Kemampuan mengeksplorasi kasus Kemampuan mendeskripsikan kasus dari 6 komponen Kemampuan mempresentasikan kasus Teknik Analisis Data

87 kemampuan membuat kesimpulan hasil diskusi KHD. Penskoran dari setiap aspek ditampilkan pada Tabel 3.13. Berdasarkan skor dari setiap komponen penilaian tugas tersebut dapat dihitung skor total setiap komponen tugas. Dengan target 3 kasus dan minimal 1 kasus untuk setiap mahasiswa, maka skor total untuk setiap komponen sebagai berikut: 1 kemampuan mengeksplorasi kasus, skor total sebesar 30, kemampuan mendeskripsikan kasus, skor total 30, dan kemampuan menjelaskan kasus explanation skor total 60, sedangkan kemampuan presentasi dalam diskusi 1 kasuskelompok dengan skor total 28. Namun jika mahasiswa mampu menganalisis lebih dari 3 kasus, maka skornya akan Tabel 3.13. Pedoman Penskoran Tugas Mahasiswa Jenis Tugas Skor Jenis Tugas Skor

A. Kemampuan mengeksplorasi kasus

1. Jumlah kasus dieksplorasi 2. Jumlah kasus relevan dengan olahraga 3. Jumlah kasus relevan dengan biokimia 4. Jumlah kasus yang urgen untuk dikaji

B. Kemampuan mendeskripsikan kasus dari 6 komponen

pertanyaan: 1. Who 2. What 3. Where 4. When 5. Why 6. How 1kasus 3kasus 3kasus 3kasus 0 – 1 0 – 2 0 – 1 0 – 1 0 – 2 0 – 3 C. Kemampuan menjelaskan kasus 1. Jumlah literatur 2. Aspek-aspek biokimia kasus 3. Paparan, argumen dan kesimpulan tentang kasus yang dijelaskan

D. Kemampuan mempresentasikan kasus

1. Bahan presentasi 2. Penyajian hasil diskusi 3. Menjawab pertanyaan 4. Menyimpulkan hasil diskusi 0 – 5 0 – 5 0 – 10 1 – 4 1 – 4 0 – 10 0 – 10 diakumulasikan dalam skor capaian tugas mahasiswa. Dengan demikian tidak ada nilai skor maksimum dari setiap komponen tugas analisis kasus olahraga. Skor mahasiswa tergantung pada jumlah kasus yang dianalisis. 88 Kualitas instrumen pedoman penilaian tugas hanya mengandalkan hasil dari expert judgment. Berdasarkan hasil validasi ketiga pakar, semua aspek dalam pedoman penilaian tugas mahasiswa diterima. Namun pada semua jenis tugas mengeksplorasi, mendeskripsikan, mengaplikasikan dan mempresentasikan kasus dari aspek penskoran parameter pada umumnya mendapatkan saran revisi terutama yang berkaitan dengan pembobotan. Sedangkan aspek paramater penilaian diterima tanpa revisi. Hasil validasi pedoman penilaian tugas ini selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing untuk direvisi sesuai dengan saran ketiga expert.

D. Prosedur Penelitian

Berdasarkan desain mixed method yang digunakan, langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu: 1 tahap persiapan dalam bentuk studi pendahuluan yang dilakukan melalui studi lapangan dan studi pustaka, 2 tahap pelaksanaan yang meliputi ujicoba terbatas dan ujicoba skala besar, dan 3 tahap interpretasi untuk memberi makna terhadap hasil ujicoba skala besar. Secara skematik, seluruh rangkaian tahap penelitian diuraikan pada Gambar 3.3.

