Karakteristik Air Limbah Tahu

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Air Limbah Tahu

Karakteristik air limbah tahu dilaksanakan dengan mengambil sampel air limbah tahu dari industri tahu rumah tangga di kelurahan Jomblang, Semarang. Sampel air limbah diambil dengan menggunakan metode grab sampel dimana air limbah tahu dimasukkan pada sebuah botol dan diambil pada waktu tertentu. Setelah sampel air limbah tahu ini diambil maka dilakukan uji kandungan air limbah tahu di laboratorium. Hasil uji karakteristik awal air limbah tahu dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Uji Karakteristik Awal Air Limbah Tahu No. Parameter Hasil Uji mgl Perda Prop. Jateng No. 10 Thn 2004 mgl Keterangan 1. COD 12390 275 Melebihi baku mutu 2. pH 4,7 6 - 9 Melebihi baku mutu 3. Suhu 45.5 ˚C 38 ˚C Melebihi baku mutu 4. BOD 5984,33 150 Melebihi baku mutu 5. TSS 1010 100 Melebihi baku mutu Dari hasil pengujian air limbah tahu tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi untuk semua parameter air limbah tahu yang dihasilkan melebihi baku mutu. Pada Tabel 4.1 konsentrasi COD jauh lebih tinggi dibandingkan parameter yang lain. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan limbah tahu yang dapat mengurangi konsentrasi COD sehingga dapat memenuhi baku mutu. Pengolahan limbah tahu yang dipilih adalah dengan menggunakan biofilter media kerikil. Sebelum pengolahan tersebut dijadikan alternatif untuk pengolahan limbah tahu, terlebih dahulu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar efesiensi penyisihan COD yang dihasilkan. Suhu dijadikan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. Pemilihan suhu sebagai variabel kontrol didasarkan atas pertimbangan bahwa mikroorganisme yang ada di dalam reaktor dapat hidup pada pH dan suhu tertentu. Oleh karena itu untuk menjaga agar mikroorganisme tetap hidup maka diperlukan adanya kontrol suhu. Selain itu, ketinggian media pada reaktor juga dipakai sebagai kontrol pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan fungsi media sebagai tempat melekatnya mikroorganisme hingga terbentuk biofilm pada media tersebut. Ketinggian media untuk reaktor anaerob dan aerob sama yaitu 19 cm. Pengolahan dengan menggunakan biofilter memiliki kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan pengolahan yang lain, seperti UASB Upflow Anaerobic Sludge Blanket, dan ABMFT Anaerobic Baffled Methane Fermentation Tank. Keuntungan menggunakan biofilter yaitu proses yang sederhana tidak membutuhkan pompa recycle, dan biaya murah karena menggunakan media yang mudah ditemukan di alam serta bakteri yang melekat membentuk biofilm sehingga bakteri yang hidup tidak ikut larut dalam effluent, sedangkan UASB membutuhkan waktu lama untuk membentuk biofilm, kelemahan menggunakan biofilter untuk penyisihan COD adalah terjadinya penyumbatan, sedangkan pada pengolahan dengan ABMFT tidak terjadi penyumbatan tetapi membutuhkan waktu tinggal yang jauh lebih lama.

4.2 Tahap Penelitian