Perancangan Media Kampanye Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos Di Kota Bandung

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE PENGOLAHAN

SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS

DI KOTA BANDUNG

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Uniek Nur Kibthya

NIM :

51907066 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik – baiknya.

Tugas akhir merupakan salah satu mata kuliah wajib sekaligus mata kuliah akhir untuk meraih gelar sarjana pada jenjang Strata I dari Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia, dengan cara menampilkan karya yang telah terkonsep baik.

Perancangan yang dilakukan pada mata kuliah tugas akhir ini adalah mengenai Media Kampanye Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos, yang mengkampanyekan cara untuk mengolah sampah organik menjadi kompos agar masyarakat menjadi paham dan dapat melestarikan lingkungan.

Pada penulisan laporan ini akan sangat banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu kritik serta saran akan sangat berguna bagi proses pembelajaran bersama.

Bandung, Juli 2011


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lingkungan merupakan hal penting untuk dijaga dalam suatu kehidupan karena lingkungan mencerminkan gaya hidup masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sekitarnya. Melihat pemandangan yang indah, bersih dan teratur merupakan keinginan semua manusia, maka dari itu sebagai masyarakat yang beraktivitas di suatu lingkungan memiliki kewajiban akan kelestarian lingkungan tersebut.

Pada kota besar, lingkungan memerlukan perhatian khusus karena pada setiap tahunnya jumlah penduduk selalu bertambah, pertambahan jumlah penduduk itu berasal dari angka kelahiran dan jumlah pendatang yang datang untuk bekerja. Peningkatan jumlah penduduk dapat mengancam kelestarian lingkungan jika tidak dikelola dengan baik karena dengan seiring peningkatan itu jumlah konsumsi pun akan meningkat dan memunculkan masalah lain yaitu sampah. Sampah akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk karena sifat manusia yang konsumtif.

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang banyak didatangi pengunjung dan wisatawan baik untuk tujuan berkunjung maupun berdagang, sehingga menambah jumlah volume sampah di kota


(4)

Bandung. Menurut data dari PD Kebersihan Kota Bandung sampah yang dihasilkan oleh kota Bandung sebesar 7500 m3 / hari, sedangkan semenjak meledaknya TPA Leuwigajah pada tahun 2005 yang disebabkan oleh gas metana yang terkandung dalam sampah berlebihan dan akhirnya TPA Leuwigajah ditutup. TPA yang digunakan sekarang hanyalah satu yaitu TPA Sarimukti di Desa Sarimukti, sampah yang masuk ke TPA Sarimukti berasal dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan jarak dari TPA Sarimukti ke pusat Kota Bandung yaitu ± 45 Km, yang memiliki waktu tempuh 3 – 4 jam. Selain itu TPA Sarimukti pun memiliki batasan daya tampung. Maka dapat terlihat mengapa Bandung selalu memiliki masalah dengan penumpukan sampah yang tidak terangkut selain karena jarak tempuh yang jauh kurangnya kendaraan oprasional juga menjadi kendala.

Pemerintah mulai mendidik masyarakatnya untuk memilah sampah yang terbagi menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik, hal ini dilakukan agar ketika proses pemilihan sampah dapat dilakukan dengan cepat dan baik. Akan tetapi banyak masyarakat yang enggan melakukan pemilahan karena merasa sia – sia sebab pada saat diangkut oleh petugas sampah kembali tercampur. Sebenarnya, jika masyarakat lebih peka akan pemilahan sampah, sampah anorganik dapat diberikan pada pemulung atau dijual langsung karena sampah anorganik memiliki nilai jual, sedangkan sampah organik dapat dikelola mandiri menjadi kompos yang bermanfaat untuk tanaman.


(5)

Maka dari itu perlulah informasi yang lebih untuk masyarakat tentang mengolah sampah organik menjadi kompos. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Maka tujuan dari proses pengolahan sampah organik menjadi kompos ini yaitu untuk mengurangi volume sampah. Penanganan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi merupakan tanggung jawab bersama.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan apa yang ada didalam latar belakang permasalahan diatas, maka didapatkan beberapa masalah:

1. Aktivitas memilah sampah belumlah menjadi kebiasaan.

2. Belum adanya dampak yang berarti dari masyarakat secara merata, atas penyuluhan mengenai pengolahan sampah yang telah dilakukan oleh pemerintah.

3. Jenis sampah yang dihasilkan oleh kota Bandung lebih banyak sampah organik dibanding sampah anorganik.

4. Belum adanya media yang menjelaskan dengan rinci dan menarik mengenai pengolahan sampah secara mandiri.


(6)

1.3 Fokus Masalah

Maka dilihat dari identifikasi masalah yang ada, masalah dapat difokuskan kearah pencarian cara untuk mengurangi volume sampah di Bandung yaitu dengan memberikan ajakan untuk masyarakat agar terbiasa untuk memilah dan mengolah sampah secara mandiri sedari dini.

1.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan mengenai mengolah sampah organik menjadi kompos kepada anak-anak, agar menjadi suatu kebiasaan.

2. Membuat masyarakat tahu akan jenis – jenis sampah hingga cara mengolah sampah secara mandiri.

3. Memunculkan rasa peduli akan pengolahan sampah secara mandiri yang harus dilakukan oleh masyarakat.

4. Membuat masyarakat memiliki rasa untuk mencoba dan melakukan terus pengolahan sampah secara mandiri, khususnya menangani sampah organik menjadi kompos.


(7)

BAB II

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS

2.1 Pengenalan Tentang Sampah

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. (Tim Penebar Swadaya, 2010:5).

Berdasarkan sifat kepenguraiannya sampah dibagi menjadi dua, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:58):

Sampah organik atau sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah organik dapat mengalami perubahan atau terurai secara alami

(degradable-waste).

Sampah anorganik, berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara alami atau memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai. Bahan – bahan ini meliputi mineral, logam, dan minyak bumi atau bahan – bahan lain hasil proses industri. Ada beberapa dari sampah anorganik yang tidak terdapat di alam seperti plastik dan

styrofoam. Sampah anorganik disebut juga sampah yang tidak atau


(8)

Proses penguraian sampah oleh mikroorganisme disebut dekomposisi

(decomposition). Tabel berikut menerangkan waktu dekomposisi yang

diperlukan berbagai sampah.

Nama sampah Waktu dekomposisi

Kulit pisang 1 – 2 bulan Kantong kertas 1 bulan Cardboard / kardus 2 bulan Kertas buku tulis 3 bulan Wool, kaos kaki dsb. 1 tahun

Kulit jeruk 2 tahun

Filter rokok 12 tahun Kantong plastic 20 – 100 tahun Sepatu kulit 45 tahun

Kaleng 50 – 100 tahun

Botol plastic 450 tahun Diapers / Pembalut 550 tahun

Cangkir / bungkus polystyrene 500 tahun Gelas / kaca 1 – 2 juta tahun

Ban mobil, Styrofoam Tidak dapat / sulit terdekomposisi Tabel 2.1 Waktu dekomposisi berbagai sampah

[Sumber: QLPA dan CRA]

2.2 Jenis – jenis Pengolahan Sampah

Terdapat berbagai jenis pengolahan sampah, yang mahal hingga yang murah, atau yang beresiko tinggi hingga yang beresiko kecil.


(9)

2.2.1 Pengolahan Sampah Berskala Besar

Pengolahan sampah berskala besar yang dilakukan di Indonesia ada beberapa cara, yaitu (Tim Penebar Swadaya, 2010:31):

1. Open Dumping

Cara pembuangan yang umum dilakukan di Indonesia dan dilakukan secara sederhana dimana sampah dihamparkan di suatu tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan. Akan tetapi sampah yang tidak mendapat perlakuan apapun ini dapat mengakibatkan bau busuk dan penyakit.

