Dampak Guncangan Moneter di Amerika Serikat dan Harga Komoditas Dunia terhadap Indeks Harga Konsumen di Indonesia.

DAMPAK GUNCANGAN MONETER DI AMERIKA SERIKAT
DAN HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP INDEKS
HARGA KONSUMEN DI INDONESIA

RIZKI BAGASTARI HUPITO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Guncangan
Moneter di Amerika Serikat dan Harga Komoditas Dunia terhadap Indeks Harga
Konsumen di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Rizki Bagastari Hupito
NIM H14090056

ABSTRAK
RIZKI BAGASTARI HUPITO. Dampak Guncangan Moneter di Amerika Serikat
dan Harga Komoditas Dunia terhadap Indeks Harga Konsumen di Indonesia.
Dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI.
Perekonomian terbuka menyebabkan semakin saling terintegrasinya suatu negara
dengan perekonomian global. Kondisi positif dan negatif dari negara besar akan
sangat mempengaruhi kondisi perekonomian pada negara kecil berperekonomian
terbuka. Penelitian ini menganalisis pengaruh guncangan moneter Amerika
Serikat dan harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) di
Indonesia dengan menggunakan metode VECM. Periode penelitian dimulai
Januari 2002 hingga Desember 2012 dengan menggunakan 18 variabel dimana
variabel M2 Amerika dan suku bunga Amerika menjadi proksi dari guncangan

moneter Amerika Serikat. Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga guncangan
yang berpengaruh besar terhadap IHK di Indonesia yaitu IHK Amerika Serikat,
harga komoditas dunia secara keseluruhan dan harga minyak dunia. Kemudian
dari ketiga faktor guncangan, kontribusi terhadap fluktuasi masing-masing IHK
didominasi oleh IHK Amerika.
Kata kunci: Guncangan moneter, Harga komoditas, Indeks Harga Konsumen,
Indonesia, VECM

ABSTRACT
RIZKI BAGASTARI HUPITO. Impact of U.S. Monetary Shocks and World
Commodity Prices to the Consumer Price Index in Indonesia. Supervised by
NOER AZAM ACHSANI.
Open economy led to the mutual integration of a country with global economy.
Positive and negative conditions of the country will greatly affect to the condition
of the economy in the small open economy country. This study analyzed the
impact of U.S. monetary shocks and commodity prices to the Consumer Price
Index (CPI) in Indonesia by using the VECM method. The study period began in
January 2002 to December 2012 using 18 variables where the U.S. M2 and
federal fund rate are proxy for U.S. monetary shocks. The analysis showed that
there were three shocks greatly affect the CPI Indonesia such as United States

CPI, the overall global commodity prices and world oil prices. Then from the
three shocks factor, contribution of the fluctuation individual CPI in Indonesia is
more likely to be influenced by CPI Americans.
Keywords: Monetary shocks, Commodity prices, Consumer Price Index,
Indonesia, VECM

DAMPAK GUNCANGAN MONETER DI AMERIKA SERIKAT
DAN HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP INDEKS
HARGA KONSUMEN DI INDONESIA

RIZKI BAGASTARI HUPITO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Dampak Guncangan Moneter di Amerika Serikat dan Harga
Komoditas Dunia terhadap Indeks Harga Konsumen di Indonesia.
Nama
: Rizki Bagastari Hupito
NIM
: H14090056

Disetujui oleh

Prof Noer Azam Achsani, Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Dampak Guncangan Moneter di Amerika Serikat dan Harga Komoditas
Dunia terhadap Indeks Harga Konsumen di Indonesia”. Penelitian ini
menganalisis mengenai pengaruh dari guncangan moneter yang terjadi di Amerika
Serikat dan fluktuasi harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga Konsumen
Indonesia dengan menggunakan metode VECM.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Noer Azam Achsani,
Ph.D selaku pembimbing, Ibu Dr. Sri Mulatsih sebagai penguji utama dan Ibu
Ranti Wiliasih, M.Si sebagai penguji komisi pendidikan. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada seluruh keluarga, rekan-rekan civitas Ilmu Ekonomi
FEM IPB dan sahabat atas segala doa dan dukungannya. Penulis menyadari
penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juni 2013

Rizki Bagastari Hupito

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
4
4
5
5
5
5
8

9
9
10
13
13
24
24
24
25
35

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Pertumbuhan ekonomi dunia, negara maju, dan negara berkembang
tahun 2006-2009

Penelitian terdahulu
Variabel, proksi data dan sumber
Uji Kausalitas Granger
Hasil analisis Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

2
7
9
13
23

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Indeks Harga Saham Amerika Serikat, Uni Eropa, Indonesia
dan Jepang dari Januari 2001- Januari 2009

Kerangka pemikiran
Impulse Response Function IHK Indonesia akibat guncangan
IHK Amerika
Impulse Response Function IHK Indonesia akibat guncangan
indeks harga komoditas dunia keseluruhan
Impulse Response Function IHK Indonesia akibat guncangan
harga minyak dunia

2
8
18
19
21

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.


Hasil pengujian akar unit pada level
Hasil pengujian akar unit pada first differences
Hasil uji lag optimal
Uji stabilitas, kointegrasi dan estimasi VECM
Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

27
27
28
28
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perekonomian terbuka yang saat ini dilakukan oleh negara-negara di dunia
menyebabkan semakin saling terkait dan saling tergantungnya suatu negara
terhadap negara lain. Negara kecil berperekonomian terbuka akan mudah
terpengaruh dan dapat tergantung pada negara besar yang memiliki pengaruh kuat
dalam perekonomian.
Salah satu negara besar yang memiliki pengaruh kuat ialah Amerika
Serikat. Amerika Serikat muncul sebagai negara adidaya baru di dunia sejak
selesainya Perang Dunia II. Negara ini tergolong ke dalam negara besar pascaindustri, dan merupakan negara dengan perekonomian termaju di dunia. Hal ini
sesuai dengan PDB 2012 sekitar $15.6 triliun yaitu sekitar 19% dari PDB global
menurut kemampuan berbelanja pada tahun 2011. Kondisi perekonomian
Amerika Serikat merupakan barometer bagi kelangsungan perekonomian yang
terjadi pada negara lain. Pengambilan berbagai kebijakan yang diputuskan oleh
para petinggi negara secara langsung maupun tidak langsung mempertimbangkan
bagaimana kondisi dan kebijakan yang ada di Amerika Serikat. Kebijakan
moneter Amerika Serikat telah banyak berganti seiring dengan bergantinya
pemerintahan.
Guncangan yang terjadi pada kondisi perekonomian Amerika Serikat akan
mempengaruhi negara lain di dunia. Hal ini seperti pada kasus Subprime
Mortgage pada pertengahan tahun 2006. Subprime Mortgage merupakan paket
kredit kepemilikan rumah bagi masyarakat Amerika yang memiliki peringkat
kredit buruk. Krisis terjadi akibat debitur kepemilikan rumah ini ialah masyarakat
dengan berpendapatan rendah sehingga kesulitan dalam membayar cicilan kredit
dengan bunga tinggi. Pemberian bunga yang tinggi dikarenakan risiko yang tinggi
yang akan dialami oleh para investor. Selain, karena permasalahan diatas,
Subprime Mortgage terjadi akibat adanya financing mismatch yaitu
ketidakselarasan antara dana pinjaman perusahaan perumahan yang didapat dari
pinjaman pengembalian jangka waktu pendek (1-5 tahun), sementara Subprime
Mortgage ialah pinjaman jangka panjang (10-20 tahun). Hal-hal diatas
menimbulkan dampak tidak hanya bagi perekonomian Amerika Serikat tetapi juga
bagi perekonomian dunia.
Kasus diatas kemudian berkembang menjadi krisis keuangan global yang
terjadi pada tahun 2008. Krisis ini tidak hanya berdampak kepada negara di
sekitar sumber krisis tetapi juga meluas hingga ke Eropa dan Asia. Pada tahap
awal, krisis berpengaruh terhadap bursa saham dunia yang menyebabkan efek
domino terhadap likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara-negara tersebut.
Hal tersebut terlihat pada pergerakan indeks harga saham pada Gambar 1.

