Perancangan media pengenalan aksara Sunda melalui buku Barancang Wangun Aksara Sunda

(1)

(2)

(3)

(4)

Curriculum Vitae

Personal Details

Full Name : Irfan Maulanasam

Nick Name : Irfan

Sex : Male

Place, Date of Birth : Sumedang, 12 May 1989 Nationality : Indonesia

Marital Status : Single

Status : College Student Height, Weight : 170 cm, 50 kg

Health : Perfect

Religion : Moeslem

Address : Komp. Gading Asri jl. Cendana blok B-09 karangtengah Cianjur

Mobile : 085624261611

Phone : -

E-mail : fan_alternatiflab@yahoo.co.id

Motivation : make it better from the best thing nowadays Educational Background

1995 – 2001 : Elementary School Peuteuycondong No.1, Cianjur 2001 – 2004 : Junior High School No.1, Tanjungsari

2004 – 2007 : Senior High School No.1, Cianjur

2007 – untill now : Visual Design Communication at the Indonesian Computer University (UNIKOM) 8th Grade (In graduation task) Informal Education

 Illustration Course in CV PROCESS CREATIVE Formal Experience

 Member of extracurricular DKM, LSBD HI, and Painting SMAN 1 Cianjur  Junior Designer at CV.kultura

 Photographer at CV. Alternatiflaboratory Informal Experience

 Illustrator in CREATIVE PROCESS, Bandung

 Participants NOMA ILLUSTRATION AWARD 2009, Germany  Exhibitor in Typography DKV 2009, Bandung

 Exhibitor in Neversleep DKV 2008, Bandung  Exhibitor in 200 Ideaversity 2010, Bandung


(5)

Riwayat hidup

Rincian pribadi

Nama Lengkap : Irfan Maulanasam

Nama Panggilan : Irfan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 12 Mei 1989

Kebangsaan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Status : Mahasiswa

Tinggi, Berat : 170 cm, 50 kg

Kesehatan : Sempurna

Agama : Islam

Alamat : komp.Gading Asri Jl.Cendana Blok B-09 Karangtengah, Cianjur

Hand Phone : 085624261611

Telepon : -

E-mail : fan_alternatiflab@yahoo.co.id

Motivasi Hidup : buat lebih baik dari yang terbaik sekarang Latar belakang pendidikan

1995 – 2001 : Sekolah Dasar Negeri Peuteuycondong 1, Cianjur

2001 – 2004 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjungsari, Sumedang 2004 – 2007 : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cianjur

2007 - sampai sekarang : Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Tingkat 8 (menyusun tugas Akhir)

Pendidikan Informal

 Kursus Ilustrasi di CV PROSES CREATIVE Pengalaman Formal

 Anggota Ekstrakulikuler DKM, LSBD HI, dan Seni Rupa SMAN 1Cianjur  Junior Designer di CV.KULTURA

 Fotografer di CV. ALTERNATIFLABORATORY Pengalaman Informal

 Illustrator di Biro Desain dan Periklanan PROCESS CREATIVE, Bandung  Peserta NOMA ILLUSTRATION AWARD 2009, Jerman

 Peserta Pameran Tipografi DKV Unikom 2009, Bandung  Peserta Pameran Neversleep DKV Unikom 2008, Bandung  Peserta Pameran 200 Ideaversity, Bandung


(6)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA PENGENALAN AKSARA

SUNDA

MELALUI BUKU “

RARANCANG WANGUN

AKSARA SUNDA

DK 38315 Tugas Akhir Semester I 2012/2013

Oleh :

Irfan Maulanasam 51907094

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(7)

i

KATA PENGANTAR

Dalam ilmu sejarah, waktu dibagi dalam dua zaman. Yaitu zaman prasejarah dan zaman sejarah. Masa prasejarah ialah zaman dimana manusia belum menemukan tulisan dan menggunakannya untuk mencatat setuatu tentang kehidupan manusia. Sedangkan, Zaman sejarah ialah zaman dimana manusia sudah menemukan tulisan dan menuliskan sejarahnya sebagai bukti keberadaan manusia di alam bumi.

Sebagai media untuk menuliskan sejarah tersebut, mereka membuat dan menyusun aksara dengan Tata Aksara yang diatur dengan sedemikian rupa agar aksara tersebut bisa terus dituliskan dan diajarkan pada anak cucu dari kelompok manusia tersebut.

Sebagai bukti keberadaan adanya sekelompok manusia yang disebut masyarakat di suatu daerah. Bukti sejarah akan ditinggalkan oleh kelompok masyarakat tersebut sebagai bukti adanya kebudayaan di kelompok masyarakat tersebut. Aksara Sunda ialah warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang suku Sunda sebagai bukti bahwa kelompok masyarakat ini sudah memiliki peradaban yang tinggi dalam perkembangan budayanya. Namun akibat perkembangan kebudayaan yang terjadi di kelompok masyarakat tersebut, Aksara ini terkesan dilupakan oleh pemiliknya dan tidak dkenali sebagai warisan budaya yang dimiliki oleh pemiliknya.

Perubahan budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Sunda dalam hal Aksara Sunda sebagai warisan budaya yang menanamkan kearifan lokal dalam masyarakat Sunda, yang merupakan bahasan penelitian ini sebagai kearifan lokal yang ditanamkan dalam penyaring dari budaya asing yang masuk dalam kebudayaan sunda sehingga tidak kehilangan jati dirinya sebagai masyarakat Sunda di daerah Kota Bandung.

Ucapan terima kasih penulis berikan atas saran dan kritik yang membangun dan mendorong penulis untuk menyelesaikan laporan ini.serta bantuan dan


(8)

bimbingannya sehingga laporan ini bisa rampung dan terselesaikan. Ucapan rasa syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT, karenaNya Lah penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan segala jalan dan rezeki yang diberikan kepada penulis selama ini.

Bandung, 5 Februari 2013


(9)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ... iii

Daftar Gambar ... iv

Daftar Tabel ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Fokus Masalah... 4

1.4Tujuan Perancangan ... 4

BAB II AKSARA SUNDA DI KALANGAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG 2.1 Aksara Sunda ... 6

2.1.1 Komponen Aksara Sunda ... 6

2.1.2 Penggunaan Aksara Sunda Pada Saat Ini ... 9

2.1.3 Aksara Sunda dan Upaya Pengembangannya ... 9

2.2 Buku ... 14

2.2.1. Buku Interaktif ... 14

2.2.2. Buku ”Pop Up” ... 14

2.2.2.1. Jenis Buku Pop Up ... 15

2.3 Metode Analisis Bentuk Huruf Modern ... 16

2.3.1. Anatomi Huruf ... 16

2.3.2. Kelompok Huruf ... 16

2.3.1. Legibility pada Huruf ... 24

2.4 Segmentasi ... 25


(10)

BAB III

PERANCANGAN BUKU “RARANCANG WANGUN AKSARA SUNDA” SEBAGAI MEDIA PENGENALAN AKSARA SUNDA

3.1 Strategi Perancangan... 27

3.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 27

3.1.2 Tujuan Komunikasi ... 28

3.2 Strategi Kreatif ... 29

3.2.1 Referensi Visual ... 29

3.2.1.1 Referensi Visual ... 29

3.2.1.2 Referensi Layout ... 29

3.2.1.3 Warna ... 31

3.3 Strategi Media ... 31

3.3.1 Media Utama ... 31

3.3.1 Media Pembelajaran... 31

3.3.2 Media Pendukung ... 32

BAB IV TEKNIK PRODUKSI 4.1 Media Utama ... 34

4.1.1 Buku Rarancang Wangun Aksara Sunda...34

4.2 Media Pembelajaran... 35

4.2.1 Poster Kelompok Aksara ... 35

4.2.2 Kamus Praktis Aksara ... 36

4.2.3 Buku Sketsa “Ngararancang Wangun Aksara Sunda” ... 37

4.2 Media Pendukung ... 38

4.2.1 Pembatas Buku ... 38

4.2.2 Stiker ... 38

4.2.3 Handbag ... 39

4.2 Media Promosi ... 40


(11)

iv DAFTAR PUSTAKA ... 41


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmamihardja. M, (1958), Sadjarah Sunda. Bandung: Ganaco N. V

Baidillah. I; Darsa. U. A; Abdurahman. I; Permadi. T; Gunardi. G; Suherman. A; Ampera. T; Purba. H. S; Nugraha. D. T; Sutisna. D,(2008), Direktori Aksara Sunda Untuk Unicode. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Darsa. U. A; Suryani. E;Kusweri. U;Ruhimat. M; Wartini. T, (2007). Aksara Sunda. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Rustan, Surianto. (2011). Huruf Font Tipografi. Jakarta : Gramedia PustakaUtama.

