Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata

STUDI POTENSI LANSKAP DESA CIHIDEUNG
UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA

R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Potensi
Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata” adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi baik yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
R Anisah Wijayanti J Mulyana
NIM A44090007

ABSTRAK
R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA. Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung
untuk Pengembangan Agrowisata. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.
Alih fungsi lahan terus terjadi sehingga mengancam keberlanjutan sistem
pertanian di Indonesia. Peningkatan nilai fungsi lahan perlu dikembangkan di
antaranya, melalui pengembangan agrowisata di perdesaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan sistem pertanian. Penelitian ini
bertujuan 1) mengidentifikasi potensi lanskap, 2) menilai keberlanjutan
masyarakat, 3) mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung
tentang agrowisata, dan 4) memberikan rekomendasi untuk pengembangan
agrowisata. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung, Kecamatan
Parongpong, Kabupaten Bandung Barat dari bulan Maret sampai Agustus 2013.
Metode yang digunakan adalah metode dari Smith (1989), penilaian keberlanjutan
masyarakat dengan pendekatan GEN (Global Ecovillage Network), dan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Cihideung memiliki potensi

lanskap pertanian sebagai obyek agrowisata, yaitu budi daya tanaman hias,
sayuran, buah, dan perternakan sapi perah. Masyarakat dan pengunjung menilai
potensi agrowisata terutama tanaman hias sangat baik dan pengunjung
menginginkan penambahan sarana dan prasarana wisata. Penilaian keberlanjutan
masyarakat menyatakan bahwa Desa Cihideung menunjukkan awal yang baik ke
arah keberlanjutan pada aspek sosial dan spiritual, tetapi memerlukan tindakan
perbaikan pada aspek ekologis. Berdasarkan analisis SWOT Desa Cihideung
berada pada posisi V (Hold and Maintain), strategi yang dapat dilakukan adalah
mempertahankan dan mengembangkan potensi yang ada dan alternatif mengatasi
permasalahan.
Kata kunci: agrowisata, keberlanjutan, lanskap pertanian

ABSTRACT
R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA. Study Of Landscape Potential
Cihideung Village For Agri-Tourism Development. Supervised by TATI
BUDIARTI.
Agricultural land conversion continues to threaten the sustainability of farming
systems in Indonesia. Increase in the value of land use needs to be developed,
particularly through the development of agri-tourism in rural areas to increase
social welfare and sustainability of farming system. This study aims to: 1)

indentify the potential of the landscape, 2) assess the sustainibility of the
community, 3) know perceptions and preferences of the community and visitors
about agri-tourism, 4) provide recommendations for the development of agritourism. The study was conducted in the Village Cihideung, Parongpong District,
West Bandung Regency, from March to August 2013. The method use is Smith
(1989), Community sustainability assessment approuch by GEN (Global
Ecovillage Network), and a SWOT analysis. Result of the research shows that the
Village Cihideung has the potential landscape agriculture as an object of agri-

tourism, which is cultivation of ornamental plants, vegetables, fruits, and dairy
farming. Community and visitors assess the potential of agri-tourism is very good
especially ornamental plants and visitors wants additional tourist facilities and
infrastructure. Community sustainability assessment shows that the Village
Cihideung has a good start towards sustainability in social and spiritual aspects,
but require corrective action on the ecological aspects. Based on the SWOT
analysis Village Cihideung is in a position fifth quadrant (Hold and maintain), a
strategy that can be done is to keep growing and developing existing and potential
alternatives to resolve it.
Key words: agri-tourism, agriculture landscape, sustainability

STUDI POTENSI LANSKAP DESA CIHIDEUNG

UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA

R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Judul Skripsi: Studi Poten si Lansb p Desa Cihideung untuk Pengembangan
Agrowisata
Nama
: R Anisah Wijayanti J \ lulyana
NIM
: A44090007

Disetujui oleh

r. Ir. Tati Budiarti MS
Pembimbing

ng Sulistyantara, MAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

1 \l

Judul Skripsi : Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan
Agrowisata
Nama
: R Anisah Wijayanti J Mulyana
NIM
: A44090007

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata”. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan gelar Sarjana
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dan
memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini;
2. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran selama penulis
menjalani masa perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor;
3. Ir. Qodarian Pramukanto, Msi., Dr. Syartinilia Wijaya, SP., Msi., Dr. Ir. Nizar
Narsullah, Magr., dan Prof. Dr. Ir Wahju Qamara atas saran dan kritik untuk
kemajuan skripsi ini:

4. Aparat desa Bapak Adang, Bapak Danu, dan Bapak Asep yang telah membantu
dalam memberikan arahan selama di lapangan;
5. Ketua Gabungan Kelompok Tani Bapak Adil Hendra, Mantri Sapi Bapak Jajang,
dan Pengusaha Tanaman Hias Bapak Asep Marlina, dan Bapak Ganda yang telah
memberikan informasi di lapangan, serta para petani lainnya;
6. Teman-teman seperjuangan (Ina Winiastuti, Istiqomah Vista, Siti Novianti, Azka
Lathifa, Miftahul Jannah, Mariska, Eka, Lucyana, Yasyirah, Firdha, Azis, Aero,
Asny, Renny, Yaomi, Gaby, dan teman-teman ARL 46 lainnya atas doa dan
dukungannya;
7. Mahasiswa Pasca Sarjana (M. Zaini Dahlan, Arkham, dan Roosna);
8. Adik dan kakak kelas Arsitektur Lanskap atas doa dan dukungannya.
9. Ir. Endang Muljana, MSc dan Siti Maryani Wijaya selaku orang tua penulis, R
Eviana Octavianie M selaku kakak penulis, serta seluruh keluarga atas doa,
dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk dijadikan rekomendasi bagi
pengembangan Desa Cihideung menjadi desa yang lestari dan sejahtera bagi
penduduknya.

