Hubungan Tingkat Kecemasan Perpisahan Dengan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pada Santri di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta Barat

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN
DENGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SANTRI DI PONDOK PESANTREN
ASSHIDIQIYAH KEBUN JERUK JAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh :
DEWI RAHMATIKA
109104000044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

ii


iii

iv

v

AFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Dewi Rahmatika

Tempat, Tanggal Lahir

: Taman Fajar, 26 Desember 1990

Jenis Kelamin

: Perempuan


Agama

: Islam

Alamat

: JL.KH.Harun Nafsi Gang Darma Rt.019 Rapak
Dalam Kec.Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang
Kal-Tim

Hp

: 085324415678

Email

: dewirahmatika88@yahoo.com

Riwayat Pendidikan


:

1. TK PKK Purbolinggo Lampung Timur

(1996-1998)

2. SDN 02 Purbolinggo Lampung Timur

(1998-2003)

3. MTs. Ma’arif NU 7 Purbolinggo Lampung Timur

(2003-2006)

4. MA AL-Mujahidin Samarinda Kalimantan Timur

(2006-2009)

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(2009-2013)

Pengalaman Seminar dan Workshop

:

1. Seminar “ Cultural Approach In Holistic Nursing CareIn Globalization
Era” Tahun 2009
2. Seminar Umum “ Hilangnya Ayat dalam Undang- Undang Anti Rokok”
Tahun 2009
3. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah” Tahun 2010

vi

4. Talk Show Dokter Muslim “ Profil Ideal Dokter Muslim dan
Implementasi Islam dalam Etika Kedokteran “ Tahun 2010
5. Seminar Kesehatan “ Peran Bijaksana Standarisasi Internasional
Pelayanan Kesehatan” Tahun 2011.
6. Seminar Nasional “ Melody for Heart and Brain Heart” Tahun 2012

7. Workshop Nasional “ Uji Kopetensi Keperawatan” Tahun 2012
8. Seminar Nasional Keperawatan “ Uji Kopetensi Nasional Perawat :
Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi
Tantangan Global “ Tahun 2012

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Januari 2014
Dewi Rahmatika, 109104000044
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN ORANG
TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN ASSHIDDIQIYAH KEDOYA UTARA KEBUN JERUK
JAKARTA BARAT
xviii + 72 halaman + 9 tabel + 3bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini

tidak memiliki objek yang spesifik . Kecemasan merupakan faktor yang
berpengaruh pada motivasi, karena individu yang mengalami kecemasan akan
mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas- tugas atau mencapai tujuan
yang telah ditetakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui antara kecemasan
perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di
pondok pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta Barat.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan
desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability
sampling jenis purposive sampling pada remaja usia 11- 18 tahun yang belum
pernah tinggal di pesantren dan berpisah dengan orang tua sebelumnya sebanyak
73 responden. Instrument yang digunakan adalah kombinasi dari School refusal SCARED serta kuesioner tingkat motivasi. Analisa data menggunakan Sperman
Rank alfa > 0,05.
Hasil analisa menunjukkan santri remaja memiliki kecemasan rendah 56,2% dan
memiliki motivasi belajar tinggi 47,9%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua
dengan motivasi belajar pada santri remaja di pondok pesantren Asshiddiqiyah (p
value=0,02) dengan nilai r= -2,71. Artinya semakin tinggi kecemasan perpisahan
maka semakin rendah motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini pengasuh
pondok pesantren dapat merancang metode belajar secara berkelompok dan
menyediakan bimbingan konseling, serta perawat dapat memberikan intervensi

dalam mengatasi kecemasan yang ditimbulkan.
Kata kunci

: Remaja, Pesantren, Kecemasan, Motivasi belajar

Pustaka

: 46 (2003-2013)

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Undergraduated Thesis, Januari 2013
Dewi Rahmatika, 109104000044
Relations between the level of separation anxiety and learning motivations of
adolescence at pondok pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk
Jakarta
xviii + 72 pages + 9 tables + 3 charts + 7 attachment


ABSTRACT
Anxiety is a feeling of uncertainty and helplessness. This emotional condition has
not a specific object. Anxiety is a factor which affects motivation, because a
person who feels the anxiety will have obstacles to finish their works or reach
their goal. The objective of this study is to identify the corelation between of
separation anxiety with students’ motivation to study at Asshiddiqiyah Boarding
School, Kedoya utara, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
This study uses quantitative analitic method with cross sectional design. The
technique which is used in this research is nonprobability sampling type
purposive sampling to teenagers, aged 11-18 years old, who haven’t any
experience stay at boarding school and the respondents in this study are 73
teenagers. The questionnaires of School refusal - SCARED and questionnaires
were conducted of motivation’s level. Data analysis uses Sperman Rank alfa >
0.05.
The study of the research shows that male students have a low anxiety 56,2 % and
high motivation to study 47, 9%. The result of statistic test which uses spearman
rank test with α=0,05 gained a result that there is a corelation between level
separation anxiety and motivation to study in students of Asshiddiqiyah Boarding
School (p value=0,02) with r= -2,71. It means that the higher of separation anxiety

shows the lower learning of motivation. Based on the result of the research, the
suvervisor of this boarding school can conduct learning method in a group and
provide a counseling and nurse can give intervention in solving the anxiety which
is appeared.

