Analisis pengaruh harga komoditas dunia terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di BEI
ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP
PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG),
INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).
Oleh :
Rifan Dwi Martono
NIM : (106081002483)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
(2)
ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45,
DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi
Disusun Oleh : Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483
Dibawah bimbingan :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 19692032001121003 NIP: 197312212005012002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
(3)
Hari ini Selasa Tanggal 23 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483 dengan judul skripsi
“ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP
PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 23 April 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
(4)
Hari ini Jumat Tanggal 4 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Rifan Dwi Martono NIM: 106081002483 dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperhatikan Penampilan Mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi
Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Indoyama Nasarudin, SE, MAB Arief Mufraini, Lc, M.Si
(5)
SURAT PERNYATAAN
Nama Mahasiswa : Rifan Dwi Martono
NIM : 106081002483
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya
Jakarta, 8 Juni 2010
(6)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rifan Dwi Martono
2. Alamat : Komp. Dephan/Mabes TNI Cidodol No.31, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
3. TTL : Pekalongan, 20 Maret 1988 4. Agama : Islam
5. Status : Belum Menikah 6. IPK terakhir : 3.51
7. Tel : 99430423
8. E-mail : rifan_dm@yahoo.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD : SDI Al-Falah 1 Pagi (1994-2000) 2. SMP : SMP 48 (2000-2003)
3. SMA : SMA 29 (2003-2006)
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010)
III. SEMINAR DAN PELATIHAN
• Seminar Wirausaha Mandiri tahun 2010 di Jakarta Convention Centre • ESQ Training Leadership tahun 2007
• Lembaga Pendidikan&Pengembangan Profesi Terpadu Nurul Fikri tahun 2007
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
• Wakil Ketua Remaja Islam Masjid Al-Jihad tahun 2009 • Ketua KKS BT Purwodadi 2009
(7)
ii
Abstract
The objective of this research is to analyse the effect of commodities price to Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, and Jakarta Islamic Index (JII) movement in BEI. This research use six commodity price and data used in this research are monthly from period 2005-2009. The analysis tool that used in this research is Vector Autoregression (VAR). There are two models in the analysis of the resulting model VAR, (i) impulse response function that can trace the response of one endogenous variables in the model; (ii) variance decomposition to show the relative contribution of certain endogenous variable variability.
The result of Johansen cointegration test show that the commodity price and stock price indices are cointegrated. Based on the result of impulse response show that the commodities price shock with any response by each market price indices. Result of variance decomposition analysis suggest that contribution price to market price indices movements in BEI are varied.
Keyword : Commodities price, Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, Jakarta Islamic Index (JII), VAR
(8)
iii Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pergerakan harga komoditas terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan 6 harga komoditas dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari periode 2005-2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregression (VAR). Terdapat 2 model analisis yang dihasilkan dalam model VAR, (i) impulse response function
yang digunakan untuk melacak dampak shock dari variabel endogen terhadap variabel lain dalam sistem VAR; (ii) variance decomposition digunakan untuk memprediksi kontribusi harian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu didalam sistem VAR.
Hasil dari Johansen cointegration test menunjukan bahwa harga komoditas dan indeks harga saham terdapat hubungan kointegrasi. Berdasarkan hasil impulse response menunjukan adanya shock harga komoditas direspon secara beragam oleh masing-masing indeks harga saham. Demikian juga hasil dari analisis
variance decomposition menggambarkan bahwa kontribusi dari harga komoditas
juga beragam terhadap masing-masing indeks harga saham.
Kata kunci : Harga komoditas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII), VAR.
(9)
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil 'alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
senatiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga saya dapat membuat skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke jaman yang terang benderang.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini:
1. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu tercinta beserta seluruh keluarga atas segala kasih sayang, do'a, dan pengorbanannya yang begitu besar sehingga memotivasi saya untuk tetap semangat dalam menjalani hari-hari di bangku kuliah
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing 1 yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang selalu membimbing dan memberikan banyak masukan serta selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof.Dr Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang banyak memberikan dukungan atas sarana dan prasarana di FEB
5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE. MAB selaku ketua jurusan manajemen dan dosen evaluasi kuantitatif, yang selalu memberikan bimbingan, semangat dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Para staff akademik dan jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan bantuan.
7. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini telah memberikan materi dan memberikan bimbingan serta motivasi.
8. Teman-teman dari Manajemen D (D-Troc Family) dan Keuangan B atas segala dukungannya
(10)
v
9. Terima kasih juga buat tim KKS-BT purwodadi 2009 yang memberikan pengalaman berharga yang tak terlupakan
10.Terima Kasih semua temen-temen kuliah angkatan 2006 yang tak bisa disebutkan satu persatu.
11.Para staff dan pegawai di perpustakaan utama dan perpustakan fakultas sebagai tempat dalam mencari bahan-bahan dan sumber referensi bagi penulis. Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan sripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi menunjang kesempurnaan dari Tugas akhir kuliah (Skripsi) ini. Saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Mei 2010
(11)
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup... i
Abstract... ii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Grafik ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16
A. Pasar Modal ... 16
B. Indeks Harga Saham ... 18
1) Indeks Harga Saham Gabungan ... 18
2) Indeks LQ 45 ... 19
3) Jakarta Islamic Index ... 21
C. Harga Komoditas ... 22
1) Harga Minyak Mentah ... 23
2) Harga Emas ... 26
3) Harga Nikel ... 27
4) Harga Timah ... 28
5) Harga Batubara ... 29
6) Harga Minyak Kelapa Sawit ... 30
D. Penelitian Terdahulu ... 30
E. Kerangka Pemikiran ... 35
(12)
vii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
B. Metode Pemilihan Sampel ... 39
C. Metode Pengumpulan Data ... 40
D. Metode Analisis Data ... 42
E. Operasional Variabel Penelitian... 46
BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 49
1) Perkembangan Pasar Modal Indonesia ... 49
B. Analisa Data dan Pembahasan ... 50
1) Analisis Deskriptif ... 50
2) Analisis Pengujian Statistik ... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Implikasi Penelitian ... 101
C. Saran ... 102
(13)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Harga Minyak Mentah ... 51
Tabel 4.2 Harga Emas ... 53
Tabel 4.3 Harga Nikel ... 56
Tabel 4.4 Harga Timah ... 58
Tabel 4.5 Harga Batubara ... 60
Tabel 4.6 Harga CPO ... 63
Tabel 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 65
Tabel 4.8 Indeks LQ 45 ... 67
Tabel 4.9 Jakarta Islamic Index (JII) ... 70
Tabel 4.10 Uji Stasioneritas Data Tingkat Level ... 73
Tabel 4.11 Uji Stasioneritas Data Tingkar Diferensi Pertama ... 74
Tabel 4.12 Uji Kointegrasi ... 75
Tabel 4.13 Nilai Variance Decomposition IHSG ... 79
Tabel 4.14 Nilai Impulse Response IHSG ... 81
Tabel 4.15 Nilai Variance Decomposition Indeks LQ 45 ... 85
Tabel 4.16 Nilai Impulse Response Indeks LQ 45 ... 87
Tabel 4.17 Nilai Variance Decomposition JII ... 90
Tabel 4.18 Nilai Impulse Response JII ... 92
Tabel 4.19 Variance Decomposition Indeks Harga Saham ... 95
(14)
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005-2009 ... 3
Grafik 1.2 Pergerakan Harga Komoditas ... 9
Grafik 2.1 Harga Nikel ... 28
Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 36
Grafik 4.1 Harga Minyak Mentah Dunia ... 52
Grafik 4.2 Harga Emas Dunia ... 54
Grafik 4.3 Harga Nikel Dunia ... 57
Grafik 4.4 Harga Timah Dunia ... 59
Grafik 4.5 Harga Batubara Dunia ... 62
Grafik 4.6 Harga CPO Dunia ... 64
Grafik 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan ... 66
Grafik 4.8 Indeks LQ 45 ... 69
Grafik 4.9 Jakarta Islamic Index ... 71
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang menarik bagi para akademisi dan praktisi pasar untuk mempelajarinya (Pananda Pasaribu, 2008:1).
Hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital flight) bukan hanya merupakan dampak merosotnya nilai rupiah atau tingginya inflasi dan rendahnya suku bunga di suatu negara, tetapi karena tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh lebih tinggi. Keadaan ini terjadi sebagai konsekuensi dari terbukanya pasar saham terhadap investor asing (Paulus Situmorang, 2008:7). Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum. Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1998 merupakan awal runtuhnya pilar-pilar perekonomian nasional Indonesia. Ini ditandai dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap
(16)
2 perbankan Indonesia dalam bentuk penarikan dana besar-besaran (rush) oleh deposan untuk kemudian disimpan di luar negeri (capital flight). Tingkat suku bunga yang mencapai 70% dan depresiasi nilai tukar rupiah (kurs) terhadap dolar AS sebesar 500% mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu. Dampak lain dari menurunnya kepercayaan masyarakat berimbas sampai ke pasar modal. Harga-harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi investor (Ana Oktavia, 2007:1).
Gejala pemulihan kepercayaan masyarakat mulai tampak jika dilihat pada indikator ekonomi dalam bebarapa tahun terakhir. Pada September 2004, Indeks harga saham gabungan mencapai 820,1 dan sampai Desember 2005 telah mencapai 1162,63. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan mengingat Indeks harga saham pada tahun 2001, 2002, dan 2003 baru mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan Januari 2006 – Januari 2008, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11 Januari 2008 di level 2.830.263 yang diikuti juga oleh indeks lainnya seperti indeks LQ 45 yang juga mencetak rekor tertinggi pada level 615,996 (www.idx.co.id).
(17)
3 Indeks harga saham mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif (Adler Manurung, 2008:1). Perkembangan IHSG dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 1.1.
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah
Berdasarkan grafik 1.1 diatas dapat dilihat bahwa IHSG mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2008. Namun krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai Indeks harga saham sebesar 50 % dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang. Akibat terimbas krisis
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Jan '05 Apr '05 Jul '05 Okt '05 Jan '06 Apr '06 Jul '06 Okt '06 Jan '07 Apr '07 Jul '07 Okt '07 Jan '08 Apr '08 Jul '08 Okt '08 Jan '09 Apr '09 Jul '09 Okt '09
Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005 - 2009
Tabel 1.1 …IHSG
(18)
4 finansial global tersebut IHSG terus mengalami penurunan, puncaknya terjadi pada awal bulan Oktober 2008, dimana IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Hal tersebut mendorong BEI
men-suspend perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di seluruh pasar hingga dibuka kembali pada tanggal 13 Oktober 2008. Tujuan suspensi tersebut adalah untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar secara lebih luas. Pada tiga bulan terakhir di tahun 2008 IHSG terus menurun yang diikuti dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal tersebut menyebabkan pada akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.340,892 atau turun sebesar 51,17 % dari level penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826. Memasuki tahun 2009 IHSG kembali mengalami penguatan dimana pada bulan Oktober telah mencapai level 2.528,14. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya harga minyak dunia, menguatnya nilia tukar rupiah, serta sentiment regional (finance.yahoo.com).
Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finasial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan harga bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing (Pananda Pasaribu, 2008:2).
Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya
(19)
5 informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada Indeks harga saham (Pananda Pasaribu, 2008). Indeks harga saham merupakan bagian penting dalam pembicaraaan mengenai pasar modal, karena indeks ini merupakan indikator dari berbagai hal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang ekonomi makro, ekonomi mikro, moneter dan kebijakan lainnya (Paulus Situmorang, 2008:133).
Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan naik turunnya Indeks harga saham karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik-turunnya indeks. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Maka dari itu, perlu untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Indeks harga saham dan seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut (Budy Frensidy, 2009:3).
Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks harga saham cukup beragam. Selain pergerakan variabel-variabel makro, tingkat harga komoditas dunia juga dapat mempengaruhi kondisi perekonomian dan iklim investasi Indonesia, dimana pengaruh dari fluktuasi harga komoditas dunia juga tidak lepas dari pasar modal sebagai tempat berinvestasi yang mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Pengaruh dari perubahan harga komoditas cukup besar dalam mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu produsen komoditas dunia. Selain itu,
(20)
perusahaan-6 perusahaan yang berhubungan dengan komoditas mempunyai nilai kapitalisasi yang cukup besar pada indeks harga saham. Perubahan yang terjadi pada harga komoditas akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi indeks harga saham. Maka dari itu, merupakan hal yang menarik untuk diteliti seberapa besar pengaruh dari perubahan harga komoditas terhadap indeks harga saham.
Komoditas yang paling berpengaruh saat ini adalah minyak mentah. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mendapat sorotan utama karena minyak menjadi sebuah komoditas yang penting bagi banyak pihak, sehingga menjadi isu penting bagi masyarakat, pemerintah, dan para pelaku usaha. Gejolak minyak yang terjadi akhir-akhir ini merupakan permasalahan yang menimbulkan kekhawatiran di berbagai Negara konsumen diseluruh dunia. Kenaikan harga minyak mentah menjadikan turut naiknya harga bahan bakar diseluruh dunia. Indonesia dan sejumlah Negara lain telah menaikan harga BBM yang vital bagi kehidupan dan perekonomian. Kondisi ini menjadi sangat penting karena tingginya harga minyak akan memicu kenaikan harga komoditas lain dan menimbulkan tekanan inflasi diseluruh dunia (Alfred Pakasi, 2008:143).
Kenaikan harga minyak disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak, kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Memang berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau juga menurunkan harga,
(21)
7 disamping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan permintaan akan minyak di negara maju berjalan lambat sekalipun petumbuhan ekonomi tetap berlangsung. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama menyebabkan naiknya permintaan akan energi, khusunya minyak. Penduduk di negara maju hampir tidak bertambah. Permintaan minyak yang naik tajam berasal dari Asia, khususnya China dan India (A.J Surjadi, 2006:1).
Meningkatnya harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi harga saham pada berbagai sektor. Pengaruh yang diberikannya dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif. Selain itu, dampak yang diberikan oleh meningkatnya harga minyak mentah dunia tehadap harga saham juga dapat bersifat langsung, seperti pada sektor pertambangan dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia fluktuasi harga saham-saham di sektor pertambangan baik untuk sektor pertambangan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, ataupun pertambangan logam mineral lainnya berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan pertambangan serta karakteristik spesifik dari perusahaan (Budi Santoso, 2009:6).