Bogor, Desember 2013
R Anisah Wijayanti J Mulyana


DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Lanskap Perdesaan

3

Pembangunan Desa Berkelanjutan (Ecovillage)

4

Agrowisata

6

METODE


8

Tempat Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Batasan Penelitian

9

Metode Penelitian

9

Jenis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum

16
17
17
17

Identifikasi Karakter Lanskap Perdesaan

20

Aspek Fisik

20

Iklim

20

Tanah

22

Topografi

23

Penutupan Lahan

26

Hidrologi

27

Aspek Biofisik

28

Vegetasi dan Satwa

28

Identifikasi Karakter Sosial Budaya Masyarakat

30

Aspek Sosial dan Ekonomi

31

Demografi

31

Persepsi Penduduk Desa Cihideung

32

Persepsi Pengunjung Desa Cihideung

33

Preferensi Pengunjung Desa Cihideung

34

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat

40

Kelembagaan

41

Kelembagaan Pemerintah

41

Kelembagaan Masyarakat

41

Kelembagaan Ekonomi

42

Potensi Agrowisata

42

Aksesibilitas

42

Akomodasi

44

Fasilitas Kesehatan dan Keamanan

46

Program Wisata yang sudah Berkembang

46

Pembahasan

52

Analisis Karakter Lanskap Perdesaan

52

Aspek Fisik

52

Iklim

52

Tanah

53

Topografi

53

Penutupan Lahan

53

Hidrologi

53

Aspek Biofisik

53

Vegetasi dan Satwa

53

Aspek Sosial Budaya

54

Preferensi Masyarakat

54

Preferensi Pengunjung

54

Kelembagaan

55

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat

55

Potensi Agrowisata

57

Potensi Lanskap Pertanian

57

Kualitas Lanskap

58

Potensi Agrowisata di Desa Cihideung

58

Wisata Pendukung

61

Analisis SWOT

62

Sintesis

69

Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata
SIMPULAN DAN SARAN

69
78

Simpulan

78

Saran

79

DAFTAR PUSTAKA
Kuesioner Pengunjung
RIWAYAT HIDUP

79
81
87

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Kriteria penilaian dalam CSA/PKM
Data fisik dan biofisik
Data sosial
Jenis kelembagaan
Data potensi agrowisata
Luas wilayah menurut penggunaan
Jumlah curah hujan (mm)
Suhu rata-rata (0C)
Kelembaban rata-rata (0C)
Tanaman sayuran ddan palawija
Tanaman buah
Tanaman hias
Jenis satwa ternak dan satwa peliharaan
Tingkat pendidikan penduduk
Mata pencaharian penduduk
Total perhitungan nilai keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung
Total perhitungan Nilai PKM pada aspek sosial
Total perhitungan nilai PKM pada aspek ekologis
Total perhitungan Nilai PKM pada aspek spiritual
Lembaga keamanan di Desa Cihideung
Lembaga pendidikan di Desa Cihideung
Kelayakan kawasan agrowisata di Desa Cihideung
Tingkat kepentingan faktor internal
Tingkat kepentingan faktor eksternal
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Penilaian bobot strategis internal
Penilaian bobot strategi eksternal
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks SWOT
Perangkingan alternatif strategi
Kegiatan agrowisata Desa Cihideung

12
16
16
16
17
18
20
21
22
28
28
29
30
31
31
40
40
41
41
46
46
58
64
65
65
66
66
66
68
69
76

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka pikir
Peta Lokasi Penelitian Desa Cihideung, Kec Prongpong,
Tahapan penelitian
Matriks internal eksternal
Matriks SWOT
Peta Desa Cihideung
Rata-rata jumlah curah hujan
Grafik rata-rata suhu udara
Rata-rata kelembaban udara

3
8
9
14
15
19
20
21
22

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53

Peta topografi Desa Cihideung
24
Peta kemiringan lahan Desa Cihideung
25
Peta penutupan lahan Desa Cihideung
26
Saluran Irigasi
27
Saluran air yang kurang tertata
27
Persepsi pengunjung tentang keindahan Desa Cihideung
33
Persepsi pengunjung tentang kebersihan Desa Cihideung
33
Persepsi pengunjung tentang kenyamanan Desa Cihideung
33
Persepsi pengunjung tentang agrowisata desa saat ini
34
Persepsi pengunjung tentang sikap penduduk Desa Cihideung
34
Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk berwisata
35
Tujuan pengunjung ke Desa Cihideung
35
Kegiatan yang dilakukan pengunjung di Desa Cihideung
35
Preferensi pengunjung tentang pengembangan agrowisata di Desa
Cihideung
36
Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata pertanian
36
Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perkebunan
36
Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perikanan
36
Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perternakan
37
Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata kehutanan
37
Preferensi pengunjung tentang wisata umum
37
Preferensi pengunjung tentang tempat parkir
38
Preferensi pengunjung tentang tempat makan
38
Preferensi pengunjung tentang kios cindera mata
38
Preferensi pengunjung tentang toilet
39
Preferensi pengunjung tentang tempat ibadah
39
Preferensi pengunjung tentang tempat sampah
39
Preferensi pengunjung tentang papan informasi
39
Preferensi pengunjung tentang penginapan
39
Preferensi pengunjung tentang kendaraan transportasi di desa
40
Alat transportasi desa (a) angkutan umum dan (b) ojeg
43
Peta jalur akses Desa Cihideung
44
Sarana dan prasarana Desa Cihideung
45
Kebun tanaman lanskap: (a) dan (b) dalam rumah kaca, (c) dan (d) bunga
potong,
47
Display tanaman (a) tanaman penutup tanah, (b) pohon, (c) tanaman hias
48
Pengepakan tanaman hias yang akan dikirim ke luar daerah
49
Atraksi wisata (horse riding) di Kampung Gajah
49
Fasilitas wisata di Kampung Gajah (a) papan informasi, (b) tempat 50
(a) Suasana Kampung Daun dengan saung-saung dan (b) suasana tropis
51
Ritual Irung-Irung
52
Matriks internal eksternal (IE)
67
Potensi agrowisata Desa Cihideung
70
Potensi area pertanian Desa Cihideung
72
Peta zonasi potensi ruang Desa Cihideung
75
Potensi view Desa Cihideung
77