Keywords

: Adolescents, boarding school, anxiety, motivation to learn

References

: 46 (2003-2013)

ix

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN

ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SANTRI DI PONDOK
PESANTREN ASSHIDIQIYAH KEBUN JERUK JAKARTA” yang disusun
dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi.
Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak
terhingga, kepada:
1. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan sekaligus sebagai pembimbing pertama. Terima kasih sebesarbesarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, serta
kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing kedua. Terima
kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga,
arahan, serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

x

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama penulis
mengikuti perkuliahan.
6. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universita Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap staf Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam
pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi ini.
8. Ucapan terima kasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda
Ahmad Mustofa dan Ibunda Siti Arbaiyah yang telah mencurahkan kasih
sayang tiada tara dan senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis serta
dukungan baik moril maupun materil selama proses penyelesaian skripsi ini.
9. Bima Airlangga Putra yang selalu memberikan dukungan semangat, nasihat
dan doa yang luar biasa selam proses penyelesaian skripsi.
10. Adik- adik ku Kiki Andriani, Safa Nur Elysia, Michele Adha dan Aisha
Ramadhani yang selalu memberikan do’a dan semangat yang luar biasa
selama proses penyelesaian skripsi ini.
11. Bpk Darsono Harjowiyono dan Ibu Marjanah yang selalu memberikan
Semangat, doa dan dukungan baik moril maupun materil selama proses
penyelesaian skripsi.
12. Pa’de Imam Syafi’I dan Bude Anis selaku orang tua saya selama dijakrta yang
memberikan dukungan dan doa.
13. Kementrian Agama yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xi

14. Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta yang telah
memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini.
15. Adik- adik responden yang telah membantu peneliti dalam pengisian
kuesioner penelitian.
16. Teman-teman terbaikku “The Fighters” (Ulfy, Maira, Dian, Hanik, Etika,
Astuti, Mala, Rafita, Fitri dan Qoys) yang telah memberikan do’a, dukungan
dan semangat dikala penulis mulai lelah dalam penyelesaian skripsi ini.
17. Teman-teman PSIK angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih telah memberikan inspirasi, semangat dan kebersamaan
yang indah selama ini.
Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari
Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat
bermanfaat dan diamalkan dengan baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat,

Februari 2014

Dewi Rahmatika

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................

v

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................

x

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xviii
BAB I :

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

7

C. Pertanyaan penelitian ......................................................................

8

D. Tujuan Penelitian

xiii

BAB II :

1. Tujuan Umum.............................................................................

8

2. Tujuan Khusus ............................................................................

8

E. Manfaat Penelitian ..........................................................................

8

F. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan ...................................................................................... 10
1. Pengertian ................................................................................... 10
2. Tingkat Kecemasan .................................................................... 10
3. Factor yang mempengaruhi kecemasa ....................................... 12
4. Respon Terhadap Kecemasan .................................................... 16
5. Gejala Klinis Kecemasan ........................................................... 17
6. Kecemasan Perpisahan ............................................................... 18
7. Diagnose Gangguan Kecemasan Perpisahan ............................. 19
8. Kecemasan dan Motivasi............................................................ 21
B. Motivasi .......................................................................................... 23
1. Pengertian ................................................................................... 23
2. Motivasi Belajar ......................................................................... 23
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar............................ 24
4. Indikator Motivasi Belajar.......................................................... 26
C. Remaja............................................................................................. 27
1. Pengertian.................................................................................. 27
2. Perkembangan Remaja .............................................................. 28
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja .............................................................. 31

xiv

D. Pesantren ......................................................................................... 34
1. Pengertian .................................................................................. 35
2. Jenis Pesantren ........................................................................... 35
E. Kerangka Teori................................................................................ 37
BAB III:

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................................ 38
B. Hipotesis.......................................................................................... 38
C. Definisi Operasional........................................................................ 39
BAB IV :

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian ............................................................................. 41
B. Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 41
C. Populasi dan sampel ........................................................................ 41
D. Teknik pengambilan sampel ........................................................... 44
E. Instrumen penelitian ........................................................................ 45
F. Uji validitas dan reabilitas .............................................................. 48
G. Metode pengumpulan data .............................................................. 50
H. Pengolahan data ............................................................................. 51
I.

