Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

(1)

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA

SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA,

KABUPATEN BOGOR

Oleh:

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA

SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA,

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(3)

3

RINGKASAN

ASRIL HAFIF SACHMUD. Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN.

Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor merupakan desa kaya akan potensi alam pertanian dan perikanan dengan background pegunungan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Tapak memiliki luas 371,31 Ha dan terletak di sebelah barat Kota Bogor dengan jarak tempuh 15 km dari pusat kota tersebut. Pengembangan tapak melalui perencanaan lanskap agrowisata bertujuan agar lanskap pertanian yang ada dapat lebih berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan dengan pelestarian pertanian lokal, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalamnya

Metode dalam perencanaan lanskap agrowisata menggunakan metode Gold (1980) dengan pendekatan sumber daya alam dan harmonisasi aktivitas pertanian dan wisata. Proses perencanaan lanskap diawali dengan persiapan studi kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis yang berkaitan dengan potensi dan kendala dalam pengembangan tapak. Dari hasil analisis data secara spasial dan deskriptif, diperoleh hasil sintesis berupa block plan, suatu rencana ruang yang diharapkan di dalam tapak. Tahap akhir dari proses perencanaan berupa perencanaan lanskap sebagai batasan dari studi ini. Produk akhir studi ini berbentuk site plan dengan kegiatan pendukung agrowisata di dalamnya.

Konsep agrowisata yang dikembangkan pada tapak merupakan upaya memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal. Optimalisasi tapak sebagai kawasan agrowisata dilakukan dengan mengintegrasikan setiap elemen pembentuk lanskap yang diterjemahkan kedalam ruang dan sirkulasi agrowisata berdasarkan ragam aktivitas dan fasilitas serta penataan hijau yang akan dikembangkan. Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata di Desa Situdaun adalah pusat budidaya pertanian dan perikanan yang mendukung aktivitas wisata, sehingga dapat menjadi objek dan atraksi agrowisata berbasis pertanian dan perikanan. Dengan konsep tersebut, tapak diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada tapak. Pengembangan tapak sebagai objek dan atraksi agrowisata harus mampu memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun tanpa mengorbankan kepentingan ekologis. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, konservasi, pendidikan, dan ekonomi.

Konsep ruang di dalam tapak dikembangkan berdasarkan potensi ruang yang telah ada yang terbentuk oleh pola penggunaan lahan diselaraskan dengan tujuan serta konsep dasar perencanaan yang diharapkan. Ruang di dalam tapak terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Di dalam ruang agrowisata, terdapat sub-sub agrowisata pertanian dan perikanan sebagai tempat berlangsungnya atraksi aktivitas agrowisata. Ruang pendukung berfungsi memberikan kelengkapan,


(4)

kemudahan serta kenyamanan aktivitas agrowisata. Sedangkan ruang penyangga sebagai ruang konservasi pada tapak. Konsep aktivitas yang dikembangkan berdasarkan keikutsertaan pengunjung di dalam proses pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Konsep fasilitas yang dikembangkan adalah penyediaan fasilitas yang memberikan nilai fungsional, peletakan yang tepat, memiliki nilai estetik, mudah pemeliharaan serta mendukung karakter tapak. Sedangkan konsep sirkulasi dikembangkan dengan membedakan jalur pengunjung dan masyarakat sehingga keteraturan dan kenyaman bagi masing-masing tujuan tersebut dapat tercapai.

Tapak merupakan kawasan yang cukup luas dengan pola pemanfaatan yang cukup beragam pula. Pola pemanfaatan lahan pertanian dan perikanan dengan produk bernilai komersial yang dihasilkan merupakan potensi dasar bagi pengembangan agrowisata. Lokasinya yang strategis karena dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan Agroedutourism Kampus IPB Dramaga, Kampung Wisata Cinangneng, dan objek wisata Gunung Salak. Bahkan dengan keberadaan beberapa objek wisata ini, dapat diciptakan sebuah alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu atau sebaliknya. Tiga akses masuk ke dalam tapak memudahkan dalam pengaturan jalur masuk-keluar pengunjung maupun masyarakat, sehingga mempermudah dalam hal keamanan dan kenyamanan. Pemandangan hamparan lahan budidaya dengan background pegunungan merupakan objek menarik yang terdapat di dalam tapak, didukung dengan variasi kondisi topografi memberikan kesan dinamis serta good view yang dapat menunjang konsep agrowisata yang diharapkan.

Ruang agrowisata dibentuk berdasarkan potensi penggunaaan lahan dan jenis produk yang ada, sehingga terbagi atas ruang agrowisata pertanian (35,93 %) dan agrowisata perikanan (5,63 %). Ruang pendukung agrowisata dibagi atas ruang penerimaan (0,34 %) sebagai welcome area, ruang pelayanan (1,13%) sebagai ruang yang dapat memberikan pelayanan dan kemudahan bagi pengunjung, ruang transisi (0,4 %) sebagai ruang persiapan untuk mengarahkan dan memperkenalkan pengunjung terhadap ruang-ruang wisata di dalam tapak, ruang masyarakat (6,35 %) sebagai alokasi ruang bagi kehidupan mayarakat petani yang terdapat pada tapak. Ruang penyangga (50,21 %) pada tapak merupakan ruang konservasi untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai kawasan konservasi tanah dan air.

Aktivitas yang dikembangkan di dalam tapak vditerjemahkan ke dalam keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas aktif yang dikembangkan pada ruang agrowisata dapat berupa aktivitas budidaya yang mulai dari persiapan lahan hingga proses pasca panen. Sedangkan aktivitas pasif yang dikembangkan adalah aktivitas yang lebih rekreatif tanpa melibatkan pengunjung dalam proses budidaya secara langsung. Fasilitas yang disediakan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas yang dikembangkan serta konsep yang diharapkan.

Jalur di dalam kawasan terbagi atas dua kepentingan yaitu bagi pengunjung dan masyarakat. Jalur pengunjung terbagi atas jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur primer sebagai jalur utama wisata menghubungkan setiap ruang wisata di dalam tapak, sehingga menciptakan touring system, sebagai suatu sistem perjalanan wisata di dalam tapak. Jalur sekunder ditujukan bagi kendaraan sepeda dan jalur tersier ditujukan bagi pejalan kaki. Jalur masyarakat terbagi atas jalur


(5)

5

primer dan sekunder. Jalur primer bagi masyarakat ditujukan untuk kepentingan produksi dan angkutan umum, sedangkan jalur sekunder bagi hubungan lingkungan dan ketetanggaan.

Pengembangan tata hijau pada tapak diarahkan sealami mungkin dengan memperhatikan fungsi pendukung vegetasi dalam membangun kualitas lingkungan agar bernilai indah dan berfungsi dengan baik, dan memperhatikan konfigurasi vegetasi eksisiting alami pada tapak. Fungsi tersebut diterjemahkan dalam penataan vegetasi estetis, pengarah, peneduh, dan konservasi untuk menjaga dan meningkatkan ketersediaan air di dalam tapak. Tanaman yang digunakan lebih mengutamakan jenis tanaman eksisiting dan intoduksi jenis vegetasi yang dapat mengkonservasi tanah dan air. Hal ini disebabkan karena vegetasi ini merupakan elemen lanskap yang sesuai dengan kondisi biofisik tapak, dan diwujudkan melalui penataan tanaman. Penataan hijau ini juga disesuaikan dengan tujuan perencanaan, fungsi tanaman dan ruang yang akan dikembangkan sehingga dapat menampung kegiatan yang ada di dalam tapak.


(6)

Judul : Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Asril Hafif Sachmud

NRP : A 34201010

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 131 430 805

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019


(7)

7

RIWAYAT HIDUP

Asril Hafif Sachmud lahir di Sibuhuan 24 September 1983 merupakan putra pertama dari empat bersaudara pasangan Samri Achyar dan Salmawati.