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Kuisioner pengunjung
Hasil rekapitulasi kuisioner pengunjung

81
84

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia dan sebagai sumber
perekonomian bagi masyarakat perdesaan. Beberapa permasalahan dalam
pembangunan pertanian adalah penurunan luas areal pertanian karena alih fungsi
lahan, harga jual produk pertanian yang berfluktuasi, dan degradasi lahan
pertanian. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk menjamin keberlanjutan
sistem pertanian, diantaranya melalui pengembangan agrowisata sehingga
terdapat nilai tambah melalui jasa wisata dan pemasaran produk pertanian dapat
lebih baik.
Untuk pengembangan agrowisata diperlukan identifikasi potensi-potensi
lanskap untuk mendukung agrowisata yang sesuai dengan potensi sumber daya
alam dan kondisi sosial budaya masyarakatnya agar tercapainya kemantapan
pengembangan objek agrowisata. Menurut Sutjipta (2001) agrowisata dapat
berkembang dengan baik jika terjadi tri mitra dan tri karya pembangunan
agrowisata yang meliputi, pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat/petani
sebagai subyek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian
rakyat. Menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan
menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada 5 unsur yang harus
dipenuhi, seperti: atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan penerimaan
masyarakat.
Sebagai dasar pengembangan agrowisata diperlukan penilaian
keberlanjutan masyarakat untuk melandasi rekomendasi pengembangan
agrowisata. Dalam mengevaluasi keberlanjutan masyarakat dilakukan dengan
metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan
Masyarakat (PKM). Metode CSA/PKM merupakan metode yang diperkenalkan
oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek ekologis, aspek sosial, dan
aspek spiritual.
Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat
berada di dataran tinggi yang memiliki suhu yang sejuk dan memilki potensi
lanskap yang menarik dalam bidang pertanian, seperti lahan budidaya sayuran
dataran tinggi, industri tanaman hias dan tanaman bunga potong, serta peternakan
sapi perah. Hal tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa dalam bidang perekonomian,
kualitas lingkungan hidup, dan dapat mengembangkan kebudayaan masyarakat
setempat.
Pada saat ini preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara
dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objekobjek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan
produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik
menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan signal
tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi
pengembangan produk-produk agribisnis dalam bentuk kawasan atau pun produk
pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik. Sehubungan dengan hal tersebut

2
diperlukan kajian potensi lanskap di perdesaan untuk pengembangan kawasan
agrowisata di Desa Cihideung ini yang saling terintegrasi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian studi potensi lanskap Desa Cihideung untuk
pengembangan agrowisata adalah
1. mengidentifikasi karakter lanskap yang berpotensi untuk agrowisata
berdasarkan aspek fisik, biofisik, serta sosial budaya sebagai dasar
pengembangan agrowisata di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat,
2. mendapatkan informasi persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung
dalam pengembangan agrowisata,
3. mendapatkan informasi keberlanjutan masyarakat melalui metode Community
Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
(PKM), dan
4. memberikan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian studi potensi lanskap Desa Cihideung untuk
pengembangan agrowisata adalah
1 dapat mengetahui potensi lanskap di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat, dan
2 dapat menjadi dasar rekomendasi bagi pemerintah daerah dan pihak terkait
dalam melakukan pengembangan agrowisata di Desa Cihideung, Kecamatan
Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Kerangka Pikir Penelitian
Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat
merupakan desa yang masih memilki lanskap alami dengan suasana yang sejuk,
memilki potensi dalam bidang pertanian, seperti terdapat lahan budidaya sayuran
dataran tinggi, industri tanaman hias dan tanaman bunga potong, serta peternakan
sapi perah. Namun, saat ini kegiatan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan
terbangun terus terjadi. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi lahan pertanian
agar dapat mencegah alih fungsi lahan pertanian dan perlu adanya suatu kegiatan
yang dapat memperkenalkan tentang pertanian kepada generasi muda malalui
kegiatan agrowisata.
Lanskap pertanian merupakan aspek penting yang dapat dikembangkan
melalui kegiatan agrowisata dengan tetap menjaga kelestarian dan karakter khas
dari desa tersebut. Pengembangan lanskap tersebut harus memperhatikan potensi
yang dimilikinya sehingga, dapat bermanfaat dan berkelanjutan. Pengembangan
lanskap perdesaan yang baik tersebut diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat setempat pada khususnya dan masyarakat luar pada umumnya.
Kerangka penelitian dari rencana penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

3
Lanskap
Desa Cihideung, Kec Parongpong, Kab Bandung Barat

Karakter lanskap

• Analisis fisik dan
biofisik
• Analisis potensi obyek
agrowisata

Potensi lanskap
untuk agrowisata

Karakter sosial budaya masyarakat

• Analisis persepsi dan preferensi
masyarakat
• Analisis kelembagaan
masyarakat
• Analisis keberlanjutan
masyarakat