Analisis data .................................................................................... 53

J.

Etika penelitian................................................................................ 53

BAB V : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum tempat penelitian ................................................ 56
B. Karakteristik responden .................................................................. 57
C. Analisis univariat ............................................................................ 58
D. Analisis bivariat .............................................................................. 60

xv

BAB VI : PEMBAHASAN
A. Analisis univariat ............................................................................ 62
1.

Karakteristik responden ........................................................... 62

2.

Gambaran kecemasan perpisahan dengan orang tua................ 63

3.

Gambaran motivasi belajar ...................................................... 66

B. Analisis bivariat .............................................................................. 67
C. Keterbatasan penelitian ................................................................... 69
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvi

DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan

Judul Bagan

hal
2.1

Rentang respon kecemasan ........................................................... 12

2.2

Model Pengelolaan kecemasan menjadi motivasi ........................ 22

3.1

Kerangka konsep penelitian .......................................................... 38

xvii

DAFTAR TABEL
Nomor Tabel

Judul Tabel

hal

2.1

Pola pertumbuhan & perkembangan selama remaja .................... 29

3.1

Skema kerangka konsep ............................................................... 42

3.2

Definisi Operasional ..................................................................... 43

4.1

Indikator motivasi belajar ............................................................. 52

5.1

Distribusi frekuensi berdasarkan usia dan jenis kelamin
responden ...................................................................................... 57

5.2

Distribusi frekuensi berdasarkan kecemasan perpisahan dengan
orang tua ....................................................................................... 59

5.3

Distribusi frekuensi responden kecemasan perpisahan dengan
orang tua pada remaja………………………………………… 60

5.5

hubungan kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap
motivasi belajar ............................................................................. 60

xviii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Lembar persetujuan responden

Lampiran 2

Petunjuk pengisian kuesioner

Lampiran 3

Lembar kuesioner penelitian

Lampiran 4

Surat izin studi pendahuluan

Lampiran 5

Surat izin uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 6

Surat izin penelitian

Lampiran 7

Lembar hasil perhitungan analisis data

xix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyediakan
sarana asrama atau pondok (pemondokan) sebagai tempat tinggal bersama
sekaligus tempat belajar para santri di bawah bimbingan Kyai atau Ustazd.
Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima
pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat
tinggalnya (Qomar, 2007).
Pondok yang merupakan asrama bagi para santri ini merupakan ciri
spesifik sebuah pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan
yang lain. Jenis Lembaga yang didata antara lain RA (Raudhatul Athfal),
MI(Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah
Aliyah). Jumlah lembaga yang terdata sebanyak 19.762 RA, 21.529 MI,
13.292 MTs, dan 5.648 MA yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia
(Pendis.kemenag, 2012).
Data Departemen Agama tahun 2010/2011 berhasil mendata 27.218
Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Populasi Pondok
Pesantren terbesar berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah
dan Banten yang berjumlah 78,9% dari jumlah seluruh Pondok Pesantren di
Indonesia. Jumlah santri Pondok Pesantren secara keseluruhan adalah

1

2

3.642.738 orang santri, terdiri dari 1.895.580 orang (52,0%) santri lakilaki,dan 1.747.158 orang (48,0%) santri perempuan. (pendis.kemenag,2013)
Tinggal di pesantren merupakan sebuah kebijakan atau peraturan dari
yayasan tersebut, ada yang diwajibkan langsung masuk saat pertama kali
mendaftar atau pada saat memasuki MA atau SMA. Misalnya pada yayasan
pondok pesantren Al-Mujahidin Samarinda tidak diwajibkan untuk tinggal di
pesantren sehingga tidak ditentukan pada usia berapa saja boleh untuk tinggal
dipesantren. Sedangkan pada Pondok pesantren Al-Kausar Alakbar Medan,
diwajibkan

untuk

tinggal

dipesantren

saat

pertama

kali

mendaftar

memasukinya yaitu mulai dari Mts atau SMP sampai lulus pendidikan
sekolah. Kehidupan siswa/ santri selama belajar di Pesantren

itu penuh

dengan kesulitan. Mulai dari kesulitan akademik, kesulitan finansial, kesulitan
sosiokultural, kesulitan lingkungan dan sebagainya, Kesulitan-kesulitan
tersebut akan lebih terasa bagi siswa/santri yang jauh dari keluarga atau
berasal jauh dari luar kota. Oleh karena itu setiap siswa/santri harus
mempunyai “keuletan” dan kesemamptaan jasmani rohani, mental maupun
fsiknya. Keuletan rohani jasmani akan membuat mahasiswa beranai
menghadapi segala kesulitan dan tidak mudah putus asa. Untuk memupuk
keuletan itu maka hendaklah kesulitan itu ditempatkan/ dipandang sebagai
tantangan yang harus dihadapi bukan sebagai penghambat (Yahman, 2012)
Kecemasan

merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika amerasa cemas, individu merasa tidak nyaman
atau takut yang tidak memiliki objek yang dapat diidentifikasikan. (Videbeck,
2008) Ansietas merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi.