2. Sanitary Landfill

Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan tanah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill

dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Metode ini yang digunakan sekarang di TPA Sarimukti yang digunakan sekarang.


(10)

3. Pembakaran (Incineration)

Cara pembakaran dapat dilakukan pada skala kecil, akan tetapi hal itu merupakan tindakan yang melanggar peraturan pemerintah karena mengganggu hak pengguna jalan yang melewati tempat pembakaran. Untuk skala besar proses ini menggunakan alat bernama Incinerator, alat ini dapat membakar hingga suhu 600 – 800 0C pada ruang bakar pertama, massa sampah akan tereduksi hingga 70 – 75 %. Pada ruang bakar kedua, suhu ditingkatkan menjadi 800 – 1.100 0C untuk mengoksidasi senyawa – senyawa gas yang belum teroksidasi sempurna pada ruang bakar pertama. Untuk menerapkan cara ini juga harus diperhatikan karena pada proses ini bisa menghasilkan polusi debu, asap, dan partikulat yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas masyarakat. Senyawa yang berbahaya dari proses pembakaran adalah dioxin, dioxin dapat menyebebkan kanker.

Dioxin terbentuk pada proses pembakaran senyawa yang mengandung khlor dengan hidrokarbon dengan temperatur rendah sekitar 2500 C.


(11)

2.2.2 Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan mempraktekan gerakan 3R (Reduce, Reuse dan

Recycle).

Reduce, mengurangi produksi sampah dan tidak melakukan

pola konsumsi yang berlebihan atau melakukan konsumsi berdasarkan kebutuhan bukan keinginan.

Reuse, menggunakan kembali barang – barang yang masih

layak pakai. Berarti megurangi kebiasaan konsumtif dan mengurangi potensi menumpuknya sampah.

Recycle, mengolah kembali yaitu kegiatan yang memanfaatkan

barang bekas atau sampah dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Recycle merupakan alternatif terakhir jika reduce dan reuse sudah tidak dapat dipraktekan lagi terhadap suatu barang atau sampah (Hasim & Hedianto, 2010:69).

Perlakuan untuk sampah organik dan anorganik itu berbeda dalam melakukan proses recycle. Berikut ini merupakan pengelolaan sampah dengan menerapkan sistem recycle (daur ulang):


(12)

Sampah Organik, dapat diolah menjadi (Tim Penebar Swadaya, 2010:35):

1. Kompos, merupakan hasil penguraian atau penghancuran dari campuran bahan – bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial (buatan manusia) dengan meningkatkan populasi berbagai mikroba, cacing, atau jamur dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab.

2. Pupuk Cair, sifatnya lebih mudah diserap oleh tanaman karena unsur – unsur di dalamnya sudah terurai. Tidak hanya menyerap unsur hara dari dalam tanah tetapi bisa juga menyerap unsur hara dari daun jika disemprotkan pada daun tersebut. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan proses perendaman. 3. Briket, merupakan padatan yang umumnya berasal dari

limbah pertanian. Briket dapat berguna sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk memasak. Bahan baku yang digunakan untuk membuat briket beragam dari mulai kayu, dedaunan kering, serbuk gregaji dan batok kelapa.

Sedangakan sampah Anorganik biasanya diolah menjadi benda – benda yang memiliki nilai kreatifitas tinggi seperti bungkus sabun cuci menjadi tas, topi dan berbagai macam


(13)

benda lainnya yang memiliki nilai pakai. Selain merubahnya menjadi benda – benda yang beralih fungsi, sampah anorganik juga bisa tetap memiliki fungsi yang sama dengan sebelumnya tetapi mengalami perubahan kualitas seperti, pecahan kaca kembali diolah menjadi kaca atau botol, sampah botol plastik dapat diolah menjadi botol kembali akan tetapi dijadikan biji plastik terlebih dahulu dan sebagainya.

Sampah anorganik memiliki nilai jual pada setiap jenisnya, berikut tabel harganya:

Tabel 2.2 Harga sampah anorganik [Sumber: PD. Kebersihan Kota Bandung] Jenis Sampah Anorganik Harga Sampah Kaca tidak pecah Rp 150,00 / lempengan Botol air mineral Rp 2.000,00 /kg

Gelas plastik Rp 4.500,00 /kg Plastik sintetis Rp 500,00 /kg

Blowing (mainan, tempat shampo) Rp 500,00 /kg

Kertas berwarna Rp 900,00 /kg Kertas koran Rp 1.000,00 /kg

Kardus Rp 900,00 /kg

Duplek (seperti dus kue) Rp 350,00 /kg Kaleng Alumunium Rp 8000,00 /kg


(14)

Dapat terlihat dari data tabel diatas bahwa sampah anorganik memiliki nilai jual yang cukup menguntungkan untuk menghasilkan uang. Karena sampah anorganiklah beberapa orang di Indonesia dapat menyambung hidupnya.

2.3 Kompos

Pengolahan sampah yang difokuskan adalah mengenai pengolahan sampah organik menjadi kompos.

2.3.1 Pengertian Kompos

Kompos merupakan hasil penguraian atau penghancuran dari campuran bahan – bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial (buatan manusia) dengan meningkatkan populasi berbagai mikroorganisme dan cacing dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab.

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba – mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. (Hasim & Hedianto, 2010:71).


(15)

2.3.2 Manfaat Kompos

Manfaat kompos dapat dirasakan oleh berbagai aspek, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:72):

1. Aspek Lingkungan:

• Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah.

• Mengurangi kebutuhan lahan untuk menimbun.

• Memperpanjang umur TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

2. Aspek Pertanian:

• Meningkatkan kesuburan tanah.

• Memperbaiki struktur dan karakristik tanah.

• Meningkatkan kapasitas serap air.

• Meningkatkan aktivitas mikroba dan cacing dalam tanah.

• Meningkatkan kwalitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).

• Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.

• Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman.


(16)

• Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.

3. Aspek ekonomi:

• Menghemat biaya transportasi / penimbunan limbah.

• Mengurang volume / ukuran limbah.

• Memiliki nilai jual lebih tinggi daripada bahan asalnya.

• Membuka lapangan pekerjaan bila dikelola secara profesional.

2.3.3 Ciri – ciri Kompos

Ciri ciri dari kompos yang baik adalah (Tim Penebar Swadaya, 2010:37):

1. Warna, Warna kompos coklat kehitaman.

2. Aroma, kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan.

3. Apabila dipegang atau dikepal kompos akan menggumpal, sedangkan apabila ditekan dengan lunak gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.


(17)

2.3.4 Bahan – bahan Yang Dapat Dijadikan Kompos

Hampir semua bahan organik dapat dijadikan bahan utama untuk membuat kompos, seperti (Hasim & Hedianto, 2010:73):

• Limbah organik pertanian, contohnya sisa hasil panen, batang ranting tanaman, daun – daunan, dan jerami.

• Sampah rumah tangga, contohnya sisa sayuran dan makanan.

• Limbah pasar, contohnya sayur – sayuran dan buah – buahan busuk.

• Limbah ternak, contohnya kotoran dan sisa pakan.

• Limbah industri yang organik, contohnya serbuk gergaji, ampas tebu, limbah pengolaan tepung kanji, kelapa sawit dan lain sebagainya.