Nilai keberlanjutan masyarakat
Desa Cihideung

Rekomendasi pengembangan agrowisata
berkelanjutan
Gambar 1 Kerangka pikir

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perdesaan
Simonds (1983) mengungkapkan lanskap adalah bentangan alam yang
memiliki karakteristik tertentu yang beberapa unsurnya dapat digolongkan
menjadi unsur mayor dan minor. Unsur mayor adalah unsur yang tidak dapat
diubah, sedangkan unsur minor adalah unsur yang relatif mudah diubah. Unsurunsur tersebut saling berkaitan secara harmonis membentuk karakter khas pada
sebuah lanskap memberikan kesan alami dan keindahan.
Simonds (1983) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada
lanskap perdesaan, yaitu: 1) Lahan tersedia luas; 2) Suasana bebas, pandangan
terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan kualitas lanskap
penting; 3) Pemilihan tapak perdesaan menunjukkan keinginan menyatu dengan

4
alam; 4) Corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5) Karakter dan suasana lanskap
alami dominan; 6) Tanah dan permukaan lahan merupakan elemen visual yang
kuat; 7) Lanskap yang menyenangkan merupakan salah satu bentuk transisi; 8)
Struktur merupakan elemen yang timbul di tengah lanskap; 9) Lanskap perdesaan
bersifat lembut dari bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) Tapak
perdesaan berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan
pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) Indigenous materials
dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil, hingga mineral) membentuk
karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan keterkaitan dengan
sumberdaya setempat.
Lanskap perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai lanskap agrowisata, yaitu
lanskap pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas pertanian, dan pengolahan hasil
pertanian yang telah dimodifikasi untuk meningkatkan perekonomian dan rekreasi
serta memanfaatkan pemandangan lanskap alami dengan meminimalkan
perusakan lingkungan. Pemandangan lanskap alami yang dapat menjadi obyek
lanskap agrowisata, antara lain: sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, taman
koleksi, pembibitan, pekarangan, peternakan, perikanan, dan lain-lain.
Prinsip pengembangan wisata perdesaan sebagai salah satu produk wisata
alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan perdesaan yang
berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1)
memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan
masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan
timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat,
(5) menerapkan pengembangan produk wisata perdesaan, dan beberapa kriteria
yang mendasarinya antara lain:
1. penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang
biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke
sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata,
2. mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan
ekonomi tradisional lainnya. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif
dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang
memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh
pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata, dan
3. mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.
Pembangunan Desa Berkelanjutan (Ecovillage)
Ecovillage adalah pemukiman berskala manusia dengan fitur yang lengkap
untuk kegiatan manusia yang berkaitan dengan alam tidaklah destruktif dalam
rangka mendukung pembangunan manusia yang sehat serta berhasil tetap lestari
di masa depan dalam waktu yang tidak terbatas (GEN 2007). Ecovillage
diwujudkan dalam bentuk cara hidup yang didasarkan pada pemahaman
mendalam bahwa makhluk hidup dengan segala sesuatu akan saling berhubungan.
Ecovillage dibagi ke dalam 3 konsep yaitu ekologi, sosial, dan spiritual. Konsep
ecovillage pada aspek ekologi adalah
1. mengadakan perbaikan dan pelestarian lingkungan alam,
2. membangun tempat tinggal dengan bahan, metode, dan rancangan bangunan
yang ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya lokal,

5
3. memaksimalkan produksi pangan lokal organik untuk pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat,
4. melakukan kegiatan daur ulang barang konsumsi,
5. memaksimalkan efisiensi utilitas sumber daya energi yang dapat diperbaharui,
6. mengolah limbah dan meminimalkan polusi.
Konsep ecovillage pada aspek sosial adalah
1. bersikap terbuka serta menimbulkan rasa percaya dan keamanan dalam
lingkungan masyarakat,
2. mengutamakan kebebasan dalam menerima dan menyampaikan gagasan,
3. menciptakan jaringan komunikasi yang efektif,
4. saling membantu dan berbagi barang kebutuhan hidup dan sumber daya,
5. menekankan pelayanan kesehatan pada kegiatan pencegahan, baik kesehatan
fisik, mental, dan spiritual,
6. mengutamakan toleransi dalam keragaman,
7. mengandalkan musyawarah dan diskusi dalam membuat penyelesaian konflik,
8. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan kelompok marjinal,
9. pemusatan kegiatan pendidikan secara menyeluruh, dan
10.
menciptakan perekonomian lokal yang mampu bersaing dan berdampak
minimal terhadap lingkungan.
Konsep ecovillage pada aspek spiritual adalah
1. warisan seni dan budaya masyarakat terus dipertahankan sebagai jati diri
masyarakat,
2. ungkapan kreativitas, nilai seni, budaya, keagaman, dan nilai kepercayaan
dihargai sebagai bagian dari masyarakat,
3. perasaan bersatu dan saling mendukung dalam kesenangan dan kesulitan,
4. rasa hormat dan dukungan kespiritualan yang dinyatakan dalam banyak cara,
5. kesepakatan dan visi bersama menyatakan komitmen terhadap warisan budaya,
perdamaian dunia, serta pembangunan manusia yang sehat,
6. kemampuan untuk bertahan dan bereaksi positif dalam menghadapi ancaman
dari dalam maupun luar masyarakat, dan
7. pemahaman akan adanya ikatan dan saling ketergantungan antara manusia dan
sesamanya serta semua unsur kehidupan di bumi.
World Summit on Social Development menjelaskan definisi pembangunan
berkelanjutan adalah suatu kerangka kerja dalam upaya memperoleh kualitas
hidup seluruh umat manusia yang lebih tinggi di mana pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial, dan perlindungan alam saling ketergantungan sebagai
komponen yang saling memperkuat satu sama lain. Keberlanjutan merupakan
upaya menyediakan keluaran atau hasil terbaik bagi manusia maupun lingkungan
pada masa sekarang dan masa yang akan datang tanpa batas waktu yang
ditentukan. Keberlanjutan berhubungan dengan kontinuitas dari aspek sosial,
ekonomi, institusi, dan lingkungan dalam masyarakat, demikian pula dengan
lingkungan non-manusia.
Keberlanjutan bertujuan membentuk peradaban dan kegiatan manusia, di
mana setiap anggota masyarakat dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dan
menuangkan potensi terbesarnya di masa sekarang sementara keragaman biota
dan ekosistem alami terlindungi. Masyarakat yang berkelanjutan merencanakan
dan bertindak agar mampu mencapai idealisme di atas dalam jangka panjang.