Turunnya harga minyak merupakan angin segar atau setidaknya berita positif (good news) bagi kebanyakan bursa di dunia. Hal itu menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan
(22)
8 menjadi relatif rendah. Harga minyak yang tinggi dinilai hanya menguntungkan negara-negara produsen minyak, tetapi merugikan bagi negara lain karena akan membuat harga-harga melambung sehingga pembangunan tersendat. Akan tetapi, hal ini agaknya tidak berlaku bagi bursa saham di Indonesia. Harga minyak yang turun justru direspons investor pasar modal Indonesia dengan melakukan aksi jual saham besar-besaran. Dengan demikian, membuat IHSG terkoreksi cukup dalam. Sektor komoditas pertambangan dan perkebunan sangat rentan terhadap pergerakan harga minyak karena batu bara dan CPO merupakan produk substitusi emas hitam itu. Turunnya harga minyak dipastikan akan menekan harga komoditas batu bara dan CPO dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan pertambangan dan perkebunan (Reinhard Nainggolan, 2008).
Saham yang masuk dalam list BEI akan ditempatkan pada sektor yang sesuai dengan bidang yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut. Salah satu sektor yang ada di BEI adalah sektor pertambangan dan perkebunan dimana perusahaan yang masuk dalam sektor tersebut merupakan perusahaan yang berhubungan dengan komoditas. Kinerja perusahaan tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar. Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi earning
yang didapatkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut dan jika pergerakan yang ada terjadi serentak maka akan memberikan pengaruh positif pada pergerakan IHSG. (Manurung, 2008:1)
(23)
9 Perusahaan-perusahaan berbasis komoditas terutama energi, mineral, pertambangan dan perkebunan mengalami masa kejayaan saat ekonomi global tengah bertumbuh karena energi yang dibutuhkan sangat besar untuk memacu pertumbuhan. Ekspektasi yang besar terhadap kebutuhan energi dan substitusinya telah mendorong kenaikan seluruh harga komoditas, seperti minyak bumi, batu bara dan minyak sawit mentah (CPO). Kenaikan harga-harga komoditas tersebut akan mendorong peningkatan laba absolut, apalagi jika perusahaan yang bersangkutan dapat meningkatkan kapasitas produksi, sehingga cost of production akan menurun drastis. Dampak lanjutan dari peningkatan laba perusahaan adalah kenaikan estimasi earning per share dan
fair value per share yang pada akhirnya akan memicu eskalasi harga pasar saham per lembar.
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah
Grafik 1.2 memperlihatkan pergerakan harga minyak mentah yang diikuti oleh pergerakan harga komoditas lainnya yaitu, batubara dan CPO. Dilihat
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Jan '05 Apr '05 Jul '05 Okt '05 Jan '06 Apr '06 Jul '06 Okt '06 Jan '07 Apr '07 Jul '07 Okt '07 Jan '08 Apr '08 Jul '08 Okt '08 Jan '09 Apr '09 Jul '09 Okt '09 CPO Batubara Minyak Waktu
(24)
10 dari pergerakannya terlihat bahwa harga komoditas tersebut bergerak dengan arah yang sama. Apabila dibandingkan dengan pergerakan IHSG pada grafik 1.1 maka akan terlihat pola pergerakan yang sama. Hal ini menunjukan terdapat hubungan antara harga komoditas dan pergerakan IHSG, terutama harga komoditas pada sektor pertambangan dan perkebunan.
IHSG tertekan cukup kuat saat indeks sektor komoditas pertambangan dan perkebunan terkoreksi. Hal itu karena IHSG sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan dan perkebunan yang terdiri atas saham-saham dengan kapitalisasi cukup besar, seperti Saham Bumi Resources yang memiliki kapitalisasi pasar 6,19 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI sebesar Rp 1.607 triliun. Total kapitalisasi pasar sektor komoditas pertambangan dan perkebunan hampir 25 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI. Sebanyak 75 persen lagi tersebar di delapan sektor lain, seperti sektor keuangan, aneka industri, dan infrastruktur. Komposisi ini menunjukkan naik turunnya harga saham di sektor pertambangan dan perkebunan akan memberikan pengaruh sebesar 25 persen terhadap pergerakan IHSG. Anjloknya indeks sektor pertambangan dan perkebunan akibat turunnya harga minyak sebenarnya juga terjadi pada bursa regional dan global. Namun, karena masing-masing sektor di bursa regional dan global itu memiliki kapitalisasi pasar yang relatif berimbang, penurunan satu dua indeks tertentu tidak lantas mengakibatkan indeks gabungan (composite index) mereka merosot tajam (Reinhard Nainggolan, 2008).
(25)
11 Matiur Rahman (2008), melakukan penelitian terhadap pengaruh dari jumlah uang yang beredar (M2) dan harga minyak terhadap Pasar modal Amerika (S&P 500) dengan menggunakan data bulanan dari bulan Januari 1974 sampai dengan April 2006. Hasil uji kointegrasi menggambarkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada ketiga variabel tersebut. Estimasi dari model VECM menunjukan tidak adanya hubungan jangka panjang, hanya hubungan jangka pendek yang terjadi antara variabel terhadap pasar modal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, para investor dengan perencanaan jangka pendek harus menaruh perhatian terhadap kebijakan moneter pemerintah Amerika dan pasaran harga minyak di masa depan. Sementara itu, investor dengan perencanaan jangka panjang tidak membutuhkan perhatian lebih terhadap kebijakan pemerintah.
QuangDo (2009), melakukan penelitian untuk menguji kemungkinan hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN didasarkan pada data harian dari 28 Juli 2000 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan Johansen
Cointegration technique untuk menguji kemungkinan adanya hubungan
jangka pendek dan hubungan jangka panjang diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN yang diwakili oleh Indonesia (JKSE), Malaysia (KLSE), Philipines (PSE), Thailand (SET), dan Vietnam (VNI). Hasil dari Uji Kausalitas Granger mengindikasikan bahwa terdapat hubungan jangka pendek yang ditemukan hampir di seluruh pasar modal ASEAN, kecuali hanya pada pasangan pasar modal Thailand dan Vietnam
(26)
12 (SET, VNI). Selain itu, dijelaskan juga bahwa terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN. Kemudian, hasil dari Uji Kointegrasi menunjukan bahwa hanya sedikit variabel yang mempunyai kointegrasi, yaitu antara (JKSE, KLSE), (JKSE,PSE), (KLSE,PSE), dan (KLSE, VNI).
Penelitian juga dilakukan oleh Haymnas Manurung (2008), yang meneliti pengaruh harga komoditas pertambangan terhadap IHSG. Dalam penelitian tersebut melihat hubungan antara harga komoditas dan IHSG dari dua sisi yaitu pertama menggunakan harga yang ada antara IHSG dan juga komoditas, serta yang kedua dengan menggunakan return dari IHSG serta return dari harga komoditas. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan regresi berganda. Adapun komoditas yang digunakan adalah minyak mentah, emas, perak, alumunium, tembaga, nikel, timah, dan juga seng. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Adapun korelasi terkuat ditunjukan oleh harga emas, perak, tembaga, serta minyak mentah. Sementara itu, hasil dari uji kausalitas Granger mendapatkan hasil bahwa IHSG mempengaruhi harga minyak mentah, emas, dan perak dan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara IHSG dengan aluminium dan tembaga.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukan besarnya pengaruh yang diberikan harga komoditas terhadap pergerakan Indeks harga saham, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh
(27)
13 perubahan harga komoditas terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan JII. Penelitian ini menggunakan alat analisis VAR (Vector Autoregresion) agar hasil penelitian lebih maksimal. Selain itu, dalam penelitian ini komoditas yang digunakan adalah merupakan komoditas unggulan Indonesia. Perusahaan yang menjadi produsen utama dari komoditas tersebut mempunyai nilai kapitalisasi pasar cukup besar dalam IHSG, sehingga perusahaan tersebut mempunyai kontribusi yang besar dalam mempengaruhi pergerakan dalam IHSG.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index
(JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia.