Sedangakan tempat untuk membuat kompos dapat dibuat menggunakan drum bekas, dus bekas yang sebelumnya telah dilapisi plastik atau karung, ember bekas, atau bisa dengan menggali lubang di pekarangan rumah. Tetapi ada juga keranjang – keranjang yang khusus dibuat untuk membuat kompos agar hasilnya maksimal.


(18)

2.3.5 Prosedur Pembuatan Kompos

Agar mendapatkan kompos yang baik, ada prosedur yang harus dilaksanakan dengan cermat, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:75):

1. Pemilahan sampah

Sampah haruslah dipisahkan antara sampah organik (bahan dasar kompos) dan anorganik (plastik, kaca, kaleng). Kualitas kompos yang baik adalah kompos yang tidak tercampur dengan sampah anorganik, karena jika tercampur dengan sampah anorganik hasilnya tidak akan maksimal.

2. Pencacahan bahan organik

Sampah organik dicacah atau dipotong – potong sehingga menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, proses ini dilakukan agar sampah dapat dengan mudah dan cepat terurai menjadi kompos.

3. Penyusunan

Penyusunan bahan dasar kompos bisa bervariasi, bahan dasar kompos biasanya disusun dengan komposisi sampah organik sebagai bahan dasar sebanyak 70 – 80 persen, tanah 10 – 15 persen dan bahan tambahan 10 – 15 persen, bahan tambahan ini dapat berupa gabah,


(19)

dedak, kotoran ternak atau kompos yang sudah jadi sebelumnya.

4. Pencampuran / pengadukan

Proses ini dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan cara membalikkan sampah yang ada pada lapisan bawah ke bagian atas kemudian mengaduknya hingga rata. Hal ini berguna untuk membuang panas berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan, meratakan proses pelapukan, meratakan pemberian air dan membantu menghancurkan bahan organik secara efektif.

5. Penyiraman

Tumpukan kompos harus terjaga dalam kondisi kelembaban yang cukup, maka dari itu dilakukanlah proses penyiraman ketika tumpukan kompos terlalu kering. Cara mengecek kelembaban kompos hanya dengan menggenggamnya, jika ketika diperas tidak mengeluarkan air maka tumpukan bahan kompos tersebut harus disiram air secukupnya. Menyiram menggunakan air cucian beras akan lebih baik karena dapat menambah unsur glukosa dalam kompos.


(20)

6. Pematangan

Proses pematangan kompos beragam tergantung bahan dasar organik pembuat kompos, cuaca dan pengolahan yang dilakukan. Proses pematangan berkisar antara 20 – 40 hari dengan menggunakan aktivator, sedangkan sekitar 2 – 6 bulan jika ditimbun secara alami. Ketika tumpukan bagian atas terlihat mulai lapuk, volume

sampah akan menyusut kurang lebih 30 – 40 persen dari

volume awal dan kompos berwarna kehitaman, jika ciri –

ciri kompos yang baik sudah terlihat maka kompos sudah siap di panen.

7. Penyaringan

Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan jadi dengan bahan yang belum terurai.

8. Kompos siap digunakan

Kompos yang baik adalah kompos yang terurai dengan sempurna, tidak berbau den berwarna cokelat kahitaman seperti tanah juga berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.


(21)

2.4 Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki andil yang sangat besar dalam kegiatan pengolahan sampah suatu daerah, dalam hal ini adalah PD. Kebersihan Kota Bandung memiliki kewajiban untuk menangani permasalahan sampah di kota Bandung. Karena masalah TPA Sarimukti yang hampir ditutup dan PLTSa masih terjadi kontro versi dalam pembangunannya maka dari itu karena masalah tersebut pemerintah sering mengadakan penyuluhan ke tiap – tiap tempat mengenai Reduce, Reuse, dan Recycle. Penyuluhan diberikan kepadan pelajar tingkat SD, SMP, SMA, hingga Universitas dan juga diberikan kepada masyarakat di tinggkat kelurahan yang ada di Kota Bandung.

Penyuluhan atau sosialisasi di tingkat pelajar,yaitu di sekolah dasar, menggunkan buku panduan dari Jepang sedangkan keadaan geografis, jenis sampah pun berbeda. Maka dari itu dibutuhkan sebuah rancangan buku untuk mendukung sosialisasi pemerintah agar masyarakat turut ikut serta dalam menjaga lingkungan. Dalam hal ini tujuan sosialisasi pada masyarakat, adalah agar sampah yang dikirim ke TPA berkurang jumlahnya dari biasnya, jika hal itu terjadi maka umur TPA akan lebih lama.


(22)

2.4.1 Data Pemerintah

Melihat dari data persentase timbulan sampah, sampah yang berasal dari pemukiman memiliki persentasi yang lebih lebih besar dibandingkan dengan sampah yang berasal dari tempat lain, berikut tabel persentasenya:

No Sumber Persentase (%)

1 Pemukiman 65,56

2 Pasar 18,77

3 Jalan 5,52

4 Daerah Komersil 5,99

5 Institusi 2,81

6 Industri 1,35

Jumlah 100

Tabel 2.3 Sumber dan persentase timbulan sampah kota Bandung [Sumber: PD. Kebersihan Kota Bandung]

Sampah yang dihasilkan oleh kota Bandung anatara organik dan anorganik menurut data hampir memiliki jumlah persentase yang sama akan tetapi jumlah sampah organik akan lebih banyak karena sampah anorganik banyak yang mengolahnya.


(23)

Tabel 2.4 Komposisis rata – rata timbulan sampah kota Bandung [Sumber: PD. Kebersihan Kota Bandung]

2.4.2 Metode Penelitian dan Hasil Riset

Hipotesa awal mengenai kampanye ini ditujukan pada target audiens dengan status ekonomi menengah kebawah dan berumur di atas 20 tahun.

Maka dilakukan riset lapangan untuk membuktikan kebenaran hipotesa, dengan menggunakan metode angket, berikut datanya:

• Target usia : 20 – 40 tahun

• Tempat penyebaran angket : Gg. Sunda (dekat Paskal Hypersquere), karena melihat dari lingkungannya merupakan kalangan ekonomi menengah kebawah.

Komposisi Rerata Timbulan Sampah (% Volume)

40.29% 10.28% 10.52% 2.94% 11.86% 11.75% 2.12% 1.66% 1.03% 1.55% 1.17% 4.82% Organik Sisa Makanan Kertas Gelas/Botol kaca/kaca Plastik daur ulang Plastik bukan daur ulang Logam / kaleng Tekstil Karet Sty rofoam Sisa elektronik Lain-lain


(24)

• Tingkat ekonomi : Menengah kebawah

• Rata – rata pekerjaan : Buruh

• Jumlah responden : 30 orang

Kesimpulan dari penyebaran angket adalah masyarakat hanya 10 % yang mengetahui jenis sampah organik dan anorganik, tetapi responden yang mengetahui jenis sampah tidak melakukan pemilahan karena tidak memiliki waktu dan memiliah merupakan hal yang menyulitkan karena harus menyediakan dua tempat sampah dan berfikir sebelum membuang. Pada tempat itu masyarakatnya lebih memilih sampah yang memiliki nilai jual saja.

Dari hasil kuisioner tersebut maka hipotesa peneliti tidak tepat mengenai target audiens maka target audiens dialihkan pada target audiens lain yang lebih tepat untuk diberikan kebiasaan dasar seperti membuang sampah, memilah sampah, dan mengolah sampah.

2.5 Pengertian Kampanye

Definisi kampanye yaitu:

Menurut Roger Storey dalam (Venus ,2004:7) Kampanye ialah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan


(25)

mendapatkan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.