6
Lanskap berkelanjutan (sustainable landscape) menurut Nurisjah (2008)
merupakan suatu lanskap yang tidak hanya produktif, fungsional, dan dapat
dimanfaatkan oleh penggunanya di saat ini tetapi juga tetap dijaga produktifitas
dan fungsinya sehingga terus dapat dimanfaatkan oleh para penggunanya pada
masa yang akan datang. Rencana perubahan dan pemanfaatan yang dilakukan
pada sumberdaya lanskap seharusnya tetap menjaga dan mempertahankan
keberlangsungan produksi dan fungsi lanskap ini sehingga kesejahteraan yang
potensial dimiliki oleh sumberdaya tersebut dapat tetap dimiliki dan dikendalikan.
Untuk mendukung konsep keberlanjutan ini maka pada setiap rencana perubahan
dan penataan lanskap, tidak hanya bentuk dan karakternya tetapi juga key factors
dan key elements pembentuk lanskap tersebut (baik lanskap alami maupun binaan)
perlu untuk diketahui sehingga keberlanjutannya secara fisik dan konsepsional
dapat diwujudkan.
Pembangunan desa yang berkelanjutan merupakan pembangunan desa
yang tidak merusak lingkungan. Pembangunan desa yang berkelanjutan bukan
berpijak kepada konsep model produksi kapitalis dengan desa hanya sebagai
pasarnya alat-alat pertanian yang diproduksi oleh industri alat pertanian yang
membebani masyarakat.
Agrowisata
Menurut Bahar (1989) agrowisata merupakan suatu rangkaian kegiatan
wisata yang memanfaatkan obyek di sektor pertanian, antara lain: perkebunan,
ladang pembibitan, palawija, dan lain-lain untuk meningkatkan produktivitas di
sektor pertanian. Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk
kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya
seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil
panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan sehingga dapat dibeli wisatawan
sebagai oleh-oleh. Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah
sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata
sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat petani.
Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism),
yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam
dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau
tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Kementan
2005). Keuntungan dari pengembangan agrowisata bagi petani lokal adalah
sebagai berikut (Lobo dkk 1999):
1. Agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk
meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan
operasi mereka;
2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang
pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekonomian secara luas dan
meningkatkan mutu hidup;
3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu
mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (agri-tourism);
4. Agritourism dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan membantu
perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan menciptakan nilai

7
tambah dan “direct marking” merangsang kegiatan ekonomi dan memberikan
manfaat kepada masyarakat di daerah di mana agrotourism dikembangkan.
Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa manfat agrowisata,
antara lain: meningkatkan konservasi lingkungan, meningkatkan nilai estetika dan
keindahan alam, memberikan nilai rekreasi, meningkatkan kegiatan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan, mendapatkan keuntungan ekonomi terutama
untuk masyarakat sekitar. Manfaat agrowisata bagi pengunjung menurut Rilla
(1999) adalah menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat
lokal, meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh, beristirahat dan
menghilangkan kejenuhan, mendapatkan petualangan yang mengagumkan,
mendapatkan makanan yang benar-benar alami (organic food), mendapatkan
suasana yang benar-benar berbeda, biaya yang murah karena agrowisata relatif
lebih murah dari wisata yang lainnya. Peran serta masyarakat dalam kegiatan
agrowisata dapat melalui:
1. Masyarakat desa yang memiliki lahan di dalam kawasan dapat mengolah
lahannya sehingga menunjang peningkatan hasil produk pertanian yang
menjadi daya tarik agrowisata dan di sisi lain akan mendorong rasa memiliki
dan tanggung jawab di dalam pengelolaan kawasan secara keseluruhan.
2. Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan perusahaan investor
secara langsung sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk
pelayanan wisata, pemandu, dan lain-lain. Oleh karena itu, pihak pengelola
perlu melakukan langkah-langkah dan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari
masyarakat.
3. Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil pertanian, kerajinan dan
cendera mata bagi masyarakat desa di sekitar kawasan, sehingga dapat
memperkenalkan khas setempat sekaligus untuk meningkatkan penghasilan.
Selain itu, dapat pula diikutsertakan di dalam penampilan atraksi seni dan
budaya setempat untuk disajikan kepada wisatawan.
Menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan
menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) terdapat 5 unsur yang
harus dipenuhi seperti dibawah ini:
a) Attractions
Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah
hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya
petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas
pertanian.
b) Facilities
Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan sarana umum,
telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. Menurut
Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk
kegiatan wisata, antara lain: akses menuju lokasi, pintu gerbang, tempat parkir,
pusat informasi, papan informasi, sirkulasi jalan dalam kawasan, shelter, toilet,
tempat ibadah.
c) Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan
komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan

8
energi, sistem pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya, dan sistem
keamanan.
d) Transportation
Transportasi umum, terminal bus, sistem keamanan penumpang, sistem
informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata.
e) Hospitality
Adanya budaya/sikap ramah dan keterbukaan penduduk sekitar area wisata
yang dapat dijadikan daya tarik pengunjung sehingga dapat membuat
pengunjung merasa nyaman mengunjungi tempat wisata tersebut.