Sihombing. D, (2001),Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tinarbuko. S, (2009),Semiotika Komunikasi Visual (edisi revisi). Jogjakarta: Jalasutra

Wawancara

Sinta Ridwan, pengelola AKSAKUN, Bandung Tatang Setiadi, Ketua Yayasan Perceka, Cianjur


(13)

42 Situs

DepartemenPendidkan.KamusBesarBahasa Indonesia.Diaksespada26November 2011dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

(2008), Unpad Dukung Perwujudan Aksara Sunda Untuk Unicode.

Diaksespada8Februari 2011dari http://www.unpad.ac.id/archives/2240

http://dkv-unpas.blogspot.com/2010/05/membaca-borobudur.html http://koikoikoi.com/2009/10/my-sketchbook-feat-tommy-kane Tugas Akhir:

Rahmat, Andi. (2008) Perancangan Huruf Latin Karakter Aksara Sunda . TugasAkhir Bandung: UNIKOM


(14)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa lepas dari kehidupan bermasyarakat. Perbedaan didalam suatu kebersamaan kelompok masyarakat menjadi sebuah fitur yang tak bisa lepas dari identitas dari satu individu dalam sebuah kelompok masyarakat. Saat seseorang masuk dan hidup dalam satu kelompok masyarakat, pertanyaan yang pertama akan ditanyakan masyarakat ialah bagaimana identitas dari individu tersebut. Tentang siapakah nama individu tersebut serta darimana ia berasal. Hal ini telah menjadi pertanyaan yang lumrah dan telah menjadi kebiasaan dalam satu kelompok masyarakat bila ada anggota baru yang masuk. Sebuah pertanyaan yang mempertanyakan identitas seseorang. Identitas tersebut akan terlihat dari bagaimana penampilan fisiknya, gaya bicara, cara bersikap, serta legalitas dalam artian tanda pengenal sebagai identitas dari suatu individu. Identitas secara tidak langsung juga mengarah pada suatu kebudayaan di masyarakat. Hal ini menunjuk pada bagaimana orang berbicara, bagaimana orang membaca dan menulis dengan bahasa daerahnya yang secara tidak langsung mengidentifikasi identitas dari inidividu masyarakatnya. Perbedaan dalam masyarakat indonesia merupakan kekayaan budaya yang tidak dimiliki negara lain. Perbedaan kebudayaan menjadi identitas yang merupakan hal yang bisa menyatukan juga sekaligus menyudutkan indonesia dalam hal identitas kebangsaan. Kepentingan identitas dalam suatu kelompok masyarakat sunda utamanya ialah juga memberi peranan pada pondasi dasar terbentuk dan berkembangnya negara Indonesia. Hal ini yang menjadi motivasi akan terbentuknya negara Indonesia dari sebuah perbedaan sehingga bisa saling bahu membahu dalam membangun negara baik dari segi budaya maupun lain hal sebagainya. Sehingga apabila salah satu budaya di negara Indonesia hilang maka akan berkurang juga pondasi dalam membangun dan mengembangkan negara ke arah yang lebih baik karena budaya selain


(15)

2 sebagai identitas juga memerankan peranannya sebagai penyaring akan pengaruh global terhadap hal-hal yang kurang baik dalam membangun dan mengembangkan suatu negara. Sehingga kebudayaan-kebudayaan daerah layak dijaga dan harus terus dilestarikan sehingga bisa memdukung dalam pembangunan negara Indonesia ke arah yang lebih baik.

Bila dilihat secara kesejarahan orang Sunda. Yaitu salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang hidup di Indonesia. Suku bangsa Sunda bisa jadi adalah suku bangsa yang pertama kali datang dan menempati wilayah negara kepulauan Indonesia. Pada pemetaan jaman dahulu, adanya wilayah

kepulauan Sunda Besar serta kepulauan Sunda Kecil bisa

mengidentifikasikan bahwa Sunda telah lama menempati wilayah tersebut. Kata Sunda Sendiri diambil dari bahasa Hindi yang berarti cahaya. Beberapa Artefak sejarah seperti prasasti, naskah serta lain hal sebagainya yang mendukung tentang bagaimana orang Sunda bisa disebut sebagai manusia pertama yang hidup di wilayah Indonesia ialah aksara, orang Sunda telah terbiasa memakai dan membaca tulis dalam setiap kegiatan pendokumetasian, informasi, pemberitahuan dan lain hal sebagainya. Aksara Sunda sendiri merupakan hasil pengadaptasian dari Aksara Pranagari yang berasal dari wilayah India bagian utara. Kemunculan Aksara Sunda sendiri juga bersamaan dengan kemunculan Aksara Bali, Bugis, Lampung, serta Aksara lain yang bentuknya mengadaptasi dari Aksara Pallawa yang berasal kitab suci umat hindu di India.

Realitas saat ini, Aksara Sunda yang menjadi warisan kebudayaan Indonesia mulai hilang dan tidak terpakai di masyarakat karena adanya perubahan kekuasaan politik di Indonesia. Sejalan dengan adanya aksara Sunda juga dibarengi dengan kekuasaan pemerintah yang berkuasa saat itu, hal ini dapat dilihat ketika aksara Sunda mulai jarang digunakan ketika intervensi budaya Islam masuk ke dalam masyarakat Sunda. Hal ini juga membuat Aksara Sunda tidak digunakan selama beberapa dekade dan tak pernah lagi dipakai sebagai alat pendokumentasian budaya di masyarakat Sunda. Akan menjadi satu kewajaran apabila orang saat ini lebih akrab terhadap aksara Latin,


(16)

aksara Arab, dan aksara Cacarakan (adaptasi bentuk aksara Jawa pada vokal orang Sunda). Hal ini terjadi karena sejak dari jaman politik etis diberlakukan di Indonesia, pemerintahan kolonial hanya mengajarkan aksara Latin dan aksara Cacarakan. Hal ini juga dimanfaatkan belanda untuk membentuk orang-orang yang sekolah menjadi pesuruh mereka dan tidak semua golongan dapat bersekolah di sekolah formal saat itu. Sehingga tidak semua anak dapat menikmati pendidikan yang layak saat itu.

