MOTIF ANAK DALAM MENONTON TAYANGAN PROGRAM ACARA OPERA ANAK (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Motif Anak SD di Surabaya dalam Menonton Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7).

(1)

Menonton Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7)

SKRIPSI

Oleh :

Elizabeth Nisca Wain

NPM. 0743010217

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN

PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7)

Oleh :

ELIZABETH NISCA WAIN 0743010217

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 12 Mei 2011

Dekan,

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si Pembimbing Utama

Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT: 3 7006 94 0035 1

Tim Penguji 1. Ketua

Juwito, S.Sos, M.Si NPT : 3 6704 95 0036 1 2. Sekretaris

Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT: 3 7006 94 0035 1

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, M.Si. Med. NIP. 373 059 901 701


(3)

di Trans 7 )

Disusun oleh :

ELIZABETH NISCA WAIN NPM. 0743010217

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT: 3 7006 94 0035 1

Mengetahui, DEKAN

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi NIP. 1 95507 181 983 022 001


(4)

juga dukungan penuh dari keluarga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Berbagai upaya penulis dilakukan agar terciptanya laporan yang sesuai dengan peraturan dari universitas. Dalam upaya penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat dorongan semangat, sokongan ilmu untuk memasukkan data ke skripsi ini dari pihak-pihak yang memahami bidang komunikasi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Suedarto, Mp selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito S.Sos,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik UPN “Verteran” Jawa Timur.

4. Bapak Syaifuddin,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis.

5. Makasih yang terbesar buat papa-mamaku, suamiku, anakku Bintang dan semua temen-temen yang selalu mendukungku Putri, Like, Riri dan semuanya….

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber-sumber referensi dari buku-buku yang membahas masalah komunikasi massa di Indonesia. Di samping itu juga dari pengalaman yang dikembangkan sendiri oleh penulis yang didapat dari perguruan tinggi dalam bidang yang bersangkutan. Karena itu saran dan pendapat terbuka kepada siapa saja yang membaca skripsi ini, semata-mata karena penulis menyadari akan kemungkinan adanya kekurangan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... .. v

DAFTAR GAMBAR ... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ………. ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Kegunaan Penelitian ... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis... .. 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Televisi sebagai Media Komunikasi ... 14

2.1.2 Media Televisi dan Dampak Media Televisi ... 17

2.1.2,1 Media Televisi ... 17

2.1.2.2 Dampak Media Televisi ... 19

2.1.3 Teori Kebutuhan terhadap Media... 20

2.1.4 Pengertian Motif ... 21


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

3.1.1 Definisi Operasional... 36

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 40

3.1.3 Sekolah Swasta Unggulan ... 46

3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel... 46

3.2.1 Populasi ... 46

3.2.2 Sampel dan Penarikan Sampel ... 47

3.3 Tehnik Pengumpulan Data ... 54

3.4 Metode Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 56

4.1.1 Sejarah Singkat Trans7 ... 56

4.1.2 Visi Trans7 ... 58

4.1.3 Misi Trans7 ... 59

4.2 Penyajian Analisis Data ... 59

4.2.1 Identitas Responden ... 59

4.2.2 Responden dalam Menonton Acara Opera Anak di Trans 7 ... 63 4.2.3 Motif Responden dalam Menonton


(7)

4.2.3.3 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ... 77

4.2.3.4 Motif Diversi ... 83

4.3 Kategori Secara Umun ... 88

4.4 Kategori Secara Keseluruhan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Tabel 4.1 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 61

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 63

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Acara Opera Anak di Trans7 ... 65

Tabel 4.5 Durasi Responden dalam Menonton Program Acara ... 66

Tabel 4.6 Motif Informasi I ... 68

Tabel 4.7 Motif Informasi II ... 70

Tabel 4.8 Motif Informasi III ... 72

Tabel 4.9 Motif Informasi IV ... 74

Tabel 4.10 Motif Identitas Personal I ... 76

Tabel 4.11 Motif Identitas Personal II ... 77

Tabel 4.12 Motif Identitas Personal III ... 78

Tabel 4.13 Motif Identitas Personal IV ... 79

Tabel 4.14 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial I ... 81

Tabel 4.15 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial II ... 83

Tabel 4.16 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial III ... 85

Tabel 4.17 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial IV... 87

Tabel 4.18 Motif Diversi I... 88

Tabel 4.19 Motif Diversi II ... 90

Tabel 4.20 Motif Diversi III... 91

Tabel 4.21 Motif Diversi IV ... 92

Tabel 4.22 Motif Informasi Responden ... 93


(9)

Tabel 4.25 Motif Diversi Responden ... 96 Tabel 4.26 Motif Secara Keseluruhan ... 98


(10)

ACARA OPERA ANAK (Study Deskriptif tentang Motif Anak SD di Surabaya dalam Menonton Tayangan Program Acara Opera Anak di Trans7)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui motif anak SD di Surabaya dalam menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7.

Dengan menggunakan pendekatan Uses and Gratifications yang menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari anak-anak Surabaya yang menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7 yang berjumlah 100 anak, penarikan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa motif yang mendominasi anak-anak Surabaya dalam mnonton tayangan OPERA ANAK di Trans7 adalah motif hiburan, motif informasi serta motif integrasi dan interaksi sosial masuk kategori tinggi sedangkan motif identitas pribadi masuk dalam kategori sedang.

Kata kunci : Motif, OPERA ANAK, Deskriptif, Uses and Gratifications, Trans 7

ABSTRACTIONS

ELIZABETH NISCA WAIN, MOTIVE PROGRAM FOR CHILDREN IN THE WATCHING EVENT OPERA ANAK (Descriptive Study of Elementary School Student Motif Watch Impressions Surabaya in Opera Anak on Trans7)

This research was conducted to know the motive in Surabaya children watching programs OPERA ANAK

on Trans7.

By using the Uses and Gratifications approach that shows that the main problem is not the media to change attitudes and behavior of audiences, but how the media meet the personal needs and social audiences. The research method used is descriptive quantitative with the type of data used in this research is the primary data obtained directly from respondents by using questionnaires and secondary data are used as supporting data for analysis. While the sample of this research is part of the kids are watching Surabaya OPERA CHILD on Trans 7 of the 100 children, withdrawal of sample use cluster random sampling technique.

From the results of this study can be concluded that the motives that dominate children's impressions of Surabaya in OPERA ANAK in Trans7 is entertainment motive, motive and motif information integration and social interaction into the high category while the motive of personal identity into the medium category.


(11)

1.1Latar Belakang Masalah

Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang disajikan oleh media massa (Sobur,2004:162)

Bentuk media massa ini antara lain adalah surat kabar dan majalah sebagai media cetak, serta radio dan televisi sebagai media elektronik. Suatu media massa selain ditunjang dari segi kualitas juga harus didukung oleh faktor kecepatan dan ketepatannya dalam mengulas sebuah informasi. Media massa cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Media massa yang sesuai dengan faktor ini adalah media massa elektronik. Salah satu media massa yang digunakan adalah televisi.

Media televisi merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa. Televisi telah banyak memberikan pengaruh;pengaruh dalam banyak kehidupan manusia. Televisi lahir karena perkembangan teknologi yang semakin maju. Sebagai media massa yang muncul belakangan dibanding media cetak, televisi baru berperan selama tiga puluh tahun.Televisi ini sendiri lahir karena adanya beberapa penemuan teknologi,


(12)

seperti telepon, telegraf, fotografi, serta rekaman suara. Terlepas dari semua itu, pada kenyataannya media televisi dapat dibahas secara mendalam, baik dari isi pesan maupun penggunaannya (Kuswandi, 1996 : 6).

Media televisi saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu (Morissan, 2004 : 1).

Media televisi merupakan perpaduan antara unsur-unsur film dan unsur- unsur radio. Khalayak dirumah tidak mungkin dapat menangkap siaran televisi, jika tidak ada unsur-unsur film, sebaliknya pemirsa tidak mungkin dapat mendengarkan suara dari televisi jika tidak ada unsur-unsur radio (Effendy, 1992 : 177).

Media televisi sebagai alat atau sarana yang dipergunakan komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada khalayak, yang diharapkan khalayak tersebut dapat menangkap sasaran atau tujuan yang ingin dicapai oleh komunikator dari pesan tersebut. Sebagai salah satu bentuk media massa elektronik, televisi dengan kelebihannya dapat menampilkan peristiwa tertentu yang terjadi di daerah tertentu dengan jelas tanpa harus berada di tempat kejadiaan serta dapat memperoleh berbagai macam informasi, karena didukung oleh unsur kata-kata, musik dan sound effect. Melalui informasi manusia dapat memperluas pengetahuan sekaligus


(13)

memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat, karena informasi disini sudah menjadi kebutuhan yang sangat esensial untuk mencapai tujuan.