1. Tahap Persiapan

Studi pendahuluan yang dilakukan melalui studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal tentang sensitivitas mahasiswa terhadap kasus-kasus olahraga yang sudah menjadi isu publik, kemampuan mahasiswa mendeskripsikan dan memahami kasus dan menelusuri literatur yang berkaitan dengan kasus. Dalam studi lapangan juga akan dilakukan analisis kebutuhan mahasiswa dalam 89 matakuliah biokimia dan menetapkan kasus-kasus berdasarkan kebutuhan mahasiswapokok bahasan dalam matakuliah biokimia terutama dari aspek ketersediaan literatur dan akses informasi dalam analisis kasus. Studi lapangan dilakukan dalam bentuk studi dokumen terutama kurikulum biokimia olahraga dan observasi langsung serta wawancara tak terstruktur baik kepada mahasiswa maupun kepada dosen dan pimpinan jurusanprodi. Studi pustaka bertujuan selain untuk menggali informasi terkait dengan mahasiswa ilmu keolahragaan dan untuk mendapatkan modal teori dalam mengembangkan prototipe model pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga. Hasil studi pendahuluan tersebut akan memberikan arah kepada perancangan model pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga dan pengembangan instrumen penelitian. Model pembelajaran yang sudah berhasil dirancang selanjutnya diujicoba secara terbatas kepada mahasiswa kelas A berjumlah 30 orang yang berasal dari prodi ilmu keolahragaan sebuah universitas di Jawa Timur. Ujicoba terbatas tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan model pembelajaran yang dikembangkan. Oleh karena itu, lama ujicoba terbatas sangat tergantung pada pemahaman peneliti terhadap tingkat keterlaksanaan model pembelajaran yang diujicobakan. Dalam penelitian ini, lama ujicoba terbatas sebanyak empat kali pertemuan atau dua minggu masa perkuliahan dua kali tatap muka setiap minggu karena dalam kurun waktu tersebut sudah dapat diketahui tingkat keterlaksanaan model yang diujicobakan dan bagaimana seharusnya model pembelajaran yang siap untuk diimplementasikan sebagai acuan perbaikan model. 90

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah dilakukan perbaikan model pembelajaran analisis kasus, selanjutnya dilakukan ujicoba dengan skala yang lebih luas, yaitu dengan melibatkan 4 kelas mahasiswa dengan jumlah 107 orang. Langkah-langkah yang digunakan dalam ujicoba ini menggunakan hasil perbaikan langkah-langkah yang digunakan pada ujicoba terbatas. Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan maka secara garis besar, langkah- langkah dalam implementasi model atau ujicoba skala luas yang dilakukan pada kelompok eksperimen kelas A dapat diuraikan pada Gambar 3.3. 1 Pemberian pretes pada hari ke-1 minggu ke-1 untuk mengetahui literasi sport- biochemistry LiSBi dan sikap mahasiswa terhadap matakuliah biokimia sebelum penerapan model pembelajaran analisis kasus-kasus olahraga. 2 Pada hari ke-2 minggu ke-1, menjelaskan tugas yang akan dikerjakan mahasiswa, mulai dari tugas mengeksplorasi, mendeskripsi, dan menjelaskan kasus-kasus olahraga. Selain itu, mahasiswa juga diberikan penjelasan tentang konsep, hukum dan teori disertai dengan contoh agar mereka tidak kesulitan dalam menjelaskan kasus yang sudah dideskripsikan. Setelah dijelaskan cara mengerjakan tugasnya, setiap mahasiswa diberikan tugas untuk mengeksplorasi fenomena atau kasus berkaitan kondisi fisik atlet atau pelaku olahraga, mendeskripsikan dan menjelaskan dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang terkait dengan menelusuri literatur. 91 TAHAP PERSIAPAN TAHAP PELAKSANAAN: UJICOBA SKALA LUAS TAHAP INTERPRETASI Gambar 3.3. Tahap-tahap Penelitian Studi Pendahuluan: 1. Studi lapangan 2. Studi Pustaka 3. Studi dokumen kurikulum dan nilai prasyarat belajar biokimia, yaitu biologi dan kimia 4. Perancangan model pembelajaran 5. Ujicoba terbatas draf model pembelajaran MAKOR 1 QUAL Sebelum Intervensi: Analisis kemampuan mahasiswa menganalisis kasus 2 a. QUAL selama intervensi: Analisis kualitatif tugas mahasiswa