Sedangkan menurut Charles U. Larson dalam (Venus ,2004:11), Kampanye dibedakan menjadi beberapa kategori, salah satu diantaranya ialah ideologically oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada tujuan – tujuan yang bersifat khusus, dan seringkali berdimensi perubahan sosial, karena itu kampanye jenis ini sering disebut sebagai change campaigns, yaitu kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah – masalah sosial perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.

Menurut Pfau dan Parrot dalam (Venus, 2004:10), apapun ragam dan tujuannya, komunikasi dalam kampanye harus dapat menciptakan upaya perubahan yang selalu terkait dengan aspek pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioral). Maka dari itu

komunikasi pesan kampanye ini diharapkan dapat memberikan efek menggugah kesadaran dan perhatian warga negara untuk lebih mengetahui dan memahami.

2.5.1 Jenis – jenis Kampanye

Dari uraian diatas, maka kampanye dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi empat macam yaitu (Venus, 2004:12):


(26)

1. Kampanye Sosial

Adalah suatu kegiatan berkampanye yang mengkomunikasikan pesan – pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan dan bersifat non komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala – gejala sosial yang sedang terjadi.

2. Kampanye Bisik

Yaitu kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan jalan menyiarkan kabar angin.

3. Kampanye Promosi

Adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan dan sebagainya.

4. Kampanye Politik

Yaitu kampanye yang menyampaikan pesan – pesan kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan dipilih atau tidak.


(27)

2.5.2 Fungsi Kampanye

Adapaun fungsi kampanye sendiri adalah untuk menyampaikan suatu pesan yang berisi tentang ajaran kepada masyarakat atau mempengaruhi masyarakat agar dapat mengerti maksud dan tujuan dari apa yang akan dikomunikasikan, berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur yang terkait pada suatu kampanye adalah:

1. Adanya suatu aksi, dalam hal ini yang dimaksud adalah demonstrasi yang dilakukan secara serentak untuk menuntut apa yang mereka inginkan kepada pihak yang bersangkutan.

2. Pesan dalam suatu kampanye. Pesan adalah hal yang sangat erat kaitannya karena apabila pesan yang disampaikan tidak jelas atau tidak sampai pada khalayak sasaran, maka kampanye tersebut gagal.

3. Unsur persaingan dalam suatu perebutan kedudukan maka dilakukan kampanye yang bertujuan agar mereka terpilih dalam massa serta mendapatkan kedudukan yang diinginkan.

4. Promosi merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam kampanye karena promosi merupakan bagian dari kampanye, seperti dalam penjualan suatu produk atau produk iklan (Ruslan, 2008).


(28)

2.6 Indikator Target Audiens

Untuk memahami karakter target audiens, maka perlu untuk mengetahui lebih dalam mengenai Demografis, Psikografis, Geografis, dan Kebiasaan target audiens.

1. Demografis,

Usia : 6 – 12 tahun.

Jenis Kelamin : Laki – laki dan Perempuan. Pendidikan : SD (Sekolah Dasar),

Disesuaikan pula dengan tingkat pendidikan yang dapat menunjang kebiasaan ini.

Status Ekonomi : Menengah.

2. Psikografis

Menurut Ayuningsih (2010:18), pada masa 6 – 12 tahun (masa kanak – kanak akhir) adalah tahap terpenting bagi anak – anak untuk mengembangkan aspek – aspek yang ada pada dirinya seperti aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun aspek psikososial untuk menyongsong ke masa remaja.

Masa ini anak diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting (esensi) bagi persiapan, dan penyesuian diri terhadap kehidupan dimasa dewasa. Oleh


(29)

karena itu, anak diharapkan mempelajari keterampilan – keterampilan tertentu. Antara lain:

• Keterampilan membantu diri sendiri (self help skill)

• Keterampilan bermain (play skill)

• Keterampilan sekolah (school skill)

• Keterampilan sosial (social help skill)

Pada umur 6 sampai 12 tahun, pada umumnya karakteristik anak masih terus berkembang, hal tersebut dikarenakan anak berada dalam proses belajar, untuk memahami dan mengerti. Sifat dan kebiasaan yang muncul seperti:

• Rasa ingin tahu yang tinggi.

• Suka akan hal-hal baru yang belum diketahui.

• Peka terhadap informasi.

• Memerlukan informasi yang lebih jauh.

• Cara berfikir: Banyak pertanyaan, karena berada dalam proses rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang dianggap baru.

• Menghadapi hidup: Masih bergantung kepada orang tua, karena sejak kecil anak dituntut untuk patuh kepada orang tua.


(30)

• Gaya hidup: Pada umumnya sederhana, karena masih dala proses pertumbuhan, belum banyak memikirkan sesuatu yang lebih jauh atau sesuatu yang berat.

3. Geografis,

Bertempat tinggal di kota - kota besar dan dikhususkan yang tinggal di kota Bandung.

4. Kebiasaan,

Aktivitasnya ringan masih berupa bermain, belajar dan mengikuti berbagai macam keterampilan.


(31)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Komunikasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi adalah cara atau siasat, sedangkan pengertian dari komunikasi yang beragam salah satunya adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada yang lain (Safanayong, 2006:10). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi komunikasi adalah suatu cara untuk menyampaikan informasi dan pengertian dari pengirim pesan kepada yang lain.

Strategi komunikasi dalam perancangan media kampanye pengolahan sampah organik menjadi kompos ditujukan untuk anak – anak. Maka untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan yaitu dengan menyampaikan terlebih dahulu mengenai pengertian juga pemilahan sampah organik dan anorganik, setelah itu akan diinformasikan lebih khusus mengenai cara pengolahan sampah organik menjadi kompos.

3.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dilihat dari berbagai aspek adalah untuk keperluan informasi dan persuasi dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat.


(32)

Tujuan utama strategi komunikasi menurut Uchjana (2003:32) terdiri dari tiga tujuan utama yaitu:

To Secure Understanding

Memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Pada kampanye ini diinformasikan pada komunikan bahwa mengolah sampah organik menjadi kompos itu sangatlah bermanfaat dan mudah dilakukan, disajikan dengan media – media yang tepat untuk komunikan.

To Establish Acceptence

Tahap ketika penerimanya harus dibina. Dengan diberiannya informasi mengenai pengolahan sampah organik menjadi kompos maka diharapkan komunikan dapat mengerti dan memiliki rasa ingin berpartisipasi.

To Motivate Action

Kegiatan memotivasi. Sedangkan pada tahap ini diharapan komunikan melakukan kegitan yang telah dikampanyekan secara rutin dan menjadi sebuah kebiasaan.


(33)

3.1.2 Studi Pesan

Pendekatan pesan yang akan disampaikan adalah menggunakan pendekatan sosial dimana target audiens merupakan tingkatan usia yang masih memilih - milih lingkungan sosial yang diinginkannya.

Sedangkan kualitas dan nilai pesan mengacu pada tiga bagian yaitu pikiran, perilaku, dan mentalitas. Target audiens yang merupakan tingkat anak – anak masih memiliki pola pikir yang sederhana, tidak berbelit dan mereka masih menyukai berimajinasi juga memiliki cita – cita yang tinggi. Perilaku target audiens yaitu senang mencoba, memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan juga senang melakukan permainan yang berupa menjalankan misi seperti imajinasi mereka. Sedangkan mengenai mentalitas, karena perilaku target audiens yang masih polos, mental yang dimiliki oleh target audiens pun sedang terbentuk ke arah tempramen dan aktif atau pendiam dan pasif. Maka pesan yang akan disampaikan akan disesuaikan dengan pikiran, perilaku, dan mentalitas target audiens agar informasi dapat diterima dengan baik.