Pengajaran aksara Sunda pada zaman dahulu yaitu pada saat kerajaan Hindu juga tidak seperti sekarang ini. Aksara Sunda pada saat itu hanya dipelajari oleh beberapa golongan tertentu saja. Hal ini sejalan dengan fungsi seorang individu di hadapan masyarakat, aksara Sunda hanya dipelajari dari golongan kerajaan dan kerabat-kerabat kerajaan yang membutuhkan aksara sebagai alat perekam atau dokumentasi. Pada saat itu aksara sangat disakralkan dan tidak semua orang dapat membacanya. Mereka yang tidak mengerti bagaimana cara membaca begitu mensakralkan apapun yang berhubungan dengan aksara tersebut tanpa mengetahui apa yang mereka jaga. Hal ini bisa jadi juga menjadi penyebab kenapa aksara Sunda tidak begitu dikenal semua golongan masyarakat. Bila melihat pada zaman sekarang, dimana kebebasan informasi begitu dijunjung tinggi dan tidak ada lagi pembatasan golongan dalam satu lingkup masyarakat. Hal ini memberikan kebebasan kepada individu apakah mereka memiliki keinginan untuk mempelajari aksara Sunda tersebut atau tidak. Karena mati hidupnya aksara tidak akan jauh bergantung kepada orang-orang yang mau menjaga dan memelihara serta melestarikan aksara tersebut sebagai warisan budaya yang menjadi identitas dan penyaring terhadap budaya luar yang kurang baik.

Perhatian masyarakat terhadap aksara Sunda sendiri menjadi kurang karena secara tidak langsung telah hilang dari kebiasaan masyarakatnya dalam mengggunakan aksara Sunda sebagai alat dokumentasi. Aksara Sunda menjadi berubah nilainya menjadi sebuah bagian dari identitas bangsa Sunda. Karena pembiasaan diri masyarakat terhadap pendokumentasian lebih banyak dilakukan pada budaya oral serta budaya menulis menggunakan aksara Latin


(17)

4 dan aksara Arab/pegon yang tidak lain merupakan intervensi dari kekuasaan politik yang kuat pada jamannya.

Hal yang menyangkut tentang pembendaharaan serta pengajaran aksara Sunda lebih mengedepankan bagaimana cara menyusun, menulis, serta membaca aksara Sunda. Namun hal yang paling sederhana dalam mempelajari aksara seperti bagaimana membedakan karakter aksara serta mengidentifikasi aksara tersebut masih jarang dikemukakan dan diaplikasikan secara langsung dalam pembelajarannya sendiri. Sehingga terjadi suatu ganjalan dimana aksara Sunda menjadi seakan lebih sulit untuk dipelajari karena bentuk karakter yang hampir sama satu sama lain. Belum lagi ditambah dengan penambahan karakter-karakter baru yang sebelumnya tidak ditemukan dalam karakter aksara Sunda Kuna. Penghafalan karakter aksara Sunda menjadi lebih sulit dilakukan apabila tidak adanya pembahasan tentang perbedaan karakter aksara yang satu dengan yang lain karena hal ini tidak kurang menjadi ilmu dasar dalam mengidentifikasi bentuk aksara baik pada saat membaca atau menulis.

1.2. Identifikasi Masalah

 Perubahan nilai Aksara Sunda dalam masyarakat berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat Sunda dalam menjaga dan melestarikan budayanya.

 Pola pendidikan jaman dahulu (Jaman Kerajaan Hindu Budha) mempengaruhi masyarakat sunda saat itu dalam mengenali dan mempelajari Aksara Sunda hanya pada lingkungan terbatas sehingga menimbulkan self destruction (kehancuran yang disebabkan dari faktor internal), dimana Aksara hanya dipelajari oleh kalangan terbatas sehingga hanya sebagian dari masyarakatnya yang bisa dan mengerti bagaimana cara membaca dan menulis Aksara Sunda karena bergantung pada kebutuhan anggota masyarakat tersebut terhadap Aksara Sunda.

 Aksara Sunda baku masih kurang dieksplorasi sehingga masih jarang orang yang memakai karena kurangnya variasi bentuk dalam artian masih


(18)

kurangnya minat masyarakat terhadap Aksara Sunda dalam merekayasa bentuk rupa Aksara Sunda Baku sehingga hal tersebut juga menjadi alasan kenapa Aksara Sunda jarang digunakan oleh banyak kalangan masyarakat.

 Eksistensi suatu kelompok masyarakat dilihat dari identitas suatu kelompok masyarakat tersebut di lingkungan masyarakatnya, hal ini dimaksudkan pada suatu kelompok masyarakat yang memerlukan eksistensi sehingga diakui keberadaannya dan memiliki kedudukan yang bisa dibedakan dengan yang lain

 Pengenalan kembali aksara Sunda kepada masyarakat Sunda menjadi absurd (tidak tentu tujuan yang akan dicapai) karena perubahan bentuk dan fungsi Aksara tersebut, dimana Aksara Sunda sekarang tampil hanya sebagai bagian dari dekorasi. Melainkan pada jaman keemasannya, Aksara Sunda menjadi bahasa tulis yang dipakai dan dijaga keberadaannya meskipun hanya pada kalangan terbatas karena unsur sakral yang terdapat didalamnya. Bentuknya sendiri menjadi berbeda sehingga orang-orang yang telah bisa dan mengerti aksara Sunda zaman dahulu (Zaman kerajaan Hindu Budha) harus mempelajari kembali aksara Sunda yang baru, hal ini juga memberikan pekerjaan baru kepada masyarakatnya baik yang tidak tahu maupun yang telah mengerti aksara Sunda karena bentuk juga mempengaruhi bagaimana cara membaca Aksara tersebut.

1.3. Fokus Permasalahan

Menjelaskan bagaimana membedakan karakter aksara Sunda dengan metode popup book


(19)

6 1.4. Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini ialah:

 Bagaimana masyarakat sunda terbiasa untuk melihat dan mengenal Aksara Sunda

 Alternatif cara pengenalan dan membedakan Karakter Bentuk Aksara Sunda baku terhadap masyarakat Sunda

 Bagaimana masyarakat sunda bisa berbangga hati dengan warisan budayanya yaitu Aksara Sunda

 Membuat pembiasaan diri terhadap Aksara Sunda melalui hal yang disukai masyarakatnya

 Penguatan kearifan lokal dalam menghargai warisan budaya sebagai upaya penyaringan terhadap pengaruh globalisasi dan identitasnya dengan cara yang disesuaikan dengan peradaban sekarang

 Pengembangan bentuk Aksara Sunda sebagai upaya pelestarian Aksara tersebut


(20)

BAB II

AKSARA SUNDA DI KALANGAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG 2.1.Aksara Sunda

Aksara Sunda merupakan bahasa tulis yang dipakai oleh suku bangsa Sunda dalam merekam sesuatu. Aksara Sunda dipakai sebagai alat perekam atas ide dan hasil kebudayaan masyarakat sebelum adanya alat perekam seperti kamera video.

Aksara yang merupakan alat perekam dari bahasa verbal yang dipakai oleh sekelompok manusia untuk menyampaikan informasi atau pesan dari satu individu kepada individu lainnya ataupun dari satu individu ke kelompok maupun sebagainya. Aksara dibuat berdasarkan bahasa verbal yang digunakan sekelompok orang dalam berinteraksi antar manusia.