b. QUAN selama intervensi: Analisis tugas, LiSBi dan sikap

mahasiswa Hasil: 1. Instrumen LiSBi, angket, pedoman analisis tugas 2. Draf model pembelajaran analisis kasus 3. Karakteristik mahasiswa dan kurikulum 4. Model pembelajaran MAKOR yang siap diimplementasikan dalam ujicoba skala luas Hasil Gambaran awal kemampuan mahasiswa mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus Hasil 1. Data nilai tugas mahasiswa berdasarkan pedoman penilaian tugas 2. Data tes LisBi mahasiswa 3. Data sikap mahasiswa Hasil Gambaran akhir kemampuan mahasiswa mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus 3 QUAL Sesudah Intervensi: Analisis kemampuan mahasiswa menganalisis kasus Interpretasi QUAN qual: Interpretasi hasil uji statistik berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif tugas mahasiswa Hasil 1. Efektivitas model MAKOR untuk meningkatkan LiSBi mahasiswa 2. Sikap mahasiswa terhadap biokimia 3. Kesimpulan dan rekomendasi 4. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran analisis kasus 92 Selanjutnya dilakukan ujicoba skala yang lebih besar yang tidak hanya melibatkan kelas A tetapi juga kelas B dengan menerapkan hasil modifikasi model pembelajaran berbasis analisis kasus olahraga. Langkah-langkah dalam ujicoba skala luas dapat diuraikan sebagai berikut: 3 Pada hari ke-2 minggu ke-2 mahasiswa kelas B mulai dilibatkan dalam mengikuti penjelasan tugas yang nanti akan dilakukan. Kemudian baik kelas A maupun kelas B ditugaskan melakukan eksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus-kasus olahraga sesuai dengan petunjuk. Disamping tugas individual juga dilakukan pembagian kelompok diskusi dengan anggota lima orang untuk setiap kelompok sehingga jumlah kelompok setiap kelas 6 kelompok. Tugas kelompok adalah membuat bahan presentasi kasus olahraga yang paling baik dari kasus yang sudah dikerjakan oleh anggota kelompoknya agar tidak membebani mahasiswa. Tujuan diskusi adalah untuk berbagi dengan sesama temannya baik dalam kelompok maupun dengan kelompok lain. 4 Pada hari ke-1 minggu ke-3 dilakukan evaluasi tugas dan remidial tugas mahasiswa baik kelas A maupun kelas B. Hasilnya terjadi peningkatan pada kemampuan mendeskripsikan kasus meskipun sebagian besar masih kesulitan dalam menjelaskan kasus. Selanjutnya dilakukan remidial tugas analisis kasus olahraga. 5 Pada hari ke-2 minggu ke-3, meskipun masih kesulitan dalam menjelaskan kasus- kasus yang dideskripsikannya, dimulai kegiatan diskusi yang dipilih sesuai dengan topik bahasan atau yang relevan dengan topik bahasan. Hasil diskusi tersebut ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Meskipun demikian mahasiswa menjadi mendapatkan pengalaman mempersentasikan tugas yang mereka kerjakan selama 93 perkuliahan. Kelompok yang sudah tampil diskusi dapat memperbaiki kembali bahan diskusi dan diberikan kesempatan presentasi ulang. 6 Demikian selanjutnya mengulangi kegiatan 4 sampai 6 baik terhadap kasus- kasus yang sudah ditemukan maupun yang baru ditemukan sampai pada minggu ke- 7, yaitu minggu dimana kegiatan perkuliahan semester genap berakhir dan memasuki minggu tenang. Kasus-kasus yang dianalisis dapat berupa kasus-kasus yang sudah dieksplorasinya atau mengeksplorasi kasus baru yang belum dianalisis oleh peserta atau kelompok lain. Pada minggu ke-7 dilakukan pengumpulan tugas yang merupakan hasil perbaikan selama kegiatan perkuliahan. 7 Pemberian postes dengan menggunakan tes LiSBi dan angket baik kepada kelompok eksperimen maupun kepada kelompok kontrol.