Melihat dari kualitas dan nilai pesan yang terdapat pada target audiens maka kampanye yang dirancang disesuikan yaitu menyampaikan secara hiperbola sesuai dengan kebiasaan


(34)

anak – anak dalam dunia khayalnya juga sifat pesannya membujuk secara pelan – pelan agar tidak menggurui.

3.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif merupakan suatu cara pendekatan yang dilakukan secara khusus yang digunakan dalam metode penyampaian kampanye ini. Startegi kreatif yang akan digunakan adalah dengan menyampaikan informasi secara atraktif dan dapat memacu rasa ingin tahu target audiens, sehingga target audiens terus melakukannya. Kampanye akan dilakukan dibawah PD. Kebersihan Kota Bandung, disosialisasikan dengan workshop kecil memperlihatkan cara pembuatan kompos ke sekolah – sekolah dasar di kota Bandung, dan juga dibantu oleh guru – guru di masing – masing sekolah. Tokoh yang menjadi peran utama dalam kampanye ini seperti Tari dan Robo V, merupakan salah satu sarana agar anak sekolah dasar tertarik.

3.3 Konsep Visual

Konsep Visual adalah konsep yang dimulai dari ide verbal kemudian dikembangkan ke dalam bahasa visual. Dalam hal ini, visual yang ditampilkan memuat pesan – pesan yang akan disampaikan kepada target audiens secara terencana dan konseptual. Harmonisasi gaya dan kesan, layout, warna, dan sebagainya, dimaksudkan untuk memperkuat dan mengefektifkan kemampuan komunikasi dari pesan


(35)

yang disampaikan. Pada kampanye ini diberikan gambaran visual yang dekat pada alam, seperti penggunaan ilustrasi menggunakan cat air dan visual lain yang akan tampak.

3.3.1 Format Desain

Format desain yang digunakan adalah bentuk portrait dan

landscape, format desain tersebut mengacu pada teori Frank F

Jefkins (1997) yaitu Law of proportion, dimana format desain yang dipakai mempunyai ukuran lebih panjang pada satu sisinya, baik horisontal maupun vertikal, bentuk seperti ini selalu tampak lebih menarik daripada sebuah bujur sangkar yang sisinya sama atau hampir sama panjang. Dan pada media utama kampanye ini menggunakan format landscape, agar memudahkan target audiens untuk menggenggamnya saat membaca.

3.3.2 Layout

Setiap unsur grafis yang digunakan dalam kampanye ini dihimpun dalam satu kesatuan baru yang disusun dan ditempatkan pada setiap tampilan secara utuh dan terpadu sehingga memberikan kesan menarik. Penyusunan layout

tersebut mengacu pada teori penyusunan layout Frank F Jefkins (1997):


(36)

1. The Law of unity, pada kampanye atau iklan layanan masyarakat kesatuan yang ditampilkan berupa gabungan dari elemen-elemen iklan yang berupa headline,

sub-headline, ilustrasi, bodytext, logo kampanye dan lainnya,

dari elemen-elemen tersebut akan menghasilkan suatu kesatuan komposisi yang baik dan memiliki estetika.

2. The law of variety, untuk menghindari kesan monoton dalam

kampanye ini maka dibuatlah variasi pada tampilan dari media – media yang akan digunakan. Variasi yang digunakan adalah dengan meletakkan ilustrasi yang selalu berpindah tempat agar terkesan aktif dengan tetap mementingkan unsur keterbacaan yang jelas.

3.3.3 Ilustrasi

a. Identitas Kampanye

Identitas merupakan hal penting dalam perancangan sebuah kampanye, fungsinya adalah sebagai tanda pengenal kepada publik untuk mengetahui isi dari kampanye tersebut.

Dalam kampanye ini identitas atau logo yang digunakan adalah:


(37)

Gambar 3.1 Logo

Logo yang terbagi dalam dua bagian tetapi memiliki satu kesatuan terdiri dari logogram dan logotype. Logogram

yaitu bentuk kotak yang diambil dari perpaduan bulat (bumi) dan kubus yang merupakan singkatan dari kompos untuk bumi, mengertikan bahwa kompos merupakan kesatuan dengan bumi dengan dikelilingi garis hijau yang berarti kompos dapat membuat bumi hijau sehingga ditumbuhi tumbuhan. Daun tanaman yang berjumlah tiga helai menunjukkan tiga tujuan komunikasi yaitu to secure understanding, to establish

acceptence, dan to motivate action. Kubus di letakkan

miring untuk memperlihatkan kemudahan yaitu untuk menunjukkan bahwa membuat kompos itu mudah dan tidak mustahil dilakukan. Sedangkan logotype


(38)

KUBUS Hijau merupakan singkatan dari Kompos untuk bumi selalu hijau.

c. Tokoh atau maskot

Gambar 3.2 Perang melawan sampah

Dua tokoh utama dalam kampanye ini adalah:

1. Tari


(39)

Tari, berasal dari kata matahari yang merupakan bintang yang paling terang agar dapat menjadi inspirasi anak Indonesia, tokoh ini terinspirasi dari anak perempuan Indonesia yang sangat dekat dengan alam dan lingkungan.

2. Robo V

Gambar 3.4 Tokoh Robo V

Robo V, yang terinpirasi dari ikon khas kota Bandung dipadukan dengan kegemaran anak masa kini seperti, atap Gedung Sate yang menjadi helm Robo V, Viking Persib yang menginspirasi warna biru dan nama dari Robo V, yang terakhir adalah robot Bumblebee dari Transformer yang merupakan robot yang sedang digemari saat ini menjadikan sosok Robo V adalah sosok robot modern yang gemar menjaga lingkungan.


(40)

3.3.4 Tipografi

   

Font ini digunakan untuk body text, memberi kesan lebih muda, juga ukuran font yan besar dan jelas cocok untuk target audiens anak – anak.

Monster Melt

Gambar 3.5Font monster sampah

Font ini digunakan untuk judul buku dan menunjukan kata "Monster Sampah", memberi kesan coklat, kotor dan berlendir.


(41)

Buyar

Gambar 3.6Font kompos

Font ini digunakan untuk judul buku dan menunjukkan kata "Kompos", memberi kesan memudar keluar seakan seperti gundukan kompos yang dicolek dengan jari untuk membentuk huruf.

3.3.5 Warna

Warna yang sering digunakan yaitu:

Gambar 3.7 Palet warna

Kedua warna ini berkaitan dengan alam yang masing – masing memiliki arti. Warna hijau memiliki arti lingkungan dan


(42)

tumbuhan sedangkan warna coklat memiliki arti kesuburun, maka bila digabungkan berawal dari kesuburan maka akan tercipta lingkungan yang hijau.

3.4 Strategi Media

Media adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan kepada target sasaran, agar pesan yang akan disampaikan dapat mempermudah target audiens dalam memahami suatu pesan.

3.4.1 Pemilihan Media

• Media Utama

Media utama yang dipilih adalah buku, karena buku dapat menjabarkan segala informasi yang akan disampaikan. Selain itu alasan lain adalah karena perancangan ini menitik beratkan pada perancangan ulang kampanye yang telah dilakukan pemerintah dengan media buku.