2.1.1. Komponen Aksara Sunda Aksara Swara:

Gambar 2.1 Aksara Swara

(sumber : Direktori Aksara Sunda Untuk unicode, 2008)  Aksara Ngalagena:

Gambar 2.2 Aksara Ngalagena


(21)

8  Tanda Vokalisasi:

Tabel 2.1 Tanda Vokalisasi

(sumber :Direktori Aksara Sunda untuk Unicode 2008)

Angka:

Gambar 2.3 Angka Ngalagena

(sumber : Direktori Aksara Sunda Untuk unicode, 2008)

 Pungtuasi (Tanda Baca)

Pungtuasi atau tanda baca yang dipakai untuk melengkapi penggunaan aksara Sunda dalam penulisan suatu kalimat, alinea,maupun wacana dilakukan dengan mengadopsi semua tanda baca yang berlaku pada sistem tata tulis huruf Latin. Tanda baca yang dimaksud adalah koma ( , ), peun „titik‟ ( . ), titik-koma ( ; ), deubeul peun „titik-dua‟ ( :), panyeluk „tanda seru‟ ( ! ), pananya „tanda tanya‟ ( ? ), kekenteng „tanda kutip‟ ( “ … “ ), panyambung „tanda hubung‟


(22)

( - ), tanda kurung (()), dan sebagainya. Ukuran fisik tanda baca disesuaikan dengan ukuran fisik aksara Sunda. Sementara itu yang berkaitan dengannama predikat atau gelar, baik gelar akademis maupun gelar keagamaan penulisannya tetap menggunakan sistem tata tulis dengan huruf Latin yang berlaku saat ini.

2.1.2. Penggunaan Aksara Sunda Pada Saat Ini

Aksara Sunda saat ini mulai diajarkan kepada masyarakat luas dan dipakai dalam beberapa aplikasi seperti pakaian (kaos Oblong), pengumuman acara baik konser musik maupun acara lainnya, atau benda lainnya yang mudah dalam pengaplikasiannya.

Pengajaran Aksara Sunda kepada masyarakat dilakukan baik secara Formal maupun Informal.

 Secara Formal Aksara Sunda diajarkan kepada pelajar dari mulai tingkat Sekolah Dasar sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas yang dimasukan dalam mata pelajaran Mulok(Muatan Lokal) sejak tahun 2007.

 Secara informal Aksara Sunda dipelajari dan disebarkan dengan berbagai media, baik elektronik maupun media cetak. Dalam media elektronik Aksara Sunda diajarkan melalui acara belajar Aksara Sunda yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta di kota Bandung. Selain itu, pembelajaran Aksara sunda bisa kita unduh secara bebas di situs-situs penggiat aksara Sunda.

2.1.3. Aksara Sunda dan Upaya Pengembangannya

Masyarakat Jawa Barat (tatar Pasundan) pernah menggunakan sejumlah aksara. Hal itu berarti bahwa sejak lama (sekitar 16 abad silam) masyarakat yang tinggal di daerah ini termasuk kelompok yang beraksara. Untuk menentukan satu dari jenis-jenis aksara yang pernah digunakan itu maka diperlukan beberapa persyaratan meliputi


(23)

10 (a) pemakaian aksara untuk merekam bahasa Sunda; (b) rentang waktu pemakaian; (c) luas wilayah pemakaian; (d) kesederhanaan bentuk sehingga mudah ditiru; dan (e) kemungkinan untuk dijadikan sebagai salah satu lambang jati diri orang Sunda.

Dalam upaya melestarikan dan mengembangkan identitas serta kebanggaan Masyarakat Jawa Barat terhadap kebudayaannya sendiri, Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat telah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 tahun 1996 tentang bahasa, sastra, dan Aksara Sunda. Perda Nomor 6 tahun 1996 dilatarbelakangi oleh Keputusan Presiden No. 082/B/1991 tanggal 24 juli 1991. (Darsa .U.A ,2006)

Sebagai tindak lanjut dari adanya Perda tersebut maka dilaksanakanlah lokakarya pada tanggal 21 Oktober 1997 bertempat di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Kampus Fakultas Sastra Unpad Jatinangor yang menghasilkan beberapa kesimpulan antara lain:

A. Berdasarkan data sejarah, di Jawa Barat telah digunakan 7 (tujuh) jenis aksara, yaitu aksara-aksara: Pallawa, Pranagari, Sunda Kuno, Jawa (Carakan), Arab (Pegon), Cacarakan, dan Latin. Ketujuh aksara tersebut dipakai sejak abad ke-5 Masehi hingga sekarang, dengan perincian: aksara Pallawa dan Pranagari (abad ke-5 hingga abad ke-7 Masehi; ± selama 3 abad), Aksara Sunda Kuno (abad ke-14 hingga abad ke18 Masehi; ± selama 5 abad), aksara Jawa atau Carakan (abad ke-11 dan abad ke-17 hingga abad ke-19 Masehi; ± selama 4 abad), aksara Arab atau Pegon (abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20 Masehi; ± selama 3 abad), aksara Cacarakan (abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20 Masehi; ± selama 2 abad), dan huruf Latin (akhir abad ke-19 hingga sekarang; ± selama 2 abad).


(24)

B. Kriteria yang seharusnya digunakan untuk menentukan jenis aksara yang disebut Aksara Sunda sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 1996, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat adalah rumusan tentang Aksara Sunda dalam Perda tersebut. Rumusan dimaksud berbunyi, Aksara Sunda adalah sistem ortografi hasil kreasi masyarakat Jawa Barat yang meliputi aksara dan sistem pengaksaraan untuk menuliskan bahasa Sunda(Pasal 1 nomor k.). C. Ditinjau dari sudut bentuk aksara (sederhana), rentang waktu dan

luas wilayah pemakaian (lama dan luas wilayah pemakaiannya), fungsi (merekam bahasa Sunda), hukum (Keputusan Presiden No. 082/B/1991 tanggal 24 Juli 1991 dan Perda No. 6 tahun 1996), tingkat aktivitas kreasi pemakai (tinggi 63 presentase hasil kreasi masyarakat Sunda), dan tingkat kemungkinan dijadikan lambang jatidiri dan kebanggaan orang Sunda/Jawa Barat (tinggi), maka aksara yang sesuai dengan rumusan Perda No. 6 tahun 1996 adalah jenis aksara yang tampak masih dipakai pada abad ke-14 Masehi hingga abad ke-18 Masehi yang disebut Aksara Sunda Kuno. Sejak sekarang jenis aksara tersebut disepakati untuk dinamai Aksara Sunda (tanpa tambahan kata Kuno).

D. Berhubung dengan Aksara Sunda itu dapat dibedakan atas beberapa variasi sesuai dengan bahan tulisannya (batu, logam, kulit, daun, pisau pangot, tinta, pahat, palu), masa pemakaiannya, serta perkembangan penguasaan teknik dan kecerdasan manusianya, maka perlu ditentukan satu variasi yang dapat dijadikan aksara yang baku. Berdasarkan kelengkapan aksara dan sistem pengaksaraannya serta kepraktisan untuk menuliskannya dewasa ini, Aksara Sunda variasi yang ditulis pada naskah yang seyogyanya ditetapkan sebagai Aksara Sunda yang akan dipakai sekarang (Aksara Sunda Baku).


(25)

12 E. Penamaan aksara Cacarakan menjadi Aksara Sunda berasal dari buku karangan G.J. Grashuis berjudul “Handleiding voor Aanleren van het Soendaneesch Letterschrift” (Buku Petunjuk untuk Belajar Aksara Sunda) yang terbit tahun 1860 dan berisi pedoman untuk menuliskan bahasa Sunda dengan menggunakan aksara Cacarakan. Dalam perkembangannya, oleh karena itu, aksara Cacarakan disebut pula Aksara Sunda. Jadi penamaan tersebut dimulai oleh Grashuis, seorang Belanda yang mempelajari dan menulis buku tentang bahasa Sunda. Penamaan selanjutnya oleh orang Sunda sesungguhnya merupakan “salah kaprah”, karena penamaan yang benar adalah aksara Cacarakan, sesuai dengan bentuknya meniru dari aksara Carakan (aksara Jawa). Dalam hal aksara Cacarakan persentase hasil kreasi orang Sunda hanya sebesar 10%, yakni berupa pengurangan aksara dan sistem pengaksaraannya sesuai kekhasan lafal/bunyi bahasa Sunda yang jumlahnya sedikit saja.