3. Tahap Interpretasi

Tahap interpretasi bertujuan untuk menginterpretasi data hasil implementasi model pembelajaran melalui ujicoba skala besar secara kuantitatif QUAN berdasarkan data-data kualitatif qual dengan prinsip data kualitatif ditanam ke dalam data kuantitatif embedded. Interpretasi dilakukan terhadap data hasil-hasil uji statistik data LiSBi, data sikap mahasiswa, kemajuan tugas analisis kasus yang dijelaskan secara khusus dan mendetail pada bagian teknik analisis data bagian E.

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan prinsip penelitian mixed method, maka analisis data penelitian menggunakan teknik sequential data analysis yang dipilih berdasarkan desain 94 penelitian embedded design. Analisis data penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1 analisis data kualitatif, 2 analisis data kuantitatif, dan 3 analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kualitatif baik yang dilakukan sebelum, selama maupun setelah pembelajaran dilakukan terhadap tugas-tugas mahasiswa dalam menganalisis kasus dengan menggunakan analisis isi content analysis dan analisis deskriptif. Analisis isi content analysis bertujuan untuk mengidentifikasi konsep, hukum dan teori dalam beritainformasi tentang kasus-kasus yang dieksplorasi, hasil deskripsi kasus dan penjelasan mahasiswa tentang kasus-kasus yang dieksplorasinya. Melalui analisis isi juga akan diketahui relevansi setiap kasus dengan olahraga, biokimia dan tingkat urgensinya untuk dikaji atau dianalisis. Selain itu, analisis isi akan membedakan kasus- kasus yang dieksplorasi mahasiswa sebagai kasus yang masih orginal atau sudah merupakan hasil kajiananalisis pakar, seperti makalah atau artikel. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggambarkan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi kasus-kasus olahraga, kemampuan mahasiswa dalam mendeskripsikan kasus dan kemampuan mahasiswa dalam menjelaskan kasus untuk mengidentifikasi dan memahami aspek-aspek biokimia dalam setiap kasus olahraga. Hasil analisis data kualitatif terdiri atas deskripsi tentang kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi, mendeskripsikan kasus-kasus olahraga, menjelaskan kasus olahraga, mengidentifikasi dan menjelaskan aspek-aspek biokimia konsep, prinsip dan teori yang terdapat dalam kasus olahraga, dan persepsi mahasiswa tentang matakuliah biokimia. 95 Analisis kualitatif data kemampuan mengeksplorasi exploration kasus ditinjau dari aspek jumlah kasus dan relevansinya dengan konteks olahraga dan dengan konteks biokimia. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk klasifikasi kasus-kasus olahraga yang relevan dengan biokimia berdasarkan 3 kriteria, yaitu: 1 produksi dan penggunaan energi, 2 menimpa atlet saat berolahraga, dan 3 faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme. Selain itu juga ditampilkan klasifikasi setiap kasus berdasarkan topikpokok bahasan biokimia dan aspek-aspek biokimia dalam setiap kasus. Analisis kualitatif data kemampuan mendeskripsikan kasus description dilakukan dengan menggunakan analisis isi content analysis dengan prinsip W 5 H who, what, when, where, why dan how. Pada setiap aspek pertanyaan tersebut dilakukan kategorisasi hasil deskripsi kasus berdasarkan kelas, yaitu: 1 kategori baik, jika semua mahasiswa sudah dapat mendeskripsikan kasus dan mendapat skor penuh sesuai pedoman penilaian tugas, 2 cukup, jika jumlah mahasiswa yang belum mendapat nilai penuh kurang dari