Analisis Manajemen Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Pertanian Di Indonesia Stock Exchange
ANALISIS MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA STOCK EXCHANGE
INDRA LASMANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Manajemen
Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor
Pertanian Di Indonesia Stock Exchange adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Indra Lasmana
NIM H24090008
ABSTRAK
INDRA LASMANA. Analisis Manajemen Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas
dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Pertanian Di Indonesia Stock Exchange. Dibimbing
oleh FARIDA RATNA DEWI dan R. DIKKY INDRAWAN.
Perusahaan Pertanian sektor hulu dan sektor hilir merupakan sektor yang
berkontribusi besar terhadap distribusi gross domestic bruto tahun 2012. Produk
perusahaan pertanian sektor hulu berkarakteristik mudah rusak dan musiman, sedangkan
produk perusahaan pertanian sektor hilir memiliki keterkaitan mata rantai produksi.
Pengelolaan modal kerja yang optimal dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data perusahaan pertanian sektor hulu dan sektor hilir pada
tahun 2011 yang dianalisis menggunakan explanatory analysis (regresi linier sederhana,
berganda, uji T dan uji F) dan confirmatory analysis dengan menggunakan Structural
Equation Modelling. AAI, ACP, APP dan CCC merupakan faktor loading dari WC. CR
dan QR merupakan faktor loading dari LIKUID. ROA, ROE dan NPM merupakan
faktor loading dari laten PROFIT. Hasil analisis manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas memiliki pengaruh yang tidak signifikan sedangkan terhadap likuiditas
berpengaruh signifikan.
Kata kunci: agricultural company, liquidity, profitability, working capital
management
ABSTRACT
INDRA LASMANA. An Analysis of Working Capital Management of Liquidity and
Profitability Level In Indonesia Stock Exchange Agricultural Sector Companies.
Supevised by FARIDA RATNA DEWI and R. DIKKY INDRAWAN.
Agricultural sector contributes to 2012 GDP distribution. The upstream sector
company’s products are characterized as perishable and seasonal, and linked to
production chain for downstream sector. The optimalization of working capital
management is essential to improved profitability. This research used secondary data of
agricultural enterprised listed in Indonesian Stock Exchange. Those data analyzed using
explanatory and confirmatory analysis. Explanatory analysis conducted by regression
(linier and multiple) while confirmatory conducted by Structural Equation Modelling. In
this model, working capital management were dependent variable of AAI, ACP, APP,
dan CCC. The influence of working capital management was analyse to PROFIT and
LIKUID separatly. CR and QR were loading factors for LIKUID. ROA, ROE and NPM
were loading factors for PROFIT. The results showed that working capital management
was not significantly influenced profitability, while the liquidity effect significantly.
Keywords: agricultural company, liquidity, profitability, working capital
management
ANALISIS MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA STOCK EXCHANGE
INDRA LASMANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Manajemen Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan
Profitabilitas Perusahaan Sektor Pertanian Di Indonesia Stock
Exchange
Nama
: Indra Lasmana
NIM
: H24090008
Disetujui oleh
Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing I
R. Dikky Indrawan, SP, MM
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah modal kerja, dengan
judul Analisis Manajemen Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan Sektor Pertanian Di Indonesia Stock Exchange.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi dan Bapak R. Dikky
Indrawan selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak dan Ibu penulis atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima kasih
kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen dan staf Departemen Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2013
Indra Lasmana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
METODE PENELITIAN
7
Kerangka Pemikiran Penelitian
7
Lokasi dan Waktu Penelitian
8
Pengumpulan Data
9
Pengolahan dan Analisis Data
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambaran Umum Sektor Pertanian Hulu dan Hilir
10
Analisis Regresi Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
20
Analisis Partial Least Square (PLS)
21
Pengujian Model SEM
21
Model Pengukuran (Outer Model)
21
Model Structural (Inner Model)
23
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
27
29
Simpulan
29
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
30
RIWAYAT HIDUP
32
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Referensi Penelitian Terdahulu
Proses Screening Data Penelitian
Hipotesis Penelitian
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Working Capital Tercepat
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Working Capital Terlama
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Profitabilitas Tertinggi
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Profitabilitas Terendah
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Likuiditas Tertinggi
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Likuiditas Terendah
Hasil Regresi Sederhana, Berganda, Uji T dan Uji F
Nilai Faktor Loading
Nilai Faktor Loading setelah dropping
Hasil R-Square
Path Coefficient
Outer Loading ( Mean, STDEV, T-Values)
7
9
10
11
12
14
16
18
19
20
22
23
23
24
26
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Struktur PDB menurut lapangan usaha
Pertumbuhan Sektor Pertanian tahun 2007-2012
PDB atas harga berlaku Sektor Pertanian 2011
Indeks harga saham Sektor Pertanian 2011
Kerangka pemikiran penelitian
Model Structural Equation
Model SEM Seluruh Pertanian, Pertanian Hulu dan Pertanian Hilir
1
2
2
3
8
9
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen
dibanding tahun 2011. Perekonomian Indonesia didukung oleh Sektor Pertanian,
Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran,
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa
Perusahaan dan Sektor Jasa-Jasa yang dalam kurun waktu lima tahun ini
mengalami pertumbuhan yang positif (www.bps.go.id 2013).
100%
10,10
9,80
10,20
10,24
10,56
10,45
7,70
7,40
7,20
7,24
7,21
7,26
80%
6,70
6,30
6,30
6,57
6,62
6,66
70%
14,90
13,30
13,69
13,80
13,90
90%
Persentase
60%
7,70
0,90
14,00
8,40
9,90
10,25
10,16
10,45
0,80
0,80
0,76
0,77
0,79
50%
Jasa-Jasa
Keuangan, Real Estate, dan
Jasa Perusahaan
Pengangkutan dan
Komunikasi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Konstruksi
40%
27,10
27,90
26,40
24,80
24,33
23,94
Listrik, Gas, dan Air Bersih
30%
Industri Pengolahan
20%
10%
11,20
13,70
11,00
14,40
10,60
15,30
11,16
15,29
11,85
14,70
11,78
14,44
Pertambangan dan
Penggalian
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
0%
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
Gambar 1 Struktur PDB menurut lapangan usaha (www.bps.go.id 14 Februari
2013)
Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar
harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun
ke tahun. Tiga sektor utama yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian
dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mempunyai peranan sebesar 52,28
2
persen pada tahun 2012. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi
sebesar 23,94 persen, Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran memberikan kontribusi masing-masing sebesar 14,44 persen dan 13,90
persen.
Sektor Pertanian merupakan salah satu dari ketiga sektor yang berkontribusi
besar terhadap distribusi PDB tahun 2012. Sektor Pertanian merupakan sektor
dimana menurut BPS (2012) sebesar 41.205.030 orang penduduk Indonesia dari
total angkatan kerja sebesar 112.802.805 orang menggantungkan hidupnya untuk
mencari nafkah.
Penurunan pada Sektor Pertanian yang cukup signifikan sebesar 23,06
persen yang terjadi pada triwulan IV-2012 menyebabkan PDB Indonesia atas
dasar harga konstan tahun 2000 turun sebesar 1,45 persen dibanding triwulan
sebelumnya (q-to-q). Sementara sektor lainnya selama triwulan IV-2012
mengalami pertumbuhan positif. Meskipun terjadi penurunan pada Sektor
Pertanian, sektor ini mampu mencatatkan pertumbuhan positif pada penutupan
tahun 2012. Tetapi sektor pertanian masih sangat kurang bila dibandingkan sektor
lain non migas. Dimana, sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 3,97 persen dan
merupakan pertumbuhan terkecil kedua setelah Sektor Pertambangan dan
Penggalian.
6,00
4,80
5,00
4,00
4,10
3,97
3,50
2,90
3,00
2010
2011
3,00
2,00
1,00
0,00
2007
2008
2009
2012
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Gambar 2 Pertumbuhan Sektor Pertanian tahun 2007-2012 (www.bps.go.id 24
Februari 2013)
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada sektor pertanian
adalah laju konversi lahan. Kementerian Pertanian (Kementan) dan BPS
mengungkap fakta, sepanjang tahun 2008 hingga 2010, laju konversi lahan sawah
di Pulau Jawa sebesar 600 ribu hektar, atau bila dirata-ratakan mencapai 200
ribu hektar/tahun. Artinya, setiap tahun ada lahan sawah seluas 60 ribu hektar
yang lenyap. Tanpa upaya serius dari pemerintah, dapat dipastikan, kurang dari 20
tahun ke depan tak akan ada lagi lahan sawah di negeri ini. Hal tersebut
disebabkan luas lahan sawah saat ini tinggal 7,5 juta hektar ditambah 9,7 juta
hektar lahan kering (www.bps.go.id 16 April 2013).
Total perusahaan sektor pertanian di Indonesia berjumlah 4.134 perusahaan.
Dimana jumlah perusahaan tanaman pangan sebesar 116 perusahaan, holtikultura
227 perusahaan, perkebunan 2159 perusahaan, peternakan 664 perusahaan,
perikanan 483 perusahaan, dan kehutanan 485 perusahaan. Perusahan sektor
3
pertanian tersebut berkontribusi terhadap PDB pada sektor pertanian, yang
merupakan salah satu dari tiga sektor yang berperan utama. Distribusi PDB dari
masing-masing sub sektor pertanian disajikan dalam gambar berikut.
600.000,00
Milyar Rupiah
500.000,00
400.000,00
Tanaman Bahan Makanan
300.000,00
Tanaman Perkebunan
200.000,00
Peternakan
100.000,00
Kehutanan
0,00
Perikanan
2007
2008
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 3 PDB atas harga berlaku Sektor Pertanian (www.bps.go.id 24 Februari
2013)
Dari total perusahaan sektor pertanian tersebut, sampai akhir tahun 2012
perusahaan yang terdaftar (listing) pada Bursa Efek Indonesia berjumlah 18
perusahaan (www.idx.co.id 21 Februari 2013). Sepanjang tahun seperti bukan
tahun yang baik untuk sektor ini, faktor cuaca dan kenaikan harga komoditas
menjadi hal yang sangat penting bagi kinerja saham ini, baik itu fundamental
maupun pergerakan sahamnya. Kedua faktor tersebut tentunya sangat berpengaruh
terhadap kinerja saham sektor ini, dalam beberapa bulan terakhir cuaca buruk dan
curah hujan tinggi tentu akan membuat emiten pertanian dan perikanan
berdampak buruk terhadap kinerja keuangan mereka.
3000
2500
2000
1500
High
1000
Low
500
Close
0
Gambar 4 Indeks harga saham Sektor Pertanian 2011 (www.idx.co.id 16 Februari
2013)
4
Tren harga saham untuk semua sektor mengalami kenaikan tetapi harga
saham pada Sektor Pertambangan dan Perkebunan, terutama tambang batu bara
dan perkebunan kelapa sawit mengalami penurunan harga komoditas batu bara
dan CPO, yang hingga kini belum rebound kembali (www.idx.co.id 16 Februari
2013).
Sektor hilir pertanian, yaitu agroindustri merupakan sub sektor manufaktur
yang juga menjadi salah satu penopang PDB Indonesia. Agroindustri adalah
kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan
menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut (www.wikipedia.com 16
Februari 2013). Secara eksplisit pengertian agroindustri pertama kali diungkapkan
oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal
dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri ini dapat
merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri
pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau
transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen.
Karakteristik perusahaan sektor pertanian hulu adalah dari hasil produknya
yang musiman karena cenderung dipengaruhi oleh iklim dan mudah rusak
sehingga penting bagi perusahaan sektor pertanian hulu untuk memiliki
kemampuan manajemen persediaan pasca panen. Pengelolaan pada perusahaan
sektor pertanian hilir dapat dikatakan unik, karena keterkaitan mata rantai
produksi dimana bahan bakunya yang berasal dari pertanian (tanaman, hewan,
ikan) mempunyai tiga karakteristik, yaitu musiman (seasonality), mudah rusak
(perishabelity), dan beragam (variability). Tiga karakteristik lainnya yang perlu
mendapat perhatian adalah: Pertama, karena komponen biaya bahan baku
umumnya merupakan komponen terbesar dalam agroindustri maka operasi
mendatangkan bahan baku sangat menentukan operasi perusahaan agroindustri.
