Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Dalam Melakukan Persalinan Di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deli Serdang

(1)

MELAKUKAN PERSALINAN DI PUSKESMAS NAMORAMBE KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH :

DINNA RIZA SARY LUBIS NIM. 101000324

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DALAM

MELAKUKAN PERSALINAN DI PUSKESMAS NAMORAMBE KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

DINNA RIZA SARY LUBIS NIM. 101000324

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Program Jampersal dimulai sejak bulan Juni 2011 di Kabupaten Deliserdang, namun program tersebut belum sepenuhnya berjalan disemua kecamatan termasuk di Kecamatan Namorambe. Hal tersebut dapat terjadi karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya program jampersal dari pemerintah.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (sekat silang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin selama tahun 2012 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang yaitu berjumlah 812 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 86 orang. Data umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan tindakan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini didominasi usia ≥ 29 tahun (54,7%). Dilihat dari sisi latar belakang pendidikan, didominasi berpendidikan menengah (74,4%). Berdasarkan jenis pekerjaan, sebanyak 46,5% bekerja sebagai petani/buruh tani, dan memiliki penghasilan keluarga tinggi (55,8%). Diperoleh sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang 57,0%, sikap sedang 51,2%, dan tindakan kurang 52,3%. Sebanyak 38,4% ibu memeriksakan kehamilan menggunakan Jampersal, 38,4% melakukan persalinan menggunakan Jampersal, 38,4% memanfaatkan pelayanan Nifas menggunakan Jampersal, dan sebanyak 36,0% ibu ikut dalam pelayanan KB paska persalinan.

Disarankan pihak puskesmas dan pemerintah desa perlu memberikan informasi tentang program Jampersal secara rutin dan menyeluruh kepada masyarakat pada saat posyandu atau dipengajian ibu-ibu.


(5)

ABSTRACT

Jampersal program was started on June 2011 in Deliserdang regency. However, the program has not well-done in all districts including in Namorambe district. It can be seen that some people do not know the Jampersal program from the government.

The objective of this program is to know the behavior of the people to the use of Jampersal Program as the place for delivery in Community Health Service in Namorambe, Deliserdang regency. This research used Cross Sectional design. The population was all mothers who delivered in 2012 and resided in working area in Community Health Service in Namorambe, Deliserdang regency for 812 mothers. The sample was for 87 mothers. The data of age, education, occupation, income, knowledge, attitude and action were taken through interview using questionnaire. The collected data was analyzed descriptively and presented in the table frequency distribution.

The result of research showed that mostly of the respondents were dominated by age  29 years old (54.7%). Seen from the background of education, it was dominated by medium education (74.4%). Based on type of occupation, it was dominated by farmers for 46.5% and with highest income 55.8%. Mostly of the respondents had low knowledge (57.0%), medium attitude (51,2%) and low action (52.3%). 38.4% checked their pregnancy using Jampersal for 38.4% and delivered using Jampersal for 38.4% and using Jampersal as postpartum service for 38.4% and 36,0% of the mothers followed Family Planning Program after postpartum.

It is suggested for Community Health Service in Namorambe, Deliserdang regency and village government officers to give information about Jampersal Program routinely and wholly to the people in Integrated Health Service or in mothers religion groups.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinna Riza Sary Lubis

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 16 Oktober 1983

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Anak ke- : 2 (dua) dari 5 (lima) bersaudara

Alamat : Jln. Yos Sudarso Km 18,5 no. 10 Medan

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 060956 Medan : Tahun 1989-1995 2. SLTP Negeri 5 Medan : Tahun 1995-1998 3. SMAK DEPKES Medan : Tahun 1998-2001

4. POLTEKKES DEPKES Medan : Tahun 2001-2004

5. FKM USU Medan : Tahun 2010-2013

Riwayat Kerja

1. Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2005-2010 2. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-sekarang


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Dalam Melakukan Persalinan Di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deli Serdang” ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Penguji dan Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Penguji I, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes dan Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku

Penguji II dan Penguji III yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(8)

4. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan selama masa studi.

