sebesar 226,06 mgL sampai 434,78 mgL sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut. Tabel
2.2 menunjukkan kualitas limbah cair tahu berdasarkan parameter pH,COD, dan BOD yang berasal dari industri tahu di kelurahan Jomblang dari penelitian
sebelumnya.
Tabel 2.2. Kualitas Limbah Cair Tahu
NO. Parameter
Satuan Nilai
1. pH
- 5
2. COD
mg ltr 15462
3. BOD
mg ltr 1640,23
Sumber: Andita, 2009
2.3 Parameter Dalam Air Limbah
Pengetahuan mengenai limbah cair dapat dilihat dari karakteristik parameter limbah cair yang ada. Karakteristik limbah cair ini meliputi: parameter
fisik jumlah padatan total, pH, kekeruhan , warna, bau, dan temperatur, parameter kimia COD, BOD, jumlah logam berat, jumlah nitrogen, dan
sebagainya, dan parameter biologi mikroorganisme dalam limbah seperti bakteri koliform, jamur, alga, protozoa, dan virus.
2.3.1 Padatan Total Total Solids
Secara analitis, zat padat total yang terkandung dalam air buangan adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air
dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu 103-105
o
C selama 1 jam Jenie, B.S.L dan Rahayu, W.P, 1993. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat
padat tersuspensi. Zat padat tersuspensi dapat didefinisikan sebagai material yang dapat dipisahkan melalui penyaringan membran. Zat padat tersuspensi juga dapat
diklasifikasikan menjadi zat padat terapung yang selalu bersifat organik dan zat padat terendap yang bersifat organik maupun anorganik Tchobanoglous et al.,
2003. Pada pembuatan tahu, dilakukan penggilingan kedelai yang dilarutkan dalam air dan kemudian diekstraksi proteinnya dan digumpalkan. Sedangkan
protein yang tidak mengumpal ikut terbuang yang merupakan zat padat terlarut dalam limbah tahu.
2.3.2 Temperatur
Temperatur air merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan
penggunaan air untuk berbagai aktifitas. Sebagai contoh, industri yang menggunakan air permukaan untuk proses pendinginan, sangat memperhatikan
temperatur dari air intake. Selain itu, oksigen yang terlarut di dalam air panas lebih sedikit dibandingkan dengan air dingin. Peningkatan reaksi biokimia,
dikombinasikan dengan penurunan jumlah oksigen yang ada dalam air permukaan dapat menyebabkan penurunan secara serius konsentrasi oksigen terlarut
Dissolved Oxygen DO di musim panas, sehingga dapat menyebabkan kematian kehidupan organisme air, dan meningkatkan pertumbuhan tumbuhan air yang
tidak diinginkan seperti jamur. Temperatur optimal untuk aktifitas bakteri adalah dalam kisaran 25-35
C. Temperatur air limbah harus selalu dimonitor, karena: a. Kecepatan dan kelangsungan reaksi kimia tergantung pada suhu air
limbah. b. Kehidupan bakteri dalam air limbah tergantung pada suhu. Pencernaan
aerobik, dan nitrifikasi akan terhenti pada suhu diatas 50 C. Sebaliknya
pada suhu kurang dari 15 C, bakteri yang memproduksi metana berhenti
sama sekali. c. Zat asam semakin berkurang pada suhu tinggi, maka diperlukan adanya
proses oksidasi untuk zat organik yang ada.
2.3.3 Chemical Oxygen Demand COD