Tinggi Gelombang Rencana Kala Ulang Gelombang Rencana Return Period

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR DETAIL DAN DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018 WIRA APRIADI L2A605059

2.6.9.1 Tinggi Gelombang Rencana

Gelombang biasanya diukur atau diramalkan pada perairan dalam deep water. Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam ke pantai di mana bangunan pantai akan dibangun, maka gelombang tersebut mengalami proses perubahan tinggi dan arah gelombang. Perubahan ini antara lain disebabkan karena proses: refraksi, difraksi, pendangkalan dan pecahnya gelombang. Keempat proses perubahan deformasi gelombang tersebut dapat menyebabkan tinggi gelombang bertambah atau berkurang. Oleh karena itu tinggi gelombang rencana yang akan dipergunakan di lokasi pekerjaan harus ditinjau terhadap proses ini. Tinggi gelombang rencana terpilih adalah tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan. Apabila gelombang telah pecah sebelum mencapai lokasi pekerjaan, maka gelombang rencana yang dipakai adalah tinggi gelombang pecah H b di lokasi pekerjaan. Tinggi gelombang pecah ini biasanya dikaitkan dengan kedalaman perairan d s dan landai dasar pantai m. Untuk menentukan tinggi gelombang pecah dapat dipergunakan grafik yang disajikan pada Gambar 2.6.9.1 Apabila pantai relatif datar CERC, 1984 maka tinggi gelombang pecah dapat ditentukan dengan formula: H b = 0,78 d s …… ……………………………….......... 2.202 di mana : H b = Tinggi gelombang pecah m d s = Kedalaman air di lokasi bangunan m Dengan demikian tinggi gelombang rencana H D dapat ditentukan dengan rumus Nur Yuwono, 1992: a. Untuk gelombang pecah di lokasi bangunan tembok laut : H D = H b b. Untuk gelombang tidak pecah dilokasi bangunan laut H D = H o K D K R K S erangan: H D = tinggi gelombang rencana m H b = tinggi gelombang pecah di lokasi bangunan m H o = tinggi gelombang di laut dalam m

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR DETAIL DAN DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018 WIRA APRIADI L2A605059 K D = koefisien difraksi jika mengalami proses ini K R = koefisien refraksi K S = koefisien shoaling Gambar 2.6.9.1 Hubungan Antara H b d s Versus d s gT 2 CERC, 1984

2.6.7 Persyaratan Agar Breakwater Dapat Berfungsi Dengan Baik