2. Bagaimana kontribusi dari tingkat harga komoditas terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index
(JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia.
2. Menganalisis besarnya kontribusi variabel tingkat harga komoditas dunia terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
(28)
14 D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan dengan adanya penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini antara lain :
1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperdalam dan memperluas wawasan mengenai seberapa besar perubahan harga komoditas dapat mempengaruhi indeks harga saham. 2. Bagi investor dan emiten yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini
dapat membantu mereka dalam menentukan keputusan apakah akan menjual, membeli, atau menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan perubahan-perubahan terhadap Indeks harga saham yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas. Karena kesalahan dalam menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal, akan berakibat buruk bagi perusahaan atau investor sehingga dapat mengalami kerugian.
3. Bagi pemerintah, dengan diketahuinya dampak dari perubahan harga komoditas terhadap Indeks harga saham, maka pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan faktor-faktor tersebut sehingga pengaruh yang telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya.
(29)
15 4. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis. Karena penelitian-penelitian tersebut menggunakan ruang, metode dan waktu yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan sebagai pembelajaran.
(30)
16 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Pasar modal Indonesia pertama kali didirikan oleh pemerintah Belanda pada awal tahun 1990-an. Bursa yang didirikan berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Namun bursa saham tersebut ditutup pada periode 1940-1952 karena timbulnya perang dunia kedua. Bursa kembali dibuka pada tahun 1952, dimana efek yang yang diperdagangkan sebagian berasal dari emisi efek terdahulu. Pemerintah mengaktifkan kembali pasar modal dengan tujuan untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dunia usaha dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Beberapa tahun kemudian pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah (Yulfasni, 2005:43).
A stock market or equity market is a public market for the trading of company stock and derivatives at an agreed price; these are securities listed on a stock exchange as well as those only traded privately (Jhon Wiley, 2001:4).
Pasar modal adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang diperjualbelikan. Secara lebih teliti dapat disebutkan bahwa pasar modal adalah suatu lembaga dan mekanismenya menyediakan dana-dana jangka
(31)
17 menengah dan dana jangka panjang bagi investor dunia usaha, pemerintah, dan perorangan (Pandji Anoraga, 2006:9).
Paulus Situmorang (2008:3) menyatakan bahwa secara teoritis pasar modal didefinisikan sebagai perdagangan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sector).
Ahmad Rodoni (2008:40) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang atau dana yang jatuh tempo lebih dari satu tahun dan merupakan pasar yang konkrit.
Sedangkan menurut UU. no. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan suatu institusi dengan sistem yang terorganisir dengan rapi, dimana diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan swasta, dan public authorities yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Irsan Nasarudin, 2008:13).
Secara umum, pasar modal mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi merupakan sebagai media untuk mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana dan pihak investor. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kemampuan untuk
(32)
18 memberikan peluang (kesempatan) kepada pemilik dana untuk memperoleh imbalan (Pandji Anoraga, 2006:14).
B. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu indikator utama pergerakan harga saham. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi (Ana Oktavia, 2007:18).
Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat lima indeks, yaitu : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII), indeks individual, dan indeks sektoral. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan 3 indeks harga saham yaitu IHSG, indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) untuk melihat respon dari indeks harga saham terhadap perubahan harga komoditas dunia :
1)Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Rekor posisi tertinggi
(33)
19 yang pernah dicapai IHSG adalah 2.830,26 poin yang tercatat pada 9 Januari 2008 (Pandji Anoraga, 2006:102).
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik (Paulus Situmorang, 2008:137).
2)Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui bebrapa kriteria. Indeks ini terdiri saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relatif besar. Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar, dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas (Paulus Situmorang, 2008:140).
Kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah sebagai berikut:
a) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan
b) Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar regular. c) Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara
(34)
20 d) Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan
menggunakan kriteria Hari Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar. Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah:
• Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di Pasar Reguler.
• Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler
• Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk perhitungan indeks LQ45
e) Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran
(fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat minta pendapat kepada komisi
penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang independen. Indeks LQ 45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Akan tetapi untuk mendapatkan
(35)
21 data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100 (Paulus Situmorang, 2008:142).
3) Jakarta Islamic Index (JII)
Menurut Ana Oktavia (2007:17) Jakarta Islamic Index atau Indeks Syariah merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti :
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan : barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan harus sesuai dengan syariah terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu bahwa semua saham yang diterbitkan memiliki hak yang sama. Karena saham adalah bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran setiap pemilik saham ditentukan dari jumlah lembar saham yang dimilikinya. Namun pada
(36)
22 kenyataannya ada perusahaan yang menerbitkan dua macam saham, yaitu saham biasa dan saham preferen yang tidak punya hak suara namun punya hak untuk mendapatkan deviden yang sudah pasti. Tentunya hal ini bertentangan dengan aturan syariah tentang bagi hasil. Maka saham yang sesuai syariah adalah saham yang setiap pemiliknya memiliki hak yang proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimilkinya (Nurul Huda, 2007:55).
C. Harga Komoditas
Menurut Alfred Pakasi (2009:11), komoditas adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi permintaan konsumen. Ciri khas dari perdagangan di pasar komoditi primer adalah pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan tren harga mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan dilakukan oleh para investor.
Saham yang masuk dalam list BEI akan ditempatkan pada sektor yang sesuai dengan bidang yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut. Salah satu sektor yang ada di BEI adalah sektor pertambangan dimana perusahaan yang masuk dalam sektor tersebut merupakan perusahaan yang berhubungan dengan barang tambang atau komoditas. Kinerja perusahaan tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar. Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi
(37)
23 perusahaan tersebut dan jika pergerakan yang ada terjadi serentak maka akan memberikan pengaruh positif pada pergerakan IHSG (Manurung, 2008:1).
Dalam penelitian ini akan membahas apakah selama ini terdapat hubungan yang positif antara perubahan harga komoditas dengan pergerakan Indeks harga saham. Ada 6 komoditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : minyak mentah, emas, batubara nikel, timah, dan juga minyak kelapa sawit (CPO).
1)Harga Minyak Mentah
Oil is a key input for manufacturing output. Surges in oil prices
translate into higher manufacturing costs. Rising production costs generate cost-push inflation in the economy, taking a toll on corporate profits in a highly competitive market environment wherein corporations lose pricing power. Also, an oil price increase acts like an inflation tax on consumption, reducing the amount of disposable income for consumers. These effects reduce company wealth, lowering their dividends (Rogoff, 2006). Studying the U.S., Canadian, Japanese and U.K. stock markets, Jones and Kaul (1996), show that all the markets respond negatively to oil shocks (Mustafa, 2008:1).