• Media Pendukung

Media pendukung pada kampanye ini merupakan media yang mendukung media utama agar media utama dapat tersosialisasikan dengan baik dan memiliki maksud untuk mengingatkan target audiens akan kampanye pengolahan


(43)

sampah menjadi kompos ini, berikut adalah media – media pendukung tersebut:

a. Poster

Sifat poster yang ditempelkan di muka umum sejajar dengan mata target audiens, mempermudah untuk memperlihatkan suatu informasi ketika target audiens sedang dalam keadaan diluar ruangan. Poster dalam kampanye ini untuk memberitahukan secara singkat mengenai pengolahan sampah organik menjadi kompos.

d Spanduk

Spanduk yang berukuran besar cocok untuk memuat informasi yang ringkas kepada masyarakat umum. Karena ukurannya yang besar maka dapat dilihat dari jarak yang cukup jauh. Pada kampanye ini spanduk sebagai alat pengingat akan pentingnya menjaga bumi dan sebagai petunjuk sedang diadakannya sosialisasi oleh pemerintah.

c. Kalender pengomposan

Kalender Pengomposan berfungsi untuk menuntun target audiens dalam melakukan proses pengomposan, dengan memperlihatkan tata cara perbulannya. Kolom prestasiku berfungsi untuk menempelkan stiker kepala


(44)

Robo V sebagai pahlawan lingkungan, yang berarti target audiens pun sudah menjadi pahlawan lingkungan karena berhasil membuat kompos.

Stiker diberikan jika target audiens memanen kompos yang sudah matang sesuai dengan ciri - ciri yang ada. Hal ini untuk memancing kebiasaan target audiens untuk membuat kompos. Satu stiker untuk satu panen. Dibutuhkan bantuan dari orang tua dan guru dalam penerapannya.

d. Petunjuk Orang Tua dan Guru

Brosur yang diperuntukkan bagi orang tua dan guru. Dengan brosur ini orang tua dan guru mendapat petunjuk untuk menuntun anak menggunakan media - media yang diberikan oleh kampanye ini.

e. Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran adalah benda yang setiap harinya selalu dilihat oleh target audiens ketika belajar di rumah atau ketika menyiapkan buku pelajaran, sehingga mudah untuk menyampaikan pesan di dalamnya. Dalam jadwal pelajaran diberikan kata – kata pengingat agar target audiens selalu ingat akan misinya menjaga bumi.


(45)

f. Buku Catatan

Buku catatan yang setiap halamannya diberikan kata – kata pengingat tentang pengolahan sampah. Buku catatan berfungsi untuk mencatat hal – hal yang perlu dicatat oleh target audiens.

g. Tas / Packaging

Dibuat dari bahan yang dapat dipakai berulang kali sehingga ramah lingkungan dan merupakan tas serbaguna. Mensosialisasikan pula agar target audiens menerapkan pola reuse.

h. Pin

Pin yang dapat ditempelkan dimana saja dengan bahan plastik sehingga dapat memberi kebanggaan tersendiri bagi pemakinya.

i. Kotak Serbaguna

Kotak serbaguna yang dilengkapi tulisan ”Aku Pahlawan Kebersihan. Membuat kompos dan mencegah bangkitnya monster sampah yang akan memakan bumi”, dapat digunakan menjadi bingkai foto, agar target auiens dapat menempelkan fotonya pada bingkai dan merasa bahwa dirinyalah yang menjadi pahlawan lingkungan.


(46)

Kotak ini pun bisa digunakan untuk tempat informasi seperti brosure, buku, atau buku catatan.

j. Name Tag Buku

Name tag buku adalah benda yang ditempelkan pada

buku tulis sebagai identitas, diberikan ilustrasi tokoh utama agar mengingatkan target audiens mengenai pengolahan sampah.

k. Sekop

Sekop sebagai marchandise, karena sekop merupakan bahan yang penting untuk digunakan dalam mengaduk dan menyekop kompos. Sekop berfungsi untuk memberikan kepercayaan kepada target audiens bahwa dia berkewajiban untuk menjaga bumi ini dari serangan monster sampah.

3.4. 2 Pertimbangan Dasar Pemilihan Media

Media yang dipilih tentunya merupakan media – media yang dekat atau berhubungan dengan target audiens. Pertimbangan media diperlukan agar dalam pembuatan media dapat terdistribusikan dengan baik tepat kepada target audiens.


(47)

3.4.3 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Penyebaran media yang akan dilakukan adalah di kota Bandung, karena kota Bandung merupakan kota besar yang memiliki tingkat populasi yang cukup tinggi dan memiliki masalah dengan sampah, salah satunya adalah karena akan segera habisnya kontrak dengan TPA Sarimukti yang merupakan TPA satu – satunya yang dimiliki kota Bandung.

3.4.4 Jadwal Penyebaran Media

Penyebaran media akan dilakukan dalam rentan waktu tiga bulan yaitu dari bulan Agustus hingga Oktober, atau disesuaikan dengan jadwal 1 smester di semester ganjil.

Tabel 3.4 Jadwal penyebaran media

No. Media Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Informasi:

Buku, Sekop,

Petunjuk Orang Tua,

Kalender

Pengomposan , jadwal

pelajaran

2 Persuasi

Poster, Spanduk

3 Pengingat

Notes, Pigura,

Pembatas, Pin

4 Pelaksanaan


(48)

3.5 Strategi Distribusi

3.5.1 Pertimbangan Dasar Distribusi

Pendistribusian akan dilakukan oleh PD. Kebersihan kota Bandung dan disebarkan ke sekolah sekolah dasar di kota Bandung dan ke tempat – tempat lain yang menghimpun anak – anak setingkat anak sekolah dasar, seperti panti asuhan yang masih berlokasi di kota Bandung. Hal ini guna agar penyampaian informasi tersebar secara merata.

3.5.2 Jalur Distribusi

Jalur distribusi yang dilakukan secara bekerjasama dengan PD. Kebersihan Kota Bandung, didata dengan rinci mengenai tempat tempat yang akan dilakukan penyuluhan dan langsung turun ke lokasi penyuluhan. Pihak PD. Kebersihan Kota Bandung harus bekerjasama dengan para guru untuk memantau aktivitas para siswa.


(49)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Strategi Teknis Media

Pembuatan media utama diawali dengan sketsa manual dengan kertas dan pensil, digambar sesuai dengan konsep yang akan diterapkan. Setelah sketsa pewarnaan secara manual dengan menggunakan cat air dan pensil warna langsung di atas sketsa yang telah dibuat. Selanjutnya di digitalisasi dengan cara di scan lalu masuk ke proses editing dengan menggunakan sofwere Photoshop Cs2 untuk mengedit gambar dan melayout.


(50)

4.2 Teknis Produksi Media

1. Buku Bergambar

Media utama berupa buku bergambar, selain dapat memuat informasi lebih banyak media ini dijadikan media utama karena dapat mengoptimalkan sosialisasi pemerintah agar tidak menggunakan buku panduan dari luar, seperti yang selama ini terjadi jika sosialisasi di SD menggunakan buku panduan dari Jepang.


(51)

a. Cover Depan dan Belakang Buku.

Cover buku diperlihatkan gambar tokoh utama sedang membuat kompos, diperlihatkan pula gambar jembatan layang yang menjadi ciri khas lain kota Bandung.

Gambar 4.10 Sampul buku Cover Buku

Ukuran : 15 cm x 37 cm Material : Artpaper 260 gr Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset

b. Isi Buku

Isi buku dibuat dengan layout yang berubah – ubah disetiap halamannya untuk menhindari kesan monoton dalam membacanya. Ilustrasi yang full colour lebih mudah terlihat jika background putih bersih atau solid.