Ketidakpastian produksi pertanian dapat menyebabkan ketidakstabilan harga
bahan baku sehingga merumitkan pendanaan dan pengelolaan modal kerja. Kedua,
karena banyak produk-produk agroindustri merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi atau merupakan komoditas penting bagi perekonomian suatu negara
maka perhatian dan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan agroindustri sering
terlalu tinggi. Ketiga, karena suatu produk agroindustri mungkin diproduksi oleh
beberapa negara maka agroindustri lokal terkait ke pasar internasional sebagai
pasar alternatif untuk bahan baku, impor bersaing, dan peluang ekspor. Fluktuasi
harga komoditas yang tinggi di pasar internasional memperbesar ketidakpastian
finansial disisi input dan output. Karena itu, pada dasarnya keuangan perusahaan
berhubungan dengan tiga keputusan, yaitu keputusan mengenai penganggaran
modal, struktur modal, dan manajemen modal kerja.
Dari penjelasan tersebut, pengelolaan modal kerja untuk perusahaan sektor
pertanian hulu dan sektor pertanian hilir sangat penting. Dimana pengelolaan
modal kerja dapat mempengaruhi tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Tingkat likuiditas yang optimal penting bagi perusahaan agar dapat memenuhi
kewajiban jangka pendek sehingga perusahaan terhindar dari risiko gagal bayar
karena. Sedangkan profitabilitas suatu perusahaan berpengaruh terhadap
kelangsungan operasi perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi secara
5
sustainable, dapat tumbuh dan berkembang. Pengelolaan modal kerja yang
optimal akan berdampak kepada biaya operasional yang efisien sehingga produk
hasil sektor pertanian mampu berkompetisi di dunia global. Berdasarkan
permasalahan dan data di atas, bagaimana pengelolaan modal kerja yang baik
sehingga dapat mempengaruhi tingkat likuiditas dan profitabilitas. Penelitian ini
menggunakan perusahaan-perusahaan Sektor Pertanian yang telah terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia dan perusahaan Sektor Industri Olahan Pertanian (pertanian
hilir). Sehingga judul penelitian yang diambil adalah “Analisis Manajemen Modal
Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Pertanian Di
Indonesia Stock Exchange”.
Perumusan Masalah
Sektor pertanian merupakan sektor penting selain menjadi salah satu
penopang PDB Indonesia, sektor ini merupakan sektor dimana hampir setengah
dari penduduk Indonesia menggantukan hidupnya baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hendaknya sektor pertanian juga meningkatkan kinerja
pengelolaan terhadap internal perusahaan. Pengelolaan pada cash conversion
cycle bertujuan agar perusahaan dapat melakukan pengelolaan terhadap aktiva
yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan efektivitas perusahaan dan dapat
pula menjadi barometer terhadap tingkat efisiensi dari pemanfaatan sumberdaya
perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a) Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap tingkat likuiditas dan
profitabilitas perusahaan sektor pertanian hulu dan hilir?
b) Bagaimana pengaruh komponen cash conversion cycle, average age of
inventory, average collection period dan average payment period terhadap
tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor ertanian hulu dan hilir?
c) Bagaimana perbandingan pengelolaan modal kerja pada perusahaan sektor
pertanian hulu dengan perusahaan sektor pertanian hilir?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dilakukan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a) Menganalisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap tingkat likuiditas dan
profitabilitas perusahaan sektor pertanian hulu dan hilir.
b) Menganalisis pengaruh komponen cash conversion cycle, average age of
inventory, average collection period dan average payment period terhadap
tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor pertanian hulu dan hilir.
c) Menganalisis perbandingan pengelolaan modal kerja pada perusahaan sektor
pertanian hulu dengan perusahaan sektor pertanian hilir.
6
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a) Bagi penelitian
Dalam hal ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan berkaitan dengan pengaruh manajemen modal kerja terhadap
tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan pada sektor pertanian hulu dan
hilir.
b) Bagi perusahaan
Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pentingnya perusahaan dalam
mengelola modal kerja sehingga dapat membuat kebijakan atau regulasi yang
tepat untuk menjaga stabilitas perusahaan dan membuat investor tertarik untuk
berinvestasi dalam perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang bagaimana pengaruh manajemen modal
kerja terhadap tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor pertanian
hulu dan pertanian hilir. Ruang lingkup perusahaan yang akan digunakan adalah
perusahaan yang bergerak pada sektor pertanian dan sektor manufaktur dengan
melakukan screening kepada subsektor manufaktur yang menggunakan bahan
baku utama dari produk pertanian hulu yang telah terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan pada tahun 2011. Tahun
tersebut dipilih karena pada tahun 2011 terdapat fluktuasi dari pertumbuhan sektor
pertanian sehingga sektor tersebut mencatatkan pertumbuhan positif yang kecil
selain itu ketersediaan data laporan keuangan perusahaan juga menjadi alasan
mengapa tahun ini dipilih.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja adalah suatu pengelolaan investasi perusahaan
dalam aset jangka pendek (Kasmir 2010:210). Manajemen modal kerja merupakan
proses perencanaan, pengelolaan dan pengawasan terhadap harta lancar dan
hutang lancar sehingga selisih dari keduanya (Net Working Capital) akan tetap
berada dalam posisi minimum yang konsisten dan tidak akan mengakibatkan
perusahaan harus menghadapi risiko ketidakmampuan dalam menyelesaikan
kewajiban finansial jangka pendeknya atau dalam hal ini melunasi hutang jangka
pendeknya.
7
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan Pradana (2009) yang ingin melihat
pengaruh dari manajemen modal kerja bersih terhadap profitabilitas perusahaan
go public yang bergerak pada sektor perdagangan selama periode 2003 hingga
2007, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara cash
conversion cycle dengan gross operating profit pada perusahaan terbuka yang
bergerak pada sektor perdagangan selama periode 2003 hingga 2007.
Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasan Agan Karaduman et
al. (2010) dengan judul “ The Relationship between Working Capital Management
and Profitability: Evidence from an Emerging Market”. Penelitian ini
menggunakan perusahaan terpilih pada Bursa Efek Istanbul (Istanbul Stock
Exchange) untuk periode 2005-2009. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pengurangan terhadap CCC akan secara positif meningkatkan ROA.
Di Malaysia, Mansoori dan Muhammad (2012) melakukan penelitian yang
serupa, dengan tambahan variabel control yaitu GDP (Gross Domestic Product).
Menghasilkan bahwa, cash conversion cycle berhubungan negatif dengan ROA.
Tabel 1 Referensi penelitian terdahulu
Hipotesis
H1
Manajemen modal kerja berhubungan
negatif dengan profitabilitas perusahaan
H2
Leverage berhubungan negatif dengan
profitabilitas perusahaan
H3
Pertumbuhan perusahaan berhubungan
positif dengan profitabilitas perusahaan
Ukuran perusahaan berhubungan positif
dengan profitabilitas perusahaan
H4
Referensi literatur
Mohamad & Saad 2010
Bagchi & Khamrui 2012
Ahmed 2011
Mansoori & Muhammad 2012
Malik & Iqbal 2012
Mohamad & Saad 2010
Mansoori & Muhammad 2012
Bagchi & Khamrui 2012
Mansoori & Muhammad 2012
Malik & Iqbal 2012
Mansoori & Muhammad 2012
Malik & Iqbal 2012
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Komoditas pertanian sangat penting dan strategis karena menyangkut
kebutuhan dasar manusia. Seiring dengan terus meningkatnya jumlah populasi di
dunia yang tidak diimbangi dengan kenaikan penyediaan bahan pangan karena
produktivitas pertanian pangan yang meningkat lebih lambat mengakibatkan
ketahanan pangan global berada dalam kondisi yang menghawatirkan. Penelitian
ini menggunakan tiga alat analisis. Analisis pertama dengan menggunakan
perhitungan rasio keuangan yang berkaitan dengan manajemen modal kerja. Rasio
keuangan yang digunakan adalah rasio aktivitas untuk menghitung cash
conversion .Lalu untuk menghitung likuiditas, penelitian ini menggunakan current
ratio (CR) dan quick ratio (QR) serta untuk tingkat profitabilitas, menggunakan
8
rasio profitabilitas return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan net profit
margin. Alat analisis kedua dengan melakukan explanatory analysis
menggunakan analisis regresi sederhana, regresi berganda, uji t dan uji f untuk
mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen pada model yang
telah dibuat. Kemudian analisis ketiga dengan melakukan confirmatory analysis
yaitu dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Berikut adalah
kerangka pemikiran penelitian.
Pentingnya Sektor Pertanian sebagai penggerak perekonomian
Masalah rendahnya produktivitas dan fluktuasi harga komoditas pertanian
Manajemen modal kerja Sektor Pertanian hulu dan hilir
Laporan keuangan Sektor Pertanian hulu dan hilir
CCC
AAI
ACP
APP
Working Capital Management
CR
QR
ROA
Liquidity Ratio
ROE
NPM
Profitability Ratio
Explanatory Analysis:
Analisis regresi sederhana, Analisis regresi berganda,
Uji T & Uji F
Confirmatory Analysis:
Structural Equation Modeling (SEM)
Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor pertanian dan sektor
manufaktur. Pada perusahaan sektor manufaktur dilakukan screening subsektor
yang merupakan dari sektor pertanian hilir. Penyaringan pada perusahaan hilir
tersebut berdasarkan penggunaan bahan baku utama yang berasal dari produk
pertanian. Perusahaan yang digunakan merupakan perusahaan yang telah terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian selama tiga bulan yang dimulai pada
bulan Januari sampai Maret 2013.
9
Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder didapat dari
studi literatur berupa pencarian teori–teori maupun data yang dapat mendukung
terlaksananya penelitian. Studi literatur didapat dari berbagai sumber seperti buku,
internet, jurnal internasional maupun nasional, skripsi-skripsi terdahulu dan
majalah. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor pertanian yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan beberapa subsektor dari sektor manufaktur.
Tabel 2 Proses screening data penelitian
Screening
Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008
sampai tahun 2013
Bergerak dalam sektor pertanian hulu dan hilir
(Chemicals, Animal Feed, Wood Industries, Pulp &
Paper, Textile & Garment, Footwear, Food and
Beverages, Tobacco Manufactures, Pharmaceuticals,
dan Cosmetics and Household)
Kelengkapan laporan keuangan tahun 2011
Perusahaan sektor
pertanian
Perusahaan sektor
manufaktur
14 perusahaan
138 perusahaan
14 perusahaan
77 perusahaan
12 perusahaan
64 perusahaan
Jadi penelitian ini menggunakan total perusahaan sebesar 76 perusahaan,
yang terdiri dari perusahaan sektor pertanian hulu sebanyak 12 perusahaan,
sedangkan untuk sektor pertanian hilir menggunakan data perusahaan sebanyak 64
perusahaan.
Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan menguji
model SEM yang dibangun. Penelitian ini memusatkan terhadap modal kerja
dengan menggunakan modal kerja sebagai variabel laten dari proxy pembentuk
modal kerja. Model SEM digambarkan sebagai berikut.
Gambar 6 Model Structural Equation
Model ini terdiri dari cash conversion cycle (CCC), average age of inventory
(AAI), average collection period (ACP), average payment period (APP), current
10
ratio (CR), quick ratio (QR), return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan
net profit margin (NPM). Dari beberapa indikator tersebut, penulis melakukan
hipotesis sebagai berikut:
Tabel 3 Hipotesis penelitian
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
H9
H10
H11
H12
H13
H14
Hipotesis
AAI berhubungan dengan Working Capital
ACP berhubungan dengan Working Capital
APP berhubungan dengan Working Capital
CCC berhubungan dengan Working Capital
Working Capital berhubungan dengan Profitability
Working Capital berhubungan dengan Liquidity
AAI dan WC berhubungan dengan Profitability
ACP dan WC berhubungan dengan Profitability
APP dan WC berhubungan dengan Profitability
CCC dan WC berhubungan dengan Profitability
AAI dan WC berhubungan dengan Liquidity
ACP dan WC berhubungan dengan Liquidity
APP dan WC berhubungan dengan Liquidity
CCC dan WC berhubungan dengan Liquidity
Untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap tingkat
likuiditas dan profitabilitas digunakan analisis bentuk hubungan dan analisis
keretan hubungan. Pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel
dependen ditelusuri dengan analisis regresi kemudian dilanjutkan dengan analisis
confirmatory dengan menggunakan SmartPLS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sektor Pertanian Hulu dan Hilir
Pertanian hulu dengan pertanian hilir sangat erat hubungannya. Dimana
pertanian hilir sangat tergantung dari pasokan bahan baku pertanian. Jika pasokan
hasil produksi pertanian kurang dari jumlah yang diminta, maka perusahaan sektor
pertanian hilir akan melakukan impor terhadap kekurangan bahan baku pertanian
tersebut. Hal tersebut sangat disayangkan, karena hasil produksi pertanian dalam
negeri tidak dioptimalkan pemanfaatannya. Selain itu, bila sektor pertanian hulu
mampu memenuhi secara penuh permintaan bahan baku dari pertanian hilir, ini
dapat terjadi simbiosis mutualisme. Terlebih lagi, perusahaan sektor pertanian
hilir sangat banyak dan mengalami pertumbuhan yang tinggi dari tahun-tahun
sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk (permintaan) yang terus
meningkat secara eksponensial terhadap produk hasil pertanian baik hulu maupun
hilir. Pemenuhan akan produk hasil pertanian akan mendongkrak pertumbuhan
pada sektor pertanian hulu.