5. dr. Suci Evanta M. Sembiring, M.Kes selaku kepala Pukesmas Namorambe yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penelitian dapat selesai dengan baik.

6. Kepada suamiku tercinta Syawal Sani Siregar, ST., dan buah hatiku tersayang Fathan Azka Syadien Siregar, yang senantiasa memotivasi dan berdo’a sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

7. Sahabat-sahabatku di FKM USU terutama di Departemen PKIP, terima kasih atas dukungannya sehingga menambah semangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga Allah SWT senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak... i

Abstract... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku ... 10

2.1.1. Definisi Perilaku ... 10

2.1.2. Model Perilaku Kesehatan... 10

2.2. Pengetahuan ... 17

2.3. Sikap ... 18

2.3.1. Pengertian Sikap ... 18

2.3.2 Komponen Sikap... 19

2.3.3 Pengukuran Sikap ... 20

2.4. Praktik atau Tindakan ... 22

2.5. Jaminan Persalinan ... 23

2.5.1. Pengertian ... 23

2.5.2. Tujuan... 23

2.5.3. Sasaran... 24

2.5.4. Ruang Lingkup Jaminan Persalinan... 24

2.6. Landasan Teori ... 26

2.7. Kerangka Konsep ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

3.3. Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2Sampel ... 27

3.4. Pengumpulan Data... 29


(10)

3.6 Aspek Pengukuran ... 30

3.7 Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 35

4.1.1. Keadaan Geografis ... 35

4.1.2. Sarana Pendidikan... 36

4.1.3. Sarana Kesehatan ... 36

4.2. Karakteristik Responden ... 37

4.3. Sumber Informasi Tentang Program Jaminan Persalinan... 38

4.4. Pengetahuan... 39

4.5. Sikap ... 41

4.6. Tindakan... 44

4.7. Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Tindakan... 46

4.8. Tabulasi Silang antara Sikap dengan Tindakan ... 47

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Program Jampersal di Pemerintah Kabupaten Deliserdang ... 49

5.2. Karakteristik Responden ... 50

5.3. Sumber Informasi ... 51

5.4. Perilaku ... 52

5.4.1. Pengetahuan ... 52

5.4.2. Sikap ... 55

5.4.3. Tindakan ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 59

6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Sarana Pendidikan di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang ... 36 Tabel 4.2. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli

Serdang ... 37 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas

Namorambe Kabupaten Deliserdang ... 37 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang

Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang ... 38 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Program

Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang... 39 Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Pertanyaan tentang

Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang ... 40 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Program

Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang... 42 Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Indikator Pertanyaan

tentang Sikap terhadap Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang ... 42 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan tindakan terhadap Penggunaan

Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam Melakukan Persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang ... 44 Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Indikator Pertanyaan

tentang Tindakan terhadap Penggunaan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam Melakukan Persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang ... 45 Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Tindakan terhadap

Penggunaan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam Melakukan Persalinan... 46


(12)

Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Sikap dengan Tindakan terhadap Penggunaan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam Melakukan Persalinan... 47


(13)

ABSTRAK

Program Jampersal dimulai sejak bulan Juni 2011 di Kabupaten Deliserdang, namun program tersebut belum sepenuhnya berjalan disemua kecamatan termasuk di Kecamatan Namorambe. Hal tersebut dapat terjadi karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya program jampersal dari pemerintah.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (sekat silang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin selama tahun 2012 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang yaitu berjumlah 812 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 86 orang. Data umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan tindakan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini didominasi usia ≥ 29 tahun (54,7%). Dilihat dari sisi latar belakang pendidikan, didominasi berpendidikan menengah (74,4%). Berdasarkan jenis pekerjaan, sebanyak 46,5% bekerja sebagai petani/buruh tani, dan memiliki penghasilan keluarga tinggi (55,8%). Diperoleh sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang 57,0%, sikap sedang 51,2%, dan tindakan kurang 52,3%. Sebanyak 38,4% ibu memeriksakan kehamilan menggunakan Jampersal, 38,4% melakukan persalinan menggunakan Jampersal, 38,4% memanfaatkan pelayanan Nifas menggunakan Jampersal, dan sebanyak 36,0% ibu ikut dalam pelayanan KB paska persalinan.