2

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 1 Indeks Harga Saham Amerika Serikat, Uni Eropa, Indonesia, dan
Jepang dari Januari 2001- Januari 2009
Pada tahap selanjutnya krisis keuangan global mengakibatkan
perekonomian Amerika Serikat melambat. Melambatnya pertumbuhan ekonomi
Amerika Serikat tersebut memacu terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi
dunia seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pertumbuhan ekonomi dunia, negara maju, dan negara berkembang tahun
2006-2009
Dunia/Kelompok Negara/ Negara
2006
2007
2008
2009
Dunia
5.0
4.9
3.7
3.8
Negara Maju
3.0
2.7
1.3
1.3
Amerika Serikat
2.9
2.2
0.5
0.6
Jepang
2.4
2.1
1.4
1.5
Jerman
2.9
2.5
1.4
1.0
Perancis
2.0
1.9
1.4
1.5
Itali
1.8
1.5
0.3
0.3
Negara Berkembang
7.8
7.9
6.7
6.6
Brasil
3.8
5.4
4.8
3.7
Meksiko
4.8
3.3
2.0
2.3
India
9.7
9.2
7.9
8.0
Indonesia
5.5
6.3
6.0
6.4
Sumber : IMF, World Economic Outlook, April, 2009
Catatan : Data pertumbuhan di Tabel ini menggunakan data PDB berdasar perhitungan
(Purchasing Power Parity)

PPP

Selanjutnya, dampak dari krisis keuangan global mulai dirasakan oleh
Indonesia. Dampak paling besar terlihat pada perubahan nilai tukar Rupiah bukan
pada melemahnya nilai IHSG sebagai indikator pasar modal di Indonesia.
Penarikan dana dalam jumlah besar oleh para investor di Amerika Serikat

3

menyebabkan permintaan valas (USD) meningkat sehingga Rupiah mengalami
depresiasi yang cukup tinggi terhadap USD. Depresiasi nilai tukar Rupiah
terhadap USD berdampak kepada sisi impor dan ekspor Indonesia. Pada sisi
impor, harga barang impor menjadi lebih mahal sehingga impor menjadi turun.
Namun, pada sektor produksi yang menggunakan bahan baku dari impor akan
mengalami penurunan jumlah produksi karena pembelian alat-alat produksi impor
yang semakin mahal. Pada sisi ekspor, walaupun terjadi depresiasi pada Rupiah
yaitu harga barang ekspor menjadi lebih murah, tetapi daya beli negara tujuan
yaitu Amerika Serikat sedang melemah yang menyebabkan permintaan ekspor
mereka turun sehingga neraca perdagangan Indonesia pun melemah.
Selain krisis dari guncangan moneter Amerika Serikat juga terdapat hal
lain yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi kondisi perekonomian di
suatu negara. Harga komoditas dunia merupakan hal yang memegang peranan
penting dalam menentukan harga-harga di tiap negara. Harga tersebut menjadi
acuan atau tolak ukur diberlakukannya harga komoditas di masing-masing negara.
Harga komoditas dunia terbagi menjadi empat yaitu komoditas produk pertanian
mentah, komoditas logam, komoditas pangan, dan minyak mentah. Komoditas
minyak mentah, pangan, dan logam merupakan tiga komoditas dunia yang paling
besar pengaruhnya dibandingkan dengan komoditas lain dilihat pada Gambar 2
berikut.

Sumber : Index Mundi

Gambar 2 Indeks harga komoditi dunia, Mei 1992 – Mei 2012

Pada Gambar 2 diatas terlihat pergerakan harga yang cukup fluktuatif dan
cenderung meningkat. Pergerakan tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya
inflasi di negara-negara di dunia. Hal tersebut dikarenakan pergerakan harga
tersebut akan ditransformasikan ke harga komoditas di hampir tiap negara.

4

Indonesia merupakan salah satu negara kecil berperekonomian terbuka
dimana perekonomiannya semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Hal
ini membuat kita perlu semakin mewaspadai arah dan tren dari perekonomian
global. Beberapa krisis yang telah banyak terjadi pada negara maju di dunia telah
sedikit banyak memberi dampak negatif bagi kondisi di Indonesia. Dampak
negatif tersebut dapat menjadi potensi krisis selanjutnya bagi kondisi
perekonomian Indonesia. Hal ini tentu mempengaruhi arah kebijakan
perekonomian yang diambil oleh pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, penting
untuk dilakukannya penelitian mengenai pengaruh guncangan moneter Amerika
Serikat dan harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga Konsumen di
Indonesia. Hal ini dengan tujuan agar para pelaku ekonomi dapat mengantisipasi
kondisi perekonomian yang akan terjadi.