METODE
Tempat Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat (Gambar 2). Desa ini terletak sekitar 20 km dari Kota
Bandung. Dari arah Bandung, desa ini dapat dicapai melalui Jalan Sersan Bajuri
di depan Terminal Ledeng Jalan Setiabudi, sebelah utara kampus UPI. Dari arah
Lembang, Desa Cihideung dapat dicapai melalui Jalan Kolonel Masturi.
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Maret sampai
Agustus 2013.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian Desa Cihideung, Kec Prongpong,
Kab Bandung Barat

9
Batasan Penelitian
Kegiatan penelitian ini terbatas pada identifikasi lanskap di Desa
Cihideung yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Dalam
penelitian ini juga dilakukan kajian keberlanjutan masyarakat sebagai dasar
pengembangan agrowisata. Dari proses tersebut dapat dihasilkan rekomendasi
yang dapat dijadikan dasar pengembangan agrowisata di Desa Cihideung.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu data dikumpulkan dengan teknik survei dan wawancara. Pada
pelaksanaanya penelitian ini meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis,
sintesis, dan hasil akhir (Gambar 3).

Persiapan

Inventarisasi





Penyusunan proposal penelitian
Perizinan
Studi pustaka

Data primer dan sekunder
Analisis karakter lanskap

aspek fisik dan aspek biofisik
Analisis
Analisis karakter sosial budaya masyarakat

• persepsi dan preferensi masyarakat
• penilaian keberlanjutan masyarakat

Analisis SWOT
Sintesis

Potensi lanskap sebagai agrowisata
Nilai keberlanjutan masyarakat di Desa
Cihideung

Hasil Akhir

Rekomendasi pengembangan agrowisata
berkelanjutan di Desa Cihideung
Gambar 3 Tahapan penelitian

10
1) Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan penyusunan proposal penelitian, pengurusan
izin kepada pihak-pihak terkait, dan studi pustaka untuk mencari informasi
awal mengenai penelitian ini.
2) Inventarisasi
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data yang
berhubungan dengan kondisi eksisting tapak. Data meliputi data primer dan
sekunder. Produk dari tahapan ini berupa tabel data, peta dasar (peta topografi,
peta kemiringan lahan, dan peta tata guna lahan), dan foto dokumentasi.
Data primer diperoleh melalui hasil survei lapang, berupa pengamatan,
dokumentasi, dan groundcheck untuk mendapatkan data fisik dan biofisik
tapak yang berupa kondisi eksisting tapak. Studi pustaka dilakukan untuk
memperoleh data awal untuk membantu dalam melengkapi informasi tempat
penelitian.
Data mengenai aspek sosial budaya yang berupa persepsi dan preferensi
masyarakat dan pengunjung diperoleh melalui proses wawancara dengan tokoh
masyarakat, kepala desa, dan staff instansi terkait. Kuesioner disusun
menggunakan pertanyaan terstruktur. Penentuan responden wawancara
dilakukan secara terpilih pada pihak-pihak yang terpercaya. Penyebaran
kuesioner dilakukan dengan jumlah responden pengunjung 30 secara acak dan
responden warga Desa Cihideung secara purposive sampling.
3) Analisis Sintesis
Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis terhadap
(1) Sumber daya daya alam yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan
agrowisata dan kendala yang terdapat pada tapak
Dilakukan melalui analisis deskriptif dengan menguraikan potensi yang
dapat dikembangkan dan kendala yang dapat diminimalkan di Desa
Cihideung serta analisis melalui pembobotan yang dilakukan pada tiap
dusun di Desa Cihideung untuk mengetahui kelayakan area yang
berpotensi dikembangkan menjadi agrowisata. Kelayakan area yang
berpotensi diperoleh berdasarkan hasil penilaian dengan kriteria yang telah
ditentukan. Kriteria kelayakan daerah agrowisata antara lain obyek dan
atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi
budaya/sosial obyek dan atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat
perbelanjaan, akses, dan letak dari jalan utama (Smith 1989). Menurut
Smith (1989) dengan dimodifikasi, penilaian kriteria agrowisata sebagai
berikut:
1. Obyek dan atraksi berbasis pertanian (bobot 40%)
Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian
a. beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan pertanian sekitarnya (4)
b. cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan sekitarnya (3)
c. cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang
keindahan pemandangan sekitarnya (2)
d. kurang beragam dan tidak indah (1)

11
2. Obyek dan atraksi alami (bobot 15%)
Keindahan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air
terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, sinar
matahari yang cukup)
a. beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (4)
b. cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami
(3)
c. beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan
(rekayasa) (2)
d. kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan
(rekayasa) (1)
3. Obyek dan atraksi sosial/budaya (bobot 10%)
Perdesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival seni budaya,
atraksi budaya lokal
a. bernilai tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan (4)
b. bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan (3)
c. bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan (2)
d. tidak memiliki aset budaya lokal (1)
4. Obyek dan atraksi sejarah (bobot 5%)
Peninggalan kuno, upacara keagamaan, lokasi historikal yang penting
a. bersejarah, dijaga kelestariannya (4)
b. bersejarah, kurang diperhatikan (3)
c. bersejarah, tidak dilestarikan (2)
d. tidak bernilai sejarah (1)
5. Sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan (bobot 10%)
Ketersediaan tempat olahraga, tempat piknik, tempat belanja, taman,
museum, galeri seni/budaya
a. tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat (4)
b. ada beberapa, cukup terawat (3)
c. ada beberapa, kurang terawat (2)
d. tidak tersedia (1)
6. Akses (bobot 10%)
Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan
a. jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum
beragam (4)
b. jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas (3)
c. jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum (2)
d. tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum (1)
7. Letak dari jalan utama (bobot 5%)
Kedekatan dengan jalur jalan utama desa
a. dekat (5 km) (1)
8. Sarana wisata (bobot 5%)
Utilitas, sarana kesehatan, air bersih, fasilitas makan, dan penginapan
a. tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat (4)
b. ada beberapa, cukup terawat (3)