Pemirsa menonton televisi merupakan minat setiap manusia. Pemirsa (Television Watcher, Television Viewer) adalah sasaran komunikasi melalui televisi siaran yang karena heterogen masing-masing mempunyai kerangka acuan

(frame of reference) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda bukan saja

dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, pendidikan, cita-cita, keinginan, kesenangan dan lain sebagainnya (Effendy, 1992 : 8).

Saat ini media televisi bukan lagi dilihat sebagai barang mewah, seperti ketika pertama kali. Kini media televisi tersebut sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat luas untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualitas diri. Perkembangan teknologi komunikasi massa khususnya televisi sangat menguntungkan bagi kehidupan masyarakat luas. Televisi saat ini merupakan sarana atau media yang disukai oleh masyarakat luas khususnya anak-anak, hal ini dapat dilihat dari kenyataan pada jam-jam istirahat atau jam-jam diluar sekolah umumnya yang mereka gunakan untuk menonton televisi disamping bermain dan belajar. Menurut Mulyana (1997 : 175), televisi juga memperkenalkan kepada anak-anak mengenai seluruh realitas dunia yang begitu luas dan transparant sehingga anak-anak begitu leluasa menonton berbagai macam


(14)

acara televisi. Karena itu hubungan antara anak-anak dan televisi menyebabkan terjadinya hubungan timbal balik diantara keduanya, dimana anak-anak tidak pernah bisa jauh dari tayangan televisi, dan sebaliknya televisi akan selalu melekat pada anak-anak sebagai sasarannya. Hubungan ini merupakan sasaran atau media yang disukai oleh masyarakat khususnya anak-anak (www.google.com/ikatan dokter anak Indonesia, september 2010)

Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat antara lain dengan hadirnya tiga belas stasiun televisi, yaitu : TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, ANTV, TV ONE, TPI, METRO TV, TRANS TV, Global TV, MNC TV dan Trans 7 yang mengudara secara nasional. Hiburan-hiburan televisi bisa berupa acara musik, film, kuis, reality show, siaran langsung olahraga. Demikian semakin banyaknya stasiun televisi, maka mengharuskan setiap stasiun televisi memiliki program acara yang beraneka ragam dan dikemas semenarik mungkin agar masyarakat menjadi tertarik untuk menonton program acara tersebut. Program-program acara yang disiarkan adalah meliputi Program-program acara berita, Program-program acara hiburan (musik dan sinetron), program acara discovery channel (ilmu pengetahuan) dan lain-lain.

Televisi saat ini merupakan sarana atau media yang disukai masyarakat khususnya anak-anak, Ketua Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia mengatakan bahwa “ anak menonton televisi 35 jam perminggu, berarti setiap hari anak-anak menonton televisi selama lima jam”. Hal ini berdasarkan penelitian yang


(15)

dilakukan oleh Dr. Leonard Eron dan Dr. Rowen Husmann dari University of Michigan (Tempo, 25 Maret 2009).

Masa anak-anak dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa anak-anak dan masa akhir anak-anak . Penelitian oleh Lyle dan Hotman (1972) menyatakan bahwa anak-anak berusia 5 tahun rata-rata sudah menghabiskan sebagian waktu mereka untuk menonton televisi 2 jam per hari, sedangkan anak pada usia 7-12 tahun jumlah waktu untuk menonton televisi meloncat menjadi 4-5 jam per hari, pada usia-usia inilah kenaikan jumlah waktu rata-rata menonton televisi setelah itu jumlah ini akan stagnan atau menurun mengikuti aktivitas anak (Taufiggurahman,2003).

Sesuai dengan perkembangan jaman yang selalu maju, banyak stasiun swasta memberikan suguhan yang mengikuti trend, menarik dan tentunya selalu dikemas dalam nuansa yang selalu berbeda dengan stasiun lain. Salah satu jenis acara yang digemari seperti acara opera khusus anak-anak yang menyajikan hiburan bagi anak-anak yang diputar di Trans 7. Acara OPERA ANAK tersebut merupakan sebuah tayangan yang menjadi alternatif hiburan di tengah kejenuhan pemirsa akan tayangan–tayangan monoton seperti film anak-anak maupun film-film kartun.

Program acara di televisi khususnya di Trans 7 yang diminati pemirsa yaitu program anak yang memiliki rating sebesar 7,7% atau sebesar 2.556 pemirsa yang tertarik dengan program acara anak-anak yang salah satunya yaitu program OPERA ANAK. Program acara OPERA ANAK termasuk urutan nomer 2 setelah


(16)

program acara “Si Bolang”. Hal ini dapat disebabkan karena program acara tersebut merupakan program acara terbaru, baru diputar beberapa kali saja acara humor yang merupakan turunan dari “ Opera Van Java” ini sudah cukup menarik pemirsa, khususnya anak-anak (http//www.trans7.co.id).

Program OPERA ANAK merupakan program sketsa komedi dengan durasi 60 menit dan tayang setiap sabtu dan minggu pukul 20.00 WIB. Program ini pertama kali ditayangkan pada tanggal 6 Juni 2010 di Trans 7. OPERA ANAK adalah acara humor yang merupakan “turunan” dari acara komedi “Opera Van Java” disebut sebagai “turunan” karena peran utama pertunjukan komedi wayang manusia tersebut adalah Entis Sutisna atau yang biasa dipanggil Sule, dalam acara tersebut Sule tidak ditemani Aziz, Parto maupun Andre melainkan Sule ditemani anak-anak yaitu Nizam, Rizki, Putri dan Rizwan. Mereka bermain peran seperti di “Opera Van Java” Sule sebagai dalang yang menceritakan dongeng kemudian diperankan oleh anak-anak tersebut.

Menonton tayangan hiburan anak di televisi bagi anak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka, pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan dalam kehidupannya seperti kebutuhan untuk mencari informasi agar dapat menambah wawasan, keinginan untuk mencari informasi agar dapat menambah wawasan, keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, keinginan untuk mencari hiburan, keinginan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi. Jika dikaitkan dengan


(17)

motif, maka motif anak-anak dalam menonton disini, menurut pendapat Mc Quail (2002 : 72) ada 4 Motif :

1. Motif Kognitif yaitu kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan misalnya memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum atau mencari berita tentang peristiwa dan kondisi. Motif seorang anak menonton tayangan komedi OPERA ANAK yaitu untuk mencari berita tentang peristiwa dongeng yang diceritakan oleh dalang dalam tayangan Program acara OPERA ANAK untuk mendapatkan informasi-informasi baru yang bernilai moral.

2. Motif Identitas Pribadi yaitu kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri yaitu motif anak dalam menonton tayangan OPERA ANAK adalah untuk menemukan model perilaku, panutan atau figuran dari tokoh cerita dalam setiap seri dongeng yang diperankan anak-anak pada program acara OPERA ANAK untuk dicontoh serta dapat meningkatkan pemahaman anak tentang dirinya sendiri.

3. Motif Itegrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) yaitu keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk mengikuti keadaan sekitarnya yaitu seorang anak dalam menonton tayangan OPERA ANAK dengan motif meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya atau hanya sekedar ikut-ikutan keluarga, tetangga atau teman sehingga terjadilah komunikasi antar anak dan orangtua, orang tua pun dapat membimbing serta mendukung anaknya


(18)

dalam menonton tayangan anak, agar anak pun tidak selalu menonton tayangan orang dewasa.

4. Motif Hiburan yaitu keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan, tekanan dan kebutuhan akan hiburan yaitu motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK adalah untuk melepaskan diri dari kejenuhan, bersantai setelah seharian sekolah untuk melepaskan ketegangan atau hanya untuk mengisi waktu luang sehingga memperoleh kenikmatan jiwa.

Kebutuhan antara satu dengan individu yang lain berbeda sehingga motif atau aktivitas penggunaan media dan tujuan akhir yang diperolehpun tidak ada yang sama. Individu bebas dalam memilih dan menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain untuk mencapai tujuan akhir yaitu memenuhi kebutuhannya akan sebuah informasi dan hiburan.