3

Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat
terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun
sampai pada usia lanjut. Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut
yang tidak jelas sebabnya. Saat ini Diperkirakan 20% dari populasi didunia
menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas
(Depkes, 2010).
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan psikologis yang
paling umum pada pasien remaja. Separation anxiety adalah satu-satunya
gangguan kecemasan yang dialami pada bayi, anak, atau remaja. Studi
epidemiologi yang berbeda menunjukkan prevalensi SAD dalam 4 sampai 5%
adalah anak-anak dan remaja. Studi epidemiologi Kanada (1999) menemukan
bahwa prevalensi SAD adalah 4,9% pada anak usia 6 sampai 8 tahun dan
1,3% pada remaja berusia 12 sampai 14 tahun (APA, 2000).
Kecemasan dapat menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan
fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, kesulitan
berkonsentrasi dalam belajar, peningkatan aktivitas motorik agitasi, dan
meningkatan tanda- tanda vital. Untuk mengurangi perasaan tidak nyaman
tersebut individu berusaha untuk melakukan tindakan adaptif yang baru
sebagai mekanisme pertahanan. Perilaku adaptatif tersebut dapat berupa hal
yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar, misalnya dengan
menggunakan tehnik imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian
(Videbeck, 2008).

4

Setiap individu tidak terlepas dari rasa cemas. Kecemasan tersebut
dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Di sekolah siswa juga mengalami
kecemasan dengan berbagai alasan yang melatarbalakanginya seperti
kecemasan terhadap mata pelajaran, kecemasan mengalami kegagalan dalam
belajar dan lainnya. Pada tahap tertentu kecemasan dapat meningkatkan
motivasi dan kinerja, akan tetapi apabila kecemasan tersebut melampaui batas
atau kemampuan individu untuk mengelolanya maka kecemasan melemahkan
motivasi dan menurunkan. Kecemasan merupakan faktor yang berpengaruh
pada motivasi, karena individu yang mengalami kecemasan akan mengalami
hambatan dalam menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan yang telah
ditetapkannya. Kecemasan yang dialami oleh individu dapat diidentifikasi dari
perilaku yang ditampilkannya, seperti sulit mengambil keputusan, tertekan,
serba salah, semua hal tersebut menjadi penghambat untuk melakukan
kegiatan dengan motivasi tinggi. Siswa mengalami kecemasan tinggi
menunjukkan hasil belajar yang rendah dibandingkan siswa yang mengalami
kecemasan rendah. Sebaliknya penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan
dapat meningkatkan hasil belajar ( Woolfolk & McCuna-Nicolich, 1984).
Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat
meningkatkan motivasi atau melemahkan motivasi (Jamaris, 2013).
Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur
kurang lebih 12- 14 tahun. Dimana hubungan anak dengan orang tua mencapai
titik terendah, anak mulai melepaskan diri dengan orang tua. Hubungan
remaja dengan orang tua mulai terjadi keterbatasan. Remaja mulai
memberikan batasan anatara kemandirian dan ketergantungan, namun ada

5

keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua dan sementara mencoba
untuk berpisah dengan orang tua. Oleh karena itu terkadang remaja ada yang
merasa senang tinggal dipesantren dan ada pula yang kurang bersedia karena
merasa akan berpisah dengan orang tua dalam jangka waktu yang lama
(Hidayat, 2009 & Hurlock, 2010).
Erickson dengan teori perkembangan kepribadian pada fase Identitas
vs bingung peran (12-18 tahun) merupakan tahap yang paling penting diantara
tahap perkembangan yang lainnya karena orang harus mencapai tingkat
identitas ego yang cukup baik. karena merupakan masa pubertas memacu
harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Tahap ini merupakan
masa standardisasi diri,yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, usia
dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai
utama mulai menurun, sedangkan kelompok atau teman sebaya mulai tinggi
(Nasir, 2011).
Pesantren merupakan tempat pembelajaran yang identik dengan kiai
dan juga asrama. Dengan sistem pembelajaran hampir 24 jam pesantren akan
menjadi incaran untuk para Orang tua untuk mendapatkan pendidikan yang
ekstra, dari sudut pandang inilah orang tua lebih percaya dengan pesantren.
Keberhasilan pendidikan anak sangat ditentukan antara kerjasama sekolah
dengan orang tua. Sinergi antara kedua belah pihak sangat membantu
memasimalkan potensi yang dimiliki anak. Sebaik apapun layanan
pembelajaran yang disajikan di sekolah tanpa dukungan orang tua dirumah,
maka pembelajaran itu menjadi kurang bermakna (Qomar, 2007).