(52)

Gambar 4.11 Halaman buku bergambar

Isi Buku

Ukuran : 15 cm x 37 cm Material : Artpaper 150 gr Teknis : Cetak Offset

2. Poster

Poster sebagai media pendukung dari buku, untuk memperjelas bagian cara membuat kompos, yaitu fokus dari tujuan kampanye ini. Pada poster menggambarkan tata cara pengomposan secara ringkas dan jelas mengenai tahapan yang harus dilakukan ketika membuat kompos.


(53)

Gambar 4.12 Poster

Poster

Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm) Material : Artpaper 260 gr

Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset


(54)

3. Spanduk

Spanduk digunakan untuk memperjelas tempat pelaksanaan kampanye sehingga spanduk dibuat sesederhana mungkin, karena spanduk digunakan untuk jarak pandang yang jauh.

Gambar 4.13 Spanduk Spanduk

Ukuran : 1 m x 2 m Material : Frontline Glossy

Teknis : Cetak Digital

4. Kalender Pengomposan

Kalender Pengomposan berfungsi untuk menuntun target audiens dalam melakukan proses pengomposan, dengan memperlihatkan tata cara perbulannya. Kolom prestasiku berfungsi untuk menempelkan stiker kepala Robo V sebagai pahlawan lingkungan, yang berarti target audiens pun sudah menjadi pahlawan


(55)

lingkungan karena berhasil membuat kompos.

Stiker diberikan jika target audiens memanen kompos yang sudah matang sesuai dengan ciri - ciri yang ada. Hal ini untuk memancing kebiasaan target audiens untuk membuat kompos. Satu stiker untuk satu panen. Butuh bantuan dari orang tua dan guru dalam penerapannya. Di rancang semenarik mungkin dengan bentuk – bentuk yang sesuai dengan tema pengomposan.


(56)

Kalender Pengomposan

Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm) Material : Artpaper 260 gr Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset

Stiker Robo V

Ukuran : A4 (21 cm x 29,7 cm) Material : Sticker

Teknis : Cetak Offset

5. Petunjuk Orang Tua dan Guru

Lembar petunjuk yang di rancang menyerupai brosur, diberi gambaran ilustrasi yang sesuai konsep dan diberi potongan agar menarik untuk dibaca.


(57)

Petunjuk orang tua dan guru Ukuran : A4 (21 cm x 29,7 cm) Material : Artpaper 260 gr

Laminasi dove panas Teknis : Print Laser

6. Buku Catatan

Buku catatan yang berukuran kecil memudahkan target audiens untuk membawanya kemanapun. Di rancang dengan isi buku yang memiliki kata – kata penyemangat agar target audiens semangat untuk menyelamatkan bumi dari ancaman monster sampah.


(58)

Cover buku catatan Ukuran : 9 cm x 14 cm Material : Artpaper 260 gr Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset

Isi buku catatan

Ukuran : 9 cm x 14 cm Material : HVS

Teknis : Cetak Offset

7. Pembatas Buku

Pembatas buku yang dirancang dengan bentuk yang unik, bentuk bulatan yang berisi ilustrasi dari kampanye ini. Di tengah pembatas buku diberi kata – kata agar target audiens gemar membaca buku.


(59)

Pembatas Buku

Ukuran : 3 cm x 15 cm Material : Artpaper 260 gr

Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset

8. Kotak Serbaguna

Kotak serbaguna dirancang memiliki dua fungsi yaitu untuk tempat informasi seperti flyer atau brosur dan sebagai bingkai foto. Untuk bingkai foto, target audiens hanya perlu merekatkan foto mereka pada gambar Robo V dan memajangnya.


(60)

Kotak serbaguna Ukuran : 24 cm x 16 cm x 4 cm

Material : Artpaper 260 gr Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset

9. Name Tag Buku

Dirancang sesuai dengan kebutuhan target audiens dengan ditambah ilustrasi kampanye ini, agar target audiens selalu ingat dengan kampanye ini.

Gambar 4.19 Name tag buku

Name Tag Buku

Ukuran : 12 cm x 5 cm Material : Sticker


(61)

10. Pin

Pin dirancang dengan tulisam ”Aku Pahlawan Lingkungan”, untuk membuat target audiens bangga dan merasa bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Gambar 4.20 Pin

Pin

Ukuran : 4.4 cm x 4.4 cm Material : Plastik

Teknis : Print Digital

11. Tas

Tas yang terbuat dari bahan laken di rancang agar tas ini dapat digunakan berulang kali, logo kampanye ini diletakkan di sudut kanan bawah agar terlihat ketika tas ini digunakan.


(62)

Gambar 4.21 Tas

Tas

Ukuran : 31 cm x 35 cm Material : Laken

Teknis : Sablon

12. Sekop

Sekop yang merupakan gimmick dari kampanye ini, kemasannya dirancang eksklusif agar target udiens merasa bangga memiliki

gimmick tersebut. Pada kemasan dicantumkan petunjuk dan


(63)

a. Packaging Sekop

Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm) Material : Artpaper 260 gr

Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset

Gambar 4.22 Tempat sekop b. Name Tag Sekop

Ukuran : 6 x 5 cm

Material : Artpaper 260 gr Teknis : Cetak Offset


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningsih, Diah. (2010). Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati.

Hasim, F & Hedianto, Y.E. (2010). Gerakan 3R, Pembentukan masyarakat

peduli daur ulang. Bandung: Indonesian Education Promoting

Foundation.

Humas PD Kebersihan. (2010, Juni). Penanganan Sampah Menuju Kota Yang Sehat Dan Bersih, Buletin Bersih Kota, hlm 16 – 17.

Iskandar, C. (2010, Januari). Bank Sampah Konsep Mengurangi Volume Sampah, Buletin Bersih Kota, hlm 5 – 6.

Jafkins, Frank. (1997). Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, N. (2009). Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah Kota Menjadi Produk Yang Berguna Di TPA Bantargebang. Penelitian – Manajemen Pemasaran. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Ruslan, Rosady. (2008). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. Rajawali Pers.

Safanayong, Yongky. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte Intermedia.


(65)

Tim Penebar Swadaya. (2010). Penanganan & Pengolahan Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Uchjana, Onong. (2003). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.


(66)

CURRICULUM

 

VITAE

 

BIODATA

 

Nama 

: Uniek Nur Kibthya 

Jenis Kelamin 

: Perempuan 

Tinggi Badan 

: 157 cm 

Tempat, Tanggal Lahir 

: Bandung, 06 Mei 1989 

Agama 

: Islam 

Alamat Rumah 

: Jln. Semar dalam IV no. 73a/66 

 

  RT/RW. 08/05 Kel. Arjuna  Kec. Cicendo Bandung 40172 

No.HP 

: 085720105043 

Email 

: unk_

 

kibthya@yahoo.com  

 

RIWAYAT

 

PENDIDIKAN

 

1.

S1 Desain Komunikasi Visual UNIKOM Bandung 

 

 

2007 ‐ 2011 

2.

SMU PGII 1 Bandung   

 

 

 

 

 

2004 ‐ 2004 

3.

SMP Negri 9 Bandung  

 

 

 

 

 

2001 ‐ 2004 

4.

SD Negri Dr. Cipto Bandung   

 

 

 

 

1995 ‐ 2001 

5.

TK Al – Fitroh Bandung         1993 – 1995

 

 

PENGALAMAN

  

ORGANISASI

 

1.

Humas Organisasi remaja Islam PGII 1 Bandung 

 

 

2005 – 2006 

2.

Seksi Acara Muharram with Love  

 

 

 

 

2006 

3.

Ketua Keputrian SMA PGII 1 Bandung 

 

 

 

2006 – 2007 

4.