Beragam acara di televisi yang menyajikan berbagai informasi baik yang dikemas dalam bentuk formal maupun dikemas menghibur seolah menjadi alternatif pilihan bagi para pemirsa. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif apakah yang mendasari anak menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7 seperti Motif Kognitif, Motif Identitas Personal, Motif Diversi dan Motif Integratif Sosial.

Program OPERA ANAK merupakan program yang dikhususkan untuk anak-anak, sebab dalam program tersebut anak-anak dilibatkan langsung dalam memerankan tokoh- tokoh dalam dongeng yang diceritakan oleh sang dalang (Sule). Dongeng yang diceritakan tersebut merupakan dongeng anak-anak yang


(19)

berisi pesan moral diakhir cerita yang dikemas dengan unsur–unsur komedi agar anak-anak Indonesia punya hiburan sesuai usianya.

Penelitian ini berkaitan erat dengan motif anak yang akan mendorong seseorang atau orang banyak untuk berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan orang berbeda satu sama lainnya dari waktu ke waktu serta dari tempat ke tempat. Karenanya motif orang akan berbeda intensitasnya. Demikian pula motif seseorang terhadap pengaruh yang dihadapinya, semakin sesuai pengaruh itu dengan motif seseorang , makin besar pula kemungkinan diterimanya pengaruh itu oleh orang tersebut (Kustandi, 2005 : 108).

Sebelum adanya tayangan OPERA ANAK, anak-anak menonton tayangan hiburan sketsa komedi orang dewasa seperti Opera Van Java, Ekstravaganza, Suami-suami Takut Istri, tawa sutera dan lain sebagainya sehingga banyak istilah-istilah orang dewasa yang tidak mereka pahami. Dahulu ada acara “Lenong Bocah” yang diperuntukkan untuk anak-anak namun sekarang sudah tidak ada lagi. OPERA ANAK mencoba menghadirkan kembali tayangan sketsa komedi yang dikhususkan untuk anak-anak, agar anak-anak Indonesia mempunyai hiburan yang sesuai usianya.

Berawal dari hal tersebut peneliti bermaksud untuk mengkaji lebih jauh lagi tentang bagaimana motif anak-anak terhadap program OPERA ANAK di Trans 7. Signifikansi penelitian ini bahwa dari segi hiburan yang salah satunya dapat mengatasi kejenuhan di tengah tayangan-tayangan anak yang sudah sangat banyak


(20)

seperti film-film kartun, acara-acara seperti ini sangat tepat untuk menyampaikan informasi yang mendidik lewat adegan-adegan yang ada dalam opera tersebut, lewat acara OPERA ANAK tersebut juga dapat mengajari anak agar berani menyampaikan pendapat serta kritis. Tayangan tersebut disajikan dengan dialog dan adegan-adegan yang lucu yang sifatnya menghibur agar pesan yang disampaikan dapat mudah diserap oleh masyarakat khususnya anak-anak, sehingga dengan adanya acara OPERA ANAK di Trans 7 dapat menjadi hiburan dan sumber informasi terbaru bagi masyarakat khususnya anak-anak yang masih bersekolah dasar (SD).

Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak sekolah yang masih duduk di bangku SD kelas 3 s/d kelas 6 Sekolah Dasar yang berada di wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan pada beberapa kelurahan yang dipilih terdapat 50 SD, dikarenakan jumlah populasinya yang menyebar dan dipilih secara acak menggunakan tehnik Cluster Random Sampling. Pendidikan di SD- SD tersebut tidak kalah dengan sekolah SD lainnya bahkan sekolah-sekolah tersebut menyediakan sarana lebih untuk mengembangkan bakat dan minat anak, (Sumber: Dispendik Kota Surabaya, 2011).

Dipilihnya anak-anak sekolah yang masih duduk di bangku SD sebagai responden disebabkan karena segmentasi acara OPERA ANAK adalah anak-anak. siswa SD tersebut mempunyai banyak waktu luang dibanding orang dewasa selain mengerjakan pekerjaan rumah mereka juga menghabiskan waktunya untuk menonton televisi dan bermain. Hal tersebut memungkinkan mereka menonton


(21)

tayangan OPERA ANAK di Trans 7, karena tayangan tersebut memang untuk anak-anak, selain itu program acara yang menarik disertai dengan dialog-dialog lucu yang berisi pesan-pesan moral tersebut anak-anak akan mudah menangkap isi pesan dan diharapkan pesan-pesan tersebut berguna untuk kehidupannya dikemudian hari. Sementara pemilihan siswa SD kelas 3 s/d kelas 6 sebagai responden, menurut teori Oswald Kroh dalam buku Psikologi perkembangan anak (1995 : 136) karena anak-anak pada usia tersebut telah memasuki periode realisme naif dan realisme kritis, dimana anak pada periode tersebut sudah mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya dalam totalitas dan fantasi mereka sudah berkurang diikuti dengan pengamatan konkrit yang bersifat realistis dan kritis sehingga diharapkan mereka akan mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan oleh peneliti melalui kuesioner.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Uses and Gratification. Sesuai pendekatan Uses and Gratification bahwa model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul Uses ang Gratification, Pengenaan dan Pemenuhan Kebutuhan (Rakhmat,2001:65) .

Pemirsa anak di Kota Surabaya disini merupakan khalayak sasaran (target audiens). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif apakah yang mendasari anak SD di Surabaya menonton tayangan program acara “Opera Anak” di Trans 7. Signifikasi penelitian ini bahwa dari segi


(22)

penyampaian informasi yang berbeda dengan acara-acara lain, salah satunya akan menambah wawasan dan untuk mendidik anak agar mengertitentang nilai-nilai moral. Walaupun disampaikan lewat dunia komedi anak namun diharapkanakan dapat diserap oleh masyarakat khususnya anak-anak sebagai pembelajaran dan hiburan.

1.2Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif anak menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan motif para pemirsa televisi yang mengkaitkan keberlakuan teori-teori komunikasi mengenai penelitian kuantitatif. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemikiran pada ilmu komunikasi dalam motif yang mendorong seseorang menonton acara televisi di televisi.


(23)

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi khalayak media massa dalam melihat kecenderungan masyarakat dalam menonton acara televisi.


(24)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi

Media televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (Televisi Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki ciri-ciri yang berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya heterogen (Effendy, 1993:17).

Media televisi merupakan salah satu cara untuk mengenalkan program acara ataupun suatu produk yang dikemas sedemikian rupa dengan singkat dan padat sehingga dengan adanya penyampaian informasi lewat televisi maka masyarakat lebih khususnya anak-anak akan dapat mudah menyerap isi pesan dalam sebuah tayangan televisi, dalam hal ini acara “Opera Anak” dengan format sketsa komedi mengajak anak-anak mengenal dongeng atau cerita-cerita anak yang dapat menjadi sumber informasi, pendidikan sekaligus hiburan bagi anak-anak.

Media televisi secara umum adalah media yang menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi tersebut sedemikian besar


(25)

sehingga merubah total pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi. Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa (Effendy, 1993:10).

Media televisi sebagai media yang dapat dilihat (Visible) dan dapat didengar (audible) yang membedakan dengan media elektronik lain seperti radio, televisi mempunyai sifat-sifat langsung, simultan, intim dan nyata (Mulyana, 1997:169). Keunggulan inilah yang menyebabkan televisi mempunyai kepastian lebih sebagai media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan hiburan, pendidikan, dan informasi kepada masyarakat.

Menurut Onong Uchjana Effendy (1993:24), fungsi televisi sebagai media massa adalah:

1. Fungsi penerapan (The Information Function) yaitu memberikan informasi-informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron di setiap stasiun televisi.

2. Fungsi pendidikan (The Enducation Function) yaitu memberikan informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.


(26)

3. Fungsi hiburan (The Entertaiment Function) yaitu acara-acara yang ditayangkan di televisi seperti acara sinetron dan drama komedi disetiap stasiun televisi memberikan hiburan terhadap khalayak luas.

Sedangkan Kuswandi (1996:21) berpendapat bahwa munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.

Media televisi memiliki sifat sebagai berikut:

1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada public dengan cepat, bahkan pada peristiwa tersebut sedang berlangsung.

2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di negara yang satu dapat ditonton dengan baik di negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, gunung ataupun jurang.

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, music, sound serta visual berupa gambar.


(27)

Televisi merupakan bagian dari media massa yang memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti di atas. Peranan media massa dalam kehidupan manusia menurut Lillweri (1991:42) dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk mengetahui secara jelas tentang dunia sekelilingnya dan kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.

2. Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun jadwal sehari-hari.

3. Media massa membantu dalam berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain di luar masyarakat.

4. Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia.

5. Media massa yang digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya.

Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian media melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi khalayak.

2.1.2 Media Televisi dan Dampak Media Televisi

2.1.2.1 Media Televisi

Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia keseluruhan seperti berita cuaca, informasi financial dan sebagainya. Pemirsa akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media televisi. Pada akhirnya pun menjadi pemirsa “hamba-hamba kecil” yang pola pikirnya siap


(28)

diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi, 1996:30). Secara umum, dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan karakteristiknya, yaitu televisi public, televisi komersial dan televisi pendidikan.Tipologi ini biasa digunakan dalam menilai pola siaran media televisi. Masing-masing tipe media ini memberikan penekanan spesifik atau fungsi tertentu. Secara umum, setiap media audio visual dituntut mampu memberikan hiburan, tetapi televisi public memberikan penekanan pada penyebaran ide-ide dan realitas sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan dan televisi pendidikan pada materi idealitas (pendidikan dan pengajaran) (Siregar, 2001:15).

a. Daya Tarik Media Televisi

Media televisi dapat dilihat sebagai media yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Media televisi mempunyai daya tarik yang kuat dengan memiliki unsur audio visual yang berupa kata-kata, music, sound effect dan juga berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman.

b. Isi pesan Media Televisi

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan ditafsirkan secara berbeda-beda pula. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan televisi berkaitan erat dengan status


(29)

sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.

Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Jadi efektif tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan hal itu timbul pendapat pro dan kontra terhadap dampak acara televisi yaitu:

1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

3. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan bermasyarakat. (Kuswandi, 1996:99).

Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal wajar. Karena media televise dalam operasionalnya berhubungan dengan institusi social lainnya yang ada dalam masyarakat, serta adanya perbedaan sudut pandang dari khalayak sasaran.

2.1.2.2 Dampak Media Televisi

Menurut Kuswandi (1996:98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televise terhadap pemirsa yaitu :


(30)

1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang akan ditayangkan televise yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis.

2. Dampak Peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada tragedy actual yang ditayangkan televise. Contoh: model pkaian, model rambut hingga istilah gaya bertutur kata sang bintang secara verbal.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai social budaya yang telah ditayangkan acara televise yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh: sinetron, reality show dll.

Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan diatas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak.

2.1.3 Teori Kebutuhan terhadap Media

Kebutuhan tehadap media massa dipenuhi melalui surat kabar, majalah, radio, televisi dan film. Baik isi maupun melalui daya terpaannya (exposure) seraca konteks sosial tempat dimana terpaan berlangsung.

Menurut katz, Gurevitch dan Hass (Effendy, 2002:193) mendefinisikan jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan dalam lima kelompok:


(31)

1. Kebutuhan Kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. 2. Kebutuhan Afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

emosional. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media.

3. Kebutuhan Integratif Personal adalah kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan dan status pribadi. Keburuhan ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri.

4. Kebutuhan Integratif sosial adalah kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kotak dengan keluarga, teman dan dengan alam sekelilingnya. Kebutuhan tersebut didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi.

5. Untuk mengurangi ketegangan dan keinginan untuk mendapatkan hiburan.

2.1.4 Pengertian Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakangi, apa saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa motifnya. Untuk itu peneliti menjelaskan mengenai motif. Istilah motif berasal dari kata “motive” yang berarti dorongan dalam diri organism untuk menentukan pilihan-pilihan


(32)

dari berbagai hal, sehingga sesuai dengan tujuan. Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Jadi motif adalah hal yang berkaitan dengan dorongan, keinginan hasrat dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu yang memberi arah dan tujuan pada tingkah seseorang. Dari definisi tentang motif, maka dapat disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu berbuat sesuatu (Ahmad 2001:192). Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat Mc Quail (2002 : 72) sebagai berikut:

1. Motif Kognitif (Surveilance)

Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan pendapat suatu pilihan, dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat.

2. Motif Identitas Personal (Personal Identity)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai meningkatkan harga diri.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (personal Relationship)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk berhubungan dengan orang lain atau suatu nilai tertentu didalam mempertahankan norma-norma sosial untuk beralifiasi.


(33)

4. Motif Hiburan (Diversi)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari ketegangan atau permasalahan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

Kebutuhan (need) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).

Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah:

1. Motif sebagai pendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energy kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan kita mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.


(34)

Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan kebutuhan.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktivitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman yang bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah. Motif merupakan pencerminan motif dalam mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya (Gerungan, 2000:146).

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Maslow mengungkapkan 5 kebutuhan (basic need) secara hirarki dan menempatkan kebutuhan aktualisasi diri sebagai tingkatan tertinggi individu berharap dengan menggunakan media dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar tersebut terdiri atas :

1. Physiological needs (kebutuhan fisiologis) 2. Safety needs (kebutuhan keamanan) 3. Love needs (kebutuhan cinta)

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan)


(35)

2.1.5 Anak sebagai Khalayak Media Televisi

Sebagai khalayak media selain orang dewasa, anak juga merupakan pemirsa yang setia terhadap televisi karena televise sebagai sahabat anak-anak dapat memberikan program acara yang menarik bagi anak-anak. Hurlock (1991:161) mengatakan bahwa anak harus punya isi untuk dapat berkhayal dan kebanyakan bahan-bahan cerita ini diperoleh dari cerita-cerita yang dibacakan oleh orang-orang dewasa pada anak-anak dan sekarang televisi memberikan bahan cerita tambahan untuk berkhayal juga merupakan salah satu hiburan yang disukai. Anak-anak kebanyakan menyukai acara untuk anak dan acara-acara lain yang diperuntukkan bagi tingkat usianya disamping acara untuk orang dewasa.

Keterlibatan anak dengan televisi juga bisa didasarkan pada jenis kelamin anak. Pengaruh jenis kelamin terhadap motif atau minat anak-anak juga dipengaruhi oleh peran seksnya. Oleh karena itu perbedaan seks dalam hiburan terutama membaca, melihat televisi dan pergi ke bioskop semakin jelas (Hurlock, 1991:161).

Diantara berbagai fungsi media massa lainnya, fungsi televisi yang paling utama adalah untuk menghibur (to entertaint). Alasan utama khalayak membeli televisi adalah untuk mencari hiburan, sehingga apabila di dalam acara-acara yang ditayangkan oleh televisi terdapat program-program atau sajian-sajian yang bersifat informatif atau edukatif , hal tersebut hanyalah sebagai pelengkap utamanya (Effendy, 1993:54).


(36)

Begitu pula yang terjadi pada anak, sebagai khalayak media selain orang dewasa, anak dalam menonton televisi adalah untuk mencari hiburan, informasi dan pendidikan. Namun demikian kemampuan anak dalam menangkap siaran televisi adalah terbatas, sesuai dengan psikologisnya serta dibatasi pengetahuan dan pemahaman mereka untuk menyerap setiap isi pesan yang digelar dalam setiap tayangan acara tersebut. Kapasitas inilah yang membedakan anak dengan orang dewasa sebagai khalayak media. Perbedaan kapasitas tersebut yang menentukan motif, selektivitas dan gratifikasi penggunaan media televisi adalah sama yaitu menginvestasi dari kebutuhan untuk melarikan diri, hasrat bermain, kontak sosial dan hiburan (Rakhmat, 1999:208).

Greenberg (Rakhmat, 1998:67) menyebutkan berbagai motif yang mendasari seorang anak dalam menonton televisi adalah untuk mengisi waktu luang, mempelajari sesuatu, melupakan kesulitan, mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan dan kebiasaan. Ketujuh motif tersebut dapat dianggap sebagai alasan gratifikasi media massa yang terdapat pada orang dewasa dalam kualitas dan kompleksitas kebutuhannya.

2.1.6 Tayangan Sketsa Komedi

Sebuah tayangan sketsa komedi merupakan suatu bentuk tayangan yang menyajikan tema-tema komedi yang dikemas dalam drama atau hiburan. Tayangan sketsa komedi yang pernah ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta diantaranya adalah Opera Van Java, Tawa Sutera, Ekstravaganza, Ngelaba, Sketsa, Bajaj Bajuri, Suami-suami takut istri, Abdel dan Temon dan


(37)

lainnya. Acara-acara tersebut sangat diminati oleh khalayak karena mampu menyajikan tampilan lain daripada yang lainnya, menghibur dan nyata.