6

Yanti dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara
kecemasan dalam belajar dengan motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa
mayoritas siswa memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dalam belajar,
minoritas siswa memiliki tingkat kecemasan yang sedang dalam belajar dan
hampir tidak ada siswa yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah dalam
belajar. Mayoritas siswa memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam belajar,
minoritas siswa memiliki tingkat motivasi sedang dalam belajar dan tidak ada
siswa yang memiliki tingkat motivasi yang rendah dalam belajar. Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dalam belajar dengan
motivasi.
Siregar (2013) dalam penelitiannya yang berjudul tingkat kecemasan
pada santri dipondok pesantren menunjukkan bahwa berdasarkan data yang
diperoleh dari analisis data Z-Score dapat disimpulkan bahwa santri pondok
pesantren yang memiliki tingkat kecemasan tinggi sebanyak 11 santri (14,1%),
dalam kategori kecemasan tingkat sedang sebanyak 52 santri (66,7%) dan
sebanyak 15 santri (19,2%) mengalami tingkat kecemasan rendah.
Dari hasil wawancara kepada teman- teman yang pernah memasuki
pesantren ketika awal memasuki tingkat pendidikan MTs atau SLTP, mereka
merasa bahwa orang tua tidak sayang dengan anaknya sehingga dimasukkan
ke pesantren. Namun bagi anak yang masuk pesantren karena niat sendiri
memiliki motivasi untuk prestasi yang lebih baik, mereka menggangap bahwa
ketika jauh dari orang tua mereka harus bisa lebih baik dan memiliki
pengalaman untuk belajar mandiri. Sebulan pertama memasuki pesantren
santri masih memiliki rasa cemas dan rasa ketergantungan karena orang tua

7

dan mereka menganggap bahwa belum bisa mandiri. Dari segi motivasi
belajar, mereka mengatakan masih merasa cemas akan perpisahan dengan
orang tua dengan keadaan lingkungan yang berbeda dan karena cemas tersebut
mereka kurang konsentrasi dalam belajar.
Hasil dari studi pendahuluan di pondok pesantren Asshiddiqiyah dari
10 orang santri yang diwawancarai semua mengatakan cemas saat pertama
kali masuk pesantren dan berpisah dengan orang tua. Sebulan pertama santri
masih sangat mengalami cemas, masih sering teringat orang tua, menangis,
tidak konsentrasi, belum mampu beradaptasi dan memiliki motivasi belajar
yang kurang. Namun setelah 1 tahun tinggal dipesantren mereka mengatakan
sudah beradaptasi jauh dari orang tua dengan mengikuti kegiatan dipesanrten.
Dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti kecemasan
perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja yang pernah tinggal
dipesantren dengan anggapan bahwa sulit sekali untuk berpisah dengan orang
tua, masih ketergantungan dengan orang tua serta suasana dirumah maka
remaja awal saat memasuki pesantren merasa sedih, cemas teringat orang tua,
dan saat pertama memasuki pesantren kurang memiliki motivasi belajar.
Peneliti akan mengambil tempat penelitian di Pondok Pesantren Asshidiqiyah
Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta untuk melihat tingkat kecemasan dengan
perpisahan orang tua serta motivasi belajar dari remaja tersebut.
Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar

8

pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun
Jeruk, Jakarta.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana tingkat kecemasn remaja saat berpisah dengan orang tua yang
pertama kali memasuki pesantren?
2. Bagaimana motivasi belajar remaja setelah berpisah dengan orang tua?
3. Bagaimana hubungan tingkat kecemasan remaja dengan motivasi belajar ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Perpisahan dengan
Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar pada Santri remaja di Pondok
Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik santri dalam menghadapi perpisahan
dengan orang tua
b. Mengidentifikasi

motivasi

belajar

santri

setelah

menghadapi

perpisahan dengan orang tua dan tinggal di pondok pesantren
Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta.
E. Manfaat hasil penelitian
1. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ilmu
pengetahuan tambahan

bagi pendidikan ilmu keperawatan terutama

9

keperawatan Anak dan Keperawatan Jiwa yang bisa dijadikan referensi
dalam proses belajar.
2. Bagi Pondok Pesantren
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para
pengasuh pondok pesantren bahwa tingkat kecemasan perpisahan dengan
orang tua mempengaruhi motivasi belajar pada santri remaja di Pondok
Pesantren.
3. Bagi Santri
Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini, santri dapat mengerti
bahwa kecemasan yang dialami saat memasuki pesantren dapat
mempengaruhi motivasi belajar bahkan prestasi.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dapat dijadikan digunakan sebagai dasar
pengembangan dalam pembentukan program UKS.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pengembangan
ilmu serta data bagi peneliti selanjutnya.
F. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan jiwa, khususnya
mengenai kecemasan pada remaja. Penelitian ini akan dilakukan di Pondok
Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta, menggunakan
jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain Cross sectional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KECEMASAN
1. Pengertian
Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam
batas- batas normal (Hawari, 2001).
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi
dialami