12
c. ada beberapa, kurang terawat (2)
d. tidak tersedia (1)
Kelayakan Kawasan Agrowisata:
ΣKKA= Σ Sij x Aij
Keterangan
KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata
Sij
= kriteria agrowisata tiap area
Aij
= bobot kriteria agrowisata
(2) Aspek sosial ekonomi meliputi persepsi dan preferensi pengunjung, serta
kelembagaan yang terkait yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung.
(3) Mengevaluasi keberlanjutan masyarakat
Dilakukan dengan metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau
Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM). Metode CSA merupakan suatu
cara mengevaluasi tingkat keberlanjutan masyarakat di suatu lokasi dalam
kerangka pikir ecovillage (suatu ekosistem di mana masyarakat perdesaan
atau kota yang ada di dalamnya berusaha mengintegrasikan kelestarian
lingkungan sosial dengan cara hidup yang berdampak rendah). Kriteria
penilaian CSA dapat dilihat pada Tabel 1. Acuan dalam metode CSA
berdasarkan metode yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network
yang meliputi aspek ekologis, aspek ekonomi, dan sosial/budaya/spiritual.
Tabel 1 Kriteria penilaian dalam CSA/PKM
No
Parameter
Aspek ekologis
1 Perasaan terhadap tempat
2 Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan
3 Infrastruktur, bangunan, dan transportasi
4 Pola konsumsi dan pengolahan limbah padat
5 Sumber air, mutu, dan pola penggunaan
6 Limbah cair dan pengelolaan polusi air
7 Sumber dan penggunaan energi
Total nilai aspek ekologis
Aspek sosial
1 Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama
2 Aliran komunikasi, gagasan, dan informasi
3 Jaringan pencapaian dan jasa
4 Keberlanjutan sosial
5 Pendidikan
6 Pelayanan kesehatan
7 Keberlanjutan ekonomi yang sehat
Total nilai aspek sosial
Aspek spiritual
1 Keberlanjutan budaya
2 Seni dan kesenian
3 Keberlanjutan spiritual
4 Keterikatan masyarakat
5 Gaya pegas masyarakat
6 Holographic baru dan pandangan dunia
7 Perdamaian dan kesadaran global
Total nilai aspek spiritual
Total nilai keseluruhan
Sumber: GEN (2007)

Bobot
*
*
*
*
*
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
**
***

13
Keterangan:

50+
25-49
0-24
**

333+
166-332
0-165

***

999+
500-998
0-449

Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai
keberlanjutan
Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai
keberlanjutan
Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai
keberlanjutan

Metode analisis SWOT merupakan metode untuk mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 1997).
Analisis SWOT ini digunakan untuk mengetahui atau melihat keadaan Desa
Cihideung saat ini dengan membandingkan faktor internal dari kekuatan
(strenght) dan kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal yang terdiri dari
peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Tahapan kerja dengan menggunakan
analisis SWOT adalah
a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal
Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui pengaruh
kekuatan dan kelemahan yang dimilki dengan cara mendaftarkan semua faktor
kekuatan dan kelemahan tersebut, serta memberikan dasar untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor tersebut. Penilaian
faktor eksternal adalah untuk mengetahui pengaruh peluang dan ancaman yang
dimiliki dengan mendaftarkan semua faktor peluang dan ancaman yang ada
(David, 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan
untuk merumuskan strategi pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan
agrowisata.
b. Penentuan Bobot setiap Variabel
Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, dilakukan penentuan
tingkat kepentingan dengan memberikan nilai tingkat kepentingan kepada
setiap faktor dengan kisaran nilai:
4=sangat penting
3=penting
2=cukup penting
1=tidak penting
Semakin besar tingkat kepentingan faktor kekuatan dan peluang maka
nilainya akan semakin besar dan semakin kecil nilai tingkat kepentingan faktor
kelemahan dan ancaman maka nilai akan bernilai semakin kecil. Selanjutnya
dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison
(perbandingan berpasangan). Pembobotan setiap variabel menggunakan skala
1, 2, 3, dan 4 dengan penjelasan sebagai berikut (David 2008):
1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan
indikator faktor vertikal.

14
2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan
indikator faktor vertikal.
3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan
indikator faktor vertikal.
4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan
indikator faktor vertikal.
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai setiap
variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear dan Taylor,
1991).
c. Penentuan Peringkat (Rating)
Nilai pembobotan setiap variabel dikalikan dengan peringkat berdasarkan
nilai tingkat kepentingannya untuk mendapatkan skor pembobotan. Total skor
pembobotan didapatkan dari hasil penjumlahan skor pembobotan dari semua
faktor strategis. Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata
2.5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2.5 maka dinyatakan faktor
internal lemah, sedangkan jika total skor pembobotan IFE di atas 2.5 maka
dinyatakan faktor internal kuat. Hal tersebut juga berlaku pada total skor
pembobotan EFE (David 2008).
Nilai total skor pembobotan IFE dan EFE selanjutnya dipetakan dalam
matriks Internal-Eksternal (IE). Pemetaan ke matriks IE bertujuan untuk
mengetahui kondisi Desa Cihideung saat ini berdasarkan faktor internal dan
eksternal.matriks IE terbagi menjadi 9 kolom dengan pemberian kolom I, II,
dan IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun (Growth and Build);
kolom III, V, dan VII untuk strategi yang mempertahankan dan memelihara
(Hold and Maintain); serta kolom VI, VIII, dan IX untuk strategi pemanenan
dan divestasi (Harvest and Divest) (David 2008).
Nilai total skor pembobotan dipetakan pada matriks IE untuk mengetahui
posisi keadaan Desa Cihideung saat ini pada kolom yang ada. Posisi tersebut
dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dan menyusun strategi yang
tepat untuk pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata.
Matriks internal eksternal dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Matriks internal eksternal