F. Ditinjau dari sudut kebudayaan, Aksara Sunda merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Sunda. Oleh karena itu, pemasyarakatannya hendaknya dikaitkan dengan upaya pemeliharaan kebudayaan Sunda secara keseluruhan. Berdasarkan pandangan ini, maka pemasyarakatan Aksara Sunda memiliki kaitan dan ruang lingkup yang luas, seluas kehidupan manusia dan masyarakat Sunda, manusia dan masyarakat Jawa Barat umumnya. Pemasyarakatan Aksara Sunda berkaitan erat dengan pemeliharaan bahasa Sunda, pengajaran bahasa Sunda di sekolah, dan aspek-aspek kehidupan lainnya dari masyarakat di Jawa Barat, di Indonesia umumnya, baik unsur kehidupan tradisional maupun kehidupan modern sekarang ini dan di masa yang akan datang.

G. Pemasyarakatan Aksara Sunda hendaknya dilakukan secara bertahap karena jenis aksara ini sudah lama (sekitar 3 abad) tidak dikenal lagi


(26)

oleh masyarakat Sunda. Tahapan pemasyarakatan aksara dimaksud adalah:

a. Tahap Pawanohan (Pengenalan Kembali)

Pada tahap ini Aksara Sunda diperkenalkan kepada kelompok masyarakat dan lembaga yang nantinya dapat menyebarluaskan ke kalangan yang lebih luas.

b. Tahap Palomaan (Membiasakan)

Pada tahap ini diusahakan agar masyarakat Sunda merasa loma atau terbiasa dan akrab dengan Aksara Sunda.

c. Tahap Pangagulan (Lambang Kebanggaan)

Pada tahap ini diupayakan agar Aksara Sunda menjadi keagulan atau kebanggaan rakyat Jawa Barat, dan Indonesia umumnya, bahwa telah dapat berkomunikasi tertulis dengan menggunakan Aksara Sunda.

d. Tahap Pamibandaan (Rasa Memiliki)

Suatu tahap ketika masyarakat Sunda sudah menganggap Aksara Sunda sebagai milik bersama.

Selanjutnya mengenai keberadaan dan fungsi Aksara Sunda dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa Barat, umumnya masyarakat Sunda, dewasa ini dan masa datang dikukuhkan dan disyahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 434/SK.614-Dis.PK/99 mengenai Pembakuan Aksara Sunda. Adapun Perda nomor 6 tahun 1996 tersebut kini sudah disesuaikan lagi dengan situasi dan kondisi saat ini menjadi “Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun

2003” Tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara

Daerah.“yang diikuti dengan petunjuk pelaksanaan dalam SK Gubernur Jawa Barat Nomer 3 Tahun 2004. (Aksara Sunda, dinas kebudayaan dan pariwisata,2007)


(27)

14 2.2.Buku

Buku adalah media informasi yang seringkali dipakai oleh masyarakat sebagai bagian dari pendokumentasian ilmu pengetahuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buku mempunyai arti yaitu lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Jennings, buku juga adalah sebuah benda yang nyata, yang memiliki 3 dimensi. Buku adalah sebuah objek fisik, sebuah kumpulan yang bertindak sebagai sistem pencarian informasi. Ia harus dibaca, karena itu informasi di dalamnya harus dapat diterima dan dimengerti. (The Complete Guide to Advance Illustration and Design, h.134).

2.2.1. Buku Interaktif

Buku interaktif merupakan buku yang berisikan kumpulan informasi yang disesuaikan dengan faktor psikologis dan sosial yang harus memiliki nilai kreatif sehingga informasi tersebut dapat lebih hidup dan dikembangkan oleh pengguna

2.2.2. Buku “Pop Up

buku pop up menurut Jackson yaitu merupakan buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau berunsur tiga dimensi. Dahulunya digunakan untuk media pembelajaran sains atau ilmiah namun saat ini berkembang menjadi bersifat hiburan yang menyenangkan, selain itu buku ini memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik dengan tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi. Gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser hingga bagian yang dapat berubah bentuk. Buku ini juga memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari ilmu pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu Negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita seperti dongeng, cerita rakyat, mitos, legenda. Pop up seringkali dikaitkan


(28)

dengan Ernest Nister atau Louis Giraud sebagai penemunya, sampai akhirnya pada tahun 1920 Louis Giraud bekerja pada Departemen Buku Daily Express dan memproduksi buku pop up anak-anak pada setiap tahun-nya. Kelebihan Pop up dalam sebuah buku cerita adalah mampu membuat dimensi pada visual setiap adegan, sehingga dapat lebih menarik minat si pembaca dengan adanya kejutan-kejutan pada bentuk visual yang dihadirkan.

2.2.2.1. Jenis Buku Pop Up

Menurut Paul Jakcson dalam bukunya Pop Up Book, buku pop up memiliki banyak jenis seperti transformations, tunnel books, volvelles, flaps, pull-tabs, pop-outs, pull-downs dan masih banyak lagi. Setiap jenis pop up ini mempunyai cara kerja yang berbeda pula. Dari banyak jenis tersebut terdapat tiga bentuk yang banyak dipakai dalam pembuatan buku pop up yaitu transformations, tunnel books, dan volvelles,

a. Transformations

Transformasi menunjukan bagian vertikal dan saling menutupi antara bagian atas dan bagian bawah satu sama lain

b. Volvelles

Kertas konstruksi dengan bagian – bagian yang berputar. c. pull-tabs

Kertas konstruksi dengan bagian – bagian yang bisa beruntuknya dengan menarik salah satu kenob pada slot tertentu.

d. Tunnel Books

Disebut juga terowongan buku, terdiri dari serangkaian halaman buku yang terikat dan dilihat melalui lubang penutup. Bukaan dari setiap halaman memungkinkan pembaca dapat melihat keseluruhan buku ke belakang dan gambar dari setiap halaman saling melengkapi sehingga membentuk sebuah dimensi.


(29)

16 2.3. Metode Analisis Bentuk Huruf Modern

Setiap bentuk huruf memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf „m‟ dengan „p‟ atau „C‟ dengan „Q‟. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada „pattern seeking‟ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau „membaca‟ sebuah gambar diperluakan adanya kontras atara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatif yang disbut dengan ground (Sihombing, 2001)

Gambar 2.4 Figure and Ground “ (sumber: Dokumentasi pribadi) 2.3.1. Anatomi Huruf

Huruf memiliki berbagai organ yang berbeda, seluruh komponen dari satu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antara huruf yang satu dengan yang lain.

Berikut ini adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf.


(30)

Gambar 2.5 Anatomi Huruf (sumber :dokumentasi pribadi)

Baseline

Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian terbawah dari setiap huruf besar.

Capline

Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian terbawah dari bagian teratas dari setiap huruf besar.

Meanline

Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian terbawah dari bagian teratas dari badan setiap huruf kecil.

x-Height

Jarak ketinggian dari Baseline sampai ke Meanline.x-Height merupakantinggi dari badan huruf kecil. Cara yang termudah mengukur ketinggian badan huruf kecil adalah dengan menggunakan huruf ‟x‟.


(31)

18 Ascender

Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara meanline dan capline.

Descender

Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara dibawah baseline.

Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan baseline. Tnggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang (stem) yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal.

