera Van Java di Trans 7 Periode Bu

0 2 17

PENDAHULUAN Unsur Kekerasan Dalam Tayangan Komedi Opera Van Java (Studi Analisis Isi Tayangan Komedi Opera Van Java di Trans 7 Periode Bulan Desember 2012).

0 4 35

UNSUR KEKERASAN DALAM TAYANGAN KOMEDI OPERA VAN JAVA (Studi Analisis Isi Tayangan Komedi Opera Van Java di Trans 7 Periode Bulan Unsur Kekerasan Dalam Tayangan Komedi Opera Van Java (Studi Analisis Isi Tayangan Komedi Opera Van Java di Trans 7 Periode Bu

0 7 14

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7.

1 5 7

KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 Kesantunan Kelakar Dalam Acara Opera Van Java Di Trans 7.

0 2 12

PENDAHULUAN Kesantunan Kelakar Dalam Acara Opera Van Java Di Trans 7.

0 2 4

KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA “PECAHKAN SAJA CERMINNYA Kesantunan Kelakar Dalam Acara Opera Van Java Di Trans 7.

1 9 15

MOTIF ANAK DALAM MENONTON TAYANGAN PROGRAM ACARA OPERA ANAK (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Motif Anak SD di Surabaya dalam Menonton Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7).

0 1 108

MOTIF ANAK DALAM MENONTON TAYANGAN PROGRAM ACARA OPERA ANAK (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Motif Anak SD di Surabaya dalam Menonton Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7)

0 0 23