Acara- acara sketsa komedi yang ditayangkan tersebut dalam kenyatannya membawa dampak atau efek terhadap tingkat humorisme khalayak. Masing-masing khalayak mempunyai tingkat humorisme yang berbeda. Ada yang sangat senang dengan tayangan tersebut ada yang biasa saja dan sebagainnya.

Dari beberapa acara sketsa komedi tersebut dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah tayangan komedi Opera Anak. Hal ini disebabkan acara sketsa komedi Opera Anak mencoba menghadirkan kembali tayangan sketsa komedi yang dikhususkan untuk anak-anak, agar anak-anak Indonesia mempunyai hiburan yang sesuai usianya. Acara sketsa komedi Opera Anak adalah program acara yang menarik disertai dengan dialog-dialog lucu yang berisi pesan-pesan moral dengan bahasa anak-anak sehingga anak-anak akan mudah menangkap isi pesan dan diharapkan pesan-pesan tersebut bermanfaat.

2.1.7 Program Acara Opera Anak di Trans 7

Opera Anak merupakan sebuah program sketsa komedi dengan durasi 60 menit dan tayang setiap Sabtu & Minggu pukul 20.00 – 21.00 WIB. Program ini dimainkan oleh sejumlah anak-anak SD serta mengambil tema mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero lainnya. Pada setiap episodenya Sule bertindak sebagai dalang/ pendongeng yang berperan untuk mengatur jalan cerita agar tidak melenceng dari ’benang merah’. Ide acara ini adalah seperti


(38)

pertunjukan wayang orang pada tokoh dalam dongeng. Bintang tamu juga kerap ditampilkan pada tiap episodenya. Di awal segmen, dalang/ pendongeng akan terlebih dahulu menceritakan kisah yang akan dimainkan oleh para pemain tersebut. Pemain diberikan kebebasan untuk berkespresi dan berakting secara bebas tanpa meninggalkan identitas mereka sebagai anak kecil. Keluguan dan kepolosan mereka dalam memainkan sebuah peran merupakan keunikan dan keunggulan dari program ini. Program ini menyisipkan lagu daerah , lagu anak serta pesan moral yang dikemas dengan ringan sehingga mudah dicerna oleh pemirsa yang khususnya anak-anak (www.trans7.operaanak.co.id).

Program televisi ber-genre komedi situasi Opera Anak milik stasiun televisi Trans 7 ini adalah merupakan turunan dari progran acara Opera Van Java disebut “Turunan” karena konsep yang pada dasarnya sama, berbentuk pertunjukan wayang orang yang dimodifikasi sebagai lawakan. Acara lawakan dengan menonjolkan perubahan setting lokasi atau latar belakang panggung seperti ini sudah lama menjadi andalan beberapa stasiun televisi, seperti acara Ngelaba di TPI, Ekstra Vaganza di Trans TV, dan lain-lain. Namun ada yang berbeda pada Opera Anak ini, yaitu penggunaan properti panggung berbahan styrofoam yang siap untuk dihancurkan(www.trans7.co.id).

Menurut www.indorating.com acara Opera Anak menduduki peringkat kedua dalam rating program acara anak trans7 dalam overall 7,75 atau 2.556 pemirsa berada di bawah program acara “Si Bolang”. Rating yang cukup tinggi ini tergambar juga pada dinding facebook Opera Anak di mana sudah terdaftar


(39)

427.783 penggemar. Begitu juga dengan facebooknya Nizam dengan 21.371 penggemar.

2.1.8 Teori Uses and gratification

Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran (channel) arus pesan dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada awal perkembangannya yang dianggap mempu mempengaruhi bahkan mampu mengubah masyarakat. Namun aktif terlibat dalam proses komunikasi. Teori Uses and Gratification muncul sebagai akibat ketidakpuasan pada penelitian sebelumnya yang gagal membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media massa.

Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif dan sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000:289). Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator komunikan.

Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori Uses and Gratification (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses On Mass Comunikation: Curent Perspectives on Gratification Research. Teori Uses and Gratification milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan


(40)

menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori ini mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Dengan model ini yang diteliti ialah sumber sosial dan psikologis dari kebutuhan, yang melahirkan harapan-harapan dari media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan perbedaan terpaan media dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Rahmat, 2001:65).

Menurut Elihu Katz, Jay G, Blumer dan Michael Gurevitch dalam (Rahmat, 2004:205) Uses and Gratification menjelaskan asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan dapat menimbulkan pemenuhan kebutuhan akibat-akibat lain, barang kali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar teori pada halaman berikut ini:

1. Khalayak dianggap aktif : artinya sebagian penting dari pengumuman media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.


(41)

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat tergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilih media disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak : artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dari motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian terhadap arti cultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti dahulu orientasi khalayak.

Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), yang menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Rakhmat, 2001:65).

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (user) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial (Nurudin, 2004:183).


(42)

Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini:

Gambar 2.1 Uses and Grafication Model (Nurudin, 2004:183)

Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan khusus. Artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media dapat dipersonalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media dan sebagai pengetahuan.

Lingkungan sosial: 1.Ciri-ciri demografis 2.Afiliasi Kelompok 3.Ciri-ciri Kebutuhan Khalayak: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Integratif Personal 4. Integratif Sosial 5. Pelepasan Ketegangan

Sumber Pemuasan Kebutuhan Yang berhubungan dengan non media:

1. Keluarga,teman dll 2. Komunikasi Interpersonal 3. Hobi

4. Tidur

Penggunaan Media Massa:

1. Jenis-jenis media massa

2.(SK,Majalah,Radio ,TV, Film ) 3. Isi Media 4. Konteks Sosial dan Terpaan Media

Pemuasan Media (Fungsi): 1.Pengamatan Lingkungan 2. Diversi Hiburan 3. Integrasi Personal


(43)

Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan mengenai pemahaman lingkungan. Kebututhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berfiliasi. Sedangkan kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman (Nurudin, 2004:184).

Asumsi teori ini adalah khalayak aktif yang sengaja menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan khusus. Artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan sebagai dependensi media dan sebagai pengetahuan.


(44)

2.2 Kerangka Berpikir

Motif adalah alasan-alasan atau dorongan yang menyebabkan individu melakukan sesuatu, yang didasari oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Setiap individu mempunyai motif tersendiri untuk memperoleh kebutuhannya karena setiap individu mempunyai kebutuhan yang tersendiri juga dalam hidupnya.

Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan wawasannya, serta dapat meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelas tentang segala hal yang terjadi di dunia atau sekelilingnya, manusia sangat membutuhkan media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai media massa.

Keberadaan media massa saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang dimaksud disini adalah televisi. Menonton televisi bagi pemirsa merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut bisa berupa kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan. Menurut Blumer dalam (Effendy, 2001:61) motif meliputi motif kognitif yaitu keinginan untuk menambah pengetahuan, motif diversi yaitu kegunaan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Dengan menonton televisi manusia dapat memahami dan mengerti setiap informasi yang disampaikan dan manusia dapat menilai informasi sebagai pesan mendidik, menghibur serta mempengaruhi pemirsanya melalui acara yang disajikan.


(45)

Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat bagan dibawah ini:

Gambar 2.2 : Kerangka berpikir Penelitian Tentang Motif Anak dalam Menonton Program Acara OPERA ANAK

Kebutuhan Dasar Manusia: 1.Kebutuhan Fisiologi 2.Kebutuhan Keamanan 3. Kebutuhan Cinta 4.Kebutuhan Penghargaan 5.Kebutuhan Aktualisasi Diri Tayangan Sketsa Komedi Program Acara “Opera Anak” Analisis Deskriptif Kesimpulan Motif Anak dalam

Menonton: -Motif Informasi -Motif Identitas Personal -Motif Integrasi dan Interaksi Soaial -Motif Hiburan


(46)

Metode penelitian ini menggunakan metode diskriptif dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengetahui motif anak SD di Surabaya dalam menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7.

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Yang dimadsud definisi operasional adalah segala sesuatu yang mempunyai objek pengamatan dalam penelitian ini yang dapat diamati. Sehubungan dengan definisi diatas, maka penelitian ini ditujukan pada anak-anak Sekolah SD di Surabaya yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukisk (Rakhmat, 1992:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengenai motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7.