Selama periode 2008 sampai periode 2013, terdapat 12 perusahaan sektor
pertanian hulu dan 64 sektor pertanian hilir yang diteliti. Perusahaan tersebut
merupakan perusahaan yang telah listing dari tahun 2008 dan belum pernah
11
delisting maupun relisting sampai tahun 2013, selain itu perusahaan tersebut
merupakan perusahaan yang laporan keuangannya lengkap.
Penelitian terhadap perusahaan dilakukan dengan menggunakan rasio
keuangan yang memiliki kedekatan dengan pengelolaan modal kerja, likuiditas
perusahaan dan profitabilitas perusahaan.
Tabel 4 Lima besar peringkat nilai komponen working capital tercepat
No.
1
2
3
4
Variabel
AAI
ACP
APP
CCC
Nilai variabel (hari)
Total Hulu Hilir
Total
Eterindo Wahanatama
Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Nama perusahaan pertanian
Hulu
Ghozco Plantations Tbk
Hilir
Eterindo Wahanatama
Tbk
16
22
16
22
31
36
31
41
40
36
43
49
Apac Citra Centertex
Smart Tbk
40
58
50
Malindo Feedmill
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
0
0
0
Kertas Basuki Rachmat
Indonesia
Astra Agro Lestari Tbk
0
0
6
Astra Agro Lestari Tbk
Sampoerna Agro Tbk
0
1
8
3
10
3
8
15
2
11
2
Sampoerna Agro Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
Inti Agri Resources
Tbk
Prashida Aneka Niaga
Ghozco Plantations Tbk
1
5
18
5
Mandom Indonesia
6
21
6
8
25
8
9
28
9
Nusantara Inti Corpora
Tiga Pilar Sejahtera
Food
Bentoel Internasional
Investama
3
5
3
Indofarma
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Indofarma
Astra Agro Lestari Tbk
Unilever Indonesia
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Apac Citra Centertex
Astra Agro Lestari Tbk
Malindo Feedmill
Inti Agri Resources Tbk
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
Inti Agri Resources Tbk
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
Smart Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Chandra Asri
Petrochemical Tbk
Multi Bintang
Indonesia
Kertas Basuki Rachmat
Indonesia
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Gudang Garam
Bentoel Internasional
Investama
Sepatu Bata Tbk
Prashida Aneka Niaga
Mandom Indonesia
Nusantara Inti Corpora
Tiga Pilar Sejahtera
Food
Bentoel Internasional
Investama
5
13
12
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
12
16
15
Unilever Indonesia
Sampoerna Agro Tbk
Chandra Asri
Petrochemical Tbk
13
48
20
Astra Agro Lestari Tbk
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
Apac Citra Centertex
27
Chandra Asri
Petrochemical Tbk
Smart Tbk
Malindo Feedmill
15
60
Berdasarkan Tabel 4, rata-rata hari persediaan tercepat terjadi pada
perusahaan Eterindo Wahanatama Tbk dari sektor pertanian hilir, sedangkan ratarata hari persediaan tercepat untuk sektor pertanian hulu adalah perusahaan
Ghozco Plantation Tbk. Namun, secara keseluruhan sektor, perusahaan Eterindo
Wahanatama Tbk merupakan perusahaan yang paling cepat rata-rata hari
persediaan dengan lama hari persediaan selama 16 hari. Rata-rata hari persediaan
yang cepat menandakan bahwa perputaran persediaan dalam perusahaan cepat,
sehingga persediaan bahan baku yang ada di penyimpanan tidak terlalu lama
waktu simpannya. Perusahaan Eterindo Wahanatama Tbk menjadi perusahaan
tercepat dalam rata-rata hari persediaan karena disamping komposisi jumlah
persediaan yang perusahaan simpan optimal dengan harga pokok penjualan
perusahaan, perusahaan Etereindo Wahanatama juga memiliki persediaan yang
lebih sedikit bila dibandingkan perusahaan lain pada sektor yang sama maupun
12
subsektor yang sama yaitu subsektor chemicals. Hal tersebut pun senada dengan
perusahaan Ghozco Plantations Tbk yang jumlah persediaannya rendah bila
dibandingkan perusahaan lain pada sektor dan subsektor yang sama.
Pada rata-rata hari penarikan piutang usaha, perusahaan Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk menjadi perusahaan tercepat rata-rata hari penarikan
piutang usaha dari sektor pertanian hilir, sedangkan dari sektor pertanian hilir
perusahaan Astra Agro Lestari Tbk menjadi perusahaan tercepat rata-rata hari
penarikan piutang usaha. Dilihat dari jumlah piutang usahanya, PT Astra Agro
Lestari Tbk memberikaan kredit penjualan dalam jumlah yang kecil dibandingkan
dengan tingkat penjualannya yang tinggi. Hal tersebut berbeda dengan PT
SMART Tbk yang memiliki tingkat penjualan yang paling tinggi tetapi PT
SMART Tbk juga menerapkan kebijakan kredit penjualan yang tinggi sehingga
PT SMART Tbk tidak masuk kedalam lima perusahaan terbaik kategori rata-rata
penarikan piutang usaha tercepat. Berbeda dengan PT Astra Agro Lestari Tbk,
pada PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk rata-rata hari piutang usaha yang
rendah karena jumlah piutang usaha perusahaan tersebut tidak ada. Hal tersebut
terjadi karena berdasarkan laporan keuangan perusahaan PT Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk menghapuskan piutang ragu-ragu dalam tahun dimana
piutang tersebut dipastikan tidak dapat tertagih. Kebijakan piutang memang
tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan. Penagihan rata-rata hari
piutang yang cepat dapat meminimalkan perusahaan dari risiko piutang tak
tertagih.
Pada rata-rata pembayaran utang usaha, PT Prashida Aneka Niaga Tbk
menjadi perusahaan yang paling cepat membayar utang usaha pada sektor
pertanian hilir sedangkan PT Inti Agri Resources Tbk menjadi perusahaan yang
tercepat pembayaran utang usaha pada sektor pertanian hulu. Pada PT Prashida
Aneka Niaga Tbk, jumlah utang usaha perusahaan tersebut relatif lebih rendah
bila dibandingkan perusahaan lain dalam subsektor yang sama yaitu food and
beverages. Hal tersebut juga terjadi pada PT Inti Agro Resources Tbk yang
memiliki utang usaha paling rendah di dalam subsektornya yaitu fishery.
Pada cash conversion cycle, perusahaan sektor pertanian hulu yang tercepat
dalam siklus konversi kas adalah PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dan untuk
perusahaan hilir, PT Indofarma Tbk yang menjadi perusahaan tercepat. Komposisi
yang optimal dari ketiga komponen AAI, ACP, dan APP membuat perusahaan
tersebut cepat dalam mengkonversikan kas perusahaan sehingga perusahaan dapat
meningkatkan keuntungan.
Tabel 5 Lima besar peringkat nilai komponen working capital terlama
No.
1
2
Variabel
AAI
Nilai variabel (hari)
Total Hulu Hilir
355
354
355
354
328
322
328
131
287
322
131
218
287
72
206
192
152
192
153
78
153
ACP
Total
Sunson Textile
Manufacture
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bisi Internasional
Tbk
Gudang Garam
Tirta Mahakam
Resources
Intanwijaya
Internasional Tbk
Mustika Ratu
Nama perusahaan pertanian
Hulu
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bisi Internasional Tbk
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Inti Agri Resources Tbk
Tunas Baru Lampung
Tbk
Bisi Internasional Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Hilir
Sunson Textil
Manufacture
Gudang Garam
Tirta Mahakam Resources
Pyridam Farma
Schering Plough
Indonesia
Intanwijaya Internasional
Tbk
Mustika Ratu
13
3
4
APP
CCC
152
56
117
117
53
113
Bisi Internasional
Tbk
Darya Varia
Laboratoria
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
113
43
112
Delta Djakarta
212
107
212
Primarindo Asia
Infratructure
131
68
131
Indofarma
117
61
117
Indorama Synthetics
116
43
105
Barito Pasific Tbk
Sampoerna Agro Tbk
107
41
101
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
441
441
358
358
346
313
346
147
257
313
124
256
Ghozco Plantations
Tbk
Bisi Internasional
Tbk
Sunson Textile
Manufacture
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Gudang Garam
257
112
255
Pyridam Farma
Ghozco Plantations Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bisi Internasional Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Inti Agri Resources Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Darya Varia Laboratoria
Delta Djakarta
Schering Plough
Indonesia
Primarindo Asia
Infratructure
Indofarma
Indorama Synthetics
Kertas Basuki Rachmat
Indonesia
Ultrajaya Milk Industry
And Trading Company
Sunson Textile
Manufacture
Gudang Garam
Pyridam Farma
Tirta Mahakam Resources
Schering Plough
Indonesia
Berdasarkan Tabel 5, rata-rata hari persedian terlama terjadi pada PT Sunson
Textile Manufacture Tbk untuk sektor pertanian hilir namun untuk sektor
pertanian hulu PT Bumi Teknologi unggul Tbk menjadi perusahaan dengan ratarata persediaan terlama. PT Bumi Teknologi Unggul Tbk memiliki rata-rata
persediaan yang relatif sedikit bila dibandingkan perusahaan lain pada sektor yang
sama. Namun rata-rata hari persediaan perusahaan ini menjadi paling lama bila
dibandingkan perusahaan lain, hal tersebut terjadi karena komposisi yang tidak
optimal yang terjadi pada perusahaan ini dimana harga pokok penjualan hampir
sama dengan jumlah persediaan. Hal tersebut terjadi pula pada PT Sunson Textile
Manufacture Tbk yang memiliki komposisi yang tidak optimal bila dibandingkan
dengan harga pokok penjualan perusahaan dan ditambah pula, persediaan
perusahaan tersebut memang dikatakan tinggi bila dibandingkan dengan
perusahaan lain pada subsektor yang sama. Padahal dengan mempercepat rata-rata
hari persediaan, perusaahaan akan menghemat biaya gudang dan pemeliharaan
sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Pada rata-rata hari penarikan piutang, PT Intanwijaya Internasional Tbk
menjadi perusahaan dengan rata-rata hari penarikan piutang terlama pada sektor
pertanian hilir dan PT Bisi Internasional Tbk pada perusahaan sektor pertanian
hulu. PT Bisi Internasional Tbk memiliki kebijakan dalam pemberian kredit
penjualan sehingga piutang usaha perusahaan tersebut relatif cukup tinggi. Hal
tersebut diduga terjadi karena dengan meningkatkan kredit penjualan perusahaan
akan dapat meningkatkan penjualan dimana penjualan perusahaan memang relatif
lebih rendah dibandingkan perusahaan lain dalam sektor pertanian hulu. Selain itu,
dengan komposisi piutang yang hampir mendekati penjualan, dapat dikatakan
bahwa hampir 50 persen aktivitas penjualan dilakukan secara kredit. Hal yang
sama terjadi pada PT Intanwijaya Internasional Tbk yang memiliki tingkat
penjualan yang rendah bila dibandingkan perusahaan lain pada subsektor yang
sama. Komposisi pemberian kredit penjualannya pun hampir 50 persen sehingga
diduga aktivitas pemberian kredit penjualan bertujuan untuk mendongkrak
penjualan perusahaan.
14
Sementara pada rata-rata hari pembayaran utang, PT Ghozco Plantations
Tbk menjadi perusahaan terlama pada sektor pertanian hulu dan pada sektor
pertanian hilir PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk menjadi perusahaan terlama
dalam rata-rata pembayaran utang usaha. Pembayaran utang usaha yang lebih
lama namun tidak melampaui batas waktu pembayaran utang membuat
perusahaan bisa menggunakan dana tersebut untuk melakukan investasi lain yang
dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Namun pada PT Primarindo
Asia Infrastructure Tbk, pembayaran utang usaha yang relatif lebih lama
disebabkan oleh kewajiban lain yang lebih mendesak untuk dipenuhi, hal tersebut
dibuktikan pada laporan keuangan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk telah
terjadi defisiensi modal.