Perumusan Masalah
Guncangan moneter yang terjadi di Amerika Serikat menimbulkan dampak
tidak hanya bagi perekonomian Amerika dan negara-negara di sekitarnya, namun
berdampak luas bagi perekonomian di dunia. Guncangan tersebut dapat menjadi
penyebab terjadinya krisis di dunia. Disamping itu, krisis yang dapat berdampak
besar pada perekonomian dunia bisa terjadi apabila guncangan tersebut diiringi
oleh fluktuasi harga komoditas dunia. Kombinasi dari kedua fenomena tersebut
akan memiliki pengaruh kuat sehingga dapat menyebabkan terjadinya
perlambatan pertumbuhan perekonomian dunia. Efek transmisi terhadap negaranegara di dunia terjadi melalui perubahan nilai tukar antar negara sehingga akan
mempengaruhi harga komoditas di negara-negara tersebut. Berdasarkan
penjelasan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh guncangan moneter Amerika Serikat dan harga
komoditas dunia terhadap Indeks Harga Konsumen secara keseluruhan di
Indonesia?
2. Bagaimana dampak guncangan moneter Amerika Serikat dan harga
komoditas dunia terhadap 7 kelompok Indeks Harga Konsumen di
Indonesia?
3. Bagaimana peranan guncangan moneter Amerika Serikat dan harga
komoditas dunia dalam menjelaskan fluktuasi masing-masing kelompok
Indeks Harga Konsumen di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari dilakukan penelitian
ini, yaitu:
1. Menganalisis pengaruh guncangan moneter Amerika Serikat dan harga
komoditas dunia terhadap Indeks Harga Konsumen secara keseluruhan di
Indonesia.

5

2. Menganalisis dampak guncangan moneter Amerika Serikat dan harga
komoditas dunia terhadap 7 kelompok Indeks Harga Konsumen di
Indonesia sehingga dapat diketahui kelompok mana yang paling rentan.
3. Menganalisis peranan guncangan moneter Amerika Serikat dan harga
komoditi dunia dalam menjelaskan fluktuasi masing-masing kelompok
Indeks Harga Konsumen di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai pentingnya perhatian pada guncangan
yang terjadi di negara lain terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) di
Indonesia.
2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pengaruh guncangan
moneter Amerika Serikat dan harga komoditas dunia terhadap IHK di
Indonesia.
3. Bahan referensi bagi pemerintah dalam hal ini otoritas moneter dalam
mengambil kebijakan terkait kewaspadaan terhadap fluktuasi IHK di
Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya pada aspek pengaruh guncangan moneter
Amerika Serikat dan harga komoditas dunia terhadap IHK di Indonesia.
Guncangan moneter Amerika Serikat tercermin dari digunakannya variabel suku
bunga dan M2. Harga komoditas dunia tercermin dari harga komoditas logam,
harga komoditas pangan dan harga minyak mentah dunia. Waktu penelitian juga
dibatasi dari Januari 2002 hingga Desember 2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak guncangan moneter
Amerika Serikat dan harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga Konsumen
(IHK) di Indonesia. Permasalahan mengenai keterkaitan antara guncangan
moneter dan harga komoditas sudah banyak diteliti oleh peneliti-peneliti di dunia.
Beberapa jurnal ilmiah internasional terkait yang digunakan sebagai rujukan
dalam melakukan penelitian ini yaitu karya Anzuini, Lombardi dan Pagano
(2010), Achsani dan Nababan (2009), Scrimgeour (2010), Frankel (2006),
Gospodinov (concordia university and CIREQ) dan Jamali (american university
of beirut), serta Hassan dan Salim.
Penelitian yang penulis lakukan ialah dengan menggabungkan ide dua
jurnal secara bersamaan yaitu jurnal The impact of monetary policy shocks on

6

commodity prices karya Anzuini, Lombardi dan Pagano (2010) serta Dampak
perubahan kurs (pass-through effect) terhadap tujuh kelompok indeks harga
konsumen di Indonesia karya Achsani dan Nababan (2008). Ide tersebut
digabungkan menjadi suatu penelitian baru yang digunakan dalam penelitian ini.
Hal tersebut merupakan salah satu perbedaan penelitian ini dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Selain itu, terdapat perbedaan dalam objek penelitian,
periode waktu yang digunakan, metode, serta variabel-variabel penelitian.
Dalam penelitian ini objek negara yang diteliti ialah negara Indonesia,
Amerika Serikat, dan dunia. Selanjutnya periode waktu yang dipakai ialah dari
Januari 2002 hingga Desember 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
ialah VECM dan terdapat 18 variabel yang diteliti. Variabel tersebut yaitu federal
fund rate, M2 Amerika Serikat, IHK Amerika Serikat, IPI Amerika Serikat, harga
komoditas dunia secara keseluruhan, harga minyak mentah dunia, harga
komoditas logam dunia, harga komoditas pangan dunia, nilai tukar, WPI
Indonesia, IHK Indonesia secara keseluruhan dan 7 kelompok IHK Indonesia.
Anzuini, Lombardi dan Pagano membahas hubungan guncangan kebijakan
moneter Amerika Serikat terhadap harga komoditas dunia. Penelitian ini
menggunakan metode VAR dengan variabel guncangan kebijakan moneter
Amerika dan variabel indeks harga komoditas dunia. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kebijakan moneter Amerika
terhadap harga komoditas dunia. Achsani dan Nababan meneliti dampak
perubahan kurs (exchange rate pass through) terhadap perilaku tujuh kelompok
IHK di Indonesia dengan metode SVAR dan VECM dari Januari 1998 hingga
Desember 2005. Pada hasil penelitian terjadi incomplete pass-through pada ketujuh kelompok IHK dengan perubahan kurs terbesar pada kelompok IHK
transportasi dan komunikasi serta kelompok IHK makanan, minuman dan rokok
yaitu lebih dari 35 persen.
Selanjutnya, Scrimgeour meneliti pengaruh harga komoditas sebagai
sumber dari guncangan moneter dan sebagai perambatan untuk guncangan bagi
instrumen ekonomi dengan standard event study. Hasil dari jurnal tersebut yaitu
terdapat 10 basis point perubahan pada suku bunga menyebabkan harga
komoditas jatuh dengan cepat sebesar 0.5 persen. Harga logam lebih merespon
daripada komoditas pertanian. Lalu Frankel (2006) dalam penelitian mengenai
hubungan kebijakan moneter dengan komoditas pertanian dan mineral
menggunakan Dornbusch overshooting, mengungkapkan bahwa suku bunga riil
dan harga komoditas memiliki hubungan empiris dan signifikan.
Gospodinov dan Jamali meneliti dampak guncangan kebijakan moneter
terhadap harga komoditas, convenience yields dan speculative pressure of energy
and precious metal commodities menggunakan regresi. Hasil menunjukkan bahwa
perubahan yang mendadak dari target the Fed memiliki pengaruh signifikan dan
positif terhadap nominal dan harga real dari kedua komoditas. Lalu Hassan dan
Salim (2011) meneliti mekanisme harga komoditas dapat hingga memprediksi
kebijakan moneter seperti inflasi, pengangguran dan suku bunga jangka pendek
di Australia dari Juli 1982 hingga Desember 2007 dengan menggunakan VAR.
Didapatkan bahwa harga komoditas COMRL (rural), COMNRL (non-rural),
COMBSMTL (base metal) mendahului inflasi. Dalam kondisi supply shock
negatif, harga komoditas berguna dalam mengetahui arah inflasi di masa depan.
Adapun tabel ringkasan dari penelitian terdahulu diatas dapat dilihat pada Tabel 2.