Motif menurut Mc. Quail (2002:72), merupakan kegiatan membangkitkan daya gerak yang terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Motif yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(47)

ketagori motif yang dikemukakan oleh Mc. Quail yaitu motif surveillance, motif personal identity, motif personal relationship dan motif diversi. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Motif Kognitif (Surveillance)

Anak dikatakan mempunyai motif, apabila menonton program acara OPERA ANAK untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin menambah pengetahuan atau wawasan mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero (saya bisa mengikuti berbagai cerita dongeng yang disajikan tiap episodenya).

b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang lagu daerah, lagu anak – anak dan pesan moralnya ( pesan moral yang dimaksud adalah amanat-amanat yang terkandung dalam sebuah cerita atau dongeng).

c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mendapatkan informasi tentang hal-hal baru dan mengetahui tentang kebebasan berekspresi dalam drama komedi OPERA ANAK (kebebasan berekspresi yang dimaksud adalah kebebasan seorang anak dalam menyampaikan pendapatnya).

d. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mengetahui pasti jalan cerita dongeng atau cerita anak yang menjadi tema disetiap episodenya.


(48)

2. Motif Identitas Personal (personal identity)

Yaitu motif yang mendorong individu menggunakan isi media massa untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. Dalam penelitian ini meliputi aspek menumbuhkan rasa percaya diri, penggalian motivasi diri (amanat dari isi pesan yang dapat dijadikan semangat atau motivasi untuk diri sendiri), mencari sebuah pencerahan hidup dan mendapatkan arti persahabatan setelah menonton tayangan program acara OPERA ANAK. a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7

saya dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan daerah (mengenai adat istiadat dan pelaturan tidak tertulis dalam cerita rakyat) dan kepahlawanan.

b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya mencari tokoh atau panutan (orang yang dijadikan contoh) dalam kehidupan sehari-hari, dari kata-kata bijak (kata-kata yang dianggap mempunyai arti penting yang dijadikan pedoman) tiap tokohnya.

c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya dapat mengindentifikasi diri (mengoreksi diri sendiri) dengan profil (kehidupan pemain lebih jauh) para pemain.

d. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya menemukan pesan moral penunjang nilai-nilai pribadi (pesan-pesan yang dapat dijadikan contoh atau pedoman untuk diri sendiri) yang mudah saya pahami.


(49)

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Yaitu motif yang mendorong individu menggunakan media massa untuk melangsungkan hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian ini meliputi perasaan ikut-ikut teman, sodara atau tetangga dalam menonton serial komedi OPERA ANAK, ingin menjadikan isi serial komedi OPERA ANAK sebagai bahan pembicaraan, bahan masukan, dan ajang sharing (bertukar pikiran) dengan teman, saudara dan tetangga.

a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya dapat bertukar informasi mengenai program acara OPERA ANAK di Trans 7 dengan keluarga, teman dan tetangga.

b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya menemukan bahan pembicaraan dengan teman dan tetangga di sekolah atau di lingkungan rumah.

c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ikut serta atau berpartisipasi dalam menonton tayangan anak (tayangan khusus untuk anak) bukan tayangan orang dewasa (tayangan untuk usia diatas 17 tahun).

d. Orang tua, saudara, teman dan tetangga selalu mendukung program acara OPERA ANAK di Trans 7 karena dalam cerita dongeng maupun cerita tokoh superheronya (tokoh para pahlawan) saya mendapatkan berbagai informasi yang bermanfaat.


(50)

4. Motif Hiburan (diversi)

Yaitu motif yang meliputi kebutuhan akan pelepasan diri dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Dalam penelitian ini meliputi rasa ingin bersantai, meluangkan waktu dan rasa ingin melepaskan diri dari kejenuhan.

a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin mengisi waktu luang.

b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin melepaskan diri dari kejenuhan akan film kartun dan rutinitas sehari-hari seperti sekolah.

c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin merasakan terharu, ketegangan dan kelucuan akan cerita dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7.

d. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya mendapatkan hiburan yang sesuai usia saya dan saya merasa sangat terhibur.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan ketagori motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7. Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode pengskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon dari dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan pengskalaan dengan model ini, responden


(51)

diberikan daftar pertanyaan mengenai motif dan setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan kesetujuan dan tidak kesetujuannya (Singarimbun, 1987:111). Pilihan jawaban masing-masing pertanyaan digolongkan dalam 4 macam kategori, yaitu:

“Sangat Tidak Stuju”(STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setujuh” (S), dan “Sangat Setuju” (SS).

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided) alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa atau belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (Multi Interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersediannya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Pada tahap selanjutnya, empat ketagori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilai sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4

(Bila pernyataan sangat setuju dengan alasan anak menonton acara TV) Setuju (S) : diberi skor 3


(52)

Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

(Bila pernyataan tidak setuju dengan alasan anak menonton acara TV) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

(Bila pernyataan tidak setuju dengan alasan anak menonton acara TV)

Skor dilakukan denagn cara menjumlahkan skor dari setiap item dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap-tiap pertanyaanya tersebut untuk masing-masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indikator untuk motif diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dari angket. Kemudian jawaban yang dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing ketagori ditentukan dengan: R (range) = Skor Tertinggi Skor Terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range : Batasan dari tiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan

Jenjang : 3 (tinggi, sedang, rendah)

Tinggi : Respon sangat membutuhkan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan)


(53)

Sedang : Mendapatkan kebutuhan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan)

Rendah : Tidak mendapatkan kebutuhan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan) Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif anak Surabaya menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7, untuk lebih jelasnya digambar sebagai berikut:

1. Pada motif kognitif (Surveillance) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7 ingin menambah pengetahuan atau wawasan mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7, ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang lagu daerah, lagu anak – anak dan pesan moral dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7, ingin mendapatkan informasi tentang hal-hal baru dan mengetahui tentang kebebasan berekspresi dalam drama komedi OPERA ANAK, ingin mengetahui pasti jalan cerita dongeng atau cerita anak yang menjadi tema disetiap episode acara OPERA ANAK di Trans 7.

Motif Surveillance

Rendah =4 – 7 (responden tidak mendapatkan kebutuhan informasi) Sedang =8 – 11 (responden mendapatkan kebutuhan informasi) Tinggi = ≥ 12 (responden sangat membutuhkan informasi)

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK yakni dengan menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7 dapat meningkatkan


(54)

pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan daerah dan kepahlawanan, dapat mencari tokoh atau panutan dalam kehidupan sehari-hari, dari kata-kata bijak tiap tokohnya, dapat mengindentifikasi diri dengan profil para pemain dan dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 dapat menemukan pesan moral penunjang nilai-nilai pribadi yang mudah dipahami.

Motif Personal Identity

Rendah = 4 – 7 (responden tidak dapat menonjolkan nilai pribadinya) Sedang = 8 – 11 (responden dapat menonjolkan nilai pribadinya) Tinggi = ≥ 12 (responden sangat dapat menonjolkan nilai pribadinya) 3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal RelationShip) terdapat empat item

pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7 bersama keluarga, tetangga atau teman menonton acara tersebut dapat bertukar informasi, sebagai bahan pembicaraan dengan teman atau tetangga di sekolah maupun di lingkungan rumah, dengan menonton program acara OPERA ANAK dapat ikut berpartisipasi menonton tayangan anak bukan tayangan orang dewasa dan bersama orang tua, saudara, teman dan tetangga selalu mendukung program acara OPERA ANAK di Trans 7 karena dalam cerita dongeng maupun cerita tokoh superheronya akan mendapatkan berbagai informasi yang bermanfaat. Motif Personal RealitionShip

Rendah : 4 – 7 (responden tidak dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)


(55)

Sedang : 8 – 11 (responden dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)

Tinggi : ≥ 12 (responden sangat dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)

4. Motif Hiburan (Diversi) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK yakni bahwa Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 responden ingin mengisi waktu luang, ingin melepaskan diri dari kejenuhan akan film kartun dan rutinitas sehari-hari seperti sekolah, ingin merasakan terharu, ketegangan dan kelucuan akan cerita dalam program acara “Opera Anak di Trans 7 dan ingin mendapatkan hiburan yang sesuai usianya.

Motif Diversi

Rendah : 4 – 7 (responden tidak mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Sedang : 8 - 11(responden mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Tinggi : ≥ 12 (responden sangat mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Motif secara keseluruhan pada tiap kategori dapat disimpulkan sebagai berikut: Rendah : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam

tayangan OPERA ANAK masih rendah.