Untuk tingkat perputaran konversi kas terendah terjadi pada PT Bisi
Internasional Tbk dari sektor pertanian hulu dan PT Sunson Textile Manufacture
Tbk pada perusahaan pertanian sektor hilir. Pada PT Sunson Textile Manufacture
Tbk perputaran konversi kas rendah terjadi karena rata-rata hari persediaan
perusahaan tersebut yang sangat lama. Begitu juga yang terjadi pada PT Bisi
Internasional Tbk yang menempati lima perusahaan terlama dalam kategori ratarata hari persediaan dan rata-rata hari piutang usaha. Padahal perusahaan dengan
cash conversion cycle yang cepat dapat mencerminkan efektivitas pengelolaan
modal kerja sehingga dapat mencapai tingkat profitabilitas yang optimal dengan
kondisi tingkat likuiditas yang aman.
Tabel 6 Lima besar peringkat nilai komponen profitabilitas tertinggi
No.
1
2
3
Variabel
Total
Nilai variabel
Hulu
Hilir
49,226
25,052
49,226
41,620
24,485
41,620
41,561
16,110
41,561
39,727
12,130
39,727
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Multi Bintang
Indonesia
Unilever Indonesia
39,556
9,921
39,556
Merck
113,132
29,652
113,132
Unilever Indonesia
95,684
29,138
95,684
Multi Bintang
Indonesia
79,049
26,201
79,049
62,573
24,344
62,573
48,590
21,985
48,590
ROA
ROE
NPM
Total
Eratex Djaya
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Centex (Preferred
Stock)
Malindo Feedmill
Surabaya Agung
Industri Pulp &
Kertas
Pp London Sumatera
Indonesia Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
71,175
36,307
71,175
36,307
34,080
32,619
34,080
23,194
27,297
32,619
17,487
26,897
Eratex Djaya
25,166
Multi Bintang
Indonesia
27,297
17,071
Nama perusahaan pertanian
Hulu
PP London
Sumatera Indonesia
Tbk
Astra Agro Lestari
Tbk
Sampoerna Agro
Tbk
Smart Tbk
Tunas Baru
Lampung Tbk
Astra Agro Lestari
Tbk
Pp London
Sumatera Indonesia
Tbk
Tunas Baru
Lampung Tbk
Smart Tbk
Sampoerna Agro
Tbk
Pp London
Sumatera Indonesia
Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
Astra Agro Lestari
Tbk
Sampoerna Agro
Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Hilir
Eratex Djaya
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Multi Bintang
Indonesia
Unilever Indonesia
Merck
Unilever Indonesia
Multi Bintang
Indonesia
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Centex (Preferred
Stock)
Malindo Feedmill
Surabaya Agung
Industri Pulp &
Kertas
Eratex Djaya
Multi Bintang
Indonesia
Delta Djakarta
Merck
15
Pada Tabel 6 terlihat bahwa PT Eratex Djaya Tbk menjadi perusahaan
dengan tingkat return on asset tertinggi pada sektor pertanian hilir sekaligus
secara keseluruhan sektor pertanian. Sedangkan PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk merupakan perusahaan dengan tingkat ROA tertinggi untuk sektor
pertanian hulu. PT Eratex Djaya Tbk dimana total aset yang dimiliki perusahaan
relatif lebih rendah bila dibandingkan perusahaan lain pada subsektor yang sama.
Hal tersebut mengakibatkan PT Eratex Djaya Tbk dapat mencapai efektifitas
dalam pengelolaan total aktiva padahal perusahaan tersebut tidak masuk ke dalam
cash conversion cycle tercepat. Berbeda dengan PT. Eratex Djaya Tbk, PT PP
London Sumatera Indonesia Tbk memiliki return on asset yang tinggi karena
pengelolaan modal kerja yang optimal. Hal tersebut terbukti dengan masuknya PT
PP London Sumatera Indonesia Tbk ke dalam lima perusahaan tercepat dalam
cash conversion cycle. Selain hal tersebut, perusahaan-perusahaan sektor
pertanian hulu yang masuk ke dalam lima perusahaan dengan cash conversion
cycle tercepat yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, dan PT
SMART Tbk masuk kembali ke dalam lima perusahaan dengan tingkat return on
asset tertinggi. Hal tersebut menandakan bahwa, semakin cepat cash conversion
cycle suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula tingkat return on asset
yang perusahaan dapatkan. Namun, untuk sektor pertanian hilir, hubungan cash
conversion cycle yang semakin cepat belum tentu dapat meningkatkan return on
asset perusahaan. Dibuktikan pada beberapa perusahaan pertanian sektor hilir
yang masuk ke dalam lima perusahaan dengan cash conversion cycle tercepat
yaitu PT Indofarma Tbk, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT Apac Citra
Centertex Tbk dan PT Malindo Feedmill Tbk tidak masuk ke dalam tingkat return
on asset tertinggi, kecuali pada PT Unilever Indonesia Tbk yang masuk ke dalam
cash conversion cycle tercepat dan masuk kembali ke dalam tingkat return on
asset tertinggi. Hal senada terjadi kepada PT Unilever Indonesia Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, dan PT Astra Agro Lestari yang melakukan pengelolaan
modal kerja yang optimal sehinga perusahaan tersebut masuk ke dalam lima
perusahaan dengan return on asset tertinggi.
PT Unilever Indonesia Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat return on
equity pada perusahaan sektor pertanian hilir maupun sektor pertanian secara
keseluruhan dan PT Astra Agro Lestari Tbk pada perusahaan pertanian sektor
hulu. Kedua perusahaan tersebut tercatat sebagai lima perusahaan teratas dengan
tingkat cash conversion cycle tercepat. Selain perusahaan tersebut, lima
perusahaan tercepat cash concersion cycle pada perusahaan pertanian sektor hulu
maupun sektor hilir menurut Tabel 4 tercatat kembali pada lima perusahaan
dengan tingkat return on equity tertinggi pada Tabel 6. Hal tersebut membuktikan
bahwa semakin cepat cash conversion cycle suatu perusahaan maka akan
meningkatkan return on equity perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan modal
kerja yang optimal pada perusahaan dapat meningkatkan laba bersih sehingga
perusahaan tersebut dapat mensejahterakan para pemegang saham perusahaan.
Perusahaan dengan net profit margin tertinggi pada perusahaan sektor
pertanian hilir adalah PT Surabaya Agung Industri Tbk dan pada perusahaan
pertanian hulu adalah PT PP London Sumatera Indonesia Tbk. PT Surabaya
Agung Industri Tbk memiliki penjualan yang tinggi sehingga laba yang
didapatkannya pun tinggi meskipun perusahaan tersebut tidak masuk ke dalam
cash conversion cycle lima perusahaan tercepat. Berbeda pada PT PP London
16
Sumatera Indonesia Tbk yang sering masuk ke dalam rata-rata hari persediaan
tercepat, rata-rata hari penarikan piutang tercepat dan rata-rata pembayaran utang
usaha tercepat sehingga mengakibatkan pengelolaan modal kerja pada perusahaan
tersebut optimal. Secara umum, perusahaan-perusahaan pertanian sektor hulu
memiliki hubungan yang cukup tinggi antara lama hari pada cash conversion
cycle dengan tingkat profitabilitas yaitu ruturn on asset, return on equity, dan net
profit margin. Dimana pada perusahaan pertanian sektor hulu semakin cepat cash
conversion cycle maka semakin tinggi pula tingkat profitabilitas perusahaan.
Dibuktikan bahwa terdapat keseragaman pada perusahaan-perusahaan pertanian
sektor hulu dengan cash conversion cycle tercepat tercatat kembali dengan tingkat
return on asset, return on equity, maupun tingkat net profit margin tertinggi
walaupun dengan perbedaan peringkat yang saling bertukar. Sementara, selain PT
Surabaya Agung Lestari Tbk pada perusahaan pertanian sektor hilir, PT Eratex
Djaya Tbk, PT Multi Bintang, dan PT Merck yang juga tidak masuk ke dalam
cash conversion cycle tercepat, tetapi masuk ke dalam net profit margin tertinggi.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada perusahaan pertanian sektor hilir
pengaruh cash conversion cycle yang cepat tidak terlalu signifikan, sehingga
perusahaan dengan tingkat cash conversion cycle tercepat belum tentu memiliki
tingkat net profit margin yang tinggi.
Tabel 7 Lima besar peringkat nilai komponen profitabilitas terendah
No.
1
2
3
Variabel
ROA
ROE
NPM
Total
Nilai variabel
Hulu
Hilir
-28,831
-28,831
-19,376
-19,376
-6,087
-18,575
-18,575
-4,367
-13,716
-13,716
3,986
-8,134
-8,134
4,385
-7,467
768,480
372,990
188,938
117,704
372,990
768,480
188,938
117,704
8,231
-86,566
-86,566
11,147
-15,424
179,842
179,842
-77,032
-77,032
-27,043
-76,634
-76,634
-15,614
-65,122
-65,122
4,128
-34,150
-34,150
5,637
-12,788
-6,111
-5,259
Total
Central
Proteinaprima Tbk
Panasia Filament
Inti
Sumalindo Lestari
Jaya
Intanwijaya
Internasional Tbk
Schering Plough
Indonesia
Sumalindo Lestari
Jaya
Central
Proteinaprima Tbk
Apac Citra
Centertex
Schering Plough
Indonesia
Eratex Djaya
Inti Agri Resources
Tbk
Sumalindo Lestari
Jaya
Kertas Basuki
Rachmat Indonesia
Panasia Filament
Inti
Intanwijaya
Internasional
Nama perusahaan pertanian
Hulu
Hilir
Central Proteinaprima
Panasia Filament
Tbk
Inti
Inti Agri Resources
Sumalindo Lestari
Tbk
Jaya
Bumi Teknokultura
Intanwijaya
Unggul Tbk
Internasional Tbk
Bakrie Sumatera
Schering Plough
Plantations Tbk
Indonesia
Dharma Samudera
Argo Pantes
Fishing Industries Tbk
Central Proteinaprima
Sumalindo Lestari
Tbk
Jaya
Inti Agri Resources
Apac Citra
Tbk
Centertex
Bumi Teknokultura
Schering Plough
Unggul Tbk
Indonesia
Bakrie Sumatera
Eratex Djaya
Plantations Tbk
Intanwijaya
Ghozco Plantations
Internasional Tbk
Tbk
Inti Agri Resources
Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Sumalindo Lestari
Jaya
Kertas Basuki
Rachmat Indonesia
Panasia Filament
Inti
Intanwijaya
Internasional Tbk
Smart Tbk
Argo Pantes
Berdasarkan Tabel 7, PT Central Proteinaprima Tbk menjadi perusahaan
dengan tingkat return on asset terendah secara keseluruhan maupun pada sektor
pertanian hulu sedangkan PT Panasia Filament Inti Tbk menjadi perusahaan
dengan tingkat return on asset terendah yang berasal dari perusahaan pertanian
hilir. Pada PT Central Proteinaprima Tbk, tingkat ROA yang rendah disebabkan
17
oleh laba perusahaan yang negatif. Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang
bergerak dalam subsektor fishery mengalami serangan virus pada bibit udang
sehingga penjualannya menurun. Selain PT Central Proteinaprima Tbk, beberapa
perusahaan pertanian sektor hulu yang masuk ke dalam cash conversion cycle
terlama yaitu PT Bisi Internasional Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk,
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, dan PT Inti Agro Resources tercatat
kembali sebagai perusahaan yang memiliki tingkat return on asset terendah. Oleh
karena itu, rata-rata hari cash conversion cycle yang terlalu lama akan
mengakibatkan return on asset pada perusahaan pertanian sektor hulu menurun
atau rendah. Pada perusahaan PT Panasia Filament Inti Tbk yang berasal dari
perusahaan pertanian sektor hilir mencatatkan laba perusahaan yang negatif
dengan cash conversion cycle perusahaan yang terbilang lama yaitu 100 hari
namun tidak menjadi lima perusahaan dengan cash conversion cycle terlama. Hal
tersebut terjadi pada PT Schering Plough Indonesia Tbk dan PT Intanwijaya
Internasional Tbk yang secara berturut-turut memiliki cash conversion cycle yang
lama namun tidak termasuk ke dalam lima perusahaan dengan cash conversion
cycle terlama yaitu selama 255 hari dan 202 hari. Namun,
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA STOCK EXCHANGE
INDRA LASMANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Manajemen
Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor
Pertanian Di Indonesia Stock Exchange adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Indra Lasmana
NIM H24090008
ABSTRAK
INDRA LASMANA. Analisis Manajemen Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas
dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Pertanian Di Indonesia Stock Exchange. Dibimbing
oleh FARIDA RATNA DEWI dan R. DIKKY INDRAWAN.