Gambar 2.9 bagian Stem dan terminal dalam karakter Aksara Sunda (Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(32)

Gambar 2.10 bagian stroke dan serif dalam karakter Aksara Sunda (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan

Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)

Garis pembuka dan penutup dari stroke disebut serif. Huruf yang tidak memiliki serif disebut sebagai sans serif.

Nama huruf-huruf serif misalnya, Times New Roman, Adobe Gramond Pro, Bodoni, dsb.

Nama huruf sans serif misalnya, Arial, Helvetica, Franklin Ghotic Book, Microsoft San Serif, dsb.

Huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (stroke) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke)


(33)

20 Gambar 2.11 bagian-bagian Stroke dalam karakter Aksara Sunda (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan

Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008) 2.3.2. Kelompok Huruf

Garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu :

 Tegak lengkung

Gambar 2.12 pengelompokan huruf latin tegak lengkung (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan


(34)

 Tegak Miring

Gambar 2.13 pengelompokan huruf latin tegak miring (Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan

Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)  Tegak - Lengkung

Gambar 2.14 pengelompokan huruf latin tegak lengkung

(Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)


(35)

22  Garis lengkung

Gambar 2.15 pengelompokan huruf latin lengkung

(Sumber : Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir “Perancangan Huruf Latin karakter Aksara Sunda”, 2008)

Pengelompokan aksara Sunda berdasarkan bentuk yang hampir sama dapat dibagi 10 kelompok, yaitu :

Garis lengkung bersudut.

Gambar 2.16 kelompok garis lengkung bersudut (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 kelompok garis lurus miring bersudut (Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(36)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.18 kelompok garis lurus miring bersudut (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lengkung miring bersudut

Gambar 2.19 kelompok garis lengkung miring bersudut (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring lengkung bersudut

 Gambar 2.20 kelompok garis lurus miring lengkung bersudut (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.21 kelompok garis lurus miring bersudut (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda (Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(37)

24  Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

 Garis lurus miring bersudut

Gambar 2.17 Bentuk Aksara Sunda (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2.3.3. Legibility pada Huruf

Legibility pada huruf memiliki pengertian suatu kualitas dari huruf dalam tingkat kemudahannya untuk dibaca yang dipelajari dalam ilmu tipografi. Tingkat keterbacaan dari huruf tergantung kepada tampilan bentuk fisik huruf itu sendiri. Walaupun huruf dipotong dengan ekstrim hingga bagian tertentupun tetap masih bisa dikenali. Legibility menentukan tingkat keterbacaan huruf dalam kondisi yang sulit, seperti saat digerakkan dalam kecepatan tinggi, cahaya remang, dan lain-lain.


(38)

Contoh dari pengujian legibility : Huruf “C”Huruf “G”

Gambar 2.23 legibility huruf modern (Sumber : Tipografi Dalam desain grafis, 2007)

Setiap huruf memiliki identifikasi visual yang berupa garis-garis inti di wilayah-wilayah tertentu yang terstruktur dalam setiap fisik huruf.

2.4. Segmentasi

2.4.1. Segmentasi Target Audiens

Target Audiens dari perancangan media informasi yaitu :

1. Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan

Usia : 14-24 tahun

Pendidikan : SMP-SMA-kuliah awal

Sosial Ekonomi : Menengah ke atas 2. Geografis


(39)

26 3. Psikografis

Aktif :

Senang bertanya dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama Labil:

Masih mudah terpengaruh pada keadaan lingkungan dan omongan orang sekitar.

Narsis:

Suka memperlihatkan diri pada publik dalam hal popularitas dan kreatif dalam mengidentifikasikan diri di kelompok

masyarakat Hedonis

Mencari kesenangan dalam hidup tanpa memikirkan yang lain

Kreatif :

Mengolah benda-benda disekitarnya menjadi media ekspresi. Terbuka pada hal baru:

Sering mencoba-coba hal yang belum pernah dilakukan atau dirasakan

Memiliki penilaian sendiri:

Cenderung mengorientasikan diri pada nilai-nilai yang masih belum kukuh dan tetap di masyarakat dan mencoba sesuatu diluar batas

Senang bermain bersama:

Selalu melakukan aktifitas bersama teman-temannya kemana-mana


(40)

BAB III

PERANCANGAN BUKU “RARANCANG WANGUN AKSARA SUNDA” SEBAGAI MEDIA PENGENALAN AKSARA SUNDA

3.1 Strategi Perancangan

Perancangan buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda” adalah alternatif media dari pembelajaran Aksara Sunda yang biasanya lebih mengajarkan cara membaca dan menulis Aksara Sunda tanpa disertai dengan bagaimana cara membedakan antara karakter satu dengan yang lain. sedangkan hal yang paling awal atau mendasar dalam belajar membaca ialah bagaimana mengenali dan membedakan beberapa karakter sehingga audiens bisa membaca aksara tersebut walau masih belum mahir atau secara fasih bisa membaca aksara tersebut.

media ini dirancang bukan sebagai media belajar membaca dan menulis aksara Sunda melainkan lebih kepada bagaimana Audiens dituntut untuk berinteraksi secara langsung sehingga mengetahui apa yang membedakan karakter aksara satu dengan Aksara yang lain.

Dari pemaparan diatas, dapat digambarkan bahwa perancangan buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda” yang perancangannya diawali dengan dasar pengenalan Aksara Sunda dalam bentuk eksperimen interaktif, yang artinya ialah memanfaatkan persamaan bentuk dasar aksara sunda yang direkayasa sedemikian rupa dengan menggunakan menggunakan sistem tertentu sehingga menimbulkan interaksi terhadap audiens dalam pembentukan satu persatu dari karakter Aksara Sunda tersebut.

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Komunikasi merupakan penyampaian pesan atau informasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, pada hakekatnya komunikasi adalah suatu perencanaan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Wiryanto dalam ilmu pengantar komunikasi (2004,5) menerangkan bahwa istilah komunikasi mengandung makna bersama-sama (common).Istilah komunikasi atau communication berasal dari


(41)

28 bahasa latin, yaitu commonicato yang berarti umum atau bersama-sama (common).

Strategi komunikasi dapat diartikan sebagai perencanaan untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan strategi komunikasi yang baik, diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sehingga menghasilkan suatu komunikasi yang efektif. Komunikasi yang baik adalah terjadinya hubungan yang baik antara komunikator (orang yang menyampaikan informasi) dengan target komunikasi yang disertai adanya suatu tindakan.

Dalam hal ini, strategi komunikasi yang dilakukan adalah dengan cara mempersuasikan Aksara Sunda sebagai objek yang menarik untuk dilihat dan dapat digunakan dengan mudah saat menulis maupun membaca.

3.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari perancangan media informasi ini ialah mengajak target audiens yaitu remaja untuk belajar mengenal aksara Sunda.. Sifat-sifat yang menunjang media pengenalan aksara Sunda ini antara lain:

Informatif :

Memberi pesan yang jelas, lengkap dan mudah dimengerti oleh target audiens serta dibantu oleh penggunaan media pendukung agar target audien dapat mengetahui informasi lebih lengkap dan jelas.

Persuasif :

Pesan yang disampaikan bersifat untuk mempengaruhi dan mengajak target audien untuk mengikuti maksud dari media edukasi ini.

Komunikatif :

Pesan yang disampaikan kepada komunikan memberikan kesan dan pemahaman makna yang sama dengan makna pesan yang disampaikan komunikator.

Edukatif:

Pesan yang disampaikan dapat menambah keilmuan, dan memberi pembelajaran pada komunikan.


(42)

3.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan ialah untuk kepentingan perancangan media pengenalan Aksara Sunda dilakukan pendekatan informasi dalam bentuk puzzle dimana Audiensmelihat dan bisa menggerakkan gambar sehingga tercipta karakter berbeda satu dengan yang lain.