secara

subjektif

dan

dikomunikasikan

dalam

hubungan

interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen,
2000).
2. Tingkat Kecemasan
Tingkat Kecemasan Menurut Stuart & Sundeen (2000) tingkat
kecemasan dibagi menjadi :
1. Kecemasan ringan (mild anxiety)
Tingkat kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

10

11

2. Kecemasan sedang (moderate anxiety)
Pada tingkat kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3.

Kecemasan berat (severe anxiety)
Pada tingkat kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain.

4.

Panik (panic)
Kecemasan tingkat panik menyebabkan seseorang kehilangan
kontrol, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu

walaupun

dengan

pengarahan.

Panik

melibatkan

disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan
kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian.

12

Respon Adaptif

Antisipasi

Respon Maladaptif

Ringan

Sedang

Berat

Panik

Bagan 2.1 Rentang respon kecemasan

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut stuart (2012) faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan
adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Psikoanalitis
Cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen keribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan
insting

dan

impuls

primitive,

sedangkan

superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma
budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi cemas adalah
meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Interpersonal
Cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilanagn, yang

13

menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri
rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Perilaku
Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap cemas sebagai
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari
dalam diri untukmenghindari kepedihan.
d. Keluarga
Menunjukhmmmkan bahwa gangguan kecemasan biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepam,

obat-

obatan

yang

meningkatkan

neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dari
riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai
predisposisi

ansietas.

Cemas

mungkin

disertai

dengan

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu untuk mengatasi stressor.

14

2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi diasabilitas fisiologi
yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri, dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi social yang terintegritas pada individu.
Menurut Hurlock (2004) menjelaskan bahwa kecemasan pada remaja
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, status kesehatan, jenis
kelamin, pengalaman, sistem pendukung, besar dan kecilnya stressor.
1. Usia
Pada anak remaja yang berusia 13-14 tahun kecemasan akan
meningkat karena pada masa ini adalah masa peralihan antara masa
anak-anak dan remaja, dimana akan terjadi perubahan hormonal
yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja. Masa ini
akan berlangsung kurang lebih 9 bulan dan kondisinya akan stabil
pada remaja usia 14-18 tahun karena remaja sudah menuemukan
jatidiri dan berfikir lebih baik.
2. Status Kesehatan
Penyakit yang tidak membahayakan akan meringankan tingkat
kecemasan sedangkan penyakit yang kronis dan berat akan
meningkatkan kecemasan.

15

3. Jenis Kelamin
Remaja dengan jenis kelamin perempuan memiliki kecemasan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak laki-laki.
4. Pengalaman
Remaja yang pernah sakit dan dirawat di rumah sakit
kecemasannya lebih rendah jika dibandingkan dengan remaja yang
belum dirawat di rumah sakit.
5. Sistem pendukung
Sistem pendukung yang dapat mempengaruhi kecemasan pada
remaja yang sakit meliputi ruangan perawatan, dimana perubahan
lingkungan dari pola kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
kecemasan misalnya ruangan yang serba putih atau bersamaan
dengan pasien lainnya. Aspek perawat, dimana perawat yang
kurang komunikatif, tidak empati. Aspek fasilitas, dimana fasilitas
yang kurang dan terbatas seperti kamar mandi, ruangan yang
sempit, perawatan rumah sakit. Kondisi rumah sakit, dimana
terbatasnya jam besuk, tidak boleh ditunggui keluarga selama
dirawat akan memanbah kecemasan pada remaja.
6. Besar atau kecilnya stressor
Stressor yang besar seperti nyeri, perpisahan dengan teman atau
keluarga, terbatasnya aktifitas, terganggunya privacy dapat
menimbulkan kecemasan.

16

4. Respon Terhadap Kecemasan
Stuart dan Sundeen (2006) menyebutkan bahwa respon individu terhadap
kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.
Adalah sebagai berikut:
a. Respon fisiologis individu terhadap kecemasan, yaitu:
1) Kardiovaskular
Respon dari kardiovaskuler dapat berupa palpitasi, jantung
berdebar, peningkatan tekanan darah atau dapat juga menurun, rasa
mau pingsan, dan denyut nadi menurun.
2) Pernafasan
Respon dari pernafasan dapat berupa nafas menjadi cepat dan
dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakan pada
tenggorokan, sensai tercekik, dan terengah-engah.
3) Neuromuskuler
Respon dari neuromuskuler dapat berupa refleks meningkat, reaksi
kejutan, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, kaki goyang, dan gerakan yang janggal.
4) Gastrointestinal
Respon dari gastrointestinal dapat berupa kehilangan nafsu makan,
menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dan
diare.
5) Traktus urinarius
Responnya dapat berupa sering berkemih, tidak dapat menahan
BAK.