15
d. Penyusunan Alternatif Strategi
Alat bantu untuk menyusun potensi lanskap untuk pengembangan kawasan
agrowisata di Desa Cihideung adalah matriks SWOT yang berisi kemungkinan
strategi alternatif. Terdapat 4 jenis strategi yang dihasilkan, yaitu:
1. Strategi SO adalah dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk
mengambil peluang sevesar-besarnya.
2. Strategi ST adalah dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman.
3. Strategi WO adalah dengan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada
untuk mengatasi kelemahan.
4. Strategi WT adalah dengan meminimalisir kelemahan untuk menghindari
ancaman.
Matriks SWOT tersebut dapat menghasilkan beberapa alternatif strategi
pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata sehingga kekuatan
dan peluang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman
dapat diminimalisir dan diatasi. Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.
Eksternal

Opportunity

Threat

Internal
Strength

Weakness

Menggunakan kekuatan yang
dimilki untuk mengambil
kesempatan yang ada

Menggunakan kekuatan
yang dimilki untuk
mengatasi ancaman yang
dihadapi
Mendapatkan keuntungan
Meminimumkan kelemahan
dari kesempatan yang ada
dan menghindari ancaman
untuk mengatasi kelemahan
yang ada
Gambar 5 Matriks SWOT

e. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi
Penentuan ranking prioritas strategi yang telah dihasilkan dilakukan
dengan memperhatikan faktor yang saling terkait dan berpengaruh dalam
strategi tersebut. Kemudian dilakukan penjumlahan skor pembobotan dari
masing-masing faktor tersebut. Hasil perhitungan tersebut menjadi nilai bagi
strategi yang ada. Penentuan ranking prioritas dilakukan berdasarkan urutan
nilai strategi yang terbesar hingga yang terkecil. Perangkingan ini dilakukan
secara subyektif dengan memaksimumkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunity) serta meminimumkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threat).
Hasil sintesis berupa bentuk zonasi ruang di Desa Cihideung dan strategi
dalam melakukan pengembangan kawasan agrowisata berdasarkan hasil
penilaian keberlanjutan masyarakat serta analisis SWOT. Zona yang terbentuk
berdasarkan sensitivitas aspek fisik, biofisik yang menjadi potensi dan kendala
dalam pengembangan kawasan agrowisata, kesesuaian aspek sosial ekonomi,
kelembagaan yang terkait, dan area agrowisata bagi pengunjung.
4) Hasil Akhir
Pada tahap ini akan dihasilkan informasi potensi lanskap yang dapat
dijadikan dasar untuk mengembangkan agrowisata yang berkelanjutan . selain

16
itu, dihasilkan juga rekomendasi strategi untuk pengembangan agrowisata di
Desa Cihideung. Informasi dan rekomendasi tersebut dapat disajikan secara
spasial dan deskriptif.
Jenis Data
Data yang akan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer
tersebut diperoleh dari wawancara dengan tokoh masyarakat, kepala desa, dan
pihak terkait. Data-data primer tersebut adalah data mengenai mata pencaharian
penduduk, potensi daerah desa, keadaan warga secara umum.. Sedangkan, data
sekunder yang diperoleh dari studi literatur adalah letak geografis, iklim, tanah,
hidrologi, peta rupa bumi, demografi, dan lain-lain. Jenis data yang diperlukan
dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.
No

Jenis data

1

Tapak

2

Iklim

3
4
5
6

Tanah
Topografi
Tata guna lahan
Hidrologi

1

Vegetasi dan
satwa

No
1

Jenis Data
Persepsi dan
preferensi
pengunjung
Persepsi dan
preferensi
penduduk
Demografi

2

3

Tabel 2 Data fisik dan biofisik
Spesifikasi
Cara perolehan
data
Fisik
Lokasi, batas wilayah,
Studi pustaka
dan luas wilayah
dan survey
lapang
Curah hujan, suhu udara,
Studi pustaka
kelembaban udara
Jenis
Studi pustaka
Kemiringan lahan
Studi pustaka
Peta land use
Studi pustaka
Drainase
Studi pustaka
Biofisik
Jenis
Studi pustaka,
groundcheck
Tabel 3 Data sosial
Spesifikasi
Cara perolehan data
Keinginan dalam
Wawancara
wisata
Kesiapan dalam
wisata

Wawancara

Jumlah penduduk,
mata pencaharian,
jenis kelamin

Wawancara,
pustaka

Sumber data

Bappeda

BMKG
Bakosurtanal
Bakosurtanal
Bakosurtanal
Bakosurtanal
Lapang,
Distanbunhut
Sumber data
Pengunjung

Penduduk

studi Penduduk,
pemerintah

Tabel 4 Jenis kelembagaan
No
1

Jenis Data
Kelembagaan
masyarakat

2

Kelembagaan
pemerintah
Kelembagaan
ekonomi

3

Spesifikasi
Organisasi atau
kelompok yang
terbentuk
Perangkat desa
Bank, koperasi, pasar

Cara perolehan data
Wawancara dan
studi pustaka

Sumber data
Pemerintah,
penduduk

Wawancara dan
studi pustaka
Wawancara

Pemerintah
setempat
Pemerintah
dan
penduduk

17

No
1

2

Jenis