Pendidikan dasar diselesaikan di SDN V Tanjung Balai Sumatera Utara pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 1 Kisaran dan melanjutkan dengan sekolah menengah atas SMUN 1 Kisaran dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul studi ini berjudul ‘Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor’. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan semangat, arahan, bimbingan, motivasi serta inspirasi bagi penulis. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga atas kasih sayang, cinta, doa dan dukungannya. Tidak lupa teima kasih kepada teman-teman lanskap atas semangat dan kebersamaannya, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin

Bogor, Juli 2008


(9)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Kegunaan... 3

1.4. Kerangka Pikir Studi... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Perencanaan Lanskap ... 5

2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak ... 5

2.1.2. Perencanaan Lanskap... 5

2.1.3. Proses Perencanaan Lanskap... 6

2.1.4. Produk Perencanaan Lanskap ... 8

2.2. Rekreasi dan Wisata... 8

2.2.1. Pengertian Rekreasi dan Wisata ... 8

2.2.2. Sumberdaya Wisata ... 10

2.2.3. Objek dan Atraksi Wisata ... 11

2.2.4. Pelayanan Wisata ... 11

2.2.5. Produk Wisata ... 12

2.2.6. Perencanaan Kawasan Rekreasi ... 12

2.2.7. Daya Dukung Rekreasi ... 13

2.3. Agrowisata... 14

2.3.1. Pengertian Agrowisata... 14

2.3.2. Manfaat Agrowisata ... 16

2.3.3. Lanskap Agrowisata ... 16

2.3.4. Ruang Lingkup Agrowisata ... 17

2.3.5. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata... 18

2.3.6. Saran dan Prasaran Pendukung Agrowisata ... 19

III. METODOLOGI... 21

3.1. Lokasi dan Waktu Studi ... 21

3.2. Metode Studi ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1. Data dan Analisis ... 27

4.1.1. Aspek Bio Fisik ... 27

4.1.1.1. Letak, Luas, dan Aksesbilitas. ... 27

4.1.1.2. Iklim ... 32

4.1.1.3. Tanah... 39

4.1.1.4. Topografi dan Kemiringan Lahan... 40

4.1.1.5. Vegetasi ... 44


(10)

4.1.1.7. Hidrologi ... 48

4.1.1.8. Sensuous Quality... 55

4.1.1.9. Tata Guna Lahan... 57

4.1.1.10. Fasilitas dan Ultilitas ... 61

4.1.2. Aspek Sosial ... 63

4.1.2.1. Kpendudukan, keinginan pengguna tapak ... 63

4.2. Sintesis ... 66

4.3. Konsep Perencanaan ... 70

4.3.1. Konsep Dasar ... 70

4.3.2. Pengembangan Konsep ... 72

4.3.2.1. Konsep Ruang ... 72

4.3.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas... 73

4.3.2.3. Konsep Sirkulasi... 75

4.3.2.4. Konsep Tata Hijau ... 76

4.4. Perencanaan ... 78

4.4.1. Rencana Ruang ... 78

4.4.2. Rencana Aktivitas dan Fasilitas ... 83

4.4.3. Rencana Sirkulasi... 93

4.4.4. Rencana Tata Hijau ... 97

4.4.5. Touring Plan... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 105

5.1. Kesimpulan ... 105

5.2. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 107


(11)

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA

SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA,

KABUPATEN BOGOR

Oleh:

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA

SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA,

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(13)

3

RINGKASAN

ASRIL HAFIF SACHMUD. Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN.

Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor merupakan desa kaya akan potensi alam pertanian dan perikanan dengan background pegunungan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Tapak memiliki luas 371,31 Ha dan terletak di sebelah barat Kota Bogor dengan jarak tempuh 15 km dari pusat kota tersebut. Pengembangan tapak melalui perencanaan lanskap agrowisata bertujuan agar lanskap pertanian yang ada dapat lebih berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan dengan pelestarian pertanian lokal, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalamnya

Metode dalam perencanaan lanskap agrowisata menggunakan metode Gold (1980) dengan pendekatan sumber daya alam dan harmonisasi aktivitas pertanian dan wisata. Proses perencanaan lanskap diawali dengan persiapan studi kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis yang berkaitan dengan potensi dan kendala dalam pengembangan tapak. Dari hasil analisis data secara spasial dan deskriptif, diperoleh hasil sintesis berupa block plan, suatu rencana ruang yang diharapkan di dalam tapak. Tahap akhir dari proses perencanaan berupa perencanaan lanskap sebagai batasan dari studi ini. Produk akhir studi ini berbentuk site plan dengan kegiatan pendukung agrowisata di dalamnya.

Konsep agrowisata yang dikembangkan pada tapak merupakan upaya memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal. Optimalisasi tapak sebagai kawasan agrowisata dilakukan dengan mengintegrasikan setiap elemen pembentuk lanskap yang diterjemahkan kedalam ruang dan sirkulasi agrowisata berdasarkan ragam aktivitas dan fasilitas serta penataan hijau yang akan dikembangkan. Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata di Desa Situdaun adalah pusat budidaya pertanian dan perikanan yang mendukung aktivitas wisata, sehingga dapat menjadi objek dan atraksi agrowisata berbasis pertanian dan perikanan. Dengan konsep tersebut, tapak diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada tapak. Pengembangan tapak sebagai objek dan atraksi agrowisata harus mampu memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun tanpa mengorbankan kepentingan ekologis. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, konservasi, pendidikan, dan ekonomi.

Konsep ruang di dalam tapak dikembangkan berdasarkan potensi ruang yang telah ada yang terbentuk oleh pola penggunaan lahan diselaraskan dengan tujuan serta konsep dasar perencanaan yang diharapkan. Ruang di dalam tapak terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Di dalam ruang agrowisata, terdapat sub-sub agrowisata pertanian dan perikanan sebagai tempat berlangsungnya atraksi aktivitas agrowisata. Ruang pendukung berfungsi memberikan kelengkapan,


(14)

kemudahan serta kenyamanan aktivitas agrowisata. Sedangkan ruang penyangga sebagai ruang konservasi pada tapak. Konsep aktivitas yang dikembangkan berdasarkan keikutsertaan pengunjung di dalam proses pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Konsep fasilitas yang dikembangkan adalah penyediaan fasilitas yang memberikan nilai fungsional, peletakan yang tepat, memiliki nilai estetik, mudah pemeliharaan serta mendukung karakter tapak. Sedangkan konsep sirkulasi dikembangkan dengan membedakan jalur pengunjung dan masyarakat sehingga keteraturan dan kenyaman bagi masing-masing tujuan tersebut dapat tercapai.

Tapak merupakan kawasan yang cukup luas dengan pola pemanfaatan yang cukup beragam pula. Pola pemanfaatan lahan pertanian dan perikanan dengan produk bernilai komersial yang dihasilkan merupakan potensi dasar bagi pengembangan agrowisata. Lokasinya yang strategis karena dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan Agroedutourism Kampus IPB Dramaga, Kampung Wisata Cinangneng, dan objek wisata Gunung Salak. Bahkan dengan keberadaan beberapa objek wisata ini, dapat diciptakan sebuah alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu atau sebaliknya. Tiga akses masuk ke dalam tapak memudahkan dalam pengaturan jalur masuk-keluar pengunjung maupun masyarakat, sehingga mempermudah dalam hal keamanan dan kenyamanan. Pemandangan hamparan lahan budidaya dengan background pegunungan merupakan objek menarik yang terdapat di dalam tapak, didukung dengan variasi kondisi topografi memberikan kesan dinamis serta good view yang dapat menunjang konsep agrowisata yang diharapkan.

Ruang agrowisata dibentuk berdasarkan potensi penggunaaan lahan dan jenis produk yang ada, sehingga terbagi atas ruang agrowisata pertanian (35,93 %) dan agrowisata perikanan (5,63 %). Ruang pendukung agrowisata dibagi atas ruang penerimaan (0,34 %) sebagai welcome area, ruang pelayanan (1,13%) sebagai ruang yang dapat memberikan pelayanan dan kemudahan bagi pengunjung, ruang transisi (0,4 %) sebagai ruang persiapan untuk mengarahkan dan memperkenalkan pengunjung terhadap ruang-ruang wisata di dalam tapak, ruang masyarakat (6,35 %) sebagai alokasi ruang bagi kehidupan mayarakat petani yang terdapat pada tapak. Ruang penyangga (50,21 %) pada tapak merupakan ruang konservasi untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai kawasan konservasi tanah dan air.

Aktivitas yang dikembangkan di dalam tapak vditerjemahkan ke dalam keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas aktif yang dikembangkan pada ruang agrowisata dapat berupa aktivitas budidaya yang mulai dari persiapan lahan hingga proses pasca panen. Sedangkan aktivitas pasif yang dikembangkan adalah aktivitas yang lebih rekreatif tanpa melibatkan pengunjung dalam proses budidaya secara langsung. Fasilitas yang disediakan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas yang dikembangkan serta konsep yang diharapkan.

Jalur di dalam kawasan terbagi atas dua kepentingan yaitu bagi pengunjung dan masyarakat. Jalur pengunjung terbagi atas jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur primer sebagai jalur utama wisata menghubungkan setiap ruang wisata di dalam tapak, sehingga menciptakan touring system, sebagai suatu sistem perjalanan wisata di dalam tapak. Jalur sekunder ditujukan bagi kendaraan sepeda dan jalur tersier ditujukan bagi pejalan kaki. Jalur masyarakat terbagi atas jalur


(15)

5

primer dan sekunder. Jalur primer bagi masyarakat ditujukan untuk kepentingan produksi dan angkutan umum, sedangkan jalur sekunder bagi hubungan lingkungan dan ketetanggaan.

