18 dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar sikap ibu terhadap gizi menjadi lebih baik sehingga dapat
menyediakan menu pilihan yang seimbang Devi, 2012. Tingkat pendapatan Keluarga sangat mempengaruhi tercukupi atau
tidaknya kebutuhan primer dan skunder, hal tersebut sangat bekaitan dengan ketersedian pangan, apabila pendapatan yang rendah ketersediaan pangan
keluarga menjadi berkurang. Ketersedian pangan yang kurang ankan menyebabkan konsumsi makanan bagi anak balita menjadi berkurang yang
akan mengakibatkan gizi kurang Supariasa, 2006.
I. Hubungan Konsumsi Energi, Protein dan Vitamin A Terhadap Status Gizi
Faktor penyebab langsung terjadinya masalah gizi adalah konsumsi makan Supariasa dkk, 2002. Konsumsi makan balita akan berpengaruh
terhadap keadaan gizinya, terutama konsumsi energi, protein dan vitamin A meskipun tidak dapat secara langsung menggambarkan status gizi anak
karena status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit infeksi serta kondisi metabolisme zat gizi dalam tubuh, tetapi konsumsi makan
ini sangat penting dalam menentukan tingkat konsumsi zat gizi anak balita Moehji, 2002.
Energi di dalam tubuh dihasilkan oleh karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainya. Energi yang utama dihasilkan oleh karbohidrat yang dikonversi
menjadi glukosa. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi didalam tubuh. Glukosa akan
digunakan untuk mensintesis molekul ATP yang merupakan molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Glukosa akan menyediakan 50-75
19 dari total kebutuhan energi tubuh, apabila konsumsi kabohidrat tidak
mencukupi kebutuhan dalam tubuh, maka energi akan dihasilkan oleh lemak di dalam tubuh, dalam kurun waktu tertentu tubuh akan mengalami devisit
lemak dan mengakibatkan status gizi kurang Imwari, 2003. Protein mempunyai tiga fungsi dalam tubuh yaitu zat pembangun bagi
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh, dan pemberi tenaga dalam kondisi kurang tercukupi
Kartasapoetra, 2005. Protein adalah monomer asam amino yang diletakkan oleh ikatan yang bernama peptide, jika diuraikan protein terdiri dari karbon,
oksigen, nitrogen, dan hydrogen yang merupakan senyawa penting bagi pertumbuhan balita. Protein dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila
keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan
transportasi zat-zat gizi. Asupan protein yang rendah akan menyebabkan defisiensi zat gizi yang mengakibatkan status gizi kurang Winarno, 2002.
Vitamin A mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas untuk tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Vitamin A berpengaruh
terhadap sintetis protein dan pertumbuhan sel. Proses sintesis protein adalah vitamin A diserap usus dan sebagian besar disimpan di dalam hati. Vitamin A
diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dengan diserap melalui saluran limfatik. Vitamin A di hati
akan digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil palmitat. Sel-sel tubuh jika memerlukan retinil palmitat diikatkan oleh protein
pengikat retinol PPR atau retinol binding protein RBP, yang disintesis oleh hati. Sintesis RBP dipengaruhi oleh jumlah protein dalam tubuh sehingga
20 kadar retinol dalam darah dipengaruhi jumlah protein dalam tubuh. Anak yang
berstatus gizi kurang terdapat retinol yang rendah dalam sirkulasi darah karena kurangnya protein dalam tubuh, sehingga anak dengan status gizi
kurang akan sering mengalami defisiensi vitamin A Linder, 2010. Menurut Asrar dkk 2009 ada hubungan antara asupan energi, protein
yang rendah dengan stunting pada balita. Balita dengan asupan energi, protein yang rendah akan beresiko 3,7 kali lebih besar mengalami stunting
dibandingkan dengan balita yang konsumsi energinya cukup. Penelitian West dkk 1998 di Aceh menyatakan bahwa pemberian suplementasi vitamin A
sebesar 60.000 µg RE dapat meningkatkan pertumbuhan.
J. Hubungan KADARZI dengan Status Gizi