terbang fly ash, bahan organik, tepung batuan, dan lain-lain. Kapur dan abu terbang digunakan untuk meningkatkan pH tanah. Abu terbang juga dapat
meningkatkan kandungan unsur-unsur hara Iskandar, Suwardi dan Ramadina, 2008. Bahan amelioran lain yang umum digunakan adalah bahan organik.
Bahan ini erat kaitannya dengan kondisi ideal tanah, baik secara fisik, kimia dan biologi yang selanjutnya menentukan produktivitas suatu tanah Wander et al.,
1994. Bahan organik merupakan sumber energi bagi aktivitas mikroorganisme tanah tertentu. Adanya bahan makanan sumber C, baik dalam bentuk organik
maupun anorganik sangat menentukan tingkat populasi, keragaman dan aktivitas mikroorganisme. Semakin besar peningkatan input residu tanaman, semakin besar
peningkatan biomassa mikroorganisme tanah pada lapisan atas Rasiah dan Kay, 1999.
2.3 Bahan Organik
Bahan organik tanah adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau
binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia. Bahan organik
umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya yang tidak besar sekitar 3 – 5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Bahan organik
mempengaruhi sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman, sebagai granulator, sumber unsur hara, menambah kemampuan tanah untuk menahan air dan
menahan unsur-unsur hara dan sumber energi bagi mikroorganisme Hardjowigeno, 2003. Bahan organik dapat diaplikasikan sebagai mulsa disebar
di permukaan tanah atau diinkorporasikan dengan tanah. Perbedaan cara pemberian sangat menentukan proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme dan berdampak pada perubahan kadar bahan organik tanah. Pencampuran bahan organik dengan tanah terjadi pada saat dilakukan
pengolahan tanah, sedangkan penyebaran bahan organik di permukaan tanah sebagai mulsa umumnya dikaitkan dengan penerapan pengolahan tanah minimum
Rachman et al., 2004. Perubahan kadar bahan organik dalam tanah sangat ditentukan oleh kualitas bahan organik, terutama kandungan lignin, selulosa, dan
unsur hara, sehingga memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap sifat-sifat
tanah Oyedele et al., 1999. Lignin dan selulosa merupakan senyawa organik pada tanaman yang menghasilkan C-organik di mana lignin tergolong senyawa
yang sukar didekomposisi, sedangkan selulosa lebih mudah didekomposisi Stevenson, 1982.
2.4 Senyawa Humat
Senyawa humat adalah hasil akhir dari proses dekomposisi bahan organik, merupakan fraksi yang larut dalam basa Kononova, 1966. Senyawa
humat merupakan bahan koloid terdispersi bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat kehitaman dan mempunyai berat molekul relatif tinggi Tan, 2003.
Karakteristik lain senyawa humat adalah memiliki beban elektrositas yang tinggi, kapasitas tukar yang tinggi, menjadi hidrofil dan asam secara alami. Orlov,
1985. Senyawa humat bukanlah pupuk, tetapi merupakan bagian dari pupuk. Pupuk adalah sumber hara untuk tanaman dan mikroflora. Senyawa humat pada
dasarnya membantu menggerakkan mikronutrien dari tanah ke tanaman Sahala et al., 2006
Senyawa humat berfungsi sebagai pembenah tanah yang terlibat dalam reaksi kompleks dan dapat mempengaruhi kesuburan tanah dengan mengubah
kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah Tan, 1993 Pengaruh senyawa humat pada sifat kimia tanah, yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas tukar kation KTK. Peningkatan tersebut menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara atau
nutrisi. Senyawa humat membentuk kompleks dengan unsur mikro, sehingga melindungi unsur tersebut dari pencucian oleh hujan. Unsur N, P,
dan K diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia.
2. Senyawa humat dapat mengikat logam berat membentuk senyawa khelat kemudian mengendapkannya sehingga mengurangi keracunan tanah.
3. Meningkatkan pH tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang terus menerus, terutama tanah yang banyak mengandung alumunium, karena
senyawa humat mengikat Al sebagai senyawa kompleks yang sulit larut dalam air insoluble sehingga tidak dapat terhidrolisis.
4. Ikatan kompleks yang terjadi antara senyawa humat dengan Fe dan Al merupakan antisipasi terhadap ikatan yang terjadi antara unsur P dengan
Al dan Fe, sehingga unsur P dapat terserap secara optimal oleh tanaman.
2.5. Jenis Tanaman