Pengembangan tata hijau pada tapak diarahkan sealami mungkin dengan memperhatikan fungsi pendukung vegetasi dalam membangun kualitas lingkungan agar bernilai indah dan berfungsi dengan baik, dan memperhatikan konfigurasi vegetasi eksisiting alami pada tapak. Fungsi tersebut diterjemahkan dalam penataan vegetasi estetis, pengarah, peneduh, dan konservasi untuk menjaga dan meningkatkan ketersediaan air di dalam tapak. Tanaman yang digunakan lebih mengutamakan jenis tanaman eksisiting dan intoduksi jenis vegetasi yang dapat mengkonservasi tanah dan air. Hal ini disebabkan karena vegetasi ini merupakan elemen lanskap yang sesuai dengan kondisi biofisik tapak, dan diwujudkan melalui penataan tanaman. Penataan hijau ini juga disesuaikan dengan tujuan perencanaan, fungsi tanaman dan ruang yang akan dikembangkan sehingga dapat menampung kegiatan yang ada di dalam tapak.


(16)

Judul : Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Asril Hafif Sachmud

NRP : A 34201010

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 131 430 805

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019


(17)

7

RIWAYAT HIDUP

Asril Hafif Sachmud lahir di Sibuhuan 24 September 1983 merupakan putra pertama dari empat bersaudara pasangan Samri Achyar dan Salmawati.

Pendidikan dasar diselesaikan di SDN V Tanjung Balai Sumatera Utara pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 1 Kisaran dan melanjutkan dengan sekolah menengah atas SMUN 1 Kisaran dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.


(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul studi ini berjudul ‘Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor’. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan semangat, arahan, bimbingan, motivasi serta inspirasi bagi penulis. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga atas kasih sayang, cinta, doa dan dukungannya. Tidak lupa teima kasih kepada teman-teman lanskap atas semangat dan kebersamaannya, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin

Bogor, Juli 2008


(19)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Kegunaan... 3

1.4. Kerangka Pikir Studi... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Perencanaan Lanskap ... 5

2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak ... 5

2.1.2. Perencanaan Lanskap... 5

2.1.3. Proses Perencanaan Lanskap... 6

2.1.4. Produk Perencanaan Lanskap ... 8

2.2. Rekreasi dan Wisata... 8

2.2.1. Pengertian Rekreasi dan Wisata ... 8

2.2.2. Sumberdaya Wisata ... 10

2.2.3. Objek dan Atraksi Wisata ... 11

2.2.4. Pelayanan Wisata ... 11

2.2.5. Produk Wisata ... 12

2.2.6. Perencanaan Kawasan Rekreasi ... 12

2.2.7. Daya Dukung Rekreasi ... 13

2.3. Agrowisata... 14

2.3.1. Pengertian Agrowisata... 14

2.3.2. Manfaat Agrowisata ... 16

2.3.3. Lanskap Agrowisata ... 16

2.3.4. Ruang Lingkup Agrowisata ... 17

2.3.5. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata... 18

2.3.6. Saran dan Prasaran Pendukung Agrowisata ... 19

III. METODOLOGI... 21

3.1. Lokasi dan Waktu Studi ... 21

3.2. Metode Studi ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1. Data dan Analisis ... 27

4.1.1. Aspek Bio Fisik ... 27

4.1.1.1. Letak, Luas, dan Aksesbilitas. ... 27

4.1.1.2. Iklim ... 32

4.1.1.3. Tanah... 39

4.1.1.4. Topografi dan Kemiringan Lahan... 40

4.1.1.5. Vegetasi ... 44


(20)

4.1.1.7. Hidrologi ... 48

4.1.1.8. Sensuous Quality... 55

4.1.1.9. Tata Guna Lahan... 57

4.1.1.10. Fasilitas dan Ultilitas ... 61

4.1.2. Aspek Sosial ... 63

4.1.2.1. Kpendudukan, keinginan pengguna tapak ... 63

4.2. Sintesis ... 66

4.3. Konsep Perencanaan ... 70

4.3.1. Konsep Dasar ... 70

4.3.2. Pengembangan Konsep ... 72

4.3.2.1. Konsep Ruang ... 72

4.3.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas... 73

4.3.2.3. Konsep Sirkulasi... 75

4.3.2.4. Konsep Tata Hijau ... 76

4.4. Perencanaan ... 78

4.4.1. Rencana Ruang ... 78

4.4.2. Rencana Aktivitas dan Fasilitas ... 83

4.4.3. Rencana Sirkulasi... 93

4.4.4. Rencana Tata Hijau ... 97

4.4.5. Touring Plan... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 105

5.1. Kesimpulan ... 105

5.2. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 107


(21)

11

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Aspek, Jenis, Kegunaan dan Sumber Data... 23

2. Data Iklim Desa Situdaun Tahun 2002-2006... ... 32

3. Nilai THI Desa Situdaun ... 34

4. Vegetasi Non Pertanian di Desa Situdaun... 44

5. Potensi Eksisiting Vegetasi terhadap Pengembangan Ruang ... 45

6. Potensi Eksisiting Satwa terhadap Pengembangan Ruang... 47

7. Karakteristik Badan dan Aliran Air ... 48

8. Analisis Kualitas Fisika dan Kimia Air... 53

9. Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan... 58

10.Potensi Tata Guna Lahan sebagai Pembentuk Ruang... 59

11.Jenis Fasilitas Umum ... 61

12.Jumlah Penduduk Desa Situdaun berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

13.Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencahariannya ... 64

14.Jumlah Kunjugan ke Desa Situdaun ... 65

15.Hasil Analisis dan Sintesis ... 66

16.Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata ... 90


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman 1. Kerangka pikir studi... 4 2. Peta Orientasi Lokasi Studi ... 21 3. Proses perencanaan lanskap... 22 4. Batas Desa ... 28 5. Pencapaian lokasi studi ... 29 6. Jalan di dalam Tapak... 30 7. Angkutan Umum sebagai Moda Transportasi pada Tapak ... 31 8. Jalur Masuk Menuju Desa ... 31 9. Pengaruh Vegetasi terhadap Perubahan Suhu ... 34 10.Grafik Iklim Desa Situdaun Tahun 2002-2006 ... 35 11.Pengontrolan Sinar Matahari pada Hardmaterial dan Softmaterial... 37 12.Transmisi Sinar Matahari pada Vegetasi... 37 13.Pemantulan Sinar Matahari pada berbagai Permukaan... 38 14.Pengontrolan Angin dengan Vegetasi ... 38 15.Peta Kemiringan Lahan Desa Situdaun... 42 16.Efek Kemiringan Lahan ... 43 17.Upaya Konservasi pada Tapak ... 43 18.Tipikal Konfigurasi Vegetasi pada Tapak... 46 19.Badan dan Aliran Air ... 49 20.Vegetasi di Sekitar Situ (Check Dam) ... 50 21.Pembatasan Akses ke Area Situ (Check Dam) ... 50 22.Kondisi Saluran Air ... 51 23.Pemanfaatan Air Untuk Budidaya ... 52 24.Pola Alir Air pada Pemanfaatan Air ... 52 25.Peta Hidrografi Desa Situ Daun... 54 26. Good View... 55 27.Sensuous Quality di Desa Situdaun ... 56 28.Peta Tata Guna Lahan Desa Situdaun... 60 29.Jaringan Jalan dan Listrik pada Tapak ... 61


(23)

13

30.Aktivitas Pengunjung Menikmati Pemandangan... 65 31.Diagram Konsep Ruang pada Tapak... 72 32.Diagram Konsep Aktivitas Wisata... 74 33.Diagram Konsep Sirkulasi... 75 34. Block Plan... 77 35.Ilustrasi Ruang Agrowisata Pertanian ... 78 36.Ilustrasi Ruang Agrowisata Perikanan ... 79 37.Ilustrasi Ruang Penerimaan Utama ... 80 38.Ilustrasi Ruang Pelayanan ... 81 39.Ilustrasi Ruang Transisi... 81 40.Diagram Rencana Ruang... 82 41.Rencana Ruang ... 84 42.Ilustrasi Aktivitas Agrowisata Pertanian... 85 43.Ilustrasi Fasilitas Agrowisata Pertanian ... 85 44.Ilustrasi Aktivitas di Ruang Agrowisata Perikanan ... 86 45.Ilustrasi Fasilitas Saung Pancing ... 86 46.Ilustrasi Papan Penunjuk Arah dan Informasi ... 87 47.Ilustrasi Aktivitas di Ruang Transisi... 88 48.Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Konservasi... 89 49.Ilustrasi Fasilitas Observation Deck... 89 50.Potongan Jalur Primer dan Sekunder Wisata ... 94 51.Ilustrasi Jalur Sepeda... 94 52.Ilustrasi Stopping Area... 95 53.Rencana Sirkulasi... 96 54.Rencana Tata Hijau ... 98 55.Rencana Tapak ... 103 56. Touring Plan... 104


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 ... 111


(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan oganisme dinamis dengan perkembangan pola pikir dan tingkat kebutuhan tumbuh semakin pesat. Salah satu bentuk kebutuhan yang

dinamis itu adalah kebutuhan akan keindahan, kenyamanan, dan suasana

pencarian keseimbangan dengan alam. Kebutuhan ini cenderung berada

pada dimensi psikologis manusia karena berhubungan langsung dengan naluri eros, ego, dan super ego, nilai rasa, cipta, serta keinginan berapresiasi. Pemenuhannya biasanya dilakukan pada waktu tertentu (waktu luang) dengan melakukan berbagai kegiatan antara lain rekreasi atau wisata pada berbagai macam lanskap yang menjanjikan pemuasan kebutuhan tersebut.