separuh jumlah total mahasiswa yang terlibat, dan 3 kategori kurang, jika jumlah mahasiswa yang tidak mendapat nilai penuh lebih dari separuh jumlah mahasiswa yang terlibat. Kategorisasi tersebut dilengkapi dengan keterangan penyebab kesulitan dalam mendeskrisikan kasus. Seperti halnya pada analisis kemampuan mendeskripsikan kasus, analisis kualitatif data kemampuan menjelaskan kasus explanation dikategori menjadi 3 kategori, yaitu: 1 kategori baik, jika semua mahasiswa sudah dapat mendeskripsikan kasus dan mendapat skor penuh sesuai pedoman penilaian tugas, 2 cukup, jika jumlah mahasiswa yang belum mendapat nilai penuh kurang dari separuh jumlah total mahasiswa yang terlibat, dan 3 kategori kurang, jika jumlah mahasiswa yang tidak 96 mendapat nilai penuh lebih dari separuh jumlah mahasiswa yang terlibat. Kategorisasi tersebut ditinjau dari 3 aspek, yaitu jumlah literatur yang digunakan, kemampuan menjelaskan aspek-aspek biokimia yang terdapat dalam kasus yang meliputi, konsep, hukum, prinsip dan teori, dan kemampuan membuat paparan, argumen dan kesimpulan tentang kasus yang dijelaskan. dilengkapi dengan keterangan penyebab kesulitan dalam menjelaskan kasus. Analisis kualitatif data ”presentation” ditinjau dari aspek “description, explaining dan presentation” kasus dalam diskusi panel dalam bentuk kategori “baik” jika kasus dideskripsikan dengan lengkap sesuai dengan prinsip W 5 H, kasus dijelaskan sesuai dengan prinsip menjelaskan kasus tahap explanation dan mempresentasikan kasus dengan memenuhi standar penilaian diskusi bahan presentasi, presentasi di depan kelas, menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar dan membuat kesimpulan, ”cukup” jika ketiga aspek tersebut dinilai cukup oleh penilai dan ”kurang” jika aspek- aspek dalam penilaian dinilai kurang oleh penilai selama diskusi. Analisis data kuantitatif terdiri dari 3 bagian, yaitu: a analisis tugas mahasiswa secara kuantitatif, b analisis data pretes-postes LiSBi, dan c analisis sikap mahasiswa. a. Analisis tugas mahasiswa, yaitu analisis kemampuan mahasiswa dalam menganalisis kasus yang dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan analisis persentase. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram. Dalam bentuk tabel dilakukan analisis persentase mahasiswa berdasarkan jumlah kasus yang mendeskripsikan dan menjelaskan kasus dengan empat kategori, yaitu: 1 lebih dari 5 kasus, 2 4 sampai dengan 5 kasus, 3 1 sampai dengan 3 kasus dan 4 tidak ada 97 kasus yang dideskripsikandijelaskan. Dalam bentuk diagram, skor yang dicapai mahasiswa dalam setiap aspek tugas exploration, description, explanation dan presentation dibandingkan dengan skor total kemudian dikali dengan 100. Hasil dari analisis persentase tersebut dideskripsikan dalam bentuk diagram batang sehingga tampak jelas bagaimana perkembangan mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya selama kegiatan pembelajaran intervensi. Melalui analisis ini akan diketahui pada aspek tugas manakah mahasiswa yang paling mudah dan paling sulit dikerjakan disertai dengan kajian faktor-faktor penyebabnya. b. Analisis data pretes dan postes hasil tes literasi sport-biochemistry dilakukan dalam 6 jenis analisis, yaitu: 1 uji-t dependen pada setiap kelompok eksperimen dan kontrol, 2 uji-t independen untuk menguji peningkatan skor setiap kelompok gain, 3 analisis perbedaan gain pada setiap proses dalam LiSBi dengan menggunakan uji-t independen, 4 analisis level