3.2.1. Referensi Visual

Dalam Sebuah media informasi yang akan dirancang diperlukan sebuah referensi visual untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang rancangan media informasi yang akan dibuat yang antara lain :

3.2.1.1. Referensi Visual

1. Buku “Volveles” pertama

Buku dengan bentuk tiga dimensional dimana

halamannya bisa diputar dengan cara memakai poros dalam lingkaran yang disisipkan di halaman buku.

Gambar 3.1 first volvenes book

(sumber : http://www.markhiner.co.uk.htm)

3.2.1.2. Referensi Layout

Layout atau yang biasa disebut tata letak dari media informasi memiliki peranan penting agar pesan yang akan disampaikan dalam media informasi tersampaikan dengan


(43)

30 jelas. Referensi layout yang diambil berdasarkan gagasan visual adalah sebagai berikut:

1. Tommy Kane

Pemilihan layout gambar yang sederhana dimana ilustrasi dengan tulisan menyatu dalam satu kesatuan.

Gambar 3.3 Ilustrasi tommy Kane

(Sumber: http://koikoikoi.com/2009/10/my-sketchbook-feat-tommy-kane)


(44)

3.2.1.3. Warna

Pemilihan warna disesuaikan kepada karakter anak yang menyukai warna terang dan hangat.

C: 0 m: 95 Y : 92 k : 0

C: 0 m: 34 Y : 93 k : 0

C: 14 m: 0 Y : 97 k : 0

C: 50 m: 0 Y : 100 k : 0

C: 93 m: 71 Y : 0 k : 0

3.3 Strategi Media

Strategi media dipilih berdasarkan kebutuhan media informasi yang akan dibuat, dalam hal ini media informasi dibagi dalam dua bagian. Yaitu:

3.3.1 Media Utama

Media utama ialah media informasi yang dirancang sebagai perantara utama dalam informasi yang akan disampaikan kepada target audiens.

Rancangan yang akan dibuat sebagai media utama ialah buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda” dimana buku tersebut merupakan kumpulan dari setiap bentuk karakter Aksara Sunda yang direkayasa sedemikian rupa sehingga audiens bisa membedakan karakter aksara satu dengan yang lainnya dari mulai pembentukkan awal aksara tersebut.

3.3.2 Media pembelajaran

Media pembelajaran ialah media pendamping dalam pembelajaran Aksara Sunda sebagai media berkelanjutan untuk lebih memahami Aksara Sunda tersebut


(45)

32 Buku sketsa ini ialah sebuah buku yang didalamnya memuat tentang karakter Aksara sunda. Buku ini selain digunakan untuk melatih kepekaan Audiens dalam melatih kepekaan terhadap Aksara Sunda sehingga bisa lebih cepat membedakannya. Dalam hal ini, buku tersebut tidak hanya berisi tentang bagaimana menulis Aksara Sunda juga terdapat halaman yang dilengkapi dengan Gridline serta bentuk aksara tersebut dengan sederhana sehingga diharapkan antusiasme Audiens terhadap Aksara Sunda semakin bertambah. Karena, selain diajarkan cara menulis mereka juga bisa merekayasa Aksara Sunda sesuai keinginan mereka sendiri.

 Poster Aksara

Ialah poster berbentuk persegi panjang yang dibuat secara vertikal dengan warna hitam putih menyerupai poster yang digunakan untuk mengetes mata. Aksara Sunda diurutkan dari nomor satu sampai dengan sepuluh dengan mempergunakan Aksara sunda bada bagian depan dan dibelakangnya terdapat nama aksara tersebut yang ditulis mempergunakan Aksara Latin

 Kamus Praktis

Ialah kamus sederhana yang memaparkan bagaimana bentuk dan cara menulis Aksara Sunda dilengkapi tanda baca dan bilangan. Dalam hal ini kamus tersebut dapat dimasukan kedalam saku sehingga mudah untuk dibawa dan digunakan dengan cepat.

3.3.3 Media Pendukung

Media pendukung ialah media terpilih yang digunakan untuk membantu menyebarkan serta memberi informasi tentang buku Rarancang Wangun Aksara Sunda. Berikut jenis-media yang terpilih antara lain:


(46)

 Poster

Poster merupakan media yang memiliki jangkauan yang luas dan sangat efektif untuk menarik perhatian target audiens, karena penempatannya bisa dimana saja dan lebih efektif untuk menyampaikan pesan.

 Hand Bag

Ialah sebuah tas yang terbuat dari kertas sebagai package dari paket pembelian buku “rarancang Aksara Sunda”

 Pembatas Buku

Sebagai souvenir yang dibagi dalam tiga bagian waktu dengan copywriting yang berbeda yang mengingatkan tentang berkreasi

 Stiker

Sebagai media publikasi juga sebagai souvenir keberadaan media buku rarancang Aksara Sunda

 Flyer

Sebagai media penyebaran informasi tentang kemana mencari buku Rarancang Wangun Aksara Sunda

 Mini Banner

Sebagai media informasi yang singkat dalam menjelaskan buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda”

 Display

Ialah rak tempat menyimpan buku sekaligus sebagai tempat promo.


(47)

34 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1. Media Utama

4.1.1 Buku Rarancang Wangun Aksara Sunda

Media utama adalah buku. Buku ini berisi tentang pengenalan dan cara membedakan bentuk aksara. Materi buku menggunakan metode pembelajaran abjad, yaitu dengan dengan teknik memutar, menumpuk dan menggeser. Bentuk halaman dibagi dalam tiga bagian yang dibedakan dengan warna. Karakter aksara dibuat dengan cara memotong dan membolongi bidang kertas dalam tahap manual, proses awal ialah dengan membuat bentuk aksara menggunakan program grafis Coreldraw X5 dan kemudian dicetak serta dipotong dengan alat pemotong setelah dibuat garis potongnya secara digital. untuk layout ditata dengan menggunakan software Corel Draw X5. Buku dicetak dengan menggunakan teknik printing, cutting dan finishing dengan jilid hard Cover dan ditutup dengan jaket buku dengan bahan kalkir. Konsep cover buku, background berwarna hitam terlihat elegan dan kuat namun dibungkus dengan cover luar yang dibuat transparan sebagai bagian dari konsep konstruksi bentuk aksara Sunda. Cover dalam berwarna hitam gelap bertekstur sebagai kesan ekslusifitas yang dibalut dalam sebuah konsep konstruksi.


(48)

Gambar 4.1 Buku Mengenal Huruf & Angka

BukuRarancang Wangun Aksara Sunda

Ukuran : 16 cm x 16 cm x 2,5 cm

Bahan : canson grain paper 210gsm

Teknik Produksi : cetak separasi, cutting dantempel

4.2. Media pembelajaran

Media pembelajaran digunakan sebagai media utama dalam mengenalkan karakter bentuk aksara Sunda. Media-media pendukung dibuat sederhana dan bersih tanpa banyak ornamen yang dipakai selain aksara dan warna sebagai pembeda bentuk karakter.

4.2.1 Poster kelompok Aksara

Poster kelompok aksara ialah poster yang memaparkan bentuk karakter aksara berdasar kelompok bentuk-bentuk aksara Sunda yang memiliki kemiripan bentuk satu sama lain. Poster ini dibentuk mirip dengan test mata. Hal ini dilakukan sebagai variasi kerumitan bentuk aksara dari bentuk yang paling sederhana yang mudah dibedakan


(49)

36 sampai dengan bentuk aksara yang banyak memiliki kerumitan dengan bentuk aksara lain. Sehingga audiens dapat mengenal aksara tersebut dan membedakan aksara tersebut dengan melihat ciri –ciri anatomi aksara tersebut berdasar dari kelompok bentuk aksara yang telah dibuat.