Semakin meningkatnya permintaan untuk memenuhi kebutuhan ini menyebabkan peranan keanaekaragaman dalam rekreasi pun sangat penting, diselaraskan dengan semakin bervariasinya keinginan dan selera wisatawan, sehingga tersedia berbagai pilihan untuk berekreasi (Soemarwoto, 1991). Dalam perkembangannya, semakin beragam pula model lanskap wisata yang ditawarkan disesuaikan dengan jenis kegiataannya. Kegiatan wisata sendiri dapat berupa agrowisata, wisata alam, wisata buru, dan wisata rimba (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Model agrowisata adalah lanskap wisata khas yang cocok dikembangkan

di Indonesia. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat berlimpahnya potensi sektor pertanian di Indonesia. Kabupaten Bogor-sampai tahun 2006-memiliki luas lahan pertanian mencapai 151.296 ha, dan luas areal kolam ikan mencapai 1.776 ha (Bapeda Jabar, 2007). Angka luasan ini termasuk salah satu yang terbesar di Jawa Barat. Potensi yang sama terdapat di Desa Situdaun. Hampir 52 % luas wilayahnya berupa lahan pertanian dan 3% berupa areal kolam ikan. Potensi penduduk Desa Situdaun juga sangat besar dengan dua per tiga jumlah penduduk usia produktifnya berprofesi sebagai petani. Hamparan lahan pertanian dan perikanan di Desa Situdaun ditunjang dengan pemandangan lanskap desa yang indah, dikolaborasikan dengan background Gunung Salak di


(26)

sebelah selatan; dan diapit oleh aliran Sungai Ciheudeng dan Cinangneng yang memainkan peran penting dalam siklus hidrologi dalam menopang keberlangsungan kegiatan pertanian dan perikanan di daerah ini.

Pada kenyataannya potensi tesebut tidak berkembang maksimal. Masalah yang terdapat pada tapak adalah munculnya gejala masalah alih guna lahan. Gejala masalah alih guna lahan adalah isu tata guna lahan yang dapat disebabkan oleh terjadinya perpindahan penduduk ke kota, penghasilan yang rendah, peluang/kesempatan kerja, kesehatan dan nutrisi yang buruk, produksi subsisten yang tidak sesuai, terjadi degradasi lahan-lahan erosi di tanah pertanian dan banjir (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Gejala masalah alih guna lahan yang terdapat pada tapak meliputi penghasilan yang rendah disebabkan biaya produksi yang lebih tinggi, dan peluang/kesempatan beralih ke jenis mata pencaharian lain. Kondisi ini dikhawatirkan dapat meningkatkan jumlah konversi lahan pada tapak. Tak jarang bagi mereka, pilihan untuk menyewakan atau menjual lahan kepada pengusaha luar daerah menjadi solusi efektif dan populis sampai saat ini.

Solusi berupa perencanaan agrowisata yang komprehensif dan imparsial setidaknya akan mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan ini. Nantinya tapak tidak hanya dikembangkan hanya untuk kegiatan produksi tetapi juga mempunyai nilai jual pada sektor wisata. Imbasnya, pendapatan petani semakin meningkat sehingga dapat mempertahankan dan terus memberdayakan lahannya.

1.2. Tujuan

Studi ini bertujuan untuk menyusun suatu perencanaan lanskap agrowisata, dengan menyediakan ruang-ruang wisata pertanian yang dilengkapi dengan jalur sirkulasi dan sarana penunjang. Lanskap agrowisata ini direncanakan agar berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan, dan secara tak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.


(27)

3

1.3. Kegunaan

Hasil studi ini berupa rencana lanskap agrowisata Situdaun diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Acuan rencana pengembangan agrowisata bagi pemerintah setempat.

2. Bahan pertimbangandalam usaha pelestarian pertanian lokal serta peningkatan kesejahteraaan masyarakat setempat.

1.4. Kerangka Pikir Studi

Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa kondisi tapak sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu objek agrowisata. Desa Situdaun memiliki banyak potensi sumberdaya alam dan aktivitas masyarakatnya yang terkomposisi dalam karakter lanskap pertanian. Namun selama ini potensi tersebut dominan difungsikan pada kegiatan produksi. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan yang dapat mengakomodasi dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi tapak yang sinergi.

Perencanaan dilakukan dengan mengoptimalkan setiap potensi pada tapak. Komponen-komponen tersebut kemudian diterjemahkan dalam ruang dan pola sirkulasi berdasarkan aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Berdasarkan ruang dan pola sirkulasi yang terbentuk serta penyediaan fasilitas wisata, dilakukan perencanaan lanskap agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor (Gambar 1).


(28)

Gambar 1. Kerangka Pikir Studi Potensi lanskap

(Pendekatan rekreasi Gold, 1980): 1.Sumberdaya fisik

• Hamparan lahan pertanian tanaman pangan dan perikanan,

pemandangan tapak (karakter lanskap pertanian) • Jenis penggunaan

lahan 2.Aktivitas sosial

• Rutinitas kegiatan budidaya pertanian dan perikanan

Masalah:

1.Gejala masalah alih guna lahan

•Tingkat pendapatan • Peluang kesempatan

kerja

2.Penggunaan lahan aktual

•Konversi lahan 3.Transformasi lanskap

(jangka panjang) Eksisting lanskap Desa Situdaun :

lanskap pedesaan berupa pertanian dan perikanan

Produk :

Perencanaan Lanskap Agrowisata Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

•Gambar site plan •Gambar rencana ruang •Gambar rencana sirkulasi •Gambar rencana tata hijau

Konsep agrowisata •Ruang

•Aktivitas dan fasilitas •Sirkulasi

•Tata hijau • Touring plan

Objek dan atraksi wisata

Daya dukung rekreasi


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Lanskap

2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak

Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, di mana karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat karakter lanskapnya (Simonds, 1983). Menurut Rachman (1984), lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau bagian dari muka bumi dengan segala sifat dan kehidupan yang ada di dalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan, manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan.

Tapak (site), secara fisik, merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis, tapak didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu. Tapak merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk lanskap (tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik dan budaya manusia yang mendiaminya. Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (forms, features, forces) dengan karakter tertentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas, dan lainnya) yang mempengaruhi tujuan dan pembentukan dan penataannya (Nurisjah, 2004).

2.1.2. Perencanaan Lanskap

Knudson (1980) menyatakan, bahwa perencanaan lanskap adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan mengintrepertasikan data, memproyeksikan ke masa depan, mengidentifikasikan masalah dan memberikan pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan lanskap adalah suatu proses sintesis yang kreatif tanpa akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan evolusi yang teratur.


(30)

Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, maka akan mempengaruhi bagian lainnya (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1994), perencanaan tapak merupakan suatu bentuk pendekatan ke masa depan terhadap lahan yang diikuti imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak. Lebih lanjut Laurie (1994) menyatakan perencanaan tapak adalah suatu proses ketika persyaratan-persyaratan program dilengkapi, ditempatkan, dihubungkan satu sama lain, dengan menghindari kerusakan pada tapak. dan diikuti oleh proses imajinasi serta kepekaan terhadap analisis tapak. Tahap ini adalah tahap awal terjadinya proses pemahaman dan pengaturan ruang, sirkulasi, saran dan prasarana. nilai-nilai keindahan. air dan perlindungan tanah serta keadaan di atasnya pada suatau tapak. Hubungan timbal balik antara tapak dengan program menghasilkan tata guna lahan.

2.1.3. Proses Perencanaan Lanskap

Gold (1980) menyatakan bahwa proses perencanaan merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait dan saling menunjang. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa proses perencanaan merupakan suatu tahapan sistematis untuk menentukan kondisi awal tapak, kondisi yang diinginkan pada tapak dan cara atau model terbaik untuk mencapai kondisi yang diinginkan pada tapak tersebut. Adapun proses perencanaan yang dikemukakan Gold (1980) terdiri dari enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan.

Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan, program dan informasi lain tentang berbagai keinginan pemilik dan pemakai (Gold, 1980). Pada awal proses perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan dan menjawab berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dan mengakomodasikan berbagai kepentingan ke dalam produk (lahan) yang direncanakan, seperti untuk mengkreasi dan merencanakan secara fisik berbagai bentuk pelayanan, fasilitas dan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya tersedia lainnya serta nilai-nilai budaya manusia. Pada tahapan perencanaan selalu terdapat kemungkinan adanya perubahan yang diakibatkan oleh penyesuaian kepentingan dan beberapa hal yang


(31)

7

tidak dapat dihindari. Selama dapat menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut dapat ditoleransi atau diakomodasikan (Nurisjah dan Pramukanto, 1996).

Inventarisasi merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari tapak. Dilakukan dengan survei lapang, wawancara, pengamatan, perekaman, studi pustaka dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1996), data yang dikumpulkan dalam inventarisasi meliputi: (a) Data fisik, terdiri dari: data iklim, fisiografi, topografi, hidrologi, kemiringan, biota, kualitas visual dan tata ruang; (b) Data sosial, terdiri dari: kebudayaan, kependudukan, perilaku dan kebiasaan pengguna lanskap; (c) Data ekonomi, menyangkut tentang berbagai ketersediaan biaya untuk pelaksanaan dan pemeliharaan.

Analisis merupakan suatu tahapan untuk mengidentifikasi potensi, masalah dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak sebagai alternatif berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi tapak (Rachman, 1984). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1996), analisis dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan terhadap keindahan dan kelestarian rencana pada tapak/lahan tersebut sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi dan berbagai tingkat kerawanan atau kerapuhan tapak. Penentuan suatu potensi bila sesuai dengan tujuan dan atau mengganggu tapak dan daerah sekitarnya. Secara kualitatif deskriptif, elemen pembentuk lanskap dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu masing-masing yang termasuk ke dalam kelompok potensi, kendala, amenity, danger signal. Secara kuantitatif, dihitung daya dukung dari sumber daya yang akan dikembangkan untuk tujuan dan fungsi yang direncanakan atau diinginkan. Untuk pengembangan suatu tapak/lahan sebaiknya diperhatikan ambang batas daya dukungnya agar tidak terjadi degradasi sumber daya sehingga kelestarian dan keindahan alamnya dapat tetap terjaga. Hasil dari proses analisis disajikan dalam bentuk kemungkinan atau alternatif pengembangan tapak/lanskap, baik dalam skala lanskap total maupun hanya bagian dari tapak yang direncanakan.

Sintesis merupakan suatu tahap menentukan alternatif pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi dengan menggunakan beberapa cara yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan (Rachman, 1984). Pada tahap ini, hasil dari tahap


(32)

analisis dikristalisasi dan dikembangkan sebagai input untuk menentukan konsep pengembangan yang mengacu pada tujuan dan fungsi yang ditetapkan.

Konsep menurut Rachman (1984) merupakan tahap mencari dan menetapkan cara terbaik untuk pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh alternatif-alternatif pembagian ruang/zonasi (Rachman, 1984). Nurisjah dan Pramukanto (1996) menyatakan bahwa hasil dari tahap sintesis adalah altenatif-alternatif perencanaan, dimana altenatif-alternatif tersebut merupakan altenatif-alternatif terpilih yang berupa modifikasi dan kombinasi dari beberapa alternatif pra-perencanaan. Alternatif yang terpilih ini harus memenuhi syarat dasar yaitu memungkinkan untuk dilaksanakan dan dipelihara berdasarkan aspek fisik, sosial, ekonomi, maupun teknik.

2.1.4. Produk Perencanaan Lanskap

Perencanaan, menurut Rachman (1984), merupakan tahap penyusunan rencana seksama atas konsep dan hasilnya berupa rencana gambar dan administratif. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1996), hasil perencanaan lanskap dapat disajikan dalam bentuk gambar pra-perencanaan terdiri dari gambar situasi tapak awal (denah, perspektif atau ilustrasi lainnya), dan gambar atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis (detil dan menyeluruh, perwilayahan, block plan), sedangkan gambar perencanaan lanskap yaitu: rencana lanskap utama (master landscape plan), rencana tata letak (site plan), rencana tata hijau (planting plan), rencana teknis konstruksi (construction plan) dan rencana teknis lainnya.

2.2. Rekreasi dan Wisata

2.2.1. Pengertian Rekreasi dan Wisata

Rekreasi adalah apa yang terjadi dalam hubungan dengan kepuasan diri yang diperoleh dari pengalaman (Gold, 1980). Rekreasi juga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menggunakan waktu luang yang menyenangkan dan konstruktif, yang memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman mental maupun fisik dari alam (Douglas, 1992). Soemarwoto (1991) menyatakan bahwa rekreasi bukan hanya berarti bersenang-senang, melainkan harus diartikan sebagai


(33)

9

re-kreasi, yaitu secara harfiah berarti diciptakan kembali dan memulihkan kekuatan dirinya baik fisik maupun spiritual. Menurut Nurisjah dan Pramukanto ( 1 9 9 6 ) rekreasi merupakan aktivitas penggu naan waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Rekreasi direncanakan tidak hanya suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan mengembangkan kemampuan seseorang serta memuaskan hasrat alami manusia untuk sesuatu yang baru dengan gaya hidup yang memuaskan.

Rekreasi menuntut pemilihan berbagai pemilihan aktivitas oleh individu atau kelompok, baik yang aktif maupun pasif (Gold, 1980). Aktivitas rekreasi terjadi pada berbagai tingkatan umur manusia, ditentukan elemen waktu, kondisi dan sikap manusia serta situasi lingkungan. Ungkapan yang senada olehClawson dan Knetsch (1966), kegiatan rekreasi dibedakan menjadi kegiatan yang bersifat aktif dan pasif. Rekreasi aktif lebih berorientasi pada manfaat fisik dan pelakunya aktif secara fisik. Rekreasi pasif lebih berorientasi mental daripada fisik. Pada prakteknya kegiatan rekreasi dapat berupa aktivitas berenang, memancing, berperahu, berpiknik, sightseeing, jogging, berkemah, mendaki gunung, dan sebagainya.

Wisata merupakan pergerakan orang sementara menuju tempat tujuan yang berada di luar tempat biasa mereka bekerja dan tinggal, aktivitas yang dilakukan selama mereka tinggal ditempat tujuan dan fasilitas yang diciptakan untuk melayani kebutuhan mereka (Gunn, 1994). Holden (2000) menambahkan bahwa pembangunan wisata ditempat tujuan meliputi penggunaan sumberdaya fisik dan alam yang kemudian akan berdampak terhadap ekonomi, budaya dan ekologi di tempat tujuan wisata yang sedang berkembang. Wisata adalah sebuah sistem, tidak hanya bertemunya bisnis pengunjung, tetapi juga masyarakat dan lingkungan.

Pariwisata adalah industri yang berkaitan dengan perjalanan untuk mendapatkan rekreasi. Daya tarik pariwisata atau rekreasi terletak pada keindahan yang dapat dinikmati wisatawan dan tersedianya sesuatu yang spesifik di daerah tujuan wisata. Spillane (1994) mengungkapkan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan


(34)

perorangan atau kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dalam kebahagiaan dengan lingkungan hidup, dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu pengetahuan. Kelly (1998) menyatakan secara kuantitatif, turis dan kepariwisataan biasanya digambarkan sebagai orang yang melakukan perjalanan di luar kepentingan bisnis, dengan jarak lebih dari 50 mil dari dan lebih dari semalam meninggalkan dan jauh dari tempat tinggalnya. Kebanyakan perjalanan dengan keberangkatan yang terjadwal, dan dengan anggaran yang tersusun dan terhitung rapi. Dari sekian banyaknya definisi tentang kepariwisataan, ada dua paradigma penting terkait dengan apakah kepariwisataan itu memiliki jaringan sehingga berhasil pada proses perencanaannya. Pertama, pardigma bahwa kepariwisataan adalah suatu pengalaman perorangan yang menurut beberapa teori antropologi adalah sebuah pengalaman ritual budaya pada manusia. Kedua, paradigma yang melihat kepariwisataan sebagai kegiatan ekspor

2.2.2. Sumberdaya Wisata

Sumberdaya untuk kegiatan wisata menurut Gold (1980) adalah tempat tujuan bagi orang yang melakukan wisata yang merupakan suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik keinginan untuk berwisata. Ketersediaan sumberdaya untuk berwisata dapat dilihat dari jumlah dan kualitas dari sumberdaya yang tersedia serta dapat digunakan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui sumberdaya yang tersedia dapat dilakukan identifikasi dan inventarisasi kemudian dianalisis potensi dan kendalanya.

Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dalam istilah wisata disebut dengan natural amenities seperti iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan, flora dan fauna serta pusat-pusat kesehatan yang termasuk dalam kelompok ini; (2) Hasil ciptaan manusia antara lain benda-benda yang memiliki nilai sejarah, keagaman dan kebudayaan; (3) Tata cara hidup masyarakat setempat. Merencanakan suatu kawasan wisata merupakan upaya untuk menata dan memanfaatkan sumberdaya wisata untuk mendukung kegiatan wisata yang akan dikembangkan dan meminimalkan kerusakannya.


(35)

11

2.2.3. Objek dan Atraksi Wisata

Objek wisata merupakan andalan utama bagi pengembangan kawasan wisata, dan didefinisikan sebagai suatu keadan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (Nurisjah (2004). Sedangkan atraksi wisata diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata. Daya tarik wisata atau objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu darah tujuan wisata (Suwantoro 1997). Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka, sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir, serta memiliki daya tarik yang tinggi terhadap keindahan alamnya ataupun nilai khusus suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

Berdasarkan Yoeti (1997), atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. Sedangkan objek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar. Dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan objek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Objek dan segala atraksi wisata yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu tempat dan keasliannya harus dipertahankan, sehingga wisatawan hanya dapat melihat dan menyaksikan objek serta atraksi wisata hanya di tempat tersebut. Objek wisata khususnya agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti areal perkebunan, namun juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik.

2.2.4. Pelayanan Wisata

Objek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya (Tirtawinata dan Fachruddin


(36)

1996). Fasilitas pelayaan didirikan di lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi sacara maksimal. Kehadiran wisatawan ditentukan oleh kemudahan yang diciptakan termasuk ketersediaan fasilitas pelayanan wisata (Deptan, 2003). Fasilitas dan pelayanan wisata merupakan semua fasilitas yang fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya, dimana mereka dapat santai menikmati dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut (Yoeti 2003).

2.2.5. Produk Wisata

Produk pariwisata atau wisata merupakan susunan produk yang terdiri dari campuran atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan. Produk ini merupakan bahan baku bagi perencana dan penyelenggara perjalanan wisata untuk menyusun paket wisata yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada calon wisatawan. Produk wisata adalah satu paket atau kemasan yang terdiri dari komponen barang-barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat digunakan untuk beraktivitas di daerah tujuan wisata dan paket ini akan dilihat atau disaksikan oleh wisatawan sebagai suatu pengalaman yang dapat dibeli dengan harga tertentu (Yoeti 2003). Menurut pengertian tersebut terdapat lima komponen utama dalam total produk wisata yaitu daya tarik daerah tujuan wisata, fasilitas dan pelayanan, aksesibilitas, image dan persepsi daerah tujuan wisata serta harga atau biaya untuk perjalanan wisata.

2.2.6. Perencanaan Kawasan Rekreasi

Gold (1980) mengungkapkan perencanaan kawasan rekreasi adalah suatu proses yang menghubu ngkan manu sia dengan waktu luang dan ruang. Penggunaan informasi untuk mengalokasikan sumberdaya dalam rangka mengakomodasikan waktu luang pada saat ini dan di masa yang akan datang, yang dibutuhkan oleh suatu populasi dan areal perencanaan (Gold, 1980).

Menurut Gold (1980) terdapat beberapa prinsip umum dalam perencanaan kawasan rekreasi, yaitu: ( 1 ) Semua orang harus dapat melakukan aktivitas dan memakai fasilitas rekreasi; (2) Rekreasi harus dikoordinasikan dengan


(37)

13

kemungkinan-kemungkinan rekreasi lain yang sama untuk menghindari duplikasi; (3) Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi; (4) Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang; ( 5 ) Fasilitas dan programnya secara finansial harus dapat dikerjakan; (6) Penduduk di sekitarnya harus dilibatkan dalam perencanaan; (7) Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi; (8) Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi; (9) Fasilitas-fasilitasnya harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin untuk menyediakan waktu yang sebaik-baiknya demi kesehatan, keamanan, dan kebahagiaan penggunanya; merupakan contoh desain yang positif serta suatu bentuk kepedulian terhadap manusia.

Perencanaan kawasan rekreasi dilakukan melalui empat tipe pendekatan (Gold. 1980), yaitu:

1. Pendekatan sumberdaya, yaitu dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya untuk menentukan bentuk serta kemungkinan rekreasi dan atraksi wisata.

2. Pendekatan aktivitas, yaitu dengan menyeleksi aktivitas pada masa lalu untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.

3. Pendekatan ekonomi, yaitu dengan mempertimbangkan dasar ekonomi atau sumber fiskal dari masyarakat digunakan untuk menentukan jumlah, tipe, dan kemungkinan-kemungkinan rekreasi.

4. Pendekatan perilaku, dengan mempertimbangkan perilaku manusia dan kejadian-kejadian pada waktu luang yang mempengaruhi pemilihan tentang bagaimana, di mana dan kapan orang-orang menggunakan waktu luangnya

2.2.7. Daya Dukung Rekreasi

Daya dukung adalah konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, melalui ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan, terutama untuk mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan. Sehingga keberadaan, kelestarian dan fungsinya dapat terwujud dan pada saat dan ruang yang sama juga


(38)

pengguna atau masyarakat pemakai sumberdaya tersebut tetap berada dalam kondisi sejahtera dan/atau tidak dirugikan (Bahar, 2004).

Gold (1980) mendefinisikan daya dukung rekreasi sebagai kemampuan suatu area rekreasi secara alami, segi fisik, dan sosial untuk dapat mendukung atau menampung penggunaan aktivitas rekreasi dan memberikan suatu kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan; atau jumlah penggunaan aktivitas yang dapat diberikan suatu sumberdaya yang paling sesuai terhadap perlindungan rekreasi tersebut dan kepuasaan yang didapat oleh pengguna.

Sementara itu Douglass (1992) mendefinisikan daya dukung rekreasi sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menghitung hubungan antara suatu kausalitas atraksi tersebut. Daya dukung optimal aktivitas rekreasi merupakan banyaknya aktivitas yang dapat ditampung oleh suatu area tertentu selama jangka waktu tertentu dan memberikan perlindungan yang semestinya kepada sumberdaya area tersebut dan memberikan kepuasan kepada pengguna. Daya dukung ini terbagi dua :

1. Daya dukung fisik, yaitu jumlah pengguna yang dapat ditampung pada suatu area tanpa adanya perubahan pada kualitas rekreasi pada tapak tersebut. 2. Daya dukung sosial, yaitu tingkatan aktivitas rekreasi yang sangat disukai

dan diterima oleh penggunanya.

2.3. Agrowisata

2.3.1. Pengertian Agrowisata

Agrowisata adalah salah satu bentuk wisata yang objek wisata utamanya adalah lanskap pertanian, sehingga secara sederhana dapat disimpulkan bahwa agrowisata adalah rekreasi atau wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian. Dalam istilah sederhana, agrowisata didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman (www.farmstop.com).


(39)

15

Bahar (1989 ) mendefinisikan agrowisata sebagai suatu rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan objek-objek di sektor pertanian, antara lain perkebunan, ladang pembibitan, palawija dan Iain-lain, guna meningkatkan produktifitas di sektor pertanian. Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996), agrowisata merupakan suatu upaya yang berkaitan dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian, yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaaan. Maetzold (2002) menyatakan agritourism adalah usaha alternatif dengan mengundang beberapa orang lahan pertanian atau peternakan. Dapat juga digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terjadi ketika perjalanan seseorang dihubungkan dengan produk, pelayanan, dan pengalaman pertanian. Produk itu sendiri bisa merupakan suatu pengalaman.

Agrowisata bukanlah wisata yang hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Cara-cara bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara-cara penciptaan varietas baru tebu merupakan salah satu contoh objek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga merupakan salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah yang dihasilkan pengrajin. Dengan datangnya masyarakat mendatangi objek wisata juga terbuka peluang pasar, tidak hanya bagi produk dari objek agrowisata yang bersangkutan, namun pasar dari segala kebutuhan masyarakat (Deptan, 2003). Dengan demikian, melalui agrowisata bukan semata merupakan usaha/bisnis dibidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis, dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah. Dengan demikian maka agrowisata dapat


(40)

menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian, dan ekonomi nasional (Deptan, 2003).

2.3.2. Manfaat Agrowisata

Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang di lakukan di kawasan pertanian dan aktifitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wistawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan bahwa agrowisata merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaaan.

Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa agrowisata dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan konservasi lingkungan.

2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam. 3. Memberikan nilai rekreasi.

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. 5. Mendapatkan keuntungan ekonomi.

2.3.3. Lanskap Agrowisata

Simonds ( 1 9 8 3 ) mengungkapkan bahwa lanskap adalah bentangan alam yang memiliki karakteristik tertentu yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur mayor dan unsur minor. Unsur mayor adalah unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur minor adalah unsur yang relatif mudah untuk diubah. Setiap unsur ini saling berikatan secara harmonis membentuk karakter khas pada sebuah lanskap menguatkan kesan alami dan keindahan. Menurut Forman dan Gordon (1986), lanskap adalah bagian dari ruang di permukaan bumi, yang terdiri dari berbagai sistem yang kompleks, yang


(41)

17

dibentuk oleh aktivitas unsur biotik dan abiotik, serta adanya kesatuan di dalam sistem-sistemnya. Di alam terdapat lima tipe lanskap utama yaitu : ( 1 ) Lanskap alami, yang sedikit sekali dipengaruhi oleh manusia; (2) Lanskap yang dikelola, dimana biota asli tertentu dikelola dan dipungut hasilnya; (3) Lanskap pertanian, lanskap yang didominasi oleh pertanian; (4) Lanskap sub-urban, lanskap kota maupun daerah yang memiliki campuran patch yang heterogen.

Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang produksi pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Pemandangan pertanian tersebut berupa sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan. Pemandangan yang biasa terlihat pada lanskap pertanian pada umumnya terdiri dari : tanaman hias, tanaman hortikultur, hutan, bangunan pertanian, rumah kaca, kandang ternak dan kolam budidaya ikan. Lanskap agrowisata adalah sebuah lanskap pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas pertanian, dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi oleh tangan-tangan manusia untuk kepentingan ekonomi dan rekreasi serta memanfaatkan pemandangan lanskap alaminya dengan meminimalkan perusakan lingkungan yang terjadi. Pemandangan lanskap alami tersebut dapat berupa sawah. perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan.

2.3.4. Ruang Lingkup Agrowisata

Tirtawinata dan Fachriddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai berikut :

1. Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan swasta nasional maupun


(42)

asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi, dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran).

3. Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan obyek agrowisata.

4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.

5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan ternak.

2.3.5. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu: (1) sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, (2) dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, (3) mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, (4) selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, (5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Dalam mengidentifikasi suatu wilayah pertanian sebagai wilayah kegiatan agrowisata perlu pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi kemudahan aksesibilitas, karakter alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri. Perpaduan antara kekayaan komoditas dengan bentuk keindahan alam dan budaya masyarakat merupakan kekayaan obyek wisata yang amat bernilai. Agar lebih banyak menarik wisatawan, objek wisata perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi, promosi dan penerangan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).


(43)

19

Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga alternatif model agrowisata yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Alternatif pertama. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini dapat ditemui di daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar.

2. Alternatif kedua. Memilih salah satu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata, tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan dibuat agrowisata buatan.

3. Alternatif ketiga. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan bertani, beternak, berdagang dan sebagainya serta tidak jauh dari lalu lintas wisata yang cukup padat.

2.2.6. Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata

Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat mengklasifikasikan faktor sarana pendukung agrowisata kedalam dua jenis, yaitu sarana umum dan sarana khusus. 1. Sarana umum, terbagi kedalam tiga bagian, yaitu sarana pokok, sarana

pelengkap dan sarana penunjang. (a) Sarana pokok, meliputi: sarana transportasi, sarana akomodasi, sarana restoran dan tempat makan lainnya, sarana travel biro (biro perjalanan umum), souvenir shop (perusahaan penjual cinderamata). (b) Sarana pelengkap, meliputi: fasilitas olahraga dan fasilitas permainan. (c) Sarana pendukung, meliputi: fasilitas hiburan dan lainnya. 2. Sarana khusus, diantaranya meliputi laboratorium, tempat studi, literatur

pendukung, tenaga peneliti pada objek yang dimaksud dan lain-lain.

Faktor prasarana dalam agrowisata secara umum dibagi ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Prasarana perekonomian, meliputi prasarana transportasi, prasarana komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas.

2. Prasarana sosial, meliputi prasarana pendidikan kepariwisataan, prasarana kesehatan, prasarana keamanan dan pusat informasi pariwisata.


(44)

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk suatu agrowisata antara lain :

1. Jalan menuju lokasi 2. Pintu gerbang 3. Tempat parkir 4. Pusat informasi

5. Sign board (papan informasi)

6. Jalan (sirkulasi) dalam kawasan agrowisata 7. Shelter

8. Toilet

9. Tempat ibadah 10.Tempat sampah


(45)

BAB III METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Studi

Studi ini berlokasi di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Barat, Propinsi Jawa Barat. Lokasi studi terletak di sebelah barat Kota Bogor, dengan jarak tempuh 15 km dari pusat kota tersebut (Gambar 2). Pengambilan data tersebut dimulai pada minggu pertama bulan Januari 2006 sampai minggu keempat bulan Juni 2006. Kegiatan studi ini diselesaikan pada minggu ketiga bulan Januari 2008.

Gambar 2. Peta Orientasi Lokasi di Desa Situdaun

Sumber: Peta Rupa Bumi (1999)

Sungai Cihideung Sungai Cinangneng

Tanpa skala U


(46)

Persiapan

Perumusan masalah dan tujuan

Pengumpulan Data

Survei lapang Studi pustaka

Wawancara

Konsep Dasar

Perencanaan

Pembuatan detil perencanaan

Rencana ruang, Rencana aktivitas dan fasilitas, Rencana sirkulasi, Rencana tata hijau, Touring plan Sintesis

Alternatif-alternatif solusi untuk potensi dan kendala pada tapak

Analisis

Deskriptif dan spasial

Peta-peta analisis Data tabular Deskripsi sata

Produk :

• Gambar site plan • Gambar rencana ruang • Gambar rencana sirkulasi • Gambar rencana tata hijau Pengembangan

Konsep

1. Data biofisik

• Letak, luas, dan aksebilitas • Iklim

• Tanah

• Topografi dan kemiringan lahan • Vegetasi

• Satwa • Hidrologi • Sensuous quality • Tata guna lahan • Fasilitas dan utilitas 2. Data sosial

• Kependudukan, opini dan keinginan pengguna 3.2. Metode Studi

Proses perencanaan dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi persiapan, inventarisasi, analisis dan sintesis, dan perencanaan (Gambar 3).


(47)

23

Metode yang digunakan pada studi ini adalah metode survei dan analisis deskriptif dengan mengacu pada proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan dilakukan dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe dan kemungkinan jenis atraksi wisata dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya alam. Pendekatan aktivitas, yaitu dengan mempertimbangkan jenis aktivitas rekreasi yang dapat dikembangkan pada tapak.

Tahap persiapan merupakan tahap merumuskan masalah, menentukan arah dan tujuan studi, identifikasi keperluan data dan metode pengambilannya, serta persiapan administrasi berupa pembuatan usulan dan perijinan. Selanjutnya perumusan konsep dasar berdasarkan potensi tapak dan gambaran serta informasi umum yang telah diperoleh. Penentuan konsep dilakukan terlebih dahulu untuk memudahkan dan mengarahkan pengambilan data serta menjadi pengarah pada tahapan perencanaan selanjutnya. Konsep dasar ini akan dikembangkan setelah ditemukan solusi dari analisis data yang telah terkumpul sebelumnya.