literasi sport-biochemistry LiSBi mahasiswa secara deskriptif, 5 analisis deskriptif bentuk soal dalam LiSBi, dan 6 analisis sikap mahasiswa. Uji-t dependent bertujuan untuk membandingkan skor mahasiswa dalam tes SBL antara pretes dan postes baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Melalui uji-t dependent ini akan diketahui signifikan tidaknya peningkatan skor yang diperoleh mahasiswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada taraf signifikan, α = 0,05. Uji-t independent dilakukan untuk membandingkan peningkatan literasi sport- biochemistry yang dicapai mahasiswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 98 melalui nilai gain N-gain pada taraf signifikan, α = 0,05. Nilai N-gain literasi sport-biochemistry literacy LiSBi dihitung dengan menggunakan rumus: Skor Postes – Skor Pretes Nilai Gain = x 100 53 – Skor Pretes Keterangan: Skor maksimum tes LiSBi = 53 Untuk menghitung nilai N-gain mahasiswa pada proses-1, proses-2 dan proses-3 dalam LiSBi digunakan rumus sebagai berikut: Skor Postes Proses-1 – Skor Pretes Proses-1 1 Nilai Gain = x 100 33 – Skor Pretes Proses-1 Keterangan: Skor maksimum proses-1 = 33 Skor Postes Proses-2 – Skor Pretes Proses-2 2 Nilai Gain = x 100 10 – Skor Pretes Proses-2 Keterangan: Skor maksimum proses-2 = 10 Skor Postes Proses-3 – Skor Pretes Proses-3 3 Nilai Gain = x 100 10 – Skor Pretes Proses-3 Keterangan: Skor maksimum proses-3 = 10 Untuk mengetahui apakah pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga yang digunakan dalam penelitian ini efektif atau tidak digunakan tafsiran persentase efektivitas nilai rata-rata N-gain dengan kriteria yang ditampilkan pada Tabel 3.14. Melalui uji ini akan diketahui peningkatan skor mahasiswa dari kelompok manakah diantara kedua kelompok eksperimen dan kontrol yang lebih besar yang 99 menggambarkan sejauhmana keunggulan pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga relatif terhadap pembelajaran konvensional. Tabel 3.14. Tafsiran Efektivitas Pembelajaran Biokimia Melalui MAKOR Cheng et al, 2004 dalam Herayanti, Setiawan dan Rusdiana, 2009 Persentase Mean N-Gain Tafsiran Efektivitas Kurang dari 30 30 - 70 Lebih dari 70 Rendah Sedang Tinggi Uji-t independen juga dilakukan untuk membandingkan peningkatan nilai N- gain mahasiswa kelompok kontrol dan eksperimen pada setiap jenis proses proses- 1, proses-2, dan proses-3 yang digunakan dalam LiSBi. Dari analisis N-gain proses-proses tersebut akan diketahui pada proses manakah mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang mengalami peningkatan skor dan memiliki nilai N-gain yang berbeda secara signifikan. Analisis level LiSBi baik pada pretes maupun postes dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis persentase berdasarkan pada pedoman penentuan level dalam Tabel 3.11. Melalui analisis ini akan diketahui persentase mahasiswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang meningkat level LiSBinya, turun atau bahkan tidak berubah level LiSBinya, baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol. Selain itu, juga akan diketahui persentase mahasiswa yang mencapai level LiSBi tertentu. Analisis pretes-postes juga melibatkan analisis bentuk soal dalam LiSBi yang dilakukan secara deskriptif. Melalui analisis ini akan diketahui bentuk soal manakah 100 yang dianggap paling sulit dan paling mudah dijawab oleh mahasiswa, termasuk pokok bahasan atau sport-biochemistry unit SBU yang mudah atau sukar dijawab mahasiswa.