7
Tabel 2 Penelitian terdahulu
No
1.

Judul dan Penulis
The impact of monetary
policy shocks on commodity
prices (8 maret 2010) oleh
Alessio anzuini, Marco j.
Lombardi, dan Patrizio
pagano.

Tujuan
Menginvestigasi hubungan
empiris antara kebijakan moneter
US dan harga komoditas.

Metode
VAR

2.

Dampak perubahan kurs
(pass-through effect) terhadap
kelompok indeks harga
konsumen di Indonesia
(2009) oleh Noer Azam
Achsani dan Herry Frenky
Nababan.

Menganalisis dampak perubahan
kurs (exchange rate pass through)
terhadap perilaku tujuh kelompok
IHK di Indonesia.

SVAR dan
VECM

3.

Commodity price responses
to monetary policy surprises
(14 april 2010) oleh Dean
scrimgeour.

Standard
event study

Harga aset, suku bunga, 17 komoditi yaitu 9
logam, 7 pertanian, dan minyak

4.

The effect of monetary policy
on real commodity prices
Desember (2006) oleh Jeffrey
a. frankel.
Does expansionary monetary
policy drive commodity
prices up? (2012) oleh
Nikolay gospodinov dan
Ibrahim jamali.

Menganalisis pengaruh harga
komoditas sebagai sumber dari
guncangan moneter dan sebagai
perambatan untuk guncangan bagi
instrumen ekonomi.
Menganalisis hubungan kebijakan
moneter dengan komoditas
pertanian dan komoditas mineral.

Dornbusch
overshooting

Harga komoditas, CPI, suku bunga.

Menyelidiki dampak guncangan
kebijakan moneter terhadap
harga komoditas, convenience
yields dan speculative pressure of
energy and precious metal
commodities.
Menguji bagaimana harga
komoditas dapat memprediksi
kebijakan moneter seperti inflasi,
pengangguran, dan suku bunga
jangka pendek di Australia.

Regresi

Komoditas logam (emas, silver, platinum,
palladium, copper) dan energy groups (crude,
heating oil), federal fund rate
Januari 1990 – Januari 2009 (bulanan).

Perubahan yang mendadak dari target the
Fed memiliki pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap nominal dan harga real dari
kedua komoditas. Terdapat beberapa
respon asimetris dari crude dan heating oil.

VAR

COM, COMRL (rural commodities),
COMNRL (non-rural commodities),
COMBSMTL (base metal commodities),
inflasi, pengangguran, suku bunga jangka
pendek.
Juli 1982 – Desember 2007 (bulanan).

Harga komoditas COMRL, COMNRL,
COMBSMTL mendahului inflasi. Hal ini
merupakan implikasi penting bagi para ahli
moneter. Dalam kondisi supply shock
negatif , harga komoditas berguna dalam
mengetahui arah inflasi di masa depan.

5.

6.

Is there any link between
commodity price and
monetary policy? Evidence
from Australia (2011) oleh
A.F.M Kamrul hassan dan
Ruhul A. Salim.

Variabel
Variabel guncangan kebijakan moneter:
The federal funds rate, M2, CPI, IPI, dan indeks
harga komoditas dunia dalam dollar.
4 jenis harga komoditas:
A broad index, two sub-indices (metals and
foodstuffs) and crude oil.
Januari 1970 - September 2009.
Indeks harga konsumen beserta tujuh kelompok
indeks harga konsumen dan indeks harga
perdagangan besar (IHPB), Kurs Rupiah
terhadap US Dollar. Januari 1998 - Desember
2005.

Kesimpulan
Terdapat dampak signifikan antara
kebijakan moneter US dan harga
komoditas. Dampak kebijakan moneter
ekspansi di US tidak menunjukkan dampak
yang terlalu besar.

Selama periode penelitian terjadi
incomplete pass-through pada ke-tujuh
kelompok IHK. Efek perubahan kurs
terbesar terjadi pada kelompok IHK
transportasi dan komunikasi serta kelompok
IHK makanan, minuman dan rokok di mana
lebih dari 35 persen perubahan IHK-nya
dipengaruhi oleh perubahan kurs.
Terdapat 10 basis point perubahan pada
suku bunga menyebabkan harga komoditas
jatuh dengan cepat sebesar 0,5 persen.
Harga logam lebih merespon daripada
komoditas pertanian.
Suku bunga riil dan harga komoditas
memiliki hubungan empiris dan signifikan.

Sumber: Penulis (2013)

7

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Bagan kerangka pemikiran
Perubahan yang terjadi pada negara berkembang tidak terlepas dari kondisi
yang terjadi di negara maju. Hal ini terjadi hampir dalam setiap bidang dalam
pemerintahan, salah satunya ialah bidang perekonomian. Amerika Serikat
merupakan negara superpower dimana segala pergerakannya dapat mempengaruhi
negara-negara lainnya terutama dalam bidang perekonomian. Guncangan moneter
yang terjadi di Amerika Serikat dapat berpengaruh terhadap perekonomian negara
lain termasuk Indonesia. Selain guncangan moneter Amerika Serikat, hal lain
yang diamati ialah harga komoditas dunia. Harga komoditas yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu harga komoditas dunia secara keseluruhan, harga
minyak mentah dunia, harga komoditas logam dunia dan harga komoditas pangan
dunia. Dari kedua hal diatas yaitu guncangan moneter Amerika Serikat dan harga
komoditas dunia akan diteliti pengaruhnya terhadap harga-harga di Indonesia.
Pengaruh tersebut sebelumnya ditransmisikan melalui perubahan pada kurs di
Indonesia yaitu mengalami apresiasi atau depresiasi. Perubahan kurs akan
mempengaruhi perubahan harga barang-barang di domestik yang dilihat dengan

2

menggunakan variabel WPI (Wholesale Price Index). Perubahan harga barang ini
mencakup barang konsumsi, barang modal dan bahan baku. Tahapan diatas pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat harga di Indonesia secara keseluruhan yang
dilihat dengan variabel IHK (Indeks Harga Konsumen) dan secara khusus
terhadap IHK Indonesia per kelompok.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa data sekunder
dengan bentuk berupa data time series. Periode yang digunakan bulanan dimulai
dari Januari 2002 hingga Desember 2012. Sumber data berasal dari The Federal
Reserve, International Financial Statistics (IFS) terbitan IMF, CEIC, Index
Mundi dan Badan Pusat Statistik (BPS). Variabel yang digunakan pada penelitian
ini berjumlah 18 variabel dan dikonversi ke dalam logaritma natural, kecuali
federal fund rate. Variabel dan proksi data dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Variabel, Proksi Data, dan Sumber
Variabel
Suku
bunga
(FFR)
M2