Perusahaan Pertanian sektor hulu dan sektor hilir merupakan sektor yang
berkontribusi besar terhadap distribusi gross domestic bruto tahun 2012. Produk
perusahaan pertanian sektor hulu berkarakteristik mudah rusak dan musiman, sedangkan
produk perusahaan pertanian sektor hilir memiliki keterkaitan mata rantai produksi.
Pengelolaan modal kerja yang optimal dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data perusahaan pertanian sektor hulu dan sektor hilir pada
tahun 2011 yang dianalisis menggunakan explanatory analysis (regresi linier sederhana,
berganda, uji T dan uji F) dan confirmatory analysis dengan menggunakan Structural
Equation Modelling. AAI, ACP, APP dan CCC merupakan faktor loading dari WC. CR
dan QR merupakan faktor loading dari LIKUID. ROA, ROE dan NPM merupakan
faktor loading dari laten PROFIT. Hasil analisis manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas memiliki pengaruh yang tidak signifikan sedangkan terhadap likuiditas
berpengaruh signifikan.
Kata kunci: agricultural company, liquidity, profitability, working capital
management
ABSTRACT
INDRA LASMANA. An Analysis of Working Capital Management of Liquidity and
Profitability Level In Indonesia Stock Exchange Agricultural Sector Companies.
Supevised by FARIDA RATNA DEWI and R. DIKKY INDRAWAN.
Agricultural sector contributes to 2012 GDP distribution. The upstream sector
company’s products are characterized as perishable and seasonal, and linked to
production chain for downstream sector. The optimalization of working capital
management is essential to improved profitability. This research used secondary data of
agricultural enterprised listed in Indonesian Stock Exchange. Those data analyzed using
explanatory and confirmatory analysis. Explanatory analysis conducted by regression
(linier and multiple) while confirmatory conducted by Structural Equation Modelling. In
this model, working capital management were dependent variable of AAI, ACP, APP,
dan CCC. The influence of working capital management was analyse to PROFIT and
LIKUID separatly. CR and QR were loading factors for LIKUID. ROA, ROE and NPM
were loading factors for PROFIT. The results showed that working capital management
was not significantly influenced profitability, while the liquidity effect significantly.
Keywords: agricultural company, liquidity, profitability, working capital
management
ANALISIS MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA STOCK EXCHANGE
INDRA LASMANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Manajemen Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan
Profitabilitas Perusahaan Sektor Pertanian Di Indonesia Stock
Exchange
Nama
: Indra Lasmana
NIM
: H24090008
Disetujui oleh
Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing I
R. Dikky Indrawan, SP, MM
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah modal kerja, dengan
judul Analisis Manajemen Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan Sektor Pertanian Di Indonesia Stock Exchange.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi dan Bapak R. Dikky
Indrawan selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak dan Ibu penulis atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima kasih
kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen dan staf Departemen Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2013
Indra Lasmana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
METODE PENELITIAN
7
Kerangka Pemikiran Penelitian
7
Lokasi dan Waktu Penelitian
8
Pengumpulan Data
9
Pengolahan dan Analisis Data
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambaran Umum Sektor Pertanian Hulu dan Hilir
10
Analisis Regresi Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
20
Analisis Partial Least Square (PLS)
21
Pengujian Model SEM
21
Model Pengukuran (Outer Model)
21
Model Structural (Inner Model)
23
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
27
29
Simpulan
29
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
30
RIWAYAT HIDUP
32
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Referensi Penelitian Terdahulu
Proses Screening Data Penelitian
Hipotesis Penelitian
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Working Capital Tercepat
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Working Capital Terlama
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Profitabilitas Tertinggi
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Profitabilitas Terendah
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Likuiditas Tertinggi
Lima Besar Peringkat Nilai Komponen Likuiditas Terendah
Hasil Regresi Sederhana, Berganda, Uji T dan Uji F
Nilai Faktor Loading
Nilai Faktor Loading setelah dropping
Hasil R-Square
Path Coefficient
Outer Loading ( Mean, STDEV, T-Values)
7
9
10
11
12
14
16
18
19
20
22
23
23
24
26
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Struktur PDB menurut lapangan usaha
Pertumbuhan Sektor Pertanian tahun 2007-2012
PDB atas harga berlaku Sektor Pertanian 2011
Indeks harga saham Sektor Pertanian 2011
Kerangka pemikiran penelitian
Model Structural Equation
Model SEM Seluruh Pertanian, Pertanian Hulu dan Pertanian Hilir
1
2
2
3
8
9
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen
dibanding tahun 2011. Perekonomian Indonesia didukung oleh Sektor Pertanian,
Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran,
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa
Perusahaan dan Sektor Jasa-Jasa yang dalam kurun waktu lima tahun ini
mengalami pertumbuhan yang positif (www.bps.go.id 2013).
100%
10,10
9,80
10,20
10,24
10,56
10,45
7,70
7,40
7,20
7,24
7,21
7,26
80%
6,70
6,30
6,30
6,57
6,62
6,66
70%
14,90
13,30
13,69
13,80
13,90
90%
Persentase
60%
7,70
0,90
14,00
8,40
9,90
10,25
10,16
10,45
0,80
0,80
0,76
0,77
0,79
50%
Jasa-Jasa
Keuangan, Real Estate, dan
Jasa Perusahaan
Pengangkutan dan
Komunikasi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Konstruksi
40%
27,10
27,90
26,40
24,80
24,33
23,94
Listrik, Gas, dan Air Bersih
30%
Industri Pengolahan
20%
10%
11,20
13,70
11,00
14,40
10,60
15,30
11,16
15,29
11,85
14,70
11,78
14,44
Pertambangan dan
Penggalian
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
0%
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
Gambar 1 Struktur PDB menurut lapangan usaha (www.bps.go.id 14 Februari
2013)
Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar
harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun
ke tahun. Tiga sektor utama yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian
dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mempunyai peranan sebesar 52,28
2
persen pada tahun 2012. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi
sebesar 23,94 persen, Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran memberikan kontribusi masing-masing sebesar 14,44 persen dan 13,90
persen.
Sektor Pertanian merupakan salah satu dari ketiga sektor yang berkontribusi
besar terhadap distribusi PDB tahun 2012. Sektor Pertanian merupakan sektor
dimana menurut BPS (2012) sebesar 41.205.030 orang penduduk Indonesia dari
total angkatan kerja sebesar 112.802.805 orang menggantungkan hidupnya untuk
mencari nafkah.
Penurunan pada Sektor Pertanian yang cukup signifikan sebesar 23,06
persen yang terjadi pada triwulan IV-2012 menyebabkan PDB Indonesia atas
dasar harga konstan tahun 2000 turun sebesar 1,45 persen dibanding triwulan
sebelumnya (q-to-q). Sementara sektor lainnya selama triwulan IV-2012
mengalami pertumbuhan positif. Meskipun terjadi penurunan pada Sektor
Pertanian, sektor ini mampu mencatatkan pertumbuhan positif pada penutupan
tahun 2012. Tetapi sektor pertanian masih sangat kurang bila dibandingkan sektor
lain non migas. Dimana, sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 3,97 persen dan
merupakan pertumbuhan terkecil kedua setelah Sektor Pertambangan dan
Penggalian.
6,00
4,80
5,00
4,00
4,10
3,97
3,50
2,90
3,00
2010
2011
3,00
2,00
1,00
0,00
2007
2008
2009
2012
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Gambar 2 Pertumbuhan Sektor Pertanian tahun 2007-2012 (www.bps.go.id 24
Februari 2013)
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada sektor pertanian
adalah laju konversi lahan. Kementerian Pertanian (Kementan) dan BPS
mengungkap fakta, sepanjang tahun 2008 hingga 2010, laju konversi lahan sawah
di Pulau Jawa sebesar 600 ribu hektar, atau bila dirata-ratakan mencapai 200
ribu hektar/tahun. Artinya, setiap tahun ada lahan sawah seluas 60 ribu hektar
yang lenyap. Tanpa upaya serius dari pemerintah, dapat dipastikan, kurang dari 20
tahun ke depan tak akan ada lagi lahan sawah di negeri ini. Hal tersebut
disebabkan luas lahan sawah saat ini tinggal 7,5 juta hektar ditambah 9,7 juta
hektar lahan kering (www.bps.go.id 16 April 2013).
Total perusahaan sektor pertanian di Indonesia berjumlah 4.134 perusahaan.
Dimana jumlah perusahaan tanaman pangan sebesar 116 perusahaan, holtikultura
227 perusahaan, perkebunan 2159 perusahaan, peternakan 664 perusahaan,
perikanan 483 perusahaan, dan kehutanan 485 perusahaan. Perusahan sektor
3
pertanian tersebut berkontribusi terhadap PDB pada sektor pertanian, yang
merupakan salah satu dari tiga sektor yang berperan utama. Distribusi PDB dari
masing-masing sub sektor pertanian disajikan dalam gambar berikut.
600.000,00
Milyar Rupiah
500.000,00
400.000,00
Tanaman Bahan Makanan
300.000,00
Tanaman Perkebunan
200.000,00
Peternakan
100.000,00
Kehutanan
0,00
Perikanan
2007
2008
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 3 PDB atas harga berlaku Sektor Pertanian (www.bps.go.id 24 Februari
2013)
Dari total perusahaan sektor pertanian tersebut, sampai akhir tahun 2012
perusahaan yang terdaftar (listing) pada Bursa Efek Indonesia berjumlah 18
perusahaan (www.idx.co.id 21 Februari 2013). Sepanjang tahun seperti bukan
tahun yang baik untuk sektor ini, faktor cuaca dan kenaikan harga komoditas
menjadi hal yang sangat penting bagi kinerja saham ini, baik itu fundamental
maupun pergerakan sahamnya. Kedua faktor tersebut tentunya sangat berpengaruh
terhadap kinerja saham sektor ini, dalam beberapa bulan terakhir cuaca buruk dan
curah hujan tinggi tentu akan membuat emiten pertanian dan perikanan
berdampak buruk terhadap kinerja keuangan mereka.
3000
2500
2000
1500
High
1000
Low
500
Close
0
Gambar 4 Indeks harga saham Sektor Pertanian 2011 (www.idx.co.id 16 Februari
2013)
4
Tren harga saham untuk semua sektor mengalami kenaikan tetapi harga
saham pada Sektor Pertambangan dan Perkebunan, terutama tambang batu bara
dan perkebunan kelapa sawit mengalami penurunan harga komoditas batu bara
dan CPO, yang hingga kini belum rebound kembali (www.idx.co.id 16 Februari
2013).
Sektor hilir pertanian, yaitu agroindustri merupakan sub sektor manufaktur
yang juga menjadi salah satu penopang PDB Indonesia. Agroindustri adalah
kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan
menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut (www.wikipedia.com 16
Februari 2013). Secara eksplisit pengertian agroindustri pertama kali diungkapkan
oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal
dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri ini dapat
merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri
pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau
transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen.
Karakteristik perusahaan sektor pertanian hulu adalah dari hasil produknya
yang musiman karena cenderung dipengaruhi oleh iklim dan mudah rusak
sehingga penting bagi perusahaan sektor pertanian hulu untuk memiliki
kemampuan manajemen persediaan pasca panen. Pengelolaan pada perusahaan
sektor pertanian hilir dapat dikatakan unik, karena keterkaitan mata rantai
produksi dimana bahan bakunya yang berasal dari pertanian (tanaman, hewan,
ikan) mempunyai tiga karakteristik, yaitu musiman (seasonality), mudah rusak
(perishabelity), dan beragam (variability). Tiga karakteristik lainnya yang perlu
mendapat perhatian adalah: Pertama, karena komponen biaya bahan baku
umumnya merupakan komponen terbesar dalam agroindustri maka operasi
mendatangkan bahan baku sangat menentukan operasi perusahaan agroindustri.