Perubahan pada harga minyak menjadi salah satu faktor yang memberikan kontribusi penting dalam aktifitas perekonomian global. Pada bulan Juli 2008, harga minyak mentah mencapai harga USD 145 per barel. Peningkatan harga ini menjadi pemicu meningkatnya harga komoditas lainnya sehingga menyebabkan inflasi serta perlambatan pertumbuhan
(38)
24 ekonomi global. Meningkatnya harga minyak berpotensi mempengaruhi kinerja pasar modal dengan mempengaruhi kinerja keuangan atau aliran kas dari perusahaan. Peningkatan harga minyak akan menyebabkan keuntungan yang diharapkan mengalami penurunan dan ini merupakan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi biaya perusahaan. Peningkatan biaya perusahaan ini akan berimplikasi terhadap penurunan harga saham (Agusman, 2008:3).
Harga suatu komoditas umumnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Namun harga minyak dunia yang mencapai puncaknya pada tahun 2008 merupakan ulah para spekulan. Naiknya minyak mentah dunia pada tahun 2008 telah membuat sebagian besar bursa dunia meningkat cukup tajam termasuk Indonesia. Umumnya pergerakan harga minyak mentah mempunyai hubungan yang searah dengan komoditas lainnya, seperti: CPO, batubara, timah, dan lainnya (Pananda, 2008:6).
Kenaikan harga minyak sudah terjadi sejak 1999 dan bahkan sejak 2003 berada pada tingkat diatas $25/barrel dan terus meningkat sampai mendekati $80 barrel. Para ahli berpendapat bahwa kenaikan harga tersebut disebabkan oleh ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak : kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Memang berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau juga menurunkan harga, disamping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan permintaan minyak di negara maju berjalan lambat sekalipun pertumbuhan ekonomi tetap berlangsung. Perlu
(39)
25 dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama menyebabkan naiknya permintaan akan energi, khusunya minyak. Penduduk di negara maju hampir tidak bertambah. Permintaan minyak yang tajam berasal dari Asia, khususnya China dan India (A.J. Surjadi, 2006:1).
Turunnya harga minyak merupakan angin segar atau setidaknya berita positif (good news) bagi kebanyakan bursa di dunia. Hal itu menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan menjadi relatif rendah. Harga minyak yang tinggi dinilai hanya menguntungkan negara-negara produsen minyak, tetapi malapetaka bagi negara lain karena akan membuat harga-harga melambung sehingga pembangunan tersendat. Namun hal ini tidak berlaku bagi bursa saham di Indonesia. Harga minyak yang turun justru direspons investor pasar modal Indonesia dengan melakukan aksi jual saham besar-besaran. Dengan demikian, membuat IHSG terkoreksi cukup dalam. Hal itu karena IHSG sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang terdiri atas saham-saham dengan kapitalisasi cukup besar. Saham Bumi Resources, misalnya, memiliki kapitalisasi pasar 6,19 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI sebesar Rp 1.607 triliun (Reinhard Nainggolan, 2008).
(40)
26 2) Harga Emas
Gold support a very active derivatives market. In no other commodity do producers routinely sell their output five years ahead or more. According to the Bank for International Settlements, gold derivative account for 45% of the commodity derivatives exposure of banks in the G10 countries. Gold has certain qualities which have made it synonymous with money for many generations, and these go some way to explaining the flourhising derivatives market (Anthony Neubergen, 2001:30).
Logam emas mempunyai kegunaan dalam berbagai industri. Tapi penggunaan utamanya adalah sebagai perhiasan dan alat transaksi perdagangan atau mata uang, keduanya merupakan sarana lindung nilai. Emas telah digunakan sebagai mata uang sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu. Emas merupakan logam yang mempunyai nilai yang sangat tinggi di semua kebudayaan di dunia, bahkan dalam bentuk mentahnya sekalipun. Di Indonesia terdapat salah satu tambang emas terbesar di dunia, yaitu yang berada di Tembaga Pura, Papua yang dikelola oleh PT. Freeport Indonesia (Agus, 2002:339).
Emas sering disebut dengan istilah “Barometer of fear”. Pada saat orang-orang cemas dengan situasi perekonomian, mereka cenderung untuk membeli emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Dua macam situasi ekonomi yang sering membuat orang cemas adalah inflasi dan deflasi. Emas telah terbukti sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang tahan baik terhadap inflasi maupun deflasi. Emas memiliki supply yang
(41)
27 terbatas dan tidak mudah didapat, sementara permintaan terhadap emas tidak pernah berkurang, akibatnya harga emas cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada kenyataan sehari-hari, harga emas tidak hanya tergantung kepada situasi permintaan dan penawaran, atau
supply and demand (kebun emas.com).
3) Harga Nikel
Kenaikan harga komoditas sektor pertambangan dalam beberapa tahun terakhir, ternyata tak berlaku untuk komoditi nikel. Harga komoditi yang satu ini justru semakin terpuruk. Kondisi ini jelas memberi sentimen negatif bagi emiten saham seperti PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO). PT INCO mencatat penurunan laba bersih yang cukup signifikan hingga 87% pada triwulan I-2009 (Taufan Wiguna, 2009).
Produsen utama nikel dunia adalah Rusia, Australia, Kanada, New Caledonia dan Indonesia yang secara keseluruhan mempresentasikan sekitar 65% dari total produksi dunia. Konsumsi nikel dunia sekitar 1 juta ton per tahun. Pusat konsumsi nikel dunia adalah Jepang sekitar 0,2 juta ton dan Uni Eropa sekitar 0,37 juta ton. Harga nikel mengalami fluktuasi yang cukup signifikan semenjak tahun 2006. Pada bulan Juni 2007 mencatat rekor harga nikel tertinggi. Setelah itu harga terus berfluktuasi. Akhir tahun 2009 mencatat rekor harga terendah nikel (Gambar 1).
(42)
28 Grafik 2.1.
Harga nikel (Juli 2004-Juni 2009) 4) Harga Timah
Ada tiga hal yang membuat harga timah dunia relatif tinggi. Pertama diakibatkan turunnya stok di London Metal Exchange (LME), kedua akibat permintaan yang meningkat. Yang ketiga, berhubungan dengan Indonesia, yaitu apabila ekspor dari Indonesia mengalami penurunan. Pasar memang mencermati berita mengenai perkembangan ekspor Indonesia, karena Indonesia kini dianggap sudah menjadi price maker
harga timah dunia (Sutedjo Sujitno, 2001:6).
Pemerintah terus melakukan pemantauan dan pembatasan produksi timah secara nasional setiap tahunnya supaya tidak terjadi penurunan harga yang akan memengaruhi pasar. Tingkat produksi timah Indonesia selama ini cukup kuat memengaruhi perkembangan harga di pasar
(43)
29 internasional. Bahkan, tambahnya, produksi timah Indonesia memberikan kontribusi hingga lebih dari 30% terhadap perdagangan dunia (Sutedjo Sujitno, 2001:6).
5) Harga Batubara
Batubara merupakan satu dari energi alternatif yang termasuk memiliki pertumbuhan yang pesat, baik dari segi produksi maupun konsumsi. Hal ini yang membuat industri batubara kian populer, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar utama, yaitu minyak bumi, yang tak terkendali yang terjadi pada tahun lalu. Selain penggunaanya yang lebih efisien, batubara juga tersedia dalam jumlah yang melimpah di dunia sehingga memberikan kemungkinan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Selama kurun waktu 10 tahun, yaitu 1997-2007, produksi dan konsumsi batubara dunia telah naik lebih dari 35%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Asia Pasifik (Asia Securities, 2009).