Sekertaris Komunitas Komik FUNCO UNIKOM 

 

 

2008 – 2009 

5.

Seksi Acara Pameran komik “Tiap Orang Punya Superhero”  

2008 

6.

Seksi Logistik “Pasar Komik” Hellarfest Bandung 

 

 

2009 

7.

Ketua Komunitas Komik FUNCO UNIKOM   

 

 

2009 – 2010 

 


(67)

KEMAMPUAN

 

SPESIFIK

 

 

Software  

1.

Ms Office (Ms Word, Ms Excel, Ms Power Point) 

2.

Corel Draw 

3.

Adobe Photoshop 

4.

Adobe Ilustrator 

5.

Adobe Flash 

6.

Adobe Dreamwever 

7.

Adobe Premier 

8.

3D Max 

 

PELATIHAN

 

DAN

 

SEMINAR

 

YANG

 

PERNAH

 

DIIKUTI

 

 

1.

Seminar Manual vs Digital Fakultas Desain UNIKOM  

 

 

 

2008 

2.

Training & Workshop komik, Komunitas Komik Fakultas Desain 

UNIKOM ”Fun Comic Commuity (FUNCO)”   

 

 

 

 

2009 

3.

Workshop pembuatan film dokumenter  Fakultas Desain UNIKOM  

 

2009 

4.

”Copywriting & consumer behaviour seminar” Fakultas Sastra 

UNIKOM 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2010 

5.

Seminar pembuatan video klip oleh ANggun Priambodo, Fakultas 

Desain UNIKOM 

 

 

 

 

 

 

 

 

2011 


(1)

60

Gambar 4.21 Tas

Tas

Ukuran : 31 cm x 35 cm Material : Laken

Teknis : Sablon

12. Sekop

Sekop yang merupakan gimmick dari kampanye ini, kemasannya dirancang eksklusif agar target udiens merasa bangga memiliki gimmick tersebut. Pada kemasan dicantumkan petunjuk dan ilustrasi yang sesuai dengan kampanye ini.


(2)

61 a. Packaging Sekop

Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm) Material : Artpaper 260 gr

Laminasi dove panas Teknis : Cetak Offset

Gambar 4.22 Tempat sekop b. Name Tag Sekop

Ukuran : 6 x 5 cm

Material : Artpaper 260 gr Teknis : Cetak Offset


(3)

viii DAFTAR PUSTAKA

Ayuningsih, Diah. (2010). Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati.

Hasim, F & Hedianto, Y.E. (2010). Gerakan 3R, Pembentukan masyarakat peduli daur ulang. Bandung: Indonesian Education Promoting Foundation.

Humas PD Kebersihan. (2010, Juni). Penanganan Sampah Menuju Kota Yang Sehat Dan Bersih, Buletin Bersih Kota, hlm 16 – 17.

Iskandar, C. (2010, Januari). Bank Sampah Konsep Mengurangi Volume Sampah, Buletin Bersih Kota, hlm 5 – 6.

Jafkins, Frank. (1997). Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, N. (2009). Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah Kota Menjadi Produk Yang Berguna Di TPA Bantargebang. Penelitian – Manajemen Pemasaran. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Ruslan, Rosady. (2008). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. Rajawali Pers.

Safanayong, Yongky. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte Intermedia.


(4)

ix Tim Penebar Swadaya. (2010). Penanganan & Pengolahan Sampah.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Uchjana, Onong. (2003). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.


(5)

CURRICULUM

 

VITAE

 

BIODATA

 

Nama

 

:

 

Uniek

 

Nur

 

Kibthya

 

Jenis

 

Kelamin

 

:

 

Perempuan

 

Tinggi

 

Badan

 

:

 

157

 

cm

 

Tempat,

 

Tanggal

 

Lahir

 

:

 

Bandung,

 

06

 

Mei

 

1989

 

Agama

 

:

 

Islam

 

Alamat

 

Rumah

 

:

 

Jln.

 

Semar

 

dalam

 

IV

 

no.

 

73a/66

 

 

  

RT/RW.

 

08/05

 

Kel.

 

Arjuna

  

Kec.

 

Cicendo

 

Bandung

 

40172

 

No.HP

 

:

 

085720105043

 

Email

 

:

 

unk_

 

kibthya@yahoo.com

  

 

RIWAYAT

 

PENDIDIKAN

 

1.

S1

 

Desain

 

Komunikasi

 

Visual

 

UNIKOM

 

Bandung

 

 

 

2007

 ‐ 

2011

 

2.

SMU

 

PGII

 

1

 

Bandung

   

 

 

 

 

 

2004

 ‐ 

2004

 

3.

SMP

 

Negri

 

9

 

Bandung

  

 

 

 

 

 

2001

 ‐ 

2004

 

4.

SD

 

Negri

 

Dr.

 

Cipto

 

Bandung

   

 

 

 

 

1995

 ‐ 

2001

 

5.

TK Al – Fitroh Bandung         1993 – 1995

 

 

PENGALAMAN

  

ORGANISASI

 

1.

Humas

 

Organisasi

 

remaja

 

Islam

 

PGII

 

1

 

Bandung

 

 

 

2005

 

 

2006

 

2.

Seksi

 

Acara

 

Muharram

 

with

 

Love

  

 

 

 

 

2006

 

3.

Ketua

 

Keputrian

 

SMA

 

PGII

 

1

 

Bandung

 

 

 

 

2006

 

 

2007

 

4.

Sekertaris

 

Komunitas

 

Komik

 

FUNCO

 

UNIKOM

 

 

 

2008

 

 

2009

 

5.

Seksi

 

Acara

 

Pameran

 

komik

 

“Tiap

 

Orang

 

Punya

 

Superhero”

  

2008

 

6.

Seksi

 

Logistik

 

“Pasar

 

Komik”

 

Hellarfest

 

Bandung

 

 

 

2009

 

7.

Ketua

 

Komunitas

 

Komik

 

FUNCO

 

UNIKOM

   

 

 

2009

 

 

2010

 

 


(6)

KEMAMPUAN

 

SPESIFIK

 

 

Software

  

1.

Ms

 

Office

 

(Ms

 

Word,

 

Ms

 

Excel,

 

Ms

 

Power

 

Point)

 

2.

Corel

 

Draw

 

3.

Adobe

 

Photoshop

 

4.

Adobe

 

Ilustrator

 

5.

Adobe

 

Flash

 

6.

Adobe

 

Dreamwever

 

7.

Adobe

 

Premier

 

8.

3D

 

Max

 

 

PELATIHAN

 

DAN

 

SEMINAR

 

YANG

 

PERNAH

 

DIIKUTI

 

 

1.

Seminar

 

Manual

 

vs

 

Digital

 

Fakultas

 

Desain

 

UNIKOM

  

 

 

 

2008

 

2.

Training

 

&

 

Workshop

 

komik,

 

Komunitas

 

Komik

 

Fakultas

 

Desain

 

UNIKOM

 

”Fun

 

Comic

 

Commuity

 

(FUNCO)”

   

 

 

 

 

2009

 

3.

Workshop

 

pembuatan

 

film

 

dokumenter

  

Fakultas

 

Desain

 

UNIKOM

  

 

2009

 

4.

”Copywriting

 

&

 

consumer

 

behaviour

 

seminar”

 

Fakultas

 

Sastra

 

UNIKOM

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2010

 

5.

Seminar

 

pembuatan

 

video

 

klip

 

oleh

 

ANggun

 

Priambodo,

 

Fakultas

 

Desain

 

UNIKOM

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2011