BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang kaya dengan flora dan fauna. Banyak jenis tumbuhan, merupakan sumber plasma nutfah yang tidak ternilai. Beberapa tahun
terakhir ini penggalian sumber daya mikroba yang terdapat didalam jaringan tanaman mulai banyak mendapat perhatian. Mikroba tersebut mulai dipelajari untuk berbagai
tujuan.Mikroba endofitik yang berasal dari rumput telah diaplikasikan untuk keperluan industri dan pertanian Clay,1988, namun masih banyak mikroba endofitik belum
diketahui karakter dan potensinya khususnya di Indonesia. Kapang endofitik mempunyai hubungan mutualistis dengan tanaman inangnya yaitu proteksi terhadap
herbivor, serangan dan patogen Siegel et al., 1985; Clay, 1986; Yang et al., 1994. Petrini 1991 mengatakan bahwa kapang endofitik yanghidup di dalam tanaman tidak
merugikan inangnya. Telah diketahui pula bahwa hubungan antara mikroba endofitik dengan tanaman adalah karena kontribusi senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroba
yang memiliki berbagai jenis bioaktif Strobel et al., 1996; Cacabuono dan Pomilio, 1997; Rizzo et al., 1997.
Mikroba endofitik adalah mikroba yang hidup dalam jaringan tanaman. Mikroba ini hidup di antara sel tumbuhan dan bersimbiosis mutualisme dengan inangnya
Kumala, et al., 2006.Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroba endofit. Secara teori,
mikroba endofit yang diisolasi dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan metabolit sekunder yang sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam jumlah yang relatif
tinggi Radji, 2005. Mikroba endofitik adalah mikroba yang hidup secara internal dan berasosiasi
didalam jaringan tanaman. Asosiasi yang terjadi umumnya bersifat mutualistik yaitu jika mampu melindungi inang dari tekanan biotik dan abiotik Petrini et al., 1992 cit.
Kumala et al., 2008.Selain itu, mikroba endofitik juga dikenal sebagai penghasil senyawa metabolit yang mempunyai aktivitas sebagai anti virus, anti kanker, anti
malaria, anti diabetes, anti oksidan dan senyawa imunosupresif Radji, 2005.
Daun sirih digunakan dalam makan sirih dan sebagian besar digunakan sebagai bahan obat-obatan rakyat. Berkhasiat melepas gas yang berkumpul, memperbaiki,
melindungi misalnya demam dan penyakit perut tertentu , obat batuk, tonikum, menciutkan pembuluh darah, membersihkan borok, gatal, bisul, penyakit haid, wasir,
keringat bau, dan batuk kering. Ekstrak daunnya dipakai sebagai obat kumur terhadap bau mulut karena gigi berlubang. Daun yang dihangati dan diletakkan di atas dada
mengurangi produksi air susu. Perbandingan fenol dan terpen dalam minyak sirih mudah berubah, maka pemakaian ekstrak lebih baik dibandingkan pemakaian
minyaknya Dharma,1985. Menurut Ajizah 2004, minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya
membran dan dinding sel. Pengendalian biologi dengan menggunakan bakteri endofit merupakan salah satu
alternatif pengendalian nematoda parasit tanaman. Keunggulan bakteri ini sebagai agens pengendali hayati yaitu mampu meningkatkan ketersediaan nutrisi, menghasilkan
hormon pertumbuhan dan mengendalikan penyakit tumbuhan Kloepperet al.,1992 serta dapat menginduksi ketahanan tanaman Hallmann, 2001.
Untuk keperluan produksi antibiotika, dibutuhkan strain – strain mikroba penghasil antibiotika yang potensial sebagai starter inokulumnya. Di Indonesia data
mengenai mikroba penghasil antibiotika ini belum banyak dilaporkan, sedangkan di negara – negara maju tidak mau memberikan atau menjual begitu saja strain mikroba
tersebut dan biasanya di proteksi secara ketat karena menyangkut paten dan bisnis bahan baku obat dunia Danuthirto, 1987.
Selama ini belum pernah dilaporkan adanya mikroba endofitik dari tumbuhan sirih merah ini. Secara teoritis, apabila suatu tanaman menghasilkan senyawa
antimikroba, maka mikroba endofitik yang hidup dalam tanaman tersebut juga dapat berpotensi menghasilkan senyawa yang bersifat antibiotika. Oleh karena itu, pada
penelitian ini dilakukan isolasi bakteri endofitik penghasil antibiotika dari tanaman sirih merah. Tanaman ini juga dapat dikembangkan sebagai bahan dasar obat antimikroba
baru melalui penelitian lanjutan yang bisa digunakan sebagai bahan dasar pengobatan oleh masyarakat. Berdasarkan hal yang diatas, pada percobaan ini dilakukan studi
pendahuluan isolasi mikroba endofitik penghasil antibiotika dari tanaman sirih merah.
1.2 Perumusan Masalah