Sedang : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam tayangan OPERA ANAK pada tingkat sedang.

Tinggi : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam tayangan OPERA ANAK sangat tinggi.


(56)

3.1.3 Sekolah Dasar di Surabaya

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi sekolah-sekolah dasar di Surabaya karena banyak orang mengidentikan bahwa sekolah dasar di Surabaya adalah sekolah yang para siswanya terdiri dari berbagai kalangan karena penduduk Surabaya adalah penduduk yang heterogen sehingga dapat diasumsikan anak-anak yang bersekolah di Surabaya memiliki keanekaragaman dalam berpendapat, pada dasarnya sistem pendidikan sekolah-sekolah dasar yang dipilih tersebut sama dengan sekolah lainnya namun sekolah- sekolah dasar tersebut mempunyai keunggulan tertentu dibidang prestasi baik akademik maupun non akademik sehingga sekolah-sekolah tersebut mempunyai akreditasi “A” dan “B”, dilengkapi dengan segala sesuatu yang lebih dan berkualitas, memberikan kualitas yang terbaik dan profesional (Sarana, pelayanan mutu sd) (Dispendik. Kota Surabaya).

3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Secara keseluruhan jumlah Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Surabaya ada 969 sekolah (Dispendik. Kota Surabaya), sedangkan populasi yang diteliti adalah siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d 6 yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. karena dengan asumsi anak pada usia tersebut telah memasuki periode realisme naif dan realisme kritis, dimana anak pada periode tersebut sudah mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya


(57)

dalam totalitas dan mampu memberikan alas an yang bisa dijadikan data peneliti dan tercatat sebesar 1.350.339 siswa. (Sumber : Dispendik, Kota Surabaya)

3.2.2 Sampel dan Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 yang tercatat sebagai murid Sekolah Dasar (murid aktif). Siswa SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. Dipilihnya anak SD yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 sebagai responden, menurut teori Oswald Kroh dalam buku Psikologi perkembangan anak (1995 : 136) karena anak-anak pada usia tersebut telah memasuki periode realisme naif dan realisme kritis, dimana anak pada periode tersebut sudah mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya dalam totalitas dan fantasi mereka sudah berkurang diikuti dengan pengamatan konkrit yang bersifat realistis dan kritis sehingga diharapkan mereka akan mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan oleh peneliti melalui kuesioner.

Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane (Bungin dalam Kriyantono, 2006: 160) sebagai berikut:

n= N___ N (d²) + 1 Keterangan : N : Populasi n : Sampel d² : Presisi


(58)

1 : Angka Konstan n = N

n = __ 1.350.339 ___ 1.350.339 (0,1)²+1 n = 1.350.339

13504,39

n = 99,9 = 100 responden (dibulatkan)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang responden. Kemudian responden yang diambil dipilih secara teknik Cluster Random Sampling melalui multistage random sampling di kota Surabaya, kemudian terpilih wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan. Teknik ini digunakan, jika populasi letaknya tersebar secara geografis, sehingga peneliti sangat sulit didalam menentukan kerangka sampling dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Mengingat di kota Surabaya terdapat 31 kecamatan dengan 163 kelurahan. Pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling dengan melakukan sebanyak tiga tahap :

1. Tahap pertama adalah pemilihan Sekolah Dasar pada wilayah penentuan kota Surabaya. Di wilayah Surabaya terdapat lima distrik. Maka setelah diadakan pengundian secara random (acak) terpilihlah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan.

2. Tahap kedua, pemilihan Sekolah Dasar pada wilayah kecamatan. Wilayah Surabaya Pusat terdapat 4 kecamatan dan Surabaya Selatan terdapat 8 kecamatan. Surabaya pusat setelah dilakukan pengundian secara random


(59)

(acak) maka terpilihlah kecamatan Genteng dan kecamatan Tegalsari sedangkan Surabaya Selatan adalah kecamatan Jambangan dan kecamatan Wonocolo.

3. Tahap ketiga, pemilihan tingkat kelurahan yang setelah dilakukan pengundian secara random (acak) maka terpilihlah SD-SD di Surabaya pada kelurahan genteng, kelurahan Embong Kaliasin, Kelurahan Kedungdoro, Kelurahan Wonorejo, kelurahan Jambangan, kelurahan Sidorejo dan elurahan Bendul Merisi. Jumlah seluruhnya ada 50 Sekolah Dasar yang terpilih.

Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang dengan ketentuan siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 dan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. Dan jumlah populasi responden siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 pada masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

a. Kelurahan Sidosermo

SDN Sidosermo I/427 215 siswa

SDN Sidosermo II/549 233 siswa

SDN Margorejo VII/570 311 siswa

SDN Margorejo VIII/571 198 siswa

SDN Margorejo I 321 siswa

SD Putra Bangsa 371 siswa


(60)

b. Kelurahan Bendul Merisi

SDN Margorejo III 373 siswa

SD Muhammadiyah 20 405 siswa

SDN Bendul Merisi 408 siswa

SDK Santa Theresia I 734 siswa

SDN Kedung Bende II 312 siswa

Jumlah Seluruhnya 2.232 siswa c. Kelurahan Karah

SDN Dukuh Menaggal I 150 siswa

SDN Dukuh Menaggal II 176 siswa

SDN Karah IV 212 siswa

SDN Karah VI 315 siswa

SDN Kebonsari I 207 siswa

SDN Kebonsari II 314 siswa

SDN Pagesangan 423 siswa

SD Al- Hidayah 882 siswa

SD Al Hikmah 373 siswa

JumlahSeluruhnya 3.052 siswa d. Kelurahan Jambangan

SDN Gayungan I 324 siswa

SDN Gayungan II 201 siswa

SDN Ketintang I 135 siswa


(61)

SDN Jambangan I 214 siswa

SDN Jambangan II 334 siswa

SD Al Huda 376 siswa

SD Khadijah 596 siswa

Jumlah Seluruhnya 2.494 siswa e. Kelurahan Genteng

SDN Kapasari IV 276 siswa

SDN Ketabang V 314 siswa

SDN Peneleh I 218 siswa

SDK Yohanes Gabriel 369 siswa

SDK Santa Angela 454 siswa

SDK Karitas II 383 siswa

Jumlah Seluruhnya 2.032 siswa f. Kelurahan Embong Kaliasin

SDN Kaliasin I 807 siswa

SD Hangtuah I 524 siswa

SDN Kaliasin II 304 siswa

SD Muhammadiyah 12 282 siswa

SD Muhammadiyah 15 613 siswa

Jumlah Seluruhnya 2.530 siswa g. Kelurahan Kedung Doro

SDN Bubutan XIII 317 siswa


(62)

SDN Jepara II 289 siswa

SDN Tembok Dukuh IV 368 siswa

SDK Stella Maris 362 siswa

SD Muhammadiyah 20 304 siswa

SD Bubutan I 403 siswa

Jumlah Seluruhnya 2.257 siswa Jumlah secara Keseluruhan adalah 17. 627 siswa

Jumlah populasi siswa SD di 8 (delapan) kelurahan yang terdiri dari 50 Sekolah Dasar adalah 17.627 siswa, sehingga untuk lebih rincinya, jumlah sampel yang akan diteliti tiap-tiap wilayah kelurahan ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

n= N1 x n1 N

Keterangan :

N = jumlah sampel siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d 6 dari beberapa kelurahan

N1 = ukuran Stratum ke-1

N = Jumlah siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3s/d 6 dari beberapa kelurahan

n = jumlah sampel minimal yang ditetapkan

Dari jumlah populasi tersebut dapat diperoleh sampel untuk masing-masing kelurahan sebagai berikut :


(63)

1. Kelurahan Sidosermo :

1.649 x 100 = 9,6 dibulatkan 10 17.627

2. Kelurahan Bendul Merisi : 2.232 x 100 = 12

17.627

3. Kelurahan Karah : 3.052 x 100 = 17 17.627

4. Kelurahan Jambangan : 2.494 x 100 = 14 17.627

5. Kelurahan Genteng :

2.032 x 100 = 11,8 dibulatkan 12 17.627

6. Kelurahan Embong Kaliasin : 2.530 x 100 = 14

17.627

7. Kelurahan Kedungdoro :

2.257 x 100 = 12,8 dibulatkan 13 17.627

8. Kelurahan Wonorejo :

1.401 x 100 = 7,9 dibulatkan 8 17.627


(64)

Tabel 3.1

Prosentase responden dari beberapa Kelurahan No. Kelurahan Populasi Prosentase %

1. Sidosermo 1.649 10

2. Bendul Merisi 2.232 12

3. Karah 3.052 17

4. Jambangan 2.494 14

5. Genteng 2.032 12

6. Embong Kaliasin 2.530 14

7. Kedungdoro 2. 257 13

8. Wonorejo 1.401 8

Jumlah 17.627 100

3.3 Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini menurut cara memperolehnya, dilakukan dengan dua pendekatan yaitu, pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung melalui hasil wawancara dari pertanyaan secara terstruktur kepada responden.

b. Data Sekunder

Data yang tidak diperoleh langsung dari lapangan. Data ini dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua terkait dengan masalah-masalah


(65)

yang diteliti, seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, internet dan lain-lain.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

P = F x 100% N

Keterangan :

P : Presentasi Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumor tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.