Tahap inventarisasi adalah tahap pengumpuan data dan informasi dengan mengacu pada konsep serta tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung di tapak dan sekitar tapak, pengambilan foto, studi pustaka berupa laporan kegiatan dan informasi dari instansi terkait serta dari berbagai sumber ilmiah lainnya, dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui persepsi dan preferensi responden. Pada metode wawancara ini responden dipilih dengan menggunakan metode pengambilan sampel dengan tujuan tertentu (purposive sampling). Jenis data berikut kegunaannya pada studi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Aspek, Jenis, Sumber, dan Kegunaan Data

Aspek dan Jenis Satuan Bentuk Sumber Kegunaan

A. Biofisik 1.Letak, luas, dan

aksesibilitas a.Letak b.Luas c.Aksesibilitas

koordinat ha

Kuantitatif Deskriptif

Survei lapang; Institusi desa; Bakosurtanal

Orientasi tapak; Deliniasi tapak; Analisis sirkulasi dan transportasi; Acuan rencana 2.Iklim


(48)

Aspek dan Jenis Satuan Bentuk Sumber Kegunaan

A. Biofisik b.Curah hujan c.Kelembaban udara d.Kecepatan angin e.Lama penyinaran

mm/thn % km/jam % Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif

Dramaga Kenyamanan/ THI (Temperature Humidity Indeks); Acuan rencana 3.Tanah

a.Jenis tanah Deskriptif LPT Bogor Analisis sifat fisik dan kimia tanah; Analisis

kemampuan tanah; Acuan perlakuan konservasi 4.Topografi dan kemiringan

lahan

a.Kemiringan lahan b.Titik tinggi dan rendah

% m dpl Spasial Kuantitatif Survei lapang; Bappeda Kab. Bogor; Bakosurtanal Analsiis tingkat kemiringan lahan; Analisis aktivitas, Analisis area yang rawan atau berbahaya; Menentukan area yang memerlukan upaya konservasi tanah dan air; Acuan rencana 5.Vegetasi a.Jenis b.Letak - - Deskriptif Spasial

Survei lapang Analisis jenis dan pola penyebaran vegetasi; Menentukan penggunaan jenis tanaman untuk pengembangan; Acuan rencana 6.Satwa

a.Jenis - Deskriptif Survei lapang Analisis potensi fungsi satwa untuk pengembangan; Acuan rencana 7.Hidrologi

a.Kualitas air b.Debit air c.Distribusi air

0

C; mg/l m3/l - Kuantitatif Kuantitatif Spasial Survei lapang; LPT Bogor Analisis kesesuaian air untuk kegiatan di dalamnya; Acuan rencana

8.Sensuous Quality

a.Akustik (good akustik dan bad akustik) a.Visual (good view dan

bad view)

-

-

Deskriptif

Deskriptif

Survei lapang Menentukan letak dan arah (orientasi) area untuk pusat rekreasi; Acuan rencana 9.Tata guna lahan

a.Area terbangun b.Area tak terbangun c.Pola penggunaan lahan

ha ha Spasial Spasial Survei lapang; Bappeda kab. Bogor; Bakosurtanal

Analisis jenis dan klasifikasi penggunaan lahan; Analisis potensi pengembangan ruang; Acuan (Lanjutan Tabel 1)


(49)

25

Aspek dan Jenis Satuan Bentuk Sumber Kegunaan

A. Biofisik

rencana 10.Fasilitas dan utilitas

a.Fasilitas wisata b.Jaringan jalan dan

listrik

c.Sistem pengelolaan sampah dan limbah

- - - Deskriptif Deskriptif Deskriptif

Survei lapang Mengetahui sistem jaringan utilitas sistem pengelolaan sampah dan limbah sebagai pembanding dengan sistem yang ideal; Acuan rencana B. Sosial

1.Kependudukan, opini dan keinginan pengguna a.Jumlah, mata

pencahaian, aktivitas, dan karakter masyarakat b.Jumlah kunjungan c.Opini dan keinginan pengguna jiwa jiwa/thn - Deskriptif Kuantitatif Deskriptif Institusi desa; Survei lapang Mengetahui potensi SDM; Analisis potensi aktivitas wisata; Analisis ruang dan fasilitas; Acuan rencana Pada tahap analisis, data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak yang telah dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala. Hasil klasifikasi data ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis secara deskriptif dan spasial sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis dan deskripsi data. Secara umum, proses analisis dilakukan dengan mencari korelasi antara kondisi dan karakteristik tapak dengan kosep yang akan dikembangkan. Analisis secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui daya dukung rekreasi yang akan dikembangkan. Nilai daya dukung wisata diperhitungkan berdasarkan rata-rata dalam m2/orang (Boulon dalam WTO dan UNEP, 1992 yang disitir oleh Nurisjah et. al, 2003):

DD = A/S T = DD x K K = N/R

Selanjutnya dilakukan sintesis berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah, yang diperoleh setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan serta pengembangan pada konsep dasar. Peta-peta

Keterangan

DD : Daya Dukung tapak (m2/orang) A : Area yang digunakan sebagai wisata S : Standar rata-rata individu

T : Total hari kunjungan yang diperkenankan K : Koefisien rotasi

N : Jam kunjungan per hari yang diijinkan R : Rata-rata waktu kunjungan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.S. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Proyek Koordinasi Peningkatan ketahanan Pangan.

Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat (Bapeda Jabar). 2007. Jawa Barat Dalam Angka 2007.

http://bapeda=jabar.go.id/bapeda_design/dokumen_informasi.php?t=22 &c=255&year=2007 [26 Des 2007].

Bahar, H. 1989. Peranan Pendidikan Pariwisata dalam Pengembangan Agrowisata di Indonesia. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor.

Clawson, W. and J. L. Knetsch. 1966. Economics of Outdoor Recreation. The John Hopkins Press, Baltimore. USA. 328 p.

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2003. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Jakarta. http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=i [26 Des 2007].

Douglass, R. W. 1992. Forest Recreation. Pragmon Press. New York. 326 p.

Forman, P. T. T. and Godron. 1986. Landscape Ecology. Willey and Sons, Inc. New York.

Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York. 322 p.

Gunn, C. A. 1994. Tourism Planning; Basics, Concept, Cases. Taylor and Francis. Washington. 460 p.

Hardjowigeno S. dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah.Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 380 hal. (tidak dipublikasikan).

Holden, A. 2000. Environment and Tourism. Routledge Introductions to Environment Series. Taylor and Francis, New York. 225 p.

Kelly, M. E. 1998. Tourism Planning: What to Consider in Tourism Plan Making. Proceeding of the 1998 National Planning Conference. Revolutionary Ideas in Planning.

http://design.asu.edu/apa/proceedings98/Kelly/kelly.html [26 Des 2007].

Knudson, D. M. 1980. Outdoor Recreation. Mac Millan Publ. Co. New York. 568 p.


(2)

Laurie, M. 1994. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Terjemahan. Cetakan Ke-4. Penerbit Intermatra. Bandung. 134 hal.

Maetzold, J. A. 2002. Nature-Based Tourism & Agritourism Trends: Unlimited Opportunities. Furute farms 2002: A Supermarket of Ideas. 84-89 p. http://www.kerrcenter.com/publications/2002_proceedings/agritourism.pdf [23 Jul 2007]

Nurisjah, S. 2004. Analisis dan Perencanaan Tapak. Penuntun Praktikum Analisis dan Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 63 hal. (tidak dipublikasikan).

Nurisjah, S. 2004. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 55 hal (tidak dipublikasikan)

Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1996. Perencanaan Lanskap. Bahan Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 58 hal. (tidak dipublikasikan).

Nurisjah, S, Q. Pramukanto dan Siswantinah W. 2003. Daya Dukung Dalam Perencanaan Tapak. Bahan Praktikum Analisis dan Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 30 hal. (tidak dipublikasikan).

Rachman Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Bogor: Makalah dalam Festival Tanaman VI-Himagron. 20p.

Soemarwoto, O. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djembatan. Jakarta.

Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Pub. Co. New York. 331 p.

Spillane, J. J.1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah & Prospeknya.Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.

Tirtawinata, M. R. dan L. Fachrudin. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Bogor.

Yoeti, OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita. Jakarta.


(3)

(4)

(5)

Lampiran 1.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Kelas Parameter Satuan

I II III IV Keterangan Fisika

Tempelatur 0C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi temperatur dari keadaan almiahnya

Residu Terlarut mg/ L 1000 1000 1000 2000 Residu

Tersuspensi

mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu tersuspensi ≤5000 mg/L

Kimia Anorganik

pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

Total Fosfat sebagai P

mg/L 0,2 0,2 1 5

NO 3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤0,02 mg/L sebagai NH3

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2 Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤1 mg/L Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Fe ≤5 mg/L Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Pb ≤0,1 mg/L Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤5 mg/L Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-) Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2_N ≤1 mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belereng

sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L


(6)

Mikrobiologi Fecal coliform jml/100

ml

100 1000 2000 2000 Total coliform jml/100

ml

1000 5000 10000 10000

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤2000

jml /100 ml dan total coliform ≤10000 jml/100 ml

Radioaktivitas Gross A Bq /L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross B Bq /L 1 1 1 1

Kimia Organik Minyak dan

Lemak

ug /L 1000 1000 1000 (-) Detergen

sebagai MBAS

ug /L 200 200 200 (-) Senyawa Fenol

sebagai Fenol

ug /L 1 1 1 (-)

BHC ug /L 210 210 210 (-) Aldrin / Dieldrin ug /L 17 (-) (-) (-) Chlordane ug /L 3 (-) (-) (-)

DDT ug /L 2 2 2 2

Heptachlor dan heptachlor epoxide

ug /L 18 (-) (-) (-)

Lindane ug /L 56 (-) (-) (-) Methoxyclor ug /L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug /L 1 4 4 (-)

Toxaphan ug /L 5 (-) (-) (-)

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

a.Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau

peruntukan lain yang imempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b.Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

c.Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d.Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,pertanaman dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.