Proksi
Fed fund rate
(USA)

Sumber
The Fed

Proksi
Indeks Harga
Perdagangan Besar
(Indonesia)
Indeks Harga Konsumen
Indonesia keseluruhan

Sumber
BPS

IFS

Variabel
WPI (TD
2000 =
100)
CPII (TD
2007
=100)
IHKf

Broad Money
(USA)

IFS

CPI (TD
2005=
100)
IPI
(TD
2007
=100)

Indeks Harga
Konsumen
(USA)
Indeks
Produksi
Industri (USA)

IHK bahan makanan
(Indonesia)

CEIC

CEIC

IHKbf

IHK makanan jadi,
minuman, rokok dan
tembakau (Indonesia)

CEIC

CPB

Indeks harga
komoditas
dunia
keseluruhan
Harga minyak
dunia

Index
Mundi

IHKhegf

IHK perumahan, air,
listrik, gas dan bahan
bakar (Indonesia)

CEIC

Index
Mundi

IHKc

IHK sandang
(Indonesia)

CEIC

Indeks harga
komoditas
logam dunia

Index
Mundi

IHKh

IHK kesehatan
(Indonesia)

CEIC

Indeks harga
komoditas
pangan dunia
ER
Nilai tukar
Rupiah
terhadap US
Dollar
Sumber: Penulis (2013)

Index
Mundi

IHKers

CEIC

CEIC

IHKtc

IHK pendidikan,
rekreasi dan olahraga
(Indonesia)
IHK transportasi,
komunikasi dan jasa
keuangan (Indonesia)

CO
CM

CF

CEIC

CEIC

3

Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis VECM
dengan perangkat lunak untuk mengelompokkan data menggunakan Microsoft
Excel 2007 dan kemudian diolah menggunakan Eviews 6. Hal yang mendasari
analisis VECM digunakan dalam penelitian ini ialah karena penelitian ini
bertujuan untuk melihat perilaku jangka pendek variabel indeks harga konsumen
di Indonesia terhadap jangka panjangnya akibat adanya guncangan moneter di
Amerika Serikat dan harga komoditas dunia.
Sebelum dilakukan analisis terhadap variabel-variabel makroekonomi
tersebut, terlebih dahulu terdapat beberapa variabel yaitu Indeks Produksi Industri
(IPI), Indeks Harga Perdagangan Besar dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indonesia keseluruhan yang disamakan tahun dasarnya.
Metode VECM
VECM merupakan model bentuk VAR yang terestriksi (Enders 2004).
Model ini digunakan untuk data yang nonstasioner tetapi memiliki potensi untuk
terkointegrasi. Restriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan bentuk
data yang tidak stasioner pada level, tetapi terkointegrasi. Data time series
cenderung memiliki stasioneritas pada tingkat first differences. VECM dapat
memberikan informasi mengenai tingkah laku jangka pendek suatu variabel
terhadap jangka panjangnya akibat adanya perubahan yang permanen. Adapun
persamaan umum model VECM dapat dilihat sebagai berikut:
∆yt = μ0x + μ1xt + Πxyt-1 +
dimana,
∆yt
yt
μ0x
μ1x
t
Πx
yt-1
Γix
k–1
Ɛt

Γix∆yt-i + Ɛt

= yt - yt-1
= vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
= vektor intersep
= vektor koefisien regresi
= time trend
= αx β’ dimana b’ memiliki persamaan kointegrasi jangka panjang
= variabel in-level
= matriks koefisien regresi
= ordo VECM dari VAR
= error term

Uji Stasioneritas
Pengujian stasioneritas merupakan tahap awal yang penting untuk
dilakukan terutama pada data time series. Data yang stasioner akan menyebabkan
hasil perhitungan yang signifikan, sedangkan data yang tidak stasioner namun
dipaksakan dalam perhitungan akan menyebabkan hasil perhitungan menjadi
semu (spurious). Semu berarti terjadinya variabel terikat dan variabel bebasnya
membentuk regresi tidak stasioner dan atau pembentukan variabelnya tidak
berkorelasi secara substansi.

3

4

Suatu data dapat dikatakan stasioner apabila data memiliki pola yang
konstan sepanjang waktu atau data tidak memiliki pola tren di dalamnya. Dalam
pengujian stasioneritas terdapat beberapa tipe pengujian yang dapat digunakan
yaitu Augmented Dickey-Fuller, Dickey-Fuller GLS (ERS), Phillips-Perron,
Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin, Elliot-Rothenberg-Stock Point-Optimal dan
Ng-Perron. Dalam penelitian ini pengujian yang digunakan ialah pengujian tipe
Augmented Dickey-Fuller (ADF).
Keputusan bahwa data stastioner dapat dilihat dari nilai t-stastistik yang
dibandingkan dengan nilai kritis Mc-Kinnon pada level 1 persen, 5 persen atau 10
persen. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis Mc-Kinnon, maka data
mengandung akar unit atau data tidak stasioner. Bila nilai t-statistik lebih kecil
dari nilai kritis Mc-Kinnon, maka data tidak mengandung akar unit atau data
stasioner.
Uji Kointegrasi
Tahapan uji kointegrasi pertama kali diperkenalkan oleh Engle dan
Granger pada tahun 1987. Tahapan ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat
hubungan kointegrasi diantara variabel-variabel yang tidak stasioner. Terdapatnya
kointegrasi dalam variabel menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka
panjang di antara variabel.
Untuk mengetahui adanya kointegrasi dilihat dari nilai trace stastistic
dibandingkan dengan nilai kritis. Apabila nilai trace statistic > nilai kritis, maka
variabel-variabel tersebut terkointegrasi. Terdapat lima tipe pengujian kointegrasi
yaitu no intercept no trend, intercept no trend (none), intercept no trend (linear),
intercept trend (linear) dan intercept trend (quadratic).
Uji Kausalitas Granger
Uji ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua
variabel di dalam model. Pada penelitian ini uji kausalitas dilakukan dengan
menggunakan Granger Causality. Kriteria dalam penentuan kausalitas dilihat dari
nilai probabilitas yang dibandingkan dengan nilai kritis. Nilai kritis yang
digunakan pada penelitian ini ialah 5 persen. Apabila dalam satu kotak estimasi
kedua variabel nilai probabilitasnya < 0.05 maka terdapat hubungan kausalitas
pada variabel di dalam model.
Uji Optimum Lag
Uji yang penting dilakukan apabila menggunakan metode VECM ialah
tahapan dalam menentukan panjang lag optimal (lag length criteria) yang
digunakan dalam model. Hal ini karena apabila lag yang dipilih terlalu panjang,
maka model akan menjadi tidak signifikan akibat banyak derajat bebas yang
terbuang. Oleh karena itu, penentuan panjang lag yang optimal harus secara tepat.
Dalam tahap ini terdapat lima kriteria yang dapat digunakan dalam
menentukan panjang lag optimal yaitu Likelihood Ratio (LR), Final Prediction
Criterion (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information