17

6) Kulit
Reapon dari kulit berupa wajah kemerarahan, berkeringat setempat
(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon perilaku
Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,
bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik
diri dari hubungan interpersoanl, menghalangi, dan menghindar dari
masalah
c. Kognitif
Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, selalu dalam
memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas dan produktifitas
menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat,
kehilanagn objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran
visual, takut cidera atau kematian.
d. Afektif
Responnya berupa mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang,
ketakutan, dan gugup.
5. Gejala Klinis Cemas
Keluhan- keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut.

18

c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi- mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan- keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar- debar,
sesak

napas,

gangguan

perkemihan,

sakit

kepala

dan

sebagainya (Hawari, 2001).
6. Kecemasan Pepisahan
Gangguan

kecemasan

perpisahan

adalah

kecemasan

dan

kekhawatiran yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi
bila ia berpisah dengan orang- orang yang berperan penting dalam
hidupnya, misalnya orang tua. Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa
yang mungkin terjadi dengan individu yang berpisah dengan anak
itu(misalnya orang tua yang akan meninggal,atau tidak kembali karena
suatu alasan. Atau apa yang terjadi dengan anak itu bila terjadi perpsahan(
ia akan diculik,disakiti, atau dibunug). Karena alasan tersebut anak itu
enggan untuk dipisahkan dengan orang lain, dan mungkin karena itulah ia
tidak mau tidur sendirian tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh
kesayangannya atau tidakmampu meninggalkan rumah tanpa disertai
orang lain (Semium, 2006).
Selain masalah itu, gangguan rasa kecemasan akan perpisahan dapat
menggangu dan memperlambat perkembangan sosial anak karena ia tidak
mengembangkan independensi atau belajar bergaul dengan teman-teman
sebayanya. Selanjutnya bila anak dipisahkan (ditinggalkan) ia tidak dapat

19

berfungsi dengan baik karena ia tercekam oleh rasa takut terhadap apa
yang akan terjadi dengan dirinya atau terhadap orang- orang yang berpisah
dengannya. Anak-anak dan remaja dengan gangguan ini mungkin
mengalami penderitaan berlebihan berulang tentang perpisahan dari rumah
atau orang tua. Ketika terlepas dari figur kelekatan, mereka sering perlu
tahu di mana orangtua mereka dan perlu untuk tetap berhubungan atau
melihat mereka. Beberapa saat menjadi sangat rindu ketika jauh dari
rumah (Jeffery, 2003).
7. Diagnosa Gangguan Kecemasan Perpisahan
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan kecemasan
perpisahan.
a. Ketidaksesuaian perkembangan dan kecemasan berlebih yang berfokus
pada perpisahan dari rumah atau orang-orang yang terdekat yang
dibuktikan oleh 3 atau lebih tanda, Kriteria ini adalah tanda-tanda dan
gejala yang ditetapkan oleh American Psychiatric Association (APA).
dibawah ini :
1. Tekanan/distress berlebihan yang berulang ketika terpisah dari
rumah atau seorang yang menjadi atau diharapkan sebagai
sosok/orang yang penting.
2. Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan tentang
kehilangan atau tentang bahaya yang mungkin menimpa seseorang
yang penting

20

3. Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan terhadap suatu
peristiwa yang tak diinginkan yang akan menyebabkan perpisahan
dari seseorang yang penting/berharga (seperti tersesat atau diculik)
4. Keengganan yang tetap atau penolakan untuk pergi ke sekolah atau
di tempat lain karena takut akan perpisahan.
5. Ketakutan berlebihan terus menerus atau keengganan untuk
sendirian atau tanpa seseorang yang penting di rumah atau tanpa
orang dewasa yang berarti dalam lingkungan sekitarnya
6. Keengganan yang terus menerus atau penolakan untuk tidur tanpa
dekat dengan orang yang penting atau tidur jauh dari rumah.
7. Mimpi buruk berulang yang melibatkan tema perpisahan
8. Keluhan gejala fisik yang berulang (seperti sakit kepala, sakit
perut, mual atau muntah) saat berpisah dari seseorang yang
diharapkan menjadi orang yang penting/berharga.
b. Lamanya gangguan minimal 4 minggu.
c. Onset sebelum usia 18 tahun.
d. Gangguan menyebabkan distress klinis yang signifikan atau penurunan
sosialisasi, akademik (kerja), atau fungsi dari bidang-bidang penting
lainnya.
e. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama disebabkan oleh
gangguan perkembangan yang mendalam, Schizophrenia, atau
gangguan psikotik lainnya dan, pada remaja dan orang dewasa, lebih
baik tidak dicatat untuk Panic Disorder dengan agoraphobia.