c. Analisis sikap mahasiswa dilakukan dengan menggunakan analisis persentase yaitu

mendeskripsikan jumlah mahasiswa berdasarkan sikapnya, jumlah mahasiswa yang mengalami perubahan sikap dari pretes ke postes. Selain analisis secara deskriptif juga dilakukan analisis secara inferensial dengan menggunakan uji chi kuadrat Pearson chi-square test dan koefisien korelasi phi φ pada taraf signifikan 0,05. Uji chi kuadrat tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan sikap mahasiswa tentang biokimia olahraga antara sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran biokimia dengan menggunakan MAKOR, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Kriteria yang digunakan untuk menentukan signifikan tidaknya perbedaan sikap mahasiswa dapat ditentukan secara manual dengan menggunakan tabel chi kuadrat. Jika nilai chi kuadrat hitung lebih besar daripada nilai chi kuadrat tabel pada taraf signifikan 0,05, maka dinyatakan terdapat perbedaan sikap mahasiswa pada saat pretes sebelum pembelajaran dan postes sesudah pembelajaran yang signifikan. Sebaliknya, jika nilai chi kuadrat hitung lebih kecil daripada nilai chi kuadrat tabel maka perbedaan sikap mahasiswa tersebut dinyatakan tidak signifikan. Selain menggunakan kriteria manual, juga digunakan kriteria nilai probabilitas p hasil perhitungan SPSS seri-12. Jika nilai p lebih besar daripada taraf signifikan 0,05 maka dinyatakan tidak terjadi perbedaan sikap mahasiswa yang signifikan saat pretes dan saat postes. Sebaliknya, jika nilai p lebih kecil daripada taraf signifikan 101 0,05 maka dinyatakan sikap mahasiswa berbeda secara signifikan dari pretes sebelum pembelajaran ke postes sesudah pembelajaran. Disamping menguji perbedaan sikap mahasiswa saat mengikuti pretes dan postes juga dianalisis korelasi sikap mahasiswa saat pretes dan pada saat postes dengan menggunakan koefisien phi φ . Interpretasi koefisien φ dilakukan dengan menggunakan kriteria ”general rule of thumb” Simon, 2005 untuk menunjukkan kekuatan hubungan sikap mahasiswa terhadap biokimia sebelum dengan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan MAKOR yang ditampilkan pada Tabel 3.15. Baik perhitungan uji-t, uji chi kuadrat maupun koefisien ” φ ” dilakukan dengan bantuan SPSS seri-12 untuk mendapatkan penjelasan dan interpretasi yang lebih detail dan akurat. Tabel 3.15. Interpretasi Koefisien φ Nilai Koefisien φ Interpretasi -1,0 sd -0,7 -0,7 sd -0,3 -0,3 sd +0,3 +0,3 sd +0,7 +0,7 sd +1,0 Hubungan negatif yang kuat strong negative association Hubungan negatif yang lemah weak negative association Tidak ada hubungan little or no association Hubungan positif yang lemah weak positive association Hubungan positif yang kuat strong positive association Analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif dilakukan pada tahap akhir dengan menggunakan ”qual embedded quan design”, yaitu analisis data yang menginterpretasikan data kuantitatif hasil tes literasi sport-biochemistry dan hasil uji statistik N-gain baik pada tes SBL secara keseluruhan maupun dari setiap proses yang dilibatkan dalam tes SBL, yaitu proses-1,proses-2, proses-3 dengan melibatkan data kualitatif yang berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi, 102 mendeskripsikan, dan menjelaskan kasus-kasus olahraga serta sikap mahasiswa tentang matakuliah biokimia dan data kuantitatif, yaitu hasil analisis kuantitatif kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus, dan hasil tes dan level literasi sport-biochemistry LiSBi mahasiswa tahap 4. Hasil analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif tersebut akan memberikan arah untuk pembuatan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga MAKOR yang cukup efektif untuk meningkatkan literasi sport-biochemistry mahasiswa ilmu keolahragaan berbentuk siklus-siklus yang masing-masing terdiri atas 5 tahap kegiatan, yaitu: exploration, description, explanation, discussion, evaluation dan remedial, serta menyelesaikan dua jenis tugas tugas individu dan tugas kelompok hasil diskusi. 2. Kemampuan mahasiswa dalam mendeskripsikan dan menjelaskan kasus olahraga mengalami peningkatan sedangkan dalam mengeksplorasi kasus mengalami penurunan. Nilai rata-rata tugas mahasiswa dalam mendeskripsikan kasus olahraga meningkat dari 6,74 menjadi 12,31 dengan nilai N-gain sebesar 41,03 kategori cukup. Nilai rata-rata tugas mahasiswa dalam menjelaskan kasus olahraga meningkat dari 0,74 menjadi 13,97 dengan nilai N-gain sebesar 23,38 kategori rendah. Sebaliknya, nilai rata-rata tugas mahasiswa dalam mengeksplorasi kasus olahraga berkurang dari 16,11 menjadi 14,39 dengan nilai N-gain sebesar 12,38 kategori rendah.