Ketidakpastian produksi pertanian dapat menyebabkan ketidakstabilan harga
bahan baku sehingga merumitkan pendanaan dan pengelolaan modal kerja. Kedua,
karena banyak produk-produk agroindustri merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi atau merupakan komoditas penting bagi perekonomian suatu negara
maka perhatian dan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan agroindustri sering
terlalu tinggi. Ketiga, karena suatu produk agroindustri mungkin diproduksi oleh
beberapa negara maka agroindustri lokal terkait ke pasar internasional sebagai
pasar alternatif untuk bahan baku, impor bersaing, dan peluang ekspor. Fluktuasi
harga komoditas yang tinggi di pasar internasional memperbesar ketidakpastian
finansial disisi input dan output. Karena itu, pada dasarnya keuangan perusahaan
berhubungan dengan tiga keputusan, yaitu keputusan mengenai penganggaran
modal, struktur modal, dan manajemen modal kerja.
Dari penjelasan tersebut, pengelolaan modal kerja untuk perusahaan sektor
pertanian hulu dan sektor pertanian hilir sangat penting. Dimana pengelolaan
modal kerja dapat mempengaruhi tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Tingkat likuiditas yang optimal penting bagi perusahaan agar dapat memenuhi
kewajiban jangka pendek sehingga perusahaan terhindar dari risiko gagal bayar
karena. Sedangkan profitabilitas suatu perusahaan berpengaruh terhadap
kelangsungan operasi perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi secara
5
sustainable, dapat tumbuh dan berkembang. Pengelolaan modal kerja yang
optimal akan berdampak kepada biaya operasional yang efisien sehingga produk
hasil sektor pertanian mampu berkompetisi di dunia global. Berdasarkan
permasalahan dan data di atas, bagaimana pengelolaan modal kerja yang baik
sehingga dapat mempengaruhi tingkat likuiditas dan profitabilitas. Penelitian ini
menggunakan perusahaan-perusahaan Sektor Pertanian yang telah terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia dan perusahaan Sektor Industri Olahan Pertanian (pertanian
hilir). Sehingga judul penelitian yang diambil adalah “Analisis Manajemen Modal
Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Pertanian Di
Indonesia Stock Exchange”.
Perumusan Masalah
Sektor pertanian merupakan sektor penting selain menjadi salah satu
penopang PDB Indonesia, sektor ini merupakan sektor dimana hampir setengah
dari penduduk Indonesia menggantukan hidupnya baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hendaknya sektor pertanian juga meningkatkan kinerja
pengelolaan terhadap internal perusahaan. Pengelolaan pada cash conversion
cycle bertujuan agar perusahaan dapat melakukan pengelolaan terhadap aktiva
yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan efektivitas perusahaan dan dapat
pula menjadi barometer terhadap tingkat efisiensi dari pemanfaatan sumberdaya
perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a) Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap tingkat likuiditas dan
profitabilitas perusahaan sektor pertanian hulu dan hilir?
b) Bagaimana pengaruh komponen cash conversion cycle, average age of
inventory, average collection period dan average payment period terhadap
tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor ertanian hulu dan hilir?
c) Bagaimana perbandingan pengelolaan modal kerja pada perusahaan sektor
pertanian hulu dengan perusahaan sektor pertanian hilir?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dilakukan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a) Menganalisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap tingkat likuiditas dan
profitabilitas perusahaan sektor pertanian hulu dan hilir.
b) Menganalisis pengaruh komponen cash conversion cycle, average age of
inventory, average collection period dan average payment period terhadap
tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor pertanian hulu dan hilir.
c) Menganalisis perbandingan pengelolaan modal kerja pada perusahaan sektor
pertanian hulu dengan perusahaan sektor pertanian hilir.
6
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a) Bagi penelitian
Dalam hal ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan berkaitan dengan pengaruh manajemen modal kerja terhadap
tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan pada sektor pertanian hulu dan
hilir.
b) Bagi perusahaan
Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pentingnya perusahaan dalam
mengelola modal kerja sehingga dapat membuat kebijakan atau regulasi yang
tepat untuk menjaga stabilitas perusahaan dan membuat investor tertarik untuk
berinvestasi dalam perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang bagaimana pengaruh manajemen modal
kerja terhadap tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor pertanian
hulu dan pertanian hilir. Ruang lingkup perusahaan yang akan digunakan adalah
perusahaan yang bergerak pada sektor pertanian dan sektor manufaktur dengan
melakukan screening kepada subsektor manufaktur yang menggunakan bahan
baku utama dari produk pertanian hulu yang telah terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan pada tahun 2011. Tahun
tersebut dipilih karena pada tahun 2011 terdapat fluktuasi dari pertumbuhan sektor
pertanian sehingga sektor tersebut mencatatkan pertumbuhan positif yang kecil
selain itu ketersediaan data laporan keuangan perusahaan juga menjadi alasan
mengapa tahun ini dipilih.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja adalah suatu pengelolaan investasi perusahaan
dalam aset jangka pendek (Kasmir 2010:210). Manajemen modal kerja merupakan
proses perencanaan, pengelolaan dan pengawasan terhadap harta lancar dan
hutang lancar sehingga selisih dari keduanya (Net Working Capital) akan tetap
berada dalam posisi minimum yang konsisten dan tidak akan mengakibatkan
perusahaan harus menghadapi risiko ketidakmampuan dalam menyelesaikan
kewajiban finansial jangka pendeknya atau dalam hal ini melunasi hutang jangka
pendeknya.
7
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan Pradana (2009) yang ingin melihat
pengaruh dari manajemen modal kerja bersih terhadap profitabilitas perusahaan
go public yang bergerak pada sektor perdagangan selama periode 2003 hingga
2007, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara cash
conversion cycle dengan gross operating profit pada perusahaan terbuka yang
bergerak pada sektor perdagangan selama periode 2003 hingga 2007.
Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasan Agan Karaduman et
al. (2010) dengan judul “ The Relationship between Working Capital Management
and Profitability: Evidence from an Emerging Market”. Penelitian ini
menggunakan perusahaan terpilih pada Bursa Efek Istanbul (Istanbul Stock
Exchange) untuk periode 2005-2009. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pengurangan terhadap CCC akan secara positif meningkatkan ROA.
Di Malaysia, Mansoori dan Muhammad (2012) melakukan penelitian yang
serupa, dengan tambahan variabel control yaitu GDP (Gross Domestic Product).
Menghasilkan bahwa, cash conversion cycle berhubungan negatif dengan ROA.
Tabel 1 Referensi penelitian terdahulu
Hipotesis
H1
Manajemen modal kerja berhubungan
negatif dengan profitabilitas perusahaan
H2
Leverage berhubungan negatif dengan
profitabilitas perusahaan
H3
Pertumbuhan perusahaan berhubungan
positif dengan profitabilitas perusahaan
Ukuran perusahaan berhubungan positif
dengan profitabilitas perusahaan
H4
Referensi literatur
Mohamad & Saad 2010
Bagchi & Khamrui 2012
Ahmed 2011
Mansoori & Muhammad 2012
Malik & Iqbal 2012
Mohamad & Saad 2010
Mansoori & Muhammad 2012
Bagchi & Khamrui 2012
Mansoori & Muhammad 2012
Malik & Iqbal 2012
Mansoori & Muhammad 2012
Malik & Iqbal 2012
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Komoditas pertanian sangat penting dan strategis karena menyangkut
kebutuhan dasar manusia. Seiring dengan terus meningkatnya jumlah populasi di
dunia yang tidak diimbangi dengan kenaikan penyediaan bahan pangan karena
produktivitas pertanian pangan yang meningkat lebih lambat mengakibatkan
ketahanan pangan global berada dalam kondisi yang menghawatirkan. Penelitian
ini menggunakan tiga alat analisis. Analisis pertama dengan menggunakan
perhitungan rasio keuangan yang berkaitan dengan manajemen modal kerja. Rasio
keuangan yang digunakan adalah rasio aktivitas untuk menghitung cash
conversion .Lalu untuk menghitung likuiditas, penelitian ini menggunakan current
ratio (CR) dan quick ratio (QR) serta untuk tingkat profitabilitas, menggunakan
8
rasio profitabilitas return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan net profit
margin. Alat analisis kedua dengan melakukan explanatory analysis
menggunakan analisis regresi sederhana, regresi berganda, uji t dan uji f untuk
mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen pada model yang
telah dibuat. Kemudian analisis ketiga dengan melakukan confirmatory analysis
yaitu dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Berikut adalah
kerangka pemikiran penelitian.
Pentingnya Sektor Pertanian sebagai penggerak perekonomian
Masalah rendahnya produktivitas dan fluktuasi harga komoditas pertanian
Manajemen modal kerja Sektor Pertanian hulu dan hilir
Laporan keuangan Sektor Pertanian hulu dan hilir
CCC
AAI
ACP
APP
Working Capital Management
CR
QR
ROA
Liquidity Ratio
ROE
NPM
Profitability Ratio
Explanatory Analysis:
Analisis regresi sederhana, Analisis regresi berganda,
Uji T & Uji F
Confirmatory Analysis:
Structural Equation Modeling (SEM)
Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor pertanian dan sektor
manufaktur. Pada perusahaan sektor manufaktur dilakukan screening subsektor
yang merupakan dari sektor pertanian hilir. Penyaringan pada perusahaan hilir
tersebut berdasarkan penggunaan bahan baku utama yang berasal dari produk
pertanian. Perusahaan yang digunakan merupakan perusahaan yang telah terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian selama tiga bulan yang dimulai pada
bulan Januari sampai Maret 2013.
9
Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder didapat dari
studi literatur berupa pencarian teori–teori maupun data yang dapat mendukung
terlaksananya penelitian. Studi literatur didapat dari berbagai sumber seperti buku,
internet, jurnal internasional maupun nasional, skripsi-skripsi terdahulu dan
majalah. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor pertanian yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan beberapa subsektor dari sektor manufaktur.
Tabel 2 Proses screening data penelitian
Screening
Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008
sampai tahun 2013
Bergerak dalam sektor pertanian hulu dan hilir
(Chemicals, Animal Feed, Wood Industries, Pulp &
Paper, Textile & Garment, Footwear, Food and
Beverages, Tobacco Manufactures, Pharmaceuticals,
dan Cosmetics and Household)
Kelengkapan laporan keuangan tahun 2011
Perusahaan sektor
pertanian
Perusahaan sektor
manufaktur
14 perusahaan
138 perusahaan
14 perusahaan
77 perusahaan
12 perusahaan
64 perusahaan
Jadi penelitian ini menggunakan total perusahaan sebesar 76 perusahaan,
yang terdiri dari perusahaan sektor pertanian hulu sebanyak 12 perusahaan,
sedangkan untuk sektor pertanian hilir menggunakan data perusahaan sebanyak 64
perusahaan.
Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan menguji
model SEM yang dibangun. Penelitian ini memusatkan terhadap modal kerja
dengan menggunakan modal kerja sebagai variabel laten dari proxy pembentuk
modal kerja. Model SEM digambarkan sebagai berikut.
Gambar 6 Model Structural Equation
Model ini terdiri dari cash conversion cycle (CCC), average age of inventory
(AAI), average collection period (ACP), average payment period (APP), current
10
ratio (CR), quick ratio (QR), return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan
net profit margin (NPM). Dari beberapa indikator tersebut, penulis melakukan
hipotesis sebagai berikut:
Tabel 3 Hipotesis penelitian
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
H9
H10
H11
H12
H13
H14
Hipotesis
AAI berhubungan dengan Working Capital
ACP berhubungan dengan Working Capital
APP berhubungan dengan Working Capital
CCC berhubungan dengan Working Capital
Working Capital berhubungan dengan Profitability
Working Capital berhubungan dengan Liquidity
AAI dan WC berhubungan dengan Profitability
ACP dan WC berhubungan dengan Profitability
APP dan WC berhubungan dengan Profitability
CCC dan WC berhubungan dengan Profitability
AAI dan WC berhubungan dengan Liquidity
ACP dan WC berhubungan dengan Liquidity
APP dan WC berhubungan dengan Liquidity
CCC dan WC berhubungan dengan Liquidity
Untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap tingkat
likuiditas dan profitabilitas digunakan analisis bentuk hubungan dan analisis
keretan hubungan. Pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel
dependen ditelusuri dengan analisis regresi kemudian dilanjutkan dengan analisis
confirmatory dengan menggunakan SmartPLS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sektor Pertanian Hulu dan Hilir
Pertanian hulu dengan pertanian hilir sangat erat hubungannya. Dimana
pertanian hilir sangat tergantung dari pasokan bahan baku pertanian. Jika pasokan
hasil produksi pertanian kurang dari jumlah yang diminta, maka perusahaan sektor
pertanian hilir akan melakukan impor terhadap kekurangan bahan baku pertanian
tersebut. Hal tersebut sangat disayangkan, karena hasil produksi pertanian dalam
negeri tidak dioptimalkan pemanfaatannya. Selain itu, bila sektor pertanian hulu
mampu memenuhi secara penuh permintaan bahan baku dari pertanian hilir, ini
dapat terjadi simbiosis mutualisme. Terlebih lagi, perusahaan sektor pertanian
hilir sangat banyak dan mengalami pertumbuhan yang tinggi dari tahun-tahun
sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk (permintaan) yang terus
meningkat secara eksponensial terhadap produk hasil pertanian baik hulu maupun
hilir. Pemenuhan akan produk hasil pertanian akan mendongkrak pertumbuhan
pada sektor pertanian hulu.