5

Criterion (SC) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ). Namun, dalam
penelitian ini kriteria yang digunakan ialah Akaike Information Criterion (AIC).
Uji Stabilitas VAR
Pengujian stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari
fungsi polinomial atau dikenal dengan roots of characteristics polinomial.
Pengujian ini bertujuan untuk memastikan bahwa Impulse Response Function
(IRF) dan Forecast Error Variance Decompotition (FEVD) yang dihasilkan valid.
Hal ini dapat dilihat dari nilai modulus dari akar jika nilai modulus < 1 maka
model tersebut berada dalam kondisi stabil sehingga tujuan dari uji stabilitas VAR
dapat tercapai.
Model VECM
Tahapan ini merupakan tahapan dalam membuat model VECM yang akan
kita gunakan sebagai persamaan. VECM akan menghasilkan dua hasil yaitu hasil
output dari Johanssen Cointegration test dan hasil dari VAR dalam tingkat first
differences yang juga mengandung error correction. Pada bagian atas hasil
pengolahan menunjukkan pola hubungan jangka panjang, dan pada bagian bawah
hasil output menunjukkan pola hubungan jangka pendek.
Impulse Response Function (IRF)
Salah satu hasil yang ingin di dapat dari digunakannya metode VECM
ialah hasil output dari analisis Impulse Response Function (IRF). IRF digunakan
untuk melihat respon suatu variabel endogen terhadap suatu guncangan tertentu.
Guncangan tersebut tidak hanya dapat mempengaruhi satu variabel tetapi juga
dapat mempengaruhi semua variabel endogen pada saat tersebut dan pada masa
yang akan datang. Pada penelitian ini jumlah periode yang dipilih ialah 50
periode.
Forecast Error Variance Decompotition (FEVD)
Output berikutnya yang ingin dilihat dari digunakannya metode VECM
ialah Forecast Error Variance Decompotition (FEVD). FEVD merupakan metode
yang dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan dalam suatu variabel yang
ditunjukkan oleh perubahan error variance dipengaruhi oleh variabel-variabel
lainnya (Firdaus 2011). Dari hasil FEVD dapat diketahui besar kontribusi masingmasing variabel terhadap suatu variabel lainnya dalam periode tertentu. Format
yang dapat dipilih dalam melihat hasil output FEVD ialah table, multiple graphs,
atau combined graphs. Dalam penelitian ini untuk memudahkan, maka dipilih
format table kemudian diolah ke dalam bentuk grafik dalam Microsoft Excel.
Periode waktu yang digunakan ialah sebanyak 50 periode.

5

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara ringkas sebelum dilakukannya pengolahan menggunakan metode
VECM dilakukan pengujian pra estimasi terhadap variabel-variabel di dalam
setiap model. Berdasarkan hasil pengujian akar unit pada level menunjukkan
bahwa hanya terdapat lima variabel yang stasioner yaitu indeks produksi industri,
indeks harga komoditas pangan dunia, nilai tukar, IHK bahan makanan Indonesia
dan IHK sandang Indonesia. Oleh karena itu, dilakukan pengujian akar unit pada
tingkat first differences dan didapatkan hasil semua variabel sudah stasioner pada
taraf 1 persen, 5 persen dan 10 persen. Selanjutnya, dilakukan pengujian optimum
lag didapatkan hasil bahwa secara umum lag optimal untuk IHK banyak yang
berada pada lag 3. Kemudian, dilakukan pengujian stabilitas VAR dan didapatkan
hasil bahwa keseluruhan model stabil. Lalu uji pra estimasi yang terakhir ialah uji
kointegrasi dimana dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan jangka
panjang antar variabel, terlihat bahwa variabel-variabel dalam tiap model IHK
saling terkointegrasi. Keempat hasil uji pra estimasi di atas dapat dilihat secara
lengkap pada lampiran.

Hasil penelitian
Uji Kausalitas Granger
Uji Kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat
atau hubungan dua arah diantara variabel di dalam model. Kriteria pengambilan
keputusan ialah saat probabilitas < tingkat kritis α 5 persen ditandai dengan tanda
√ yang berarti hipotesis nol ditolak. Secara lebih terperinci hubungan kausalitas
antara variabel dengan masing-masing IHK Indonesia ialah sebagai berikut.
Tabel 4 Uji Kausalitas Granger
I
H
K

I
N
D
O
N
E
S
I
A

H0
lnCPII

lnM2
-

lnFFR
-

lnF

-

-

lnBF

-

lnHEGF

-

lnC

-

lnH

-

lnERS

-

lnCPI

Faktor Guncangan
lnCF lnCPB lnCM
-

lnCO

lnWPI
-

lnER
-

lnIPI
-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

lnTC
Keterangan: Kausalitas Granger diuji pada lag 3
= kausalitas satu arah dari Faktor guncangan ke IHK Indonesia
Sumber: Hasil olahan menggunakan Eviews 6