Gambar 4.2 Poster Kelompok aksara

Poster Kelompok Aksara

Ukuran : 500 mm x 200 mm

Bahan : sintetic Paper 210gsm

Teknik Produksi : cetak dan cutting

4.2.2 Kamus Praktis Aksara

Kamus praktis aksara merupakan media pembelajaran sederhana dimana aksara dibuat dengan pengelompokan berdasarkan lambang bunyi serta tanda baca yang digunakan untuk menuliskan aksara Sunda. Pengelompokan dipisahkan berdasarkan warna dan disertai dengan arah cara menulis aksara tersebut agar lebih mudah ditiru.


(50)

Gambar 4.3 Kamus Praktis Aksara

Kamus Praktis Aksara Ukuran : 420 x 200 mm Bahan : Art Paper

Teknik Produksi: Cetak Separasi

4.2.3 Buku Sketsa “Ngararancang Wangun Aksara Sunda”

Buku “Ngararancang Wangun Aksara Sunda” dibuat sebagai pendamping dari media Utama yaitu buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda yang diharapkan sebagai media eksplorasi Bentuk aksara dan sebagai media latihan dalam menulis atau menggambar aksara Sunda.

Gambar 4.4 Buku Sketsa Buku Sketsa

Ukuran : 14.8 cm x 21 cm

Bahan : cover Kalkir, isi HVS 100 gsm dan HVS 200 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi


(51)

38 4.3. Media Pendukung

Media pendukung digunakan sebagai media pengingat. Media ini cukup efektif karena media ini termasuk media yang bias dibawa kemana-mana dan pada umumnya sering digunakan oleh target audiens.

4.3.1 Pembatas Buku

Pembatas buku digunakan sebagai media pengingat yang ditempatkan bersama buku “Ngararancang Aksara Sunda”. Bentuk persegi panjang dengan tiga varian visual.

Gambar 4.5 Pembatas Buku Pembatas Buku

Ukuran : 105 mm x 15 mm Bahan : Canson 210 gsm

Teknik Produksi: Cetak Separasi 4.3.2 Stiker

Stiker digunakan sebagai souvenir saat pembeliaan buku (media utama)

Gambar 4.6 Stiker Stiker

Ukuran : 100 mm x 40 mm Bahan : Stiker chromo 150 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi


(52)

4.3.3 HandBag

Handbag dipakai sebagai media packaging pada saat pembelian buku rarancang wangun aksara sunda

Gambar 4.6 Handbag HandBag

Ukuran : 100 mm x 40 mm Bahan : Stiker chromo 150 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi


(53)

40 4.4. Media Promosi

Media Promosi digunakan sebagai media pemberitahuan. Media ini dibuat berdasarkan kebutuhan akan target audiens.

4.4.1. Poster

Poster dibuat berdasarkan kebutuhan pemberitahuan bahwa ada buku yang membahas tentang aksara Sunda.

Gambar 4.7 Poster

Poster

Ukuran : 597 mm x 420 mm Bahan : syntetic paper 150 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi


(1)

35 Gambar 4.1 Buku Mengenal Huruf & Angka

Buku Rarancang Wangun Aksara Sunda Ukuran : 16 cm x 16 cm x 2,5 cm Bahan : canson grain paper 210gsm Teknik Produksi : cetak separasi, cutting dan tempel

4.2. Media pembelajaran

Media pembelajaran digunakan sebagai media utama dalam mengenalkan karakter bentuk aksara Sunda. Media-media pendukung dibuat sederhana dan bersih tanpa banyak ornamen yang dipakai selain aksara dan warna sebagai pembeda bentuk karakter.

4.2.1 Poster kelompok Aksara

Poster kelompok aksara ialah poster yang memaparkan bentuk karakter aksara berdasar kelompok bentuk-bentuk aksara Sunda yang memiliki kemiripan bentuk satu sama lain. Poster ini dibentuk mirip dengan test mata. Hal ini dilakukan sebagai variasi kerumitan bentuk aksara dari bentuk yang paling sederhana yang mudah dibedakan


(2)

36 sampai dengan bentuk aksara yang banyak memiliki kerumitan dengan bentuk aksara lain. Sehingga audiens dapat mengenal aksara tersebut dan membedakan aksara tersebut dengan melihat ciri –ciri anatomi aksara tersebut berdasar dari kelompok bentuk aksara yang telah dibuat.

Gambar 4.2 Poster Kelompok aksara

Poster Kelompok Aksara

Ukuran : 500 mm x 200 mm Bahan : sintetic Paper 210gsm Teknik Produksi : cetak dan cutting

4.2.2 Kamus Praktis Aksara

Kamus praktis aksara merupakan media pembelajaran sederhana dimana aksara dibuat dengan pengelompokan berdasarkan lambang bunyi serta tanda baca yang digunakan untuk menuliskan aksara Sunda. Pengelompokan dipisahkan berdasarkan warna dan disertai dengan arah cara menulis aksara tersebut agar lebih mudah ditiru.


(3)

37 Gambar 4.3 Kamus Praktis Aksara

Kamus Praktis Aksara Ukuran : 420 x 200 mm Bahan : Art Paper

Teknik Produksi: Cetak Separasi

4.2.3 Buku Sketsa “Ngararancang Wangun Aksara Sunda”

Buku “Ngararancang Wangun Aksara Sunda” dibuat sebagai pendamping

dari media Utama yaitu buku “Rarancang Wangun Aksara Sunda yang

diharapkan sebagai media eksplorasi Bentuk aksara dan sebagai media latihan dalam menulis atau menggambar aksara Sunda.

Gambar 4.4 Buku Sketsa Buku Sketsa

Ukuran : 14.8 cm x 21 cm

Bahan : cover Kalkir, isi HVS 100 gsm dan HVS 200 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi


(4)

38 4.3. Media Pendukung

Media pendukung digunakan sebagai media pengingat. Media ini cukup efektif karena media ini termasuk media yang bias dibawa kemana-mana dan pada umumnya sering digunakan oleh target audiens.

4.3.1 Pembatas Buku

Pembatas buku digunakan sebagai media pengingat yang ditempatkan bersama buku “Ngararancang Aksara Sunda”. Bentuk persegi panjang dengan tiga varian visual.

Gambar 4.5 Pembatas Buku Pembatas Buku

Ukuran : 105 mm x 15 mm Bahan : Canson 210 gsm

Teknik Produksi: Cetak Separasi 4.3.2 Stiker

Stiker digunakan sebagai souvenir saat pembeliaan buku (media utama)

Gambar 4.6 Stiker Stiker

Ukuran : 100 mm x 40 mm Bahan : Stiker chromo 150 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi


(5)

39 4.3.3 HandBag

Handbag dipakai sebagai media packaging pada saat pembelian buku rarancang wangun aksara sunda

Gambar 4.6 Handbag HandBag

Ukuran : 100 mm x 40 mm Bahan : Stiker chromo 150 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi


(6)

40 4.4. Media Promosi

Media Promosi digunakan sebagai media pemberitahuan. Media ini dibuat berdasarkan kebutuhan akan target audiens.

4.4.1. Poster

Poster dibuat berdasarkan kebutuhan pemberitahuan bahwa ada buku yang membahas tentang aksara Sunda.

Gambar 4.7 Poster

Poster

Ukuran : 597 mm x 420 mm Bahan : syntetic paper 150 gsm Teknik Produksi: Cetak Separasi