Produsen batubara dunia terbesar saat ini adalah China, USA, India, Australia, Afrika Selatan, Rusia, dan Indonesia. Sedangkan eksportir terbesar batubara dunia adalah Australia, Indonesia, Rusia. Produksi batubara China dan India lebih banyak untuk dikonsumsi sendiri di dalam negeri (Ermina Miranti, 2008:1).
Kenaikan harga batubara dunia akan menguntungkan perusahaan produsen batubara dalam negeri. Selain akan meningkatkan laba perusahaan, saham-saham dari perusahaan-perusahaan pertambangan batubara akan menjadi target utama investor. Hal ini juga akan
(44)
30 memberikan pengaruh yang signifkan terhadap pergerakan IHSG karena saham-saham tersebut mempunyai nilai kapitalisasi yang besar.
6) Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 1996 mencapai 2 juta Ha dengan produksi CPO hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit direncanakan akan mencapai 7 juta Ha, dengan produksi CPO lebih dari 12 juta ton. Pada tahun tersebut Indonesia diharapkan akan menjadi Negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati relatif cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Industri kelapa sawit Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam empat puluh tahun terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90% produksi minyak sawit dunia (Hanafi Sofyan, 2000:102).
D. Penelitian terdahulu
Hammoudeh (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan
International Arbiitrage Price Theory (APT) mengenai pengaruh harga minyak dunia terhadap return dari saham-saham di 6 sektor Saudi Index.
(45)
31
Capital Internasional Index dan US Short-term T-Bill Rate yang mewakili faktor global. Sedangkan untuk faktor domestik menggunakan tingkat suku bunga Saudi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga minyak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap saham-saham dari perusahaan yang beroperasi pada sektor yang mempunyai beta yang tinggi, seperti sektor Industri, Electricity (listrik) dan Semen.
Guntur Irianto (2001) yang mengadakan penelitian di Indonesia mengenai pengaruh harga emas, kurs mata uang dan bunga deposito terhadap IHSG dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dengan menggunakan data periode 1998-2000, menyimpulkan bahwa perubahan atas harga emas akan mempengaruhi IHSG secara positif. Hal tersebut karena pembelian emas oleh masyarakat bukan bermotif investasi tetapi bermotif konsumtif untuk perhiasan. Sementara itu tingkat suku bunga deposito dan kurs Rp/$ berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Penelitian juga dilakukan oleh Haymnas Manurung (2008), yang meneliti pengaruh harga komoditas pertambangan terhadap IHSG. Dalam penelitian tersebut melihat hubungan antara harga komoditas dan IHSG dari dua sisi yaitu pertama menggunakan harga yang ada antara IHSG dan juga komoditas, serta yang kedua dengan menggunakan return dari IHSG serta return dari harga komoditas. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan regresi berganda. Adapun komoditas yang digunakan adalah minyak mentah, emas, perak, alumunium, tembaga, nikel, timah, dan juga seng. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan
(46)
32 positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Adapun korelasi terkuat ditunjukan oleh harga emas, perak, tembaga, serta minyak mentah. Sementara itu, hasil dari uji kausalitas Granger mendapatkan hasil bahwa IHSG mempengaruhi harga minyak mentah, emas, dan perak dan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara IHSG dengan aluminium dan tembaga.
Matiur Rahman (2008), melakukan penelitian terhadap pengaruh dari jumlah uang yang beredar (M2) dan harga minyak terhadap Pasar modal Amerika (S&P 500) dengan menggunakan data bulanan dari bulan Januari 1974 sampai dengan April 2006. Hasil uji kointegrasi menunjukan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada ketiga variabel tersebut. Estimasi dari model VECM menunjukan tidak adanya hubungan jangka panjang, hanya hubungan jangka pendek yang tejadi antara variabel terhadap pasar modal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, para investor dengan perencanaan jangka pendek harus menaruh perhatian terhadap kebijakan moneter pemerintah Amerika dan pasaran harga minyak di masa depan. Sementara itu, investor dengan perencanaan jangka panjang tidak membutuhkan perhatian lebih terhadap kebijakan pemerintah.
Sementara itu, Deriantino (2008) melakukan penelitian untuk menjelaskan pengaruh dari perubahan harga minyak terhadap return saham dari 9 sektor industri di Indonesia dengan menggunakan data bulanan selama periode Januari 1996 sampai Juni 2008. Berdasarkan uji stasioneritas dan multikolinearitas menunjukkan semua variabel stasioner
(47)
33 dan tidak ada masalah multikolinearitas. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa perubahan harga minyak secara umum tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham industri. Selain itu, kebijakan dari pemerintah terhadap harga minyak domestik pada bulan Oktober 2005 ternyata mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham di sektor pertambangan, tetapi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada sektor perdagangan. Selanjutnya, dengan menggunakan dummy variabel
dijelaskan bahwa pengaruh dari kenaikan harga minyak yang diikuti kebijakan pemerintah pada harga minyak domestik memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap sektor konsumsi dan infrastruktur. Namun, kepekaan return saham sektor ini terhadap perubahan harga minyak adalah
asymmetric, penurunan dari harga minyak tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap return saham pada sektor lainnya. Penemuan ini mungkin mengindikasikan bahwa walaupun kenaikan harga minyak membawa kerugian bagi investor-investor di sektor perdagangan, konsumsi, dan infrastruktur, penurunan harga minyak ternyata juga tidak membawa good signal bagi para investor.
Smith (2001), melakukan penelitian terhadap hubungan diantara harga emas dan Indeks harga saham di Amerika selama periode penelitian mulai dari Januari 1991 sampai Oktober 2001. Variabel yang digunakan adalah 3 harga emas di London dan 1 harga emas di New York, bersamaan dengan 6 Index harga saham di Amerika yaitu: Dow Jones,
(48)
34
Nasdaq, NYSE Composite, S&P 500 Composite, Russell 3000, dan Wilshire 5000. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan jangka pendek diantara return emas dan return dari Indeks harga saham adalah kecil dan negatif, pada beberapa periode penelitian menunjukan hasil yang tidak signifikan. Selama periode penelitian, dijelaskan bahwa tidak hubungan kointegrasi meliputi harga emas dan Indeks harga saham Amerika. Hasil Uji Kausalitas Granger menemukan bukti bahwa terdapat hubungan kausalitas tidak searah dari return pasar modal AS terhadap return dari harga emas pada London morning fixing dan closing price. Sementara itu, untuk harga emas pada Afternoon fixing terdapat hubungan timbal balik diantara pasar emas dan pasar modal.
