BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TUGAS AKHIR DETAIL DAN DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK
GLORY BAKTI UTOMO L2A306018 WIRA APRIADI
L2A605059
Rumus diatas diperoleh dari percobaan dengan menggunakan plot erosi pada lereng 3-18, sehingga kurang memadai untuk topografi dengan kemiringan
lereng yang terjal. Harper, 1988 dalam Asdak,2002 menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan lereng lebih besar dari 20 , pemakaian persamaan
0138 ,
00965 ,
00138 ,
2 2
1
S
S L
LS akan diperoleh hasil yang over
estimate. Untuk lahan berlereng terjal disarankan untuk menggunakan rumus berikut ini Foster and Wischmeier, 1973 dalam Asdak, 2002.
] sin
sin 5
, [
cos 22
25 ,
2 25
, 1
50 ,
1
C
l LS
m
..................2.105 Di mana :
m = 0,5 untuk lereng 5 atau lebih
= 0,4 untuk lereng 3,5 – 4,9 = 0,3 untuk lereng 3,5
C = 34,71
= sudut lereng
l = panjang lereng m
2.4 Analisis Data Angin dan Gelombang
Dalam analisis pasang surut data yang dipergunakan terdiri dari angin, wind rose, pasang surut, dan gelombang.
2.4.1 Angin
Angin adalah sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi. Gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan temperature atmosfer. Pada
waktu udara dipanasi rapat massanya berkurang, yang berakibat naiknya udara tersebut yang kemudian diganti dengan udara yang lebih dingin disekitarnya.
Indonesia mengalami angin musim, yaitu angin yang berhembus secara mantap dalam satu arah dalam satu periode dalam suatu tahun. Pada periode yang
lain arah angin berlawanan dengan angin pada periode sebelumnya. Angin musim ini terjadi karena adanya perbedaan musim dingin dan panas di Benua Asia dan
Australia. Pada bulan Desember, Januari dan Februari, belahan bumi utara mengalami musim dingin, sedangkan belahan bumi selatan mengalami musim
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TUGAS AKHIR DETAIL DAN DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK
GLORY BAKTI UTOMO L2A306018 WIRA APRIADI
L2A605059
panas. Tekanan udara di daratan Asia adalah lebih tinggi dari daratan Australia, sehingga angin berhembus dari Asia ke Australia. Di Indonesia angin tersebut
dikenal dengan Angin Musim Barat. Sebaliknya, pada bulan Juli, Agustus di Australia bermusim dingin dan Asia panas, sehingga angin dari daratan Australia
yang kering berhembus dari tenggara, dan di barat daya. Di Indonesia angin ini dikenal dengan Angin Musim Timur.
Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan anemometer. Apabila tidak tersedia anemometer, kecepatan angin dapat diperkirakan berdasarkan
keadaan lingkungan dengan menggunakan skala Beaufort, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.4.1. Kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam knot. Satu knot
adalah panjang satu menit garis bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot = 1,852 kmjam.
Tabel 2.4.1. Skala Beaufort
Ting- kat
Sifat Angin Keadaan Lingkungan
v Knot
p kgm²
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Sunyi calm Angin sepoi
Angin sangat lemah
Angin lemah Angin sedang
Angin agak kuat Angin kuat
Angin kencang Angin sangat kuat
Badai Badai kuat
Angin ribut Angin topan
Tidak ada angin asap mengumpul Arah angin terlihat pada arah asap,
tidak ada bendera angin Angin terasa pada muka, daun ringan
bergerak Daunrantang terus menerus bergerak
Debukertas tertiup, ranting dan cabang kecil bergerak
Pohon kecil bergerak, buih putih di laut
Dahan besar bergerak, suara mendesir kawat telphon
Pohon seluruhnya bergerak, perjalanan diluar sukar
Ranting pohon patah, berjalan menantang angin
Kerusakan kecil pada rumah, genting tertiup dan terlempar
Pohon tumbang, kerusakan besar pada rumah
Kerusakan karena badai terdapat di daerah luas
Pohon besar tumbang, rumah rusak berat
0 – 1 1 – 3
4 – 6 7 – 10
11 – 16 17 – 21
22 - 27 28 – 33
34 – 40 41 – 47
48 – 55 56 – 63
64 0,2
0,8 3,5
8,1 15,7
26,6 41,0
60,1 83,2
102,5 147,5
188,0 213,0
Catatan : v : kecepatan angin, p : tekanan angin. Sumber : Bambang Triatmodjo, 1999
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TUGAS AKHIR DETAIL DAN DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK
GLORY BAKTI UTOMO L2A306018 WIRA APRIADI
L2A605059
U TL
T
TG U
BD B
BL
21 - 27 16 - 21
13 - 16 10 - 13
2.4.2 Wind Rose Mawar Angin