ix Berdasarkan uji biokimia terhadap bakteri Shigella dysenteriae pada
media KIA menunjukkan bagian miring berwarna merah dan bagian tegak berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa Shigella dysenteriae mampu
memfermentasi glukosa namun tidak mampu memfermentasi laktosa. Shigella dysenteriae tidak menghasilkan H
2
S dan tidak menghasilkan gas, hal ini ditunjukkan dengan tidak ada gelembung udara dan tidak ada warna hitam pada
media KIA. Bagian miring media LIA memperlihatkan warna ungu, bagian tegak berwarna kuning, tidak ada warna hitam, dan tidak ada rongga udara. Hal ini
menunjukkan bahwa Shigella dysenteriae tidak mendekarboksilasi lisin, tidak mendeaminasi lisin, tidak menghasilkan H
2
S dan gas. Identifikasi menggunakan media MIO memperlihatkan media tidak keruh dan berwarna kuning. Hal ini
sesuai teori yang menyatakan bahwa Shigella dysenteriae bersifat non motil tidak bergerak dan tidak mendekarboksilasi ornitin. Berdasarkan uji yang dilakukan,
sehingga disimpulkan bakteri yang diidentifikasi adalah benar Shigella dysenteriae Mikoleit, 2010.
Bakteri Streptococcus pyogenes diuji katalase dan hemolisis darah. Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase bakteri. Hasil uji katalase
memperlihatkan tidak ada gelembung udara. Hal ini sesuai teori bahwa Streptococcus pyogenes tidak memiliki enzim katalase yang mampu memecah
H
2
O
2
menjadi H
2
O dan O
2
sehingga tidak menghasilkan gelembung. Uji hemolisis darah digunakan untuk mengetahui bahwa bakteri mampu melisiskan sel darah
merah. Hasil uji hemolisis darah memperlihatkan adanya zona jernih disekitar koloni. Hal ini sesuai teori bahwa Streptococcus pyogenes termasuk beta
hemolitik yang mampu menghasilkan enzim untuk melisiskan sel darah merah Todar, 2012.
4. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak etanol biji dan batang papaya masing-masing diuji aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysenteriae dan Streptococcus pyogenes
menggunakan metode difusi Kirby-Bauer. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang papaya diukur dari besarnya zona hambat baik radikal maupun
irradikal disekitar disk. Tiap seri konsentrasi ekstrak biji dan batang papaya
7
x masing-masing 20 µL diresapkan kedalam disk kosong berukuran 6 mm, sehingga
konsentrasi ekstrak tiap disk berturut-tururt sebesar 10000 µg, 5000 µg, 2500 µg, dan 1250 µg. Tetrasiklin dan eritromisin berturut-turut digunakan sebagai kontrol
positif dalam uji aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysenteriae dan Streptococcus pyogenes. Etanol 70 digunakan sebagai kontrol negatif karena
dapat melarutkan ekstrak dan setelah menguap tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya terhadap Shigella
dysenteriae dan Streptococcus pyogenes
Diameter zona hambat mm Shigella dysenteriae
Streptococcus pyogenes Ekstrak biji pepaya
10000 µg 7,66±0,57
7±0 5000 µg
7,33±0,57 7±0
2500 µg 6±0
6±0 1250 µg
6±0 6±0
Etanol 70 14000 µg
6±0 6±0
Tetrasiklin 30 µg
18,33±0,57 -
Eritromisin 30 µg
- 18,33±1,52
Ekstrak batang pepaya 10000 µg
8±0 7,33±0,57
5000 µg 7±0
7±0 2500 µg
6,33±0,57 6±0
1250 µg 6±0
6±0 Etanol 70
14000 µg 6±0
6±0 Tetrasiklin
30 µg 16±1,73
- Eritromisin
30 µg -
16,66±0,57
Keterangan: zona irradikal Diameter zona hambat sudah termasuk diameter disk 6 mm
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji dan batang pepaya konsentrasi 10000 µg 5000 µg memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae dan Streptococcus pyogenes, ditunjukkan adanya zona irradikal yaitu zona jernih sekitar disk namun
masih terlihat adanya pertumbuhan bakteri. Aktivitas antibakteri ekstrak biji dan batang pepaya terhadap Shigella dysenteriae ditunjukkan pada Tabel 1. Ekstrak
etanol biji pepaya konsentrasi 10000 µg dan 5000 µg mempunyai aktivitas antibakeri terhadap Shigella dysenteriae yang ditunjukkan dengan zona irradikal
sebesar 7,66±0,57 mm dan 7,33±0,57 mm. Ekstrak etanol biji pepaya konsentrasi
2500 µg dan 1250 µg, tidak menghasilkan zona jernih sekitar disk. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut tidak mampu menghambat pertumbuhan
Sampel
8
xi Shigella dysenteriae. Ekstrak etanol batang pepaya konsentrasi 10000 µg, 5000
µg dan 2500 µg menghasilkan zona hambat berturut-turut sebesar 8±0, 7±0 dan 6,33±0,57 mm. Ekstrak etanol batang pepaya konsentrasi 1250 µg tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysenteriae karena tidak menghasilkan zona jernih sekitar disk.