QuangDo (2009), melakukan penelitian untuk menguji kemungkinan hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN didasarkan pada data harian dari 28 Juli 2000 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan Johansen
Cointegration technique untuk menguji kemungkinan adanya hubungan
jangka pendek dan hubungan jangka panjang diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN yang diwakili oleh Indonesia (JKSE), Malaysia (KLSE), Philipines (PSE), Thailand (SET), dan Vietnam (VNI). Hasil dari Uji Kausalitas Granger mengindikasikan bahwa terdapat hubungan jangka pendek yang ditemukan hampir di seluruh pasar modal ASEAN, kecuali hanya pada pasangan pasar modal Thailand dan Vietnam (SET, VNI). Selain itu, dijelaskan juga bahwa
(49)
35 terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN. Kemudian, hasil dari Uji Kointegrasi menunjukan bahwa hanya sedikit variabel yang mempunyai kointegrasi, yaitu antara (JKSE, KLSE), (JKSE,PSE), (KLSE,PSE), dan (KLSE, VNI).
E. Kerangka Pemikiran
Pergerakan Indeks Harga Saham dipengaruhi oleh perubahan pada harga komoditas. Adapun harga komoditas yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham di BEI adalah harga minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan CPO. Untuk lebih memudahkan, maka proses penelitian dijabarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut :
(50)
36 Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Ya Tidak
Harga Komoditas Dunia :
Minyak Mentah, Emas, Nikel, Timah, Batubara, Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Terjadi kointegrasi Input Data
IHSG, Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII)
Uji Stasioneritas data
Stasioner
VAR Bentuk
Model VAR Bentuk
Diferensi
Tidak stasioner
Stasioner di diferensi data
VECM
(51)
37 F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H
o : Pergerakan harga komoditas dunia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).H
a: Pergerakan harga komoditas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).(52)
38 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah analisis pengaruh dari pergerakan harga komoditas dunia terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Periode penelitian adalah mulai dari bulan Januari tahun 2005 sampai dengan bulan Desember tahun 2009. Periode ini dipilih karena sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 terjadi kenaikan harga minyak dunia yang sangat signifikan daripada periode sebelumnya, hingga mulai mengalami tren penurunan setelah mencapai harga yang sangat tinggi pada bulan Juli tahun 2008. Kenaikan harga minyak tersebut juga diikuti kenaikan harga komoditas lainnya terutama dari sektor pertambangan dan perkebunan seperti, emas, perak, nikel, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO). Kenaikan harga-harga komoditas yang terjadi secara serempak tentu saja mempengaruhi Indeks harga saham, karena mayoritas dari perusahaan yang bergerak pada sektor komoditas pertambangan dan perkebunan merupakan perusahaan yang mempunyai kapitalisasi pasar besar, sehingga fluktuasi yang terjadi pada saham-saham perusahaan ini akan mempengaruhi pergerakan Indeks harga saham.
(53)
39 Adapun beberapa kejadian yang berpengaruh terhadap Indeks harga saham diantaranya adalah semenjak tahun 2004 mulai terjadi kenaikan harga minyak dunia yang sangat signifikan. Selain itu, mulai pertengahan tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global akibat dari kasus subprime mortgage yang terjadi Amerika Serikat. Hal tersebut juga memicu pergerakan harga komoditas dunia pada saat itu, sehingga menyebabkan nilai IHSG turun sebesar 50% dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Maka dari itu merupakan hal yang menarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh dari pergerakan harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI.
Harga komoditas yang digunakan adalah harga komoditas dunia yang ada di pasar komoditas dunia yang menjadi acuan seperti di London, Malaysia, dan Australia. Adapun mata uang yang digunakan sebagai acauan dari harga komoditas tersebut adalah Dollar Amerika Serikat (USD). Hal ini dikarenakan Dollar Amerika Serikat adalah salah satu mata uang utama dunia yang digunakan oleh banyak negara dalam melakukan transaksi.
Data Indeks harga saham yang digunakan adalah data bulanan yang terdapat di BEI yang mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi.
B. Metode Pemilihan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah aktifitas pergerakan Indeks harga saham yang meliputi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45,
(54)
40
Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia mulai dari Januari tahun 2005 sampai dengan Desember 2009. Sedangkan variable independennya dibatasi pada harga komoditas dunia untuk sektor pertambangan dan perkebunan.
Harga komoditas dunia yang digunakan adalah data yang banyak dipublikasikan di internet. Harga minyak dunia dapat dilihat pada data yang dipublikasikan oleh OPEC sedangkan harga logam, mineral serta barang tambang lainnya dapat dilihat pada situs-situs yang menjadi acuan pasar komoditas dunia seperti di London Metal Exchange (LME). Mata uang acuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dollar Amerika Serikat (USD), hal ini dikarenakan Dollar Amerika Serikat adalah salah satu mata uang utama dunia yang digunakan oleh banyak negara dalam melakukan transaksi. Periode penelitian adalah mulai dari bulan Januari tahun 2005 sampai dengan bulan Desember 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data bulanan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data yang akurat, penulis menggunakan beberapa cara yang diambil dari subyek penelitian. Menurut Prof. Dr. Suahrsimi Arikunto (2000 : 134) “ Teknik pengolahan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan. Data sekunder adalah data yang
(55)
41 dikumpulkan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi-instansi lain yang sudah dipublikasikan atau memanfaatkan data yang sudah ada (Suparmako, 1997 : 67). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Riset Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengunjungi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan (UIN, UI, BI), kemudian mengumpulkan, membaca dan memahami buku, literatur, laporan/ jurnal penelitian terdahulu, catatan perkuliahan, internet dan lain sebagainya yang berkaitan dengan topik pembahasan penulis.
b. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia.
c. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu pengetahuan yang terus berkembang, maka penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh selalu up to date seperti di www.idx.go.id
(56)
42 D. Metode Analisis Data
1) Uji Stasioneritas
Langkah pertama pembentukan model vector autoregresion adalah melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance, dan autocovariance pada setiap lag
adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and variance) (Agus Widarjono, 2007).
Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variable-varibel yang tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi palsu (spurious regression).
Metode dalam melakukan uji stasioneritas terhadap suatu data time series, atau juga sering disebut dengan unit root test, diantaranya adalah metode
Augmented Dickey Fuller Test (ADF). Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis Mackinnon untuk mengetahui derajat integritas stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel dikatakan stasioner jika nilai statistik ADF adalah lebih besar dari nilai kritis
(57)
43
Y
t= A
1Y
t-1+…+A
pY
t-p+BX
t+
t 2) Uji KointegrasiJika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses diferensi data, maka kita harus menguji apakah data tersebut mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegritasi. Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi linier antara varibel tersebut dapat menjadi stasioner.
Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegritas menggunakan metode Johansen Cointegration Test. Untuk menjelaskan uji dari Johansen maka digunakan model autoregresif dengan order p sebagai berikut :
Dimana Yt adalah vector k dari variable I(1) non-stasioner, Xt adalah vector d dari variabel deterministik dan et merupakan vector inovasi. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likehood ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi sejumlah varibel dan sebaliknya, jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai kirtisnya maka tidak ada kointegrasi.
3) Vector Auto Regression (VAR)
Penggunaan pendekatan struktual atas permodelan persamaan simultan biasanya menerapkan teori ekonomi didalam usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi sering ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya didalam
(58)
44 (3.1) (3.1) menyediakan spesifikasi yang ketat dan tepat atas hubungan dinamis antar variabel. Misalnya teorinya terlalu kompleks sehingga simplifikasi harus dibuat atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu kompleks jika hanya dijelaskan dengan teori yang ada.