Selama periode 2008 sampai periode 2013, terdapat 12 perusahaan sektor
pertanian hulu dan 64 sektor pertanian hilir yang diteliti. Perusahaan tersebut
merupakan perusahaan yang telah listing dari tahun 2008 dan belum pernah
11
delisting maupun relisting sampai tahun 2013, selain itu perusahaan tersebut
merupakan perusahaan yang laporan keuangannya lengkap.
Penelitian terhadap perusahaan dilakukan dengan menggunakan rasio
keuangan yang memiliki kedekatan dengan pengelolaan modal kerja, likuiditas
perusahaan dan profitabilitas perusahaan.
Tabel 4 Lima besar peringkat nilai komponen working capital tercepat
No.
1
2
3
4
Variabel
AAI
ACP
APP
CCC
Nilai variabel (hari)
Total Hulu Hilir
Total
Eterindo Wahanatama
Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Nama perusahaan pertanian
Hulu
Ghozco Plantations Tbk
Hilir
Eterindo Wahanatama
Tbk
16
22
16
22
31
36
31
41
40
36
43
49
Apac Citra Centertex
Smart Tbk
40
58
50
Malindo Feedmill
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
0
0
0
Kertas Basuki Rachmat
Indonesia
Astra Agro Lestari Tbk
0
0
6
Astra Agro Lestari Tbk
Sampoerna Agro Tbk
0
1
8
3
10
3
8
15
2
11
2
Sampoerna Agro Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
Inti Agri Resources
Tbk
Prashida Aneka Niaga
Ghozco Plantations Tbk
1
5
18
5
Mandom Indonesia
6
21
6
8
25
8
9
28
9
Nusantara Inti Corpora
Tiga Pilar Sejahtera
Food
Bentoel Internasional
Investama
3
5
3
Indofarma
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Indofarma
Astra Agro Lestari Tbk
Unilever Indonesia
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Apac Citra Centertex
Astra Agro Lestari Tbk
Malindo Feedmill
Inti Agri Resources Tbk
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
Inti Agri Resources Tbk
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
Smart Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Chandra Asri
Petrochemical Tbk
Multi Bintang
Indonesia
Kertas Basuki Rachmat
Indonesia
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Gudang Garam
Bentoel Internasional
Investama
Sepatu Bata Tbk
Prashida Aneka Niaga
Mandom Indonesia
Nusantara Inti Corpora
Tiga Pilar Sejahtera
Food
Bentoel Internasional
Investama
5
13
12
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
12
16
15
Unilever Indonesia
Sampoerna Agro Tbk
Chandra Asri
Petrochemical Tbk
13
48
20
Astra Agro Lestari Tbk
PP London Sumatera
Indonesia Tbk
Apac Citra Centertex
27
Chandra Asri
Petrochemical Tbk
Smart Tbk
Malindo Feedmill
15
60
Berdasarkan Tabel 4, rata-rata hari persediaan tercepat terjadi pada
perusahaan Eterindo Wahanatama Tbk dari sektor pertanian hilir, sedangkan ratarata hari persediaan tercepat untuk sektor pertanian hulu adalah perusahaan
Ghozco Plantation Tbk. Namun, secara keseluruhan sektor, perusahaan Eterindo
Wahanatama Tbk merupakan perusahaan yang paling cepat rata-rata hari
persediaan dengan lama hari persediaan selama 16 hari. Rata-rata hari persediaan
yang cepat menandakan bahwa perputaran persediaan dalam perusahaan cepat,
sehingga persediaan bahan baku yang ada di penyimpanan tidak terlalu lama
waktu simpannya. Perusahaan Eterindo Wahanatama Tbk menjadi perusahaan
tercepat dalam rata-rata hari persediaan karena disamping komposisi jumlah
persediaan yang perusahaan simpan optimal dengan harga pokok penjualan
perusahaan, perusahaan Etereindo Wahanatama juga memiliki persediaan yang
lebih sedikit bila dibandingkan perusahaan lain pada sektor yang sama maupun
12
subsektor yang sama yaitu subsektor chemicals. Hal tersebut pun senada dengan
perusahaan Ghozco Plantations Tbk yang jumlah persediaannya rendah bila
dibandingkan perusahaan lain pada sektor dan subsektor yang sama.
Pada rata-rata hari penarikan piutang usaha, perusahaan Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk menjadi perusahaan tercepat rata-rata hari penarikan
piutang usaha dari sektor pertanian hilir, sedangkan dari sektor pertanian hilir
perusahaan Astra Agro Lestari Tbk menjadi perusahaan tercepat rata-rata hari
penarikan piutang usaha. Dilihat dari jumlah piutang usahanya, PT Astra Agro
Lestari Tbk memberikaan kredit penjualan dalam jumlah yang kecil dibandingkan
dengan tingkat penjualannya yang tinggi. Hal tersebut berbeda dengan PT
SMART Tbk yang memiliki tingkat penjualan yang paling tinggi tetapi PT
SMART Tbk juga menerapkan kebijakan kredit penjualan yang tinggi sehingga
PT SMART Tbk tidak masuk kedalam lima perusahaan terbaik kategori rata-rata
penarikan piutang usaha tercepat. Berbeda dengan PT Astra Agro Lestari Tbk,
pada PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk rata-rata hari piutang usaha yang
rendah karena jumlah piutang usaha perusahaan tersebut tidak ada. Hal tersebut
terjadi karena berdasarkan laporan keuangan perusahaan PT Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk menghapuskan piutang ragu-ragu dalam tahun dimana
piutang tersebut dipastikan tidak dapat tertagih. Kebijakan piutang memang
tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan. Penagihan rata-rata hari
piutang yang cepat dapat meminimalkan perusahaan dari risiko piutang tak
tertagih.
Pada rata-rata pembayaran utang usaha, PT Prashida Aneka Niaga Tbk
menjadi perusahaan yang paling cepat membayar utang usaha pada sektor
pertanian hilir sedangkan PT Inti Agri Resources Tbk menjadi perusahaan yang
tercepat pembayaran utang usaha pada sektor pertanian hulu. Pada PT Prashida
Aneka Niaga Tbk, jumlah utang usaha perusahaan tersebut relatif lebih rendah
bila dibandingkan perusahaan lain dalam subsektor yang sama yaitu food and
beverages. Hal tersebut juga terjadi pada PT Inti Agro Resources Tbk yang
memiliki utang usaha paling rendah di dalam subsektornya yaitu fishery.
Pada cash conversion cycle, perusahaan sektor pertanian hulu yang tercepat
dalam siklus konversi kas adalah PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dan untuk
perusahaan hilir, PT Indofarma Tbk yang menjadi perusahaan tercepat. Komposisi
yang optimal dari ketiga komponen AAI, ACP, dan APP membuat perusahaan
tersebut cepat dalam mengkonversikan kas perusahaan sehingga perusahaan dapat
meningkatkan keuntungan.
Tabel 5 Lima besar peringkat nilai komponen working capital terlama
No.
1
2
Variabel
AAI
Nilai variabel (hari)
Total Hulu Hilir
355
354
355
354
328
322
328
131
287
322
131
218
287
72
206
192
152
192
153
78
153
ACP
Total
Sunson Textile
Manufacture
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bisi Internasional
Tbk
Gudang Garam
Tirta Mahakam
Resources
Intanwijaya
Internasional Tbk
Mustika Ratu
Nama perusahaan pertanian
Hulu
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bisi Internasional Tbk
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Inti Agri Resources Tbk
Tunas Baru Lampung
Tbk
Bisi Internasional Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Hilir
Sunson Textil
Manufacture
Gudang Garam
Tirta Mahakam Resources
Pyridam Farma
Schering Plough
Indonesia
Intanwijaya Internasional
Tbk
Mustika Ratu
13
3
4
APP
CCC
152
56
117
117
53
113
Bisi Internasional
Tbk
Darya Varia
Laboratoria
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
113
43
112
Delta Djakarta
212
107
212
Primarindo Asia
Infratructure
131
68
131
Indofarma
117
61
117
Indorama Synthetics
116
43
105
Barito Pasific Tbk
Sampoerna Agro Tbk
107
41
101
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
441
441
358
358
346
313
346
147
257
313
124
256
Ghozco Plantations
Tbk
Bisi Internasional
Tbk
Sunson Textile
Manufacture
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Gudang Garam
257
112
255
Pyridam Farma
Ghozco Plantations Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Bisi Internasional Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Inti Agri Resources Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Darya Varia Laboratoria
Delta Djakarta
Schering Plough
Indonesia
Primarindo Asia
Infratructure
Indofarma
Indorama Synthetics
Kertas Basuki Rachmat
Indonesia
Ultrajaya Milk Industry
And Trading Company
Sunson Textile
Manufacture
Gudang Garam
Pyridam Farma
Tirta Mahakam Resources
Schering Plough
Indonesia
Berdasarkan Tabel 5, rata-rata hari persedian terlama terjadi pada PT Sunson
Textile Manufacture Tbk untuk sektor pertanian hilir namun untuk sektor
pertanian hulu PT Bumi Teknologi unggul Tbk menjadi perusahaan dengan ratarata persediaan terlama. PT Bumi Teknologi Unggul Tbk memiliki rata-rata
persediaan yang relatif sedikit bila dibandingkan perusahaan lain pada sektor yang
sama. Namun rata-rata hari persediaan perusahaan ini menjadi paling lama bila
dibandingkan perusahaan lain, hal tersebut terjadi karena komposisi yang tidak
optimal yang terjadi pada perusahaan ini dimana harga pokok penjualan hampir
sama dengan jumlah persediaan. Hal tersebut terjadi pula pada PT Sunson Textile
Manufacture Tbk yang memiliki komposisi yang tidak optimal bila dibandingkan
dengan harga pokok penjualan perusahaan dan ditambah pula, persediaan
perusahaan tersebut memang dikatakan tinggi bila dibandingkan dengan
perusahaan lain pada subsektor yang sama. Padahal dengan mempercepat rata-rata
hari persediaan, perusaahaan akan menghemat biaya gudang dan pemeliharaan
sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Pada rata-rata hari penarikan piutang, PT Intanwijaya Internasional Tbk
menjadi perusahaan dengan rata-rata hari penarikan piutang terlama pada sektor
pertanian hilir dan PT Bisi Internasional Tbk pada perusahaan sektor pertanian
hulu. PT Bisi Internasional Tbk memiliki kebijakan dalam pemberian kredit
penjualan sehingga piutang usaha perusahaan tersebut relatif cukup tinggi. Hal
tersebut diduga terjadi karena dengan meningkatkan kredit penjualan perusahaan
akan dapat meningkatkan penjualan dimana penjualan perusahaan memang relatif
lebih rendah dibandingkan perusahaan lain dalam sektor pertanian hulu. Selain itu,
dengan komposisi piutang yang hampir mendekati penjualan, dapat dikatakan
bahwa hampir 50 persen aktivitas penjualan dilakukan secara kredit. Hal yang
sama terjadi pada PT Intanwijaya Internasional Tbk yang memiliki tingkat
penjualan yang rendah bila dibandingkan perusahaan lain pada subsektor yang
sama. Komposisi pemberian kredit penjualannya pun hampir 50 persen sehingga
diduga aktivitas pemberian kredit penjualan bertujuan untuk mendongkrak
penjualan perusahaan.
14
Sementara pada rata-rata hari pembayaran utang, PT Ghozco Plantations
Tbk menjadi perusahaan terlama pada sektor pertanian hulu dan pada sektor
pertanian hilir PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk menjadi perusahaan terlama
dalam rata-rata pembayaran utang usaha. Pembayaran utang usaha yang lebih
lama namun tidak melampaui batas waktu pembayaran utang membuat
perusahaan bisa menggunakan dana tersebut untuk melakukan investasi lain yang
dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Namun pada PT Primarindo
Asia Infrastructure Tbk, pembayaran utang usaha yang relatif lebih lama
disebabkan oleh kewajiban lain yang lebih mendesak untuk dipenuhi, hal tersebut
dibuktikan pada laporan keuangan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk telah
terjadi defisiensi modal.