Analisis uji t aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya konsentrasi 10000 µg, 5000 µg, dan 2500 µg terhadap Shigella dysenteriae
memberikan hasil signifikan p sebesar 0,374, sedangkan ekstrak etanol biji dan batang pepaya konsentrasi 1250 µg menunjukkan hasil aktivitas antibakteri yang
sama terhadap Shigella dysenteriae. Berdasarkan analisis tersebut, nilai p 0,05 dapat disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang
pepaya berbeda tidak signifikan terhadap Shigella dysenteriae. Dalam penelitian sebelumnya, ekstrak etanol biji pepaya mengandung alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, dan fenol Okoye, 2011. Ekstrak etanol batang pepaya mengandung alkaloid, tanin, saponin dan steroid Stephen et al., 2013. Hal tersebut
menunjukkan bahwa meskipun biji dan batang pepaya memiliki berbagai jenis zat namun aktivitas antibakterinya tetap sama.
Aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya terhadap Streptococcus pyogenes ditunjukkan pada Tabel 1. Ekstrak etanol biji pepaya
konsentrasi 10000 µg dan 5000 µg menghasilkan diameter zona hambat iradikal yang sama yaitu 7±0 mm. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji
pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes. Ekstrak biji pepaya konsentrasi 2500 µg dan 1250 µg tidak memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Streptococcus pyogenes. Ekstrak etanol batang pepaya konsentrasi 10000 µg dan 5000 µg menunjukkan zona hambat iradikal sebesar 7,33±0,57 mm dan
7±0 mm. Ekstrak batang pepaya konsentrasi 2500 µg dan 1250 µg tidak menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes.
Ekstrak etanol biji dan batang pepaya konsentrasi 10000 µg terhadap Streptococcus pyogenes memiliki nilai signifikan p 0,374, sedangkan ekstrak
etanol biji dan batang pepaya konsentrasi 5000 µg, 2500 µg, dan 1250 µg memberikan aktivitas antibakteri yang sama terhadap Streptococcus pyogenes.
9
xii Berdasarkan analisis tersebut, nilai p 0,05 dapat disimpulkan bahwa aktivitas
antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya berbeda tidak signifikan terhadap Streptococcus pyogenes. Ekstrak etanol biji dan batang pepaya memiliki berbagai
jenis zat, namun memiliki aktivitas antibakteri yang sama terhadap Streptococcus pyogenes.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol batang pepaya mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus yang ditunjukkan dengan zona hambat berturut-turut sebesar 20 mm dan 28 mm sedangkan ekstrak etanol biji pepaya tidak mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Khan et al., 2012. Berdasarkan penelitian tersebut batang pepaya mampu menghambat
bakteri Gram negatif dan Gram positif lebih baik daripada biji pepaya. Hal ini tidak sesuai hasil yang didapatkan terhadap Shigella dysenteriae dan
Streptococcus pyogenes. Tempat tumbuh dan nutrisi tanaman yang berbeda dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri biji dan batang pepaya terhadap suatu bakteri.
Biji dan batang pepaya yang digunakan dalam penelitian sebelumnya berasal dari berbagai tempat di Lucknow, India sedangkan dalam penelitian ini berasal dari
Boyolali, Indonesia. Spesies bakteri yang digunakan dalam penelitian sebelumnya berbeda dengan penelitian ini sehingga aktivitas antibakteri biji dan batang pepaya
juga berbeda.
5. Kromatografi Lapis Tipis