VAR kemudian muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini, model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Dengan VAR kita hanya perlu memperhatikan dua hal, yang pertama adalah kita tidak perlu membedakan mana yang merupakan variabel endogen dan eksogen. Semua variabel baik endogen maupun eksogen yang dipercaya saling berhubungan seharusnya dimasukan di dalam model. Namun kita juga bisa memasukan variabel eksogen di dalam VAR, dan yang kedua adalah untuk melihat hubungan antar variabel di dalam VAR kita membutuhkan sejumlah kelambanan variabel yang ada. Kelambanan variabel ini diperlukan untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap variabel yang lain di dalam model (Agus Widarjono, 2007).
Secara umum model VAR dengan n variabel endogen bisa ditulis sebagai berikut :
Y
t=
01+
i 1Y
1t-i+
i1Y
2t-1+….+
i 1Y
nt-1+ e
1tY
nt=
01+
i 2Y
1t-i+
i2Y
2t-1+….+
i nY
nt-1+ e
ntDiperlukan sebuah strategi dalam pembentuka model VAR agar tidak terjadi miss-spesifikasi di dalam pembentukannya. Karenanya estimasi model
(59)
45 VAR akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut secara berurutan. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini, pertama akan dilakukan pengujian stasioneritas dari setiap series yang digunakan di dalam model. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar sementara series non stasioner akan berimplikasi pada dua pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau VECM (Vector Error Correction Model). Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini adalah sebagai berikut :
a) VAR ( Unrestricted VAR)
VAR biasa atau tanpa restriksi digunakan jika data yang digunakan di dalam pembentukan VAR, stasioner di tingkat level. Variasi VAR tanpa restriksi biasanya terjadi akibat adanya perbedaan derajat integrasi variabelnya. Kedua bentuk VAR akibat adanya perbedaan derajat integritas data variabelnya ketika data yang digunakan memiliki bentuk stasioner dalam level. Sementara, jika data tidak stasioner dalam level tetapi tidak memiliki hubungan kointegrasi, maka estimasi VAR dapat dilakukan dalam bentuk difference.
b) VECM (Restricted VAR)
Model VECM digunakan di dalam model VAR non struktual apabila data time series tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukan adanya hubungan teoritis antar variabel.
(60)
46 Terdapat beberapa penggunaan VAR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Forecast Error Decomposition of Variance
Merupakan prediksi kontribusi persentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR.
2. Impulse Response
Melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu
Software yang digunakan sebagai alat bantu penelitian adalah Eviews 5.0 dan juga program Microsoft Exel dalam membantu memudahkan pengoperasian software yang digunakan dalam penelitian.
E. Operasional Variable Penelitian
Agar setiap variabel yang terdapat di dalam penelitian ini dapat dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel yang akan diteliti, yaitu :
1) Variable Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Pengamatan akan dapat memprediksi ataupun menerangkan variabel dalam variabel dependen beserta perubahannya yang terjadi kemudian (Uma Sekaran, 2006:116). Variabel dependen dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :
(61)
47 a. IHSG
IHSG merupakan catatan semua saham sebagai komponen penghitung indeks. IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham biasa maupun saham preferen.
b. Indeks LQ 45
Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi. Saham-saham yang termasuk didalam LQ45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review. Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat.
c. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index atau Indeks Syariah merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
(62)
48 2) Variabel Independen (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun negatif bagi variabel dependen nantinya. Variasi dalam variabel dependen merupakan hasil dari variabel independen (Uma Sekaran, 2006:117). Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Harga komoditas dunia
Menurut Alfred Pakasi (2009:11), komoditas adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi permintaan konsumen. Ciri khas dari perdagangan di pasar komoditi primer adalah pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan tren harga mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan dilakukan oleh para investor.
Komoditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah komoditas pertambangan dan perkebunan yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam pergerakan Indeks Harga Saham. Komoditas tersebut adalah minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO). Harga komoditas tersebut dapat diperoleh dari data yang dipublikasikan di internet pada situs-situs yang menjadi acuan pasar komoditas dunia.
(1)
xvi
LAMPIRAN 2
1)
Uji kointegrasi IHSG
Date: 06/03/10 Time: 15:26
Sample (adjusted): 2005M07 2009M12 Included observations: 54 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: IHSG MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.965654 556.5878 146.76 158.49 At most 1 ** 0.880821 374.5385 114.90 124.75 At most 2 ** 0.829337 259.6737 87.31 96.58 At most 3 ** 0.717368 164.1982 62.99 70.05 At most 4 ** 0.547172 95.96335 42.44 48.45 At most 5 ** 0.490226 53.18223 25.32 30.45 At most 6 ** 0.267336 16.79765 12.25 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
2)
Uji kointegrasi Indeks LQ 45
Date: 06/03/10 Time: 15:27
Sample (adjusted): 2005M07 2009M12 Included observations: 54 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: LQ45 MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.973333 587.4391 146.76 158.49 At most 1 ** 0.897807 391.7261 114.90 124.75 At most 2 ** 0.831714 268.5578 87.31 96.58 At most 3 ** 0.741276 172.3250 62.99 70.05 At most 4 ** 0.542703 99.31732 42.44 48.45 At most 5 ** 0.524791 57.06657 25.32 30.45 At most 6 ** 0.268595 16.89054 12.25 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
(2)
xvii
3)
Uji kointegrasi JII
Date: 06/03/10 Time: 15:28
Sample (adjusted): 2005M07 2009M12 Included observations: 54 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: JII MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.993417 690.3841 146.76 158.49 At most 1 ** 0.921022 419.1295 114.90 124.75 At most 2 ** 0.861167 282.0457 87.31 96.58 At most 3 ** 0.699940 175.4235 62.99 70.05 At most 4 ** 0.595502 110.4198 42.44 48.45 At most 5 ** 0.483342 61.54389 25.32 30.45 At most 6 ** 0.380800 25.88367 12.25 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
(3)
xviii
LAMPIRAN 3
1)
Analisis
impulse response
IHSG
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(IHSG)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(MINYAK)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(EMAS)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(NIKEL)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(TIMAH)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(BATUBARA)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(CPO)
(4)
xix
2)
Analisis
impulse response
Indeks LQ 45
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(LQ45)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(MINYAK)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(EMAS)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(NIKEL)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(TIMAH)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(BATUBARA)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(CPO)
(5)
xx
3)
Analisis
impulse response
JII
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(LQ45)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(MINYAK)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(EMAS)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(NIKEL)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(TIMAH)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(BATUBARA)
-.04 .00 .04 .08 .12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of LOG(LQ45) to LOG(CPO)
(6)
xxi
Vector Error Correction EstimatesDate: 06/10/10 Time: 20:19
Sample (adjusted): 2005M04 2009M12 Included observations: 57 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LOG(IHSG(-1)) 1.000000
LOG(MINYAK(-1)) -5.563516 (0.62746) [-8.86670]
LOG(EMAS(-1)) 2.172757 (0.69914) [ 3.10775]
LOG(NIKEL(-1)) 4.476211 (0.48304) [ 9.26684]
LOG(TIMAH(-1)) -11.28694 (1.39363) [-8.09895]
LOG(BATUBARA(-1)) 7.764343 (0.92254) [ 8.41624]
LOG(CPO(-1)) 2.469790 (0.98194) [ 2.51523]
C 14.14918
Vector Error Correction Estimates Date : 06/10/10 Time 20.19
Sample (adjusted): 2005M04 2009M12 Included observations: 57 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1