Untuk tingkat perputaran konversi kas terendah terjadi pada PT Bisi
Internasional Tbk dari sektor pertanian hulu dan PT Sunson Textile Manufacture
Tbk pada perusahaan pertanian sektor hilir. Pada PT Sunson Textile Manufacture
Tbk perputaran konversi kas rendah terjadi karena rata-rata hari persediaan
perusahaan tersebut yang sangat lama. Begitu juga yang terjadi pada PT Bisi
Internasional Tbk yang menempati lima perusahaan terlama dalam kategori ratarata hari persediaan dan rata-rata hari piutang usaha. Padahal perusahaan dengan
cash conversion cycle yang cepat dapat mencerminkan efektivitas pengelolaan
modal kerja sehingga dapat mencapai tingkat profitabilitas yang optimal dengan
kondisi tingkat likuiditas yang aman.
Tabel 6 Lima besar peringkat nilai komponen profitabilitas tertinggi
No.
1
2
3
Variabel
Total
Nilai variabel
Hulu
Hilir
49,226
25,052
49,226
41,620
24,485
41,620
41,561
16,110
41,561
39,727
12,130
39,727
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Multi Bintang
Indonesia
Unilever Indonesia
39,556
9,921
39,556
Merck
113,132
29,652
113,132
Unilever Indonesia
95,684
29,138
95,684
Multi Bintang
Indonesia
79,049
26,201
79,049
62,573
24,344
62,573
48,590
21,985
48,590
ROA
ROE
NPM
Total
Eratex Djaya
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Centex (Preferred
Stock)
Malindo Feedmill
Surabaya Agung
Industri Pulp &
Kertas
Pp London Sumatera
Indonesia Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
71,175
36,307
71,175
36,307
34,080
32,619
34,080
23,194
27,297
32,619
17,487
26,897
Eratex Djaya
25,166
Multi Bintang
Indonesia
27,297
17,071
Nama perusahaan pertanian
Hulu
PP London
Sumatera Indonesia
Tbk
Astra Agro Lestari
Tbk
Sampoerna Agro
Tbk
Smart Tbk
Tunas Baru
Lampung Tbk
Astra Agro Lestari
Tbk
Pp London
Sumatera Indonesia
Tbk
Tunas Baru
Lampung Tbk
Smart Tbk
Sampoerna Agro
Tbk
Pp London
Sumatera Indonesia
Tbk
Ghozco Plantations
Tbk
Astra Agro Lestari
Tbk
Sampoerna Agro
Tbk
Bakrie Sumatera
Plantations Tbk
Hilir
Eratex Djaya
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Multi Bintang
Indonesia
Unilever Indonesia
Merck
Unilever Indonesia
Multi Bintang
Indonesia
Hanjaya Mandala
Sampoerna
Centex (Preferred
Stock)
Malindo Feedmill
Surabaya Agung
Industri Pulp &
Kertas
Eratex Djaya
Multi Bintang
Indonesia
Delta Djakarta
Merck
15
Pada Tabel 6 terlihat bahwa PT Eratex Djaya Tbk menjadi perusahaan
dengan tingkat return on asset tertinggi pada sektor pertanian hilir sekaligus
secara keseluruhan sektor pertanian. Sedangkan PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk merupakan perusahaan dengan tingkat ROA tertinggi untuk sektor
pertanian hulu. PT Eratex Djaya Tbk dimana total aset yang dimiliki perusahaan
relatif lebih rendah bila dibandingkan perusahaan lain pada subsektor yang sama.
Hal tersebut mengakibatkan PT Eratex Djaya Tbk dapat mencapai efektifitas
dalam pengelolaan total aktiva padahal perusahaan tersebut tidak masuk ke dalam
cash conversion cycle tercepat. Berbeda dengan PT. Eratex Djaya Tbk, PT PP
London Sumatera Indonesia Tbk memiliki return on asset yang tinggi karena
pengelolaan modal kerja yang optimal. Hal tersebut terbukti dengan masuknya PT
PP London Sumatera Indonesia Tbk ke dalam lima perusahaan tercepat dalam
cash conversion cycle. Selain hal tersebut, perusahaan-perusahaan sektor
pertanian hulu yang masuk ke dalam lima perusahaan dengan cash conversion
cycle tercepat yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, dan PT
SMART Tbk masuk kembali ke dalam lima perusahaan dengan tingkat return on
asset tertinggi. Hal tersebut menandakan bahwa, semakin cepat cash conversion
cycle suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula tingkat return on asset
yang perusahaan dapatkan. Namun, untuk sektor pertanian hilir, hubungan cash
conversion cycle yang semakin cepat belum tentu dapat meningkatkan return on
asset perusahaan. Dibuktikan pada beberapa perusahaan pertanian sektor hilir
yang masuk ke dalam lima perusahaan dengan cash conversion cycle tercepat
yaitu PT Indofarma Tbk, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT Apac Citra
Centertex Tbk dan PT Malindo Feedmill Tbk tidak masuk ke dalam tingkat return
on asset tertinggi, kecuali pada PT Unilever Indonesia Tbk yang masuk ke dalam
cash conversion cycle tercepat dan masuk kembali ke dalam tingkat return on
asset tertinggi. Hal senada terjadi kepada PT Unilever Indonesia Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, dan PT Astra Agro Lestari yang melakukan pengelolaan
modal kerja yang optimal sehinga perusahaan tersebut masuk ke dalam lima
perusahaan dengan return on asset tertinggi.
PT Unilever Indonesia Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat return on
equity pada perusahaan sektor pertanian hilir maupun sektor pertanian secara
keseluruhan dan PT Astra Agro Lestari Tbk pada perusahaan pertanian sektor
hulu. Kedua perusahaan tersebut tercatat sebagai lima perusahaan teratas dengan
tingkat cash conversion cycle tercepat. Selain perusahaan tersebut, lima
perusahaan tercepat cash concersion cycle pada perusahaan pertanian sektor hulu
maupun sektor hilir menurut Tabel 4 tercatat kembali pada lima perusahaan
dengan tingkat return on equity tertinggi pada Tabel 6. Hal tersebut membuktikan
bahwa semakin cepat cash conversion cycle suatu perusahaan maka akan
meningkatkan return on equity perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan modal
kerja yang optimal pada perusahaan dapat meningkatkan laba bersih sehingga
perusahaan tersebut dapat mensejahterakan para pemegang saham perusahaan.
Perusahaan dengan net profit margin tertinggi pada perusahaan sektor
pertanian hilir adalah PT Surabaya Agung Industri Tbk dan pada perusahaan
pertanian hulu adalah PT PP London Sumatera Indonesia Tbk. PT Surabaya
Agung Industri Tbk memiliki penjualan yang tinggi sehingga laba yang
didapatkannya pun tinggi meskipun perusahaan tersebut tidak masuk ke dalam
cash conversion cycle lima perusahaan tercepat. Berbeda pada PT PP London
16
Sumatera Indonesia Tbk yang sering masuk ke dalam rata-rata hari persediaan
tercepat, rata-rata hari penarikan piutang tercepat dan rata-rata pembayaran utang
usaha tercepat sehingga mengakibatkan pengelolaan modal kerja pada perusahaan
tersebut optimal. Secara umum, perusahaan-perusahaan pertanian sektor hulu
memiliki hubungan yang cukup tinggi antara lama hari pada cash conversion
cycle dengan tingkat profitabilitas yaitu ruturn on asset, return on equity, dan net
profit margin. Dimana pada perusahaan pertanian sektor hulu semakin cepat cash
conversion cycle maka semakin tinggi pula tingkat profitabilitas perusahaan.
Dibuktikan bahwa terdapat keseragaman pada perusahaan-perusahaan pertanian
sektor hulu dengan cash conversion cycle tercepat tercatat kembali dengan tingkat
return on asset, return on equity, maupun tingkat net profit margin tertinggi
walaupun dengan perbedaan peringkat yang saling bertukar. Sementara, selain PT
Surabaya Agung Lestari Tbk pada perusahaan pertanian sektor hilir, PT Eratex
Djaya Tbk, PT Multi Bintang, dan PT Merck yang juga tidak masuk ke dalam
cash conversion cycle tercepat, tetapi masuk ke dalam net profit margin tertinggi.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada perusahaan pertanian sektor hilir
pengaruh cash conversion cycle yang cepat tidak terlalu signifikan, sehingga
perusahaan dengan tingkat cash conversion cycle tercepat belum tentu memiliki
tingkat net profit margin yang tinggi.
Tabel 7 Lima besar peringkat nilai komponen profitabilitas terendah
No.
1
2
3
Variabel
ROA
ROE
NPM
Total
Nilai variabel
Hulu
Hilir
-28,831
-28,831
-19,376
-19,376
-6,087
-18,575
-18,575
-4,367
-13,716
-13,716
3,986
-8,134
-8,134
4,385
-7,467
768,480
372,990
188,938
117,704
372,990
768,480
188,938
117,704
8,231
-86,566
-86,566
11,147
-15,424
179,842
179,842
-77,032
-77,032
-27,043
-76,634
-76,634
-15,614
-65,122
-65,122
4,128
-34,150
-34,150
5,637
-12,788
-6,111
-5,259
Total
Central
Proteinaprima Tbk
Panasia Filament
Inti
Sumalindo Lestari
Jaya
Intanwijaya
Internasional Tbk
Schering Plough
Indonesia
Sumalindo Lestari
Jaya
Central
Proteinaprima Tbk
Apac Citra
Centertex
Schering Plough
Indonesia
Eratex Djaya
Inti Agri Resources
Tbk
Sumalindo Lestari
Jaya
Kertas Basuki
Rachmat Indonesia
Panasia Filament
Inti
Intanwijaya
Internasional
Nama perusahaan pertanian
Hulu
Hilir
Central Proteinaprima
Panasia Filament
Tbk
Inti
Inti Agri Resources
Sumalindo Lestari
Tbk
Jaya
Bumi Teknokultura
Intanwijaya
Unggul Tbk
Internasional Tbk
Bakrie Sumatera
Schering Plough
Plantations Tbk
Indonesia
Dharma Samudera
Argo Pantes
Fishing Industries Tbk
Central Proteinaprima
Sumalindo Lestari
Tbk
Jaya
Inti Agri Resources
Apac Citra
Tbk
Centertex
Bumi Teknokultura
Schering Plough
Unggul Tbk
Indonesia
Bakrie Sumatera
Eratex Djaya
Plantations Tbk
Intanwijaya
Ghozco Plantations
Internasional Tbk
Tbk
Inti Agri Resources
Tbk
Central Proteinaprima
Tbk
Bumi Teknokultura
Unggul Tbk
Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk
Sumalindo Lestari
Jaya
Kertas Basuki
Rachmat Indonesia
Panasia Filament
Inti
Intanwijaya
Internasional Tbk
Smart Tbk
Argo Pantes
Berdasarkan Tabel 7, PT Central Proteinaprima Tbk menjadi perusahaan
dengan tingkat return on asset terendah secara keseluruhan maupun pada sektor
pertanian hulu sedangkan PT Panasia Filament Inti Tbk menjadi perusahaan
dengan tingkat return on asset terendah yang berasal dari perusahaan pertanian
hilir. Pada PT Central Proteinaprima Tbk, tingkat ROA yang rendah disebabkan
17
oleh laba perusahaan yang negatif. Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang
bergerak dalam subsektor fishery mengalami serangan virus pada bibit udang
sehingga penjualannya menurun. Selain PT Central Proteinaprima Tbk, beberapa
perusahaan pertanian sektor hulu yang masuk ke dalam cash conversion cycle
terlama yaitu PT Bisi Internasional Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk,
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, dan PT Inti Agro Resources tercatat
kembali sebagai perusahaan yang memiliki tingkat return on asset terendah. Oleh
karena itu, rata-rata hari cash conversion cycle yang terlalu lama akan
mengakibatkan return on asset pada perusahaan pertanian sektor hulu menurun
atau rendah. Pada perusahaan PT Panasia Filament Inti Tbk yang berasal dari
perusahaan pertanian sektor hilir mencatatkan laba perusahaan yang negatif
dengan cash conversion cycle perusahaan yang terbilang lama yaitu 100 hari
namun tidak menjadi lima perusahaan dengan cash conversion cycle terlama. Hal
tersebut terjadi pada PT Schering Plough Indonesia Tbk dan PT Intanwijaya
Internasional Tbk yang secara berturut-turut memiliki cash conversion cycle yang
lama namun tidak termasuk ke dalam lima perusahaan dengan cash conversion
cycle terlama yaitu selama 255 hari dan 202 hari. Namun,