-

-

7

Hipotesis nol pada Granger Causality Test secara umum adalah komponen
variabel guncangan moneter Amerika dan harga komoditas dunia tidak
mempengaruhi masing-masing kelompok IHK dan sebaliknya. Pada Tabel 4
terdapat tiga variabel yang memiliki hubungan kausalitas dua arah terhadap IHK
secara keseluruhan yaitu IHK Amerika, indeks harga komoditas dunia
keseluruhan dan harga minyak dunia dimana signifikan mempengaruhi IHK
secara keseluruhan dan sebaliknya. Sementara itu, variabel lain ada yang tidak
memiliki hubungan kausalitas. Pada hasil dari IHK bahan makanan terlihat
terdapat tiga variabel yang memiliki hubungan kausalitas dua arah, yaitu IHK
Amerika, indeks harga komoditas dunia keseluruhan dan harga minyak dunia
dimana signifikan mempengaruhi IHK bahan makanan dan sebaliknya.
Pada IHK kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tidak
terdapat hubungan kausalitas. Kemudian, terdapat tiga variabel yang memiliki
hubungan kausalitas dua arah terhadap IHK kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar, dimana IHK Amerika, indeks harga komoditas dunia
keseluruhan dan harga minyak dunia signifikan mempengaruhi IHK tersebut.
Terdapat dua variabel yang memiliki hubungan kausalitas dua arah pada IHK
sandang yaitu IHK Amerika dan indeks harga komoditas dunia keseluruhan.
Sedangkan harga minyak dunia dan indeks harga perdagangan besar memiliki
hubungan kausalitas satu arah terhadap IHK sandang. Lalu pada IHK kesehatan
tidak terdapat variabel yang memiliki hubungan kausalitas dua arah tetapi
memiliki kausalitas satu arah dengan suku bunga Amerika dan indeks harga
perdagangan besar. Dua variabel yang memiliki hubungan kausalitas dua arah
terhadap IHK kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu IHK Amerika
dan indeks produksi industri dimana signifikan mempengaruhi IHK tersebut dan
sebaliknya. Pada IHK kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tidak
ada variabel yang memiliki hubungan kausalitas dua arah, hanya terdapat
hubungan kausalitas satu arah dengan IHK Amerika, indeks harga komoditi dunia
keseluruhan dan harga minyak dunia.
Berdasarkan hasil Uji Kausalitas Granger terdapat tiga faktor guncangan
internasional yang memiliki pengaruh lebih besar dari yang lainnya, yaitu IHK
Amerika, indeks harga komoditi dunia keseluruhan dan harga minyak dunia. Oleh
karena itu, dalam pembahasan selanjutnya hanya akan dibahas hasil olahan akibat
tiga faktor guncangan tersebut.
Estimasi VECM
Berdasarkan hasil uji di atas didapatkan hasil bahwa terdapat kointegrasi
dari tiap model IHK di Indonesia. Dengan adanya hubungan kointegrasi dan data
yang tidak stasioner di level, maka dalam menjelaskan pengaruh guncangan
moneter Amerika Serikat dan harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga
Konsumen di Indonesia digunakan model VECM. Hal ini karena dengan model
VECM dapat dilihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antar variabel
di dalam model masing-masing IHK.
Dalam persamaan model IHK kelompok bahan makanan terdapat hasil
seperti pada Tabel 1c dalam lampiran. Berdasarkan hasil tersebut pada jangka
panjang terdapat delapan variabel yang signifikan terhadap IHK kelompok bahan
makanan. IHK Amerika, Indeks harga komoditas dunia keseluruhan (CPB), nilai

7

8

tukar (ER) dan Indeks Produksi Industri (IPI) memiliki pengaruh positif
sedangkan M2 Amerika, Indeks harga komoditas pangan dunia (CF), harga
minyak dunia (CO) dan indeks harga perdagangan besar (WPI) memiliki
pengaruh negatif. Variabel yang memiliki nilai signifikansi paling besar ialah IHK
Amerika yaitu sebesar -12.6731. IHK Amerika berpengaruh positif secara
signifikan terhadap IHK bahan makanan selama periode penelitian sebesar
0.73444623. Hal tersebut berarti apabila IHK Amerika mengalami peningkatan
satu persen, maka IHK bahan makanan akan meningkat 0.73444623 persen.
Pada hubungan jangka pendek, terdapat nilai koreksi kesalahan sebesar 0.057279. Nilai tersebut bermakna yaitu kesalahan dikoreksi sebesar -0.057279
persen setiap bulan untuk menuju keseimbangan jangka panjang. Pada jangka
pendek hanya terdapat tiga variabel yang signifikan terhadap IHK bahan
makanan. Variabel tersebut yaitu IHK bahan makanan itu sendiri pada lag 1, M2
lag 1 dan IHK Amerika lag 2. Variabel IHK bahan makanan berkorelasi positif
terhadap IHK bahan makanan itu sendiri sebesar 0.457824. M2 Amerika juga
memiliki hubungan positif dengan nilai koefisien 0.467934, sedangkan IHK
Amerika berkoefisien -1.640369. Hal tersebut berarti jika IHK bahan makanan
dan M2 mengalami peningkatan maka IHK bahan makanan pun juga mengalami
kenaikan pada lag pertamanya. Hal tersebut sesuai dengan teori yaitu hubungan
M2 dan IHK akan bernilai negatif bila dalam jangka panjang dan bernilai positif
dalam jangka pendek. Perbedaan tersebut dikarenakan diperlukannya waktu bagi
variabel dari luar negeri untuk dapat mempengaruhi kondisi perekonomian di
suatu negara.
Pada model VECM IHK kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau seperti terlihat pada lampiran Tabel 2c hampir semua variabel
signifikan dalam hubungan jangka panjang, kecuali indeks harga komoditas
pangan dunia. Empat variabel memiliki hubungan positif dan lima variabel
berhubungan negatif. Kemudian pada jangka pendeknya, terdapat koreksi
kesalahan sebesar -0.027672 untuk menuju keseimbangan jangka panjang. Secara
umum variabel signifikan walau pada lag yang berbeda-beda. Perbedaan
signifikansi lag ini karena suatu variabel memerlukan waktu masing-masing untuk
bereaksi terhadap variabel lainnya.
IHK kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dalam
lampiran Tabel 3c terlihat pada jangka panjang hanya variabel harga minyak
dunia yang tidak signifikan terhadap IHK. Hal ini salah satunya disebabkan
karena adanya krisis global dunia sehingga permintaan dunia dan rata-rata harga
minyak mentah turun yaitu OPEC USD 113.5 dan WTI USD 112 per barel. Pada
jangka pendek, terdapat 13 variabel dengan lag yang berbeda signifikan terhadap
IHK kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Nilai CointEq1 pada
IHK ini sebesar -0.004476 yaitu nilai koreksi kesalahan untuk transmisi pada
jangka panjang.
Pada Tabel 4c dalam lampiran IHK kelompok sandang terlihat pada
jangka panjang terdapat variabel indeks harga komoditas pangan dunia dan nilai
tukar yang tidak signifikan terhadap IHK kelompok sandang. Hal ini disebabkan
karena tidak terdapatnya hubungan langsung antara indeks harga komoditas
pangan dunia dengan IHK kelompok sandang. Kemudian, dalam jangka pendek
IHK kelompok sandang nilai koreksi kesalahan sebesar -0.118247. Terdapat
delapan variabel yang signifikan dalam jangka pendek yaitu IHK kelompok

