Tujuan Umum Tujuan Khusus

dengan baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta juga kadar lipid. Demikian pula status gizi dan tekanan darah Perkeni, 2011 dan Soegondo, 2005. DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin, yaitu penurunan respon terhadap insulin oleh jaringan sasaran yang dapat menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan berada pada kadar tinggi hiperglikemi. Tipe ini sering 80 kasus berkaitan dengan obesitas yang merupakan suatu faktor tambahan yang meningkatkan terjadinya resistensi insulin Stephen, dkk, 2011. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi 2012 menunjukkan terdapat hubungan signifikan indeks massa tubuh dengan kadar glukosa puasa pada penderita diabetes tipe 2. Status obesitas dan overweight pada penderita DM tipe 2 dapat diketahui dengan cara menghitung indek massa tubuh IMT. Perkeni 2006 menyatakan DM yang terkontrol dengan baik yaitu salah satu kategorinya adalah IMT berada pada rentang 18,5 - 23 kgm 2 . Berbagai masalah yang telah disampaikan oleh penulis menjadi alasan untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

B. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2. Mendeskripsikan kadar glukosa darah pasien DM Tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 3. Mendeskripsikan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 4. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan mulai yang dominan resisten insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resisten insulin. DM tipe ini adalah bentuk yang lebih sering dijumpai, meliputi 90 pasien penyandang diabetes Perkeni, 2011. Resisten insulin merupakan keadaan yang ditandai dengan ketidakrentananketidakmampuan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat hiperglikemi Bustan, 2007. Patogenesis DM tipe 2 dijelaskan bahwa pada keadaan DM tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah menjadi kacau. Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa glukoneogenesis di hati tidak dapat dihambat karena insulin kurangrelatif kurang sehingga kadar glukosa semakin meningkat Soegondo, 2005. Jika peningkatan kadar glukosa melebihi ambang ginjal untuk reabsorpsi glukosa maka akan menyebabkan glukosuria glukosa ditemukan di urin. Hal ini menyebabkan diuresis osmotic yang secara klinis bermanifestasi sebagai poliuria banyak kencing. Timbul dehidrasi yang dapat merangsang rasa haus dan menyebabkan polidipsia banyak minum. Polifagia banyak makan terjadi karena menurunnya aktivitas pusat kenyang di hipotalamus Stephen, dkk, 2011. DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit jantung. Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi kronik jangka panjang Price dan Wilson, 2003 dan Stephen, dkk, 2011. Penatalaksanaan DM secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes. Penatalaksanaan DM yang baik akan mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi DM dan akhirnya dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas DM. Pilar penatalaksanaan DM terdiri dari edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologi. Pengendalian DM yang baik merupakan sasaran terapi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik. DM terkendali baik apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah Perkeni, 2011. Tabel 1 Kriteria pengendalian DM Baik Sedang Buruk GDP mgdl 80-100 100-125 126 GD2JPP mgdl 80 -144 145-179 180 A1C 6,5 6,5 - 8 8 Kolesterol Total mgdl 200 200 - 239 240 Kolesterol LDL mgdl 100 100 - 129 130 Kolesterol HDL mgdl Pria : 40 Wanita : 50 Trigliserida mgdl 150 150 - 199 200 IMT kgm 2 18,5 - 23 23 -25 25 Tekanan darah mmHg 13080 130-140 80-90 14090 Sumber : Perkeni 2006 Pemeriksaan kadar GD2JPP bagi pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari pengendalian penyakit DM Perkeni, 2011. Pemeriksaan kadar GD2JPP merupakan pemeriksaan kadar glukosa seseorang setelah menggunakan beban glukosa setara 75 gram. Kadar glukosa darah akan naik sesudah makan, paling tinggi terjadi 1 jam setelah makan tetapi tidak melebihi 180 mgdl. Kadar glukosa darah selanjutnya akan turun dan pada 2 jam sesudah makan, glukosa darah akan mendekati kadar sebelum makan. Pada kasus DM, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan GD2JPP akan mengalami penurunan tetapi tidak mencapai kadar glukosa darah awal atau melebihi dari nilai 180 mgdl Kariadi, 2009. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi 2012 menunjukkan terdapat hubungan signifikan indeks massa tubuh dengan kadar glukosa puasa pada penderita diabetes tipe 2. Sherwood 2011 berpendapat bahwa pada obesitas akan terjadi peningkatan produksi resistin yang akan mendorong resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin. Sebaliknya adiponektin, adipokin lainnya meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dengan meningkatkan efek insulin, tapi pada obesitas terjadi penurunan hormon ini. Selain itu asam- asam lemak yang dikeluarkan dari jaringan lemak dapat menumpuk abnormal di otot dan mengganggu kerja insulin otot. Pengendalian status gizi dengan cara penurunan berat badan pada pasien gemuk biasanya akan memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi meningkatkan kontrol metabolik jangka lama Soegondo, 2005. Pada penelitian ini menggunakan Indeks Massa Tubuh untuk menilai status gizi pasien DM tipe 2. Indeks massa tubuh IMT merupakan salah satu indeks antropometri yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam ukuran meter : IMT = BBTB 2 Arisman, 2009. Price dan Wilson 2003 menyatakan sekitar 80 penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin yang dapat menyebabkan kegagalan toleransi glukosa dan menyebabkan DM tipe 2. Analisis Center for Disease Control and Prevention CDC berdasarkan survey yang telah dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey, NHANES tahun 1999-2002 pada warga United States, yaitu diantara prevalensi obesitas sebesar 53 laki-laki dan 58 wanita didiagnosa DM. Hasil presentase lebih tinggi ditunjukkan pada kategori overweight yaitu 86,3 laki-laki dan 84,2 wanita. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pasien DM tipe 2 yang memiliki status gizi underweight. Chan, dkk 2009 menyatakan kejadian DM tipe 2 underweight lebih banyak terjadi di kawasan Asia dibandingkan dengan wilayah Eropa bagian timur dan wilayah Amerika latin. Das 2008 menyatakan pasien DM tipe 2 dengan staus gizi kurang mempunyai masalah hiperglikemi sedang hingga parah. Pada pasien DM tipe 2 dengan status gizi kurang dijelaskan memiliki level sirkulasi insulin lebih rendah baik pada keadaan puasa maupun setelah makan dibandingkan DM tipe 2 yang bukan dalam kategori status gizi kurang.

B. Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

Peran Konseling Farmasis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Analisis Biaya Terapi di RSUD dr. Djoelham Binjai

1 40 104

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi.

0 2 15

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi.

0 2 5

HUBUNGANKADAR G Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Pola Makan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Pola Makan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 5

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Pola Makan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Suraka

0 3 13

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZIPASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta.

0 4 16

PENDAHULUAN Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta.

0 1 5

PERBEDAAN KADAR LDL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPA HIPERTENSI Perbedaan Kadar LDL Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi dan Tanpa Hipertensi di RSUD Dr. Moewardi.

0 1 13

PERBEDAAN KADAR LDL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPA HIPERTENSI Perbedaan Kadar LDL Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi dan Tanpa Hipertensi di RSUD Dr. Moewardi.

0 1 25