Pendayagunaan Hasil Kelitbangan Tampilkan DIP: Permendagri No 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan

setiap aktivitas kelitbangan. Pelaporan dimaksud merupakan aktivitas yang sangat penting dan strategis untuk memberikan nilai tambah institusi kelitbangan serta memberikan informasi secara cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan. Pelaporan program kerja kelitbangan dilaksanakan secara berkala dan berjenjang. Berkala dalam konteks ini adalah pelaporan setiap 3 tiga bulan triwulan, 6 enam bulan semester, atau 1 satu tahun tahunan sesuai tahapan pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan. Adapun pelaksanaan pelaporan secara berjenjang adalah dari satu unit kerja kelitbangan paling bawah dalam suatu organisasi sampai kepada pucuk pimpinan organisasi, misalnya dari penanggung jawab kegiatan atau kepada penanggung jawab program dan penanggung program kepada pimpinan kementerianlembaga. Berjenjang juga mengandung arti dari satu tingkat pemerintahan kepada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, misalnya dari kabupatenkota kepada provinsi, yang selanjutnya kepada pemerinlah pusat. Di samping itu, pelaporan juga harus disampaikan melalui jurnal danatau media kelitbangan. Pelaporan dimaksudkan agar organisasi melakukan desiminasi dan mengembangkan media penyebarluasan informasi melalui laman internet sehingga informasi dapat diakses oleh masyarakat luas. Format pelaporan diperlukan untuk menjaga kualitas dan mendapatkan hasil yang lebih optimal agar mendapatkan bentuk pelaporan yang informatif dan memadai. Format laporan menampung data serta fakta valid dan relevan untuk diketahui oleh khalayak banyak. Sehingga memberikan petunjuk dan informasi yang memadai untuk memberikan masukan yang konstruktif korektif serta perumusan perencanaan periode berikutnya.

3.4. Pendayagunaan Hasil Kelitbangan

Salah satu misi yang dibawa dalam setiap kelitbangan adalah sebisa mungkin hasilnya berupa inovasi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pemangku kepentingan untuk dijadikan dasar perumusan kebijakan. Oleh karenanya, pemanfaatan hasil kegiatan kelitbangan tersebut harus tetap dikawal oleh institusi litbang agar tidak melenceng dari ide awalnya. Sehingga, pendampingan institusi litbang kepada pemangku kepentingan user menjadi sebuah keniscayaan. Pendampingan, dalam konteks ini, dapat diartikan sebagai satu interaksi yang terjadi terus-menerus antara institusi litbang Badan Litbang Kemendagri dan Badan Litbang Daerah atau sebutan lainnya dengan komponen di lingkungan Kemendagri atau satuan kerja perangkat daerah, hingga terjadi proses perubahan kreatif dalam perumusan kebijakan yang diprakarsai oleh komponen atau perangkat daerah yang bersangkutan. Pendampingan pemanfaatan keluaran kelitbangan oleh komponen dan perangkat daerah setidaknya akan melewati 4 empat tahap, yaitu: inisiasi, internalisasi, institusionalisasi, dan keberlanjutan. Untuk mengetahui hubungan keempat tahap itu dapat dijelaskan dalam gambar 3.1. sebagai berikut: Keberlanjutan Komponen Perangkat Daerah Institusionalisasi Komponen Perangkat Daerah Internalisasi Badan Litbang Balitbangda dan KomponenPerangkat Daerah Inisiasi Badan Litbang Balitbangda Gambar 3.1. Empat Tahap Pemanfaatan Keluaran Kelitbangan 1. Inisiasi adalah tahap pertama dalam suatu proses inovasi. Dalam konteks penyusunan produk peraturan maupun program, inisiasi dipahami sebagai proses kelitbangan yang menghasilkan laporan akhir penelitian atau pengkajian, naskah akademis, draf peraturan atau pedoman umumpertunjuk teknis operasional dari sebuah program. 2. Internalisasi adalah tahap kedua dalam suatu proses inovasi, di mana keluaran kelitbangan dalam tahap inisiasi diharapkan dapat diterapkan oleh komponen dan Perangkat Daerah. Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting, pada tahap internalisasi dilakukan proses transfer pengetahuan dan teknologi dari penanggung jawab inisiasi yaitu institusi kelitbangan kepada penanggung jawab internalisasi yaitu institusi pelaksana komponen dan Perangkat Daerah. Pergeseran tahap inisiasi menjadi tahap internalisasi, sekurang-kurangnya meliputi 3 tiga pendekatan, yaitu : a Adopsi, yaitu proses penerimaan atas keluaran kelitbangan sebagai sebuah inovasi. Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekadar tahu, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar. b Adaptasi, yaitu proses penerimaan secara alami terhadap pemanfaatan keluaran kelitbangan yang disertai pelbagai penyesuaian sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan komponen atau Perangkat Daerah terkait. c Replikasi yaitu proses peniruan keluaran kelitbangan sehingga pemanfaatannya bisa direplikasi untuk kepentingan tertentu, baik oleh komponen atau Perangkat Daerah terkait maupun pemanfaat lainnya beneficiary. Pada awal internalisasi, peran institusi kelitbangan sangatlah besar. Namun, seiring dengan interaksi yang intens antara institusi kelitbangan dan pemangku kepentingan, di mana pemahaman dan penerapan keluaran kelitbangan oleh pemangku kepentingan semakin tinggi, pada saat itu pula peran institusi kelitbangan menjadi berkurang. Gambar 3.2. di bawah ini setidaknya bisa menjelaskan hal tersebut. Gambar 3.2. Mekanisme Kelitbangan o Pendampingan Waktu Komponen Perangkat Daerah Badan Litbang Balitbangda 3. Institusionalisasi adalah tahap ketiga dari proses inovasi. Pada proses ini institusi kelitbangan tidak lagi terlibat. Pengorganisasian dan pelembagaan keluaran kelitbangan sepenuhnya menjadi domain dan tanggung jawab komponen atau Perangkat Daerah terkait. Institusi kelitbangan hanya sekadar memantau dan atau melakukan pengkajian kembali atas operasionalisasi keluaran kelitbangan yang telah terlembaga. 4. Keberlanjutan adalah tahap terakhir dari proses inovasi yang berupa upaya melanjutkan pemanfaatan keluaran kelitbangan agar semakin berguna bagi seluruh pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal.

3.5. Pelaporan