9

sandang lag 1, M2 lag 2, M2 lag 4, IHK Amerika lag 3, WPI lag 1 dan IPI lag 2,
IPI lag 5 dan FFR lag 1. Amerika Serikat merupakan partner dagang utama
Indonesia dalam hal sandang sehingga pergerakan ekonomi Amerika
mempengaruhi ekspor Indonesia. Bila terjadi gejolak dalam M2 Amerika maka
akan berpengaruh pada IPI Amerika yang kemudian diproyeksikan terhadap WPI
sehingga IHK Amerika Serikat pun berfluktuasi. Hal tersebut tentu berpengaruh
terhadap pergerakan nilai IHK kelompok sandang di Indonesia.
Pada model jangka panjang IHK kelompok kesehatan seperti pada
lampiran Tabel 5c terlihat variabel M2 tidak signifikan terhadap IHK. Sedangkan,
variabel lainnya signifikan yaitu indeks harga komoditas logam dunia, indeks
harga komoditas pangan dunia, harga minyak dunia, indeks harga perdagangan
besar dan suku bunga Amerika berhubungan positif. Kemudian, IHK Amerika,
indeks harga komoditas dunia keseluruhan, nilai tukar dan indeks produksi
industri berhubungan negatif. Pada IHK Amerika dan Indeks harga komoditas
dunia keseluruhan tidak sesuai teori dimana saat terjadi kenaikan IHK di Amerika
dan Indeks harga komoditas dunia keseluruhan pada kenyataannya menyebabkan
IHK di Indonesia juga mengalami kenaikan sehingga seharusnya IHK Amerika
dan Indeks harga komoditas dunia keseluruhan dengan IHK kelompok sandang
berhubungan positif.
Dalam hubungan jangka pendek hanya variabel IHK kelompok kesehatan
sendiri yang signifikan terhadap IHK kelompok kesehatan. Hal ini karena banyak
variabel yang tidak berhubungan langsung dengan IHK kesehatan sehingga
variabel tersebut membutuhkan waktu untuk bereaksi dengan variabel lain. Oleh
karena itu, biasanya reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya terjadi dalam
jangka panjang. IHK kelompok kesehatan tersebut memiliki koefisien sebesar
0.327862 sehingga pada lag pertama IHK kelompok kesehatan memiliki korelasi
positif terhadap dirinya sendiri.
IHK kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada lampiran Tabel 6c
pada jangka panjang menunjukkan bahwa nilai tukar dan Indeks Produksi Industri
(IPI) tidak signifikan terhadap IHK tersebut. Hal ini salah satunya karena IPI
mengukur produksi industri berupa output fisik seperti seperti manufaktur, bukan
output bidang jasa seperti pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Kemudian, terdapat
IHK Amerika, indeks harga komditas pangan dunia, indeks harga komditas logam
dunia, harga minyak dunia dan indeks harga perdagangan besar Indonesia yang
signifikan dan positif, serta M2, indeks harga komoditas dunia keseluruhan dan
suku bunga Amerika yang merupakan variabel signifikan dan berhubungan
negatif terhadap IHK kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Pada jangka
pendek variabel IHK kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga lag 1 dan 4, M2
lag 4 bernilai positif dan signifikan, sedangkan indeks harga perdagangan besar
Indonesia lag 2 dan IPI lag 4 signifikan terhadap IHK kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga dengan nilai negatif. Dalam jangka pendek, terdapat koreksi
kesalahan sebesar -0.144669 yang berarti bahwa setiap bulan dilakukan koreksi
kesalahan untuk menuju keseimbangan jangka panjang sebesar -0.144669 persen.
Hubungan jangka panjang IHK kelompok transportasi, komunikasi dan
jasa keuangan pada lampiran Tabel 7c menunjukkan hasil adanya dua variabel
yang tidak signifikan yaitu indeks harga komoditas pangan dunia dan nilai tukar.
Kedua variabel tersebut tidak dapat mempengaruhi pergerakan IHK kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan karena Amerika bukanlah mitra

9

10

dagang utama Indonesia dalam hal tersebut sehingga fluktuasinya tidak
berpengaruh. Kemudian, pada jangka pendek indeks harga perdagangan besar
Indonesia, IPI, M2 dan suku bunga Amerika merupakan empat variabel yang
signifikan terhadap IHK kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
dengan nilai positif untuk indeks harga perdagangan besar Indonesia dan M2
Amerika. Pada jangka panjang IHK secara keseluruhan seperti pada lampiran
Tabel 8c variabel indeks harga komoditas pangan dunia dan nilai tukar
menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Sedangkan delapan variabel lainnya
signifikan terhadap IHK secara keseluruhan dimana empat variabel berhubungan
negatif dan empat variabel berhubungan positif. Ke empat variabel positif yaitu
IHK Amerika, indeks harga komoditas logam dunia, harga minyak dunia dan IPI.
Terlihat apabila IHK Amerika mengalami peningkatan maka akan berpengaruh
pada harga komoditas dunia seperti logam dan minyak. Fluktuasi pada harga
tersebut menyebabkan harga domestik meningkat sehingga dapat mempengaruhi
IHK di dalam negeri. Pada jangka pendek IHK lag 2, M2 lag 1, serta IPI lag 1,
lag 2 dan lag 3 signifikan terhadap IHK secara keseluruhan Indonesia dengan
hubungan negatif kecuali M2. M2 memiliki korelasi positif terhadap IHK secara
keseluruhan sebesar 0.410656 pada lag pertama. Kemudian pada lag yang sama
IPI memiliki koefisien sebesar -0.202153. Keseimbangan menuju jangka panjang
dikoreksi setiap bulan sebesar -0.039852 persen.
Analisis Impulse Response Function (IRF)
IRF memperlihatkan respon suatu variabel saat terjadi guncangan pada
variabel lain. Penelitian ini menguji respon IHK Indonesia terhadap guncangan
moneter Amerika Serikat dan harga komoditas dunia selama 50 periode ke depan.
Analisis terhadap respon tersebut hanya akan dibahas tiga variabel yang responsif
pada IHK Indonesia yaitu IHK Amerika, indeks harga komoditi dunia
keseluruhan dan harga minyak dunia.
IRF akibat guncangan IHK Amerika Serikat (CPI)
Secara umum respon IHK Indonesia menunjukkan kestabilan di akhir
periode, kecuali respon IHK perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
(IHKhegf) yang mengalami peningkatan. Respon IHK secara keseluruhan
(IHKcpii), IHK sandang (IHKc) dan IHK kesehatan (IHKh) terjadi fluktuasi
hanya pada awal periode lalu menuju keseimbangan. Pada IHK secara
keseluruhan mulai merespon guncangan pada periode kedua sebesar 0.00117
persen. Kemudian naik hingga 0.0018 persen dan turun pada periode keempat
menjadi 0.00137 persen. Selanjutnya, periode kelima dan seterusnya meningkat
dengan digit angka yang rapat menjadi 0.00668 persen dan kemudian stabil.
Pada keempat IHK yang lain juga mengalami kestabilan yang terjadi baru di
akhir periode dimana sebelumnya mengalami peningkatan. Hal ini seperti pada
respon IHK transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (IHKtc) terlihat
peningkatan yang cukup tajam pada periode pertama hingga periode kelima
mencapai 0.018379 persen. Selanjutnya, terjadi pergerakan turun dan naik hingga
periode ke-20 yang kemudian mengalami peningkatan lebih tinggi dari periode
kelima dan kemudian stabil. Peningkatan yang signifikan ini menunjukkan bahwa
guncangan IHK Amerika memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam memberi

11

respon pada IHK transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Hal tersebut
disebabkan oleh IHK perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar merupakan
indikator harga dari barang-barang yang jumlah permintaannya akan cukup
terpengaruh dari inflasi yang terjadi di Amerika seper