21

8. Kecemasan dan Motivasi
Setiap individu tidak terlepas dari cemas. Kecemasan tersebut dapat
bersifat ringan, sedang dan berat. Di sekolah siswa juga mengalami
kecemasan dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya, seperti
kecemasan terhadap pelajaran tertentu, kecemasan akan mengalami
kegagalan dalam belajar dan lainnya. Pada tahap tertentu, kecemasan dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja, akan tetapi apabila kecemasan
tersebut melampaui batas atau kemampuan individu untuk mengelolanya
maka kecemasan melemahkan motivasi dan menurunkan kinerja.
Kecemasan merupakan faktor yang berpengaruh pada motivasi, karena
individu yang mengalami kecemasan akan mengalami hambatan dalam
menyelesaikan tugas- tugas atau mencapai tujuan yang telah ditetakan.
Kecemasan yang dialami oleh individu dapat diidentifikasi dari perilaku
yang ditampilkannya, seperti sulit mengambil keputusan, tertekan, serba
salah, semua hal tersebut menjadi penghambat untuk melakukan kegiatan
dengan motivasi yang tinggi.
Sebagian individu memiliki kecenderungan untuk menjadi cemas,
bahkan pada hal- hal yang tidak perlu dicemaskan mereka merasa cemas,
keadaan ini disebut dengan trait anxiety. Pada tahap selanjutnya, trait
anxiety, akan mempengaruhi pencapaian prestasi, diantaranya pencapaian
hasil belajar. Penelitian yang dilakukan para psikologis menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara pencapaian hasil belajar dengan
kecemasan.

Kecemasan yang dapat dikelola dengan baik dapat

22

meningkatkan prestasi individu. Pengelolaan kecemasan ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
Kecemasan

Motivasi

Harapan/tujuan
Konsekuensi :
tindakan

Kemampuan individu :




Pengetahuan
Ketrampilan
Pengelolaan
emosi

 Puas
 Kurang puas
 Tidak puas

Analisis
hasil

Pemusatan perhatian :



Informasi
Proses dan
prosedur


Bagan 2.2 Model Pengelolaan Kecemasan Menjadi Motivasi
a.

Menguraikan tujuan yang akan dicapai pada tingkat yang realistic,
artinya tujuan yang telah ditetapkan dipecah-pecah kedalam
bagian—bagian kecil yang lebih sederhana dan dapat dicapai secara
bertahap.

b.

Memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai. Hal ini karena
perhatian merupakan prerequisite dalam melakukan segala bentuk
kegiatan. Individu yang kurang data memusatkan perhatiannya akan
mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

c.

Memahami berbagai informasi yang diperlukan dengan cermat.
Pemahaman terhadap informasi tersebut dapat dijadikan alat unyuk

23

mrngelola

kecemasan

dan

mengubah

menjadi

motivasi

(Jamaris,2013).

B. MOTIVASI
1. Pengertian
Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman,
2012).
Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energy
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya ujian. Motivasi juga
dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2012).
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa
keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan citacita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

24

lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik
(Uno,2007).
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar.
Didalam motivasi belajar 3 komponen utama yaitu : 1) kebutuhan, 2)
dorongan, dan 3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang
diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan yang
berorientasi pada tujuan tersebut merupakn motivasi. Menurut Hull,
dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan
organisme, yang menjadi penggerak utama perilaku belajar yang juga
dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal belajar (Djiwandono,
2009).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Suciati dan prasetya (2001), beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Cita- cita dan Aspirasi
Cita- cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah
semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam
belajar. Cita- cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik
maupun

ekstrinsik,

karena

terwujudnya

cita-cita

akan

mewujudkan aktualisasi diri. Cita- cita yang bersumber dari
dalam diri sendiri seseorang akan membuat seseorang

25

melakukan upaya lebih bnyak, yang akan diindikasikan dengan
:
1) Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas,
2) Kreativitas yang tinggi
3) Berkeinginan untuk memperbaiki kegagalan yang
pernah dialami
4) Berusaha agar teman dan guru memiliki kemampuan
bekerjasama
5) Berusaha menguasai seluruh mata pelajaran dan
6) Beranggapan bahwa semua mata pelajaran penting
b) Kemampuan peserta didik
Kemampuan peserta didik mempengaruhi motivasi belajar.
Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi yang
berkaitan dengan intelektual dan intelegensi. Kemampuan
psikomot