Seorang perempuan yang secara biologis subur fecund tidak selalu melahirkan anak, misalnya dia mengatur kelahiran dengan abstinensi atau
menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan untuk melahirkan sangat sulit diukur. Ahli demografi hanya menggunakan pengukuran
terhadap kelahiran hidup live birth. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibanding pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia
dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Di samping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai
resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti risiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
Kompleksnya pengukuran fertilitas karena melahirkan melibatkan dua orang suami dan istri, Sedangkan hanya melibatkan satu orang saja orang meninggal.
Masalah yang lain yang dapat dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa
dari mereka tidak mendapatkan pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda. Memperhatikan masalah-masalah tersebut,
terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapkan, dan masing-masing mempunyai keuntungan dan kelemahan. Memperhatikan perbedaan antara keadaan
kelahiran dan kematian, memungkinkan untuk melaksanakan dua macam pengukuran fertilitas yaitu pengukuran fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif.
2. Mortalitas Mortalitas atau kematian adalah salah satu dari tiga komponen demografi yang
berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk,
tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat
di daerah tersebut. Mortalitas adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Dari
definisi ini terlihat bahwa keadaan mati hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan selalu mati selalu didahului oleh keadaan
hidup. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup live birth. 3. Mobilitas
Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas penduduk vertikal ini sering disebut dengan
perubahan status, dan salah satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam
sektor pertanian. Mobilitas penduduk horizontal atau mobilitas penduduk geografis adalah gerak
penduduk yang melintasi batas wilayah menuju ke wilayah lain dalam periode tertentu. Mobilitas penduduk dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu penduduk
permanen atau migrasi dan mobilitas penduduk non permanen. Jadi, migrasi adalah perpindahan penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju wilayah lain
melampaui batas politiknegara ataupun batas administratif atau batas bagian dalam suatu negara dengan tujuan menetap.
Menurut Everett S. Lee ada empat faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi yaitu :
1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal 2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan
3. Faktor-faktor yang menghambat 4. Faktor-faktor pribadi.
2.2.3 Susunan Penduduk
Data penduduk yang didapatkan dari hasil registrasi, sensus penduduk dan survei susunannya masih belum teratur sehingga sulit untuk dibaca apalagi diinterpretasi
untuk keperluan maka seluruh data tersebut perlu disederhanakan. Menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan disebut
menganalisa data. Dalam proses ini seringkali digunakan statistik adalah menyederhanakan data.
Membagi penduduk atas kelompok-kelompok tertentu atau dapat pula dikatakan atas komposisi penduduk tertentu merupakan salah satu dari bentuk analisis
penduduk. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang
sama. Bermacam-macam komposisi penduduk dapat digolongkan berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, bahasa,
agama dan sebagainya.
2.2.4 Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Kedua variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk
di masa yang akan datang. Misalnya dalam suatu negara terdapat penduduk umur tua 50 tahun keatas lebih banyak, maka diharapkan negara tersebut mempunyai angka
kelahiran yang rendah. Demikian pula ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan wanita, bisa mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka
pertumbuhan. Ketidakseimbangan itu akan mempengaruhi pula keadaan sosial, ekonomi dan
keluarga. Komposisi penduduk umur tua digambarkan dalam piramida penduduk yang dapat mencerminkan apakah negara tersebut mempunyai ciri penduduk tua dan muda.
Sedangkan pada penduduk umur muda dapat dipakai sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya
orang yang tidak produktif umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas dengan banyaknya orang yang banyaknya produktif umur 16-64 tahun.
2.2.5 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan indikator dari pada tekanan penduduk di suatu daerah. Kepadatan di suatu daerah dibandingkan dengan luas tanah yang ditempati
dinyatakan dengan banyaknya penduduk perkilometer persegi. Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
KP x 100
Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk di wilayah tersebut atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti: penduduk
daerah perdesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagai
penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian atau luas daerah perdesaan.
Kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menjadi empat bagian: 1. Kepadatan penduduk kasar atau sering pula disebut dengan kepadatan
penduduk Aridmatika 2. Kepadatan penduduk Fisiologis
3. Kepadatan penduduk Agraris 4. Kepadatan penduduk Ekonomi .
2.3 Proyeksi
Proyeksi adalah perhitungan untuk meramalkan atau untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang dengan menggunakan beberapa asumsi yang didasarkan
atas data tahun dasar. Kualitas hasil proyeksi sangat ditentukan oleh proses pelaksanaan
penyusunannya. Proyeksi yang baik adalah proyeksi yang menghasilkan penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan sekecil mungkin. Manfaat atau
kegunaan proyeksi adalah untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian atau hal- hal yang mungkin terjadi, sebagai alat perencana yang tujuannya untuk menyediakan
jasa sebagai response terhadap penduduk yang telah diproyeksikan dan merubah trend penduduk menuju ke perkembangan demografi sosial dan ekonomi.
2.3.1 Proyeksi Penduduk
Semua perencanaan pembangunan sangat membutuhkan data penduduk tidak saja data penduduk tidak saja pada saat merencanakan pembangunan tetapi juga pada masa-
masa mendatang disebut dengan proyeksi penduduk. Jumlah penduduk dapat mempengaruhi kesejahteraan daerah atau negara yang
bersangkutan. Perhitungan proyeksi penduduk penulis lakukan dengan
memproyeksikan penduduk berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk pada periode 2000-2009. Hal tersebut ditempuh karena informasi mengenai salah satu komposisi
kependudukan yaitu migrasi tidak tersedia untuk tingkat kabupatenkota. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perhitungan proyeksi ini
adalah sebagai berikut: 1. Menghitung tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo menurut jenis
kelamin untuk periode 2000-2009 dengan cara geometrik 2. Memproyeksikan penduduk Kabupaten Karo menurut jenis kelamin
berdasarkan tingkat pertumbuhan 2000-2009 dengan metode geometrik.
Adapun rumus Geometric Rate of Growth tersebut adalah sebagai berikut:
P
t
= P 1+r
t
Dengan : P
t
= Jumlah penduduk pada tahun t P
o
= Jumlah penduduk pada tahun awal r
= Angka pertumbuhan penduduk t
= Jangka waktu dalam tahun