(66)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Trans 7

TRANS 7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006. TRANS 7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

TRANS 7 yang semula bernama TV 7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV 7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama startegis antara Para Group dan KKG, TV 7 melakukan launching pada 15 Desember 2006 sebagai TRANS 7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS 7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANS 7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif dan inovatif.


(67)

Logo TRANS 7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa TRANS 7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.

TRANS 7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANS 7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya seperti Selamat Pagi, TKP, Asal Usul, dan Jejak Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.

Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I-Gosip pagi, I-Gosip Siang dan I-Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti Full Color dan Komedi Lawak seperti Opera Van Java juga slalu dinantikan. TRANS 7 juga pernah hadir dengan Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia. Kini Tukul dan Vega hadir kembali di TRANS 7 lewat program Bukan Empat Mata.

Program Sport TRANS 7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga, para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike mengaak anda untuk memacu adrenaline di lintasan balap kelas dunia. TRANS 7 juga menyajikan


(1)

93

beragam oleh karena itu dengan menonton acara OPERA ANAK ini berarti anak selalu ingin mendapatkan informasi dan hiburan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka, karena dengan menonton acara OPERA ANAK mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka akan informasi dan hiburan yang sesuai dengan usia mereka.

Katagori yang sedang adalah Motif Identitas Personal. Ini menunjukkan bahwa anak sekolah dasar surabaya dalam menonton tayangan program acara OPERA ANAK di trans7 juga dapat mendorong para anak menggunakan isi media massa untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan atau situsi khalayak sendiri.mereka juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri, menemukan model perilaku,setelah menonton acara OPERA ANAK sehingga dengan menonton tayangan ini mereka juga dapat memenuhi kebutuhan mereka

Dan pada kategori rendah adalah 1% Motif Identitas Personal dan Motif Integrasi dan Interaksi Sosial. Hal ini di karenakan ada 1% responden yang belum mendapatkan identitas personalnya setelah menonton tayangan progrm acara OPERA ANAK mereka merasa kurang mendapatkan kebutuhannya dikarenakan acara OPERA ANAK kurang memberikan ispirasi sebagai pelajaran hidup.Dan sisanya ada sebagian 2% pada motif itegrasi dan interaks sosial yang belum mendapatkan kebutuhannya dalam berinteraksi dengan sosialnya.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Motif Kognitif dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi. Motif Informasi responden dalam menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 tidak hanya berorientasi pada keingintahuan responden tentang acara ini tetapi disebabkan sebagian besar responden cenderung berusaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan tentang sebuah drama komedi yang bercerita dongeng dengan berganti-ganti seri judul. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai tentang kebudayaan daerah, cerita rakyat dan kisah para pahlawan Indonesia. Kebutuhan informasi juga dapat dipenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti keingintahuan dan pembelajaran.

2. Motif Identitas Personal dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan karena responden dalam menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 tidak hanya ingin memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam dirinya, akan tetapi ingin mencari informasi yang terkandung dalam acara OPERA ANAK dan untuk menghibur diri.


(3)

95

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden dapat merasakan apa yang terjadi pada para pemain yang memerankan tokoh dalam cerita drama tersebut, responden menganggap bahwa lebih banyak hal yang dapat dijadikan bahan percakapan dengan orang lain.

4. Motif Hiburan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi. Sebagian besar responden menonton acara OPERA ANAK disebabkan karena dorongan yang paling utama adalah motif hiburan, yaitu dorongan responden untuk mengisi waktu luang, ingin bersantai, dorongan melepaskan diri dari kejenuhan rutinitas sehari-hari seperti sekolah, dan keinginan untuk merasakan keharuan, kegembiraan dan kelucuan. Dalam hal ini responden benar-benar terhibur.

Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa hal ini menunjukkan responden memiliki motif yang tinggi mengenai acara OPERA ANAK di Trans 7. Didalam program tersebut mereka mendapatkan semua keinginan baik itu mengenai Motif Kognitif, Motif Identitas Pribadi, Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ataupun Motif Hiburan.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian dan survey pada obyek penelitian, maka peneliti mempunyai saran, yaitu :


(4)

96

1. Bagi Pertelevisian Indonesia

Disarankan bagi pengelolah pertelevisian agar lebih memperhatikan jam tayang acara OPERA ANAK di Trans 7 karena menurut responden kurang efektif apabila disiarkan pada malam hari (pukul 20.00 WIB) karena walaupun ditayangkan pada malam minggu namun anak-anak seusia responden pada jam tersebut sudah mulai lelah sehingga kurang dapat menikmati acara dan terkadang tertidur, sehingga tidak bisa menonton program acara tersebut sampai selesai.

2. Bagi Anak

Disarankan lebih selektif dalam menonton acara OPERA ANAK di Trans 7 dan anak tidak hanya menganggap menonton acara ditelevisi tersebut sebagai hiburan saja tetapi diambil sisi positifnya mengenai pesan-pesan (nilai, moral, dan pendidikan) yang ada pada acara OPERA ANAK di Trans 7. Serta dapat mengambil hikmah dari setiap adegan maupun perkataan yang ditayangkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Effendy, Onong Uchjana, 1995, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Effendy, Onong Uchjana, 2000, Televisi Siaran,Teori dan Praktek, Bandung : CV. Mandar Maju

Gerungan, S.S,2000, Psikologi Sosial, Bandung : Eresco

Gerungan, S.S, 2004, Psikologi Sosial, Bandung : PT. Rafika Aditama

Krisyantono, Rachmat, 2007, Riset Komunikasi, Jakarta : Prenada Media Grup

Kuswandi, 1996, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), Jakarta : Rhineka Cipta

Liliweri, Alo, 1994, Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, Bandung : Citra Aditya Bakti Morisan, 2004, Jurnalistik TV Muthakhir, Jakarta : Ghalia Indonesia

Mc. Quail, Dennis, 2002, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Erlangga Nurudin, 2008, Hubungan Media Konsep dan Aplikasi, Jakarta : PT. Rajagrafindo

Purwanto,N.M, 1996, Psikologi Pendidikan, Cekatan IX, Bandung : Remaja Rosdakarya Rakhmat,2002, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendy,1989, Metode Penelitian Survey, Yogyakarta : LP3ES

Sugiono, 2003, Metode Penelitian dan Administrasi, Bandung : Alfa Beta Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

NON BUKU


(6)

(http//www.trans7.co.id)

(Dispendik Kota Surabaya, 2011) (www.trans7.operaanak.co.id) www.indorating.com


Dokumen yang terkait

MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7).

0 2 86

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv ).

0 0 88

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 ).

0 0 98

Motif Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7" (Studi Deskriptif Motif' Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans7).

1 1 89

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA “PRIMITIVE RUNAWAY” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV).

0 0 87

MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA SCARY JOB DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Scary Job di Trans7)

0 0 24

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA “PRIMITIVE RUNAWAY” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Primitive Runaway” Di Trans TV)

0 0 23

MOTIF ANAK DALAM MENONTON TAYANGAN PROGRAM ACARA OPERA ANAK (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Motif Anak SD di Surabaya dalam Menonton Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7)

0 0 23

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “TAU GAK SIH?” DI TRANS 7 (Studi Deskritif Kuantitatif Tentang Motif Masyarakat Surabaya Dalam Menonton Program Acara “Tau Gak Sih ?” di Trans 7)

0 0 13

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “TAU GAK SIH?” DI TRANS 7 (Studi Deskritif Kuantitatif Tentang Motif Masyarakat Surabaya Dalam Menonton Program Acara “Tau Gak Sih ?” di Trans 7)

0 0 10