Disarankan pihak puskesmas dan pemerintah desa perlu memberikan informasi tentang program Jampersal secara rutin dan menyeluruh kepada masyarakat pada saat posyandu atau dipengajian ibu-ibu.


(14)

ABSTRACT

Jampersal program was started on June 2011 in Deliserdang regency. However, the program has not well-done in all districts including in Namorambe district. It can be seen that some people do not know the Jampersal program from the government.

The objective of this program is to know the behavior of the people to the use of Jampersal Program as the place for delivery in Community Health Service in Namorambe, Deliserdang regency. This research used Cross Sectional design. The population was all mothers who delivered in 2012 and resided in working area in Community Health Service in Namorambe, Deliserdang regency for 812 mothers. The sample was for 87 mothers. The data of age, education, occupation, income, knowledge, attitude and action were taken through interview using questionnaire. The collected data was analyzed descriptively and presented in the table frequency distribution.

The result of research showed that mostly of the respondents were dominated by age  29 years old (54.7%). Seen from the background of education, it was dominated by medium education (74.4%). Based on type of occupation, it was dominated by farmers for 46.5% and with highest income 55.8%. Mostly of the respondents had low knowledge (57.0%), medium attitude (51,2%) and low action (52.3%). 38.4% checked their pregnancy using Jampersal for 38.4% and delivered using Jampersal for 38.4% and using Jampersal as postpartum service for 38.4% and 36,0% of the mothers followed Family Planning Program after postpartum.

It is suggested for Community Health Service in Namorambe, Deliserdang regency and village government officers to give information about Jampersal Program routinely and wholly to the people in Integrated Health Service or in mothers religion groups.


(15)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan kecenderungan kemajuan yang baik, namun masih memerlukan kerja keras untuk mencapai sasaran yang ditetapkan pada 2015. Berdasarkan kesepakatan global MDGs, pada tahun 2015 diharapkan AKI turun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi turun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT, 2001 dalam Permenkes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan, yaitu: 1) terlambat dalam pemeriksaan kehamilan; 2) terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan 3) terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.


(16)

Dari survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 terhadap perempuan usia 10-59 tahun berstatus kawin, diperoleh gambaran pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan 83,8%, 6% yang tidak pernah memeriksakan kehamilan, dan 3,2% pergi ke dukun. Tenaga yang memeriksa kehamilan adalah bidan (71,4%), dokter kandungan (19,7%), dan dokter umum (1,7%).

Data empiris memperlihatkan, 90% kematian ibu di Indonesia terjadi pada saat persalinan. Hal ini karena masih banyak ibu yang persalinannya tidak dilayani oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang baik dikarenakan terhambat masalah biaya. Dalam menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pelayanan selama masa nifas, maka digulirkankan kebijakan jaminan persalinan (Jampersal) (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011).

Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya.

Sebagian besar biaya kesehatan masih ditanggung sendiri oleh masyarakat yakni sekitar 70%, dimana 85% dibayar secara langsung dari kantong sendiri (out of pocket) dan hanya 15% dibayar melalui asuransi. Hal ini mengakibatkan masyarakat harus menyediakan dana tunai apabila mereka memerlukan pemeliharaan kesehatan. Masyarakat yang tidak mampu menyediakan dana tunai, maka tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan, dampaknya adalah meningkatnya angka


(17)

morbiditas dan angka mortalitas yang berarti semakin buruknya derajat kesehatan masyarakat (Thabrany, 2005).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2012, diketahui jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96%), turun 0,89 juta orang (0,53%) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49%) (Badan Pusat Statistik, 2012). Dengan masih tingginya jumlah penduduk miskin di Indonesia, sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan (Jampersal).

Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang di dalamnya termasuk: 1) pemeriksaan kehamilan; 2) pelayanan nifas termasuk Keluarga Berencana pascapersalinan; dan 3) pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian, kehadiran Jampersal diharapkan dapat mengurangi terjadinya tiga terlambat tersebut, sehingga dapat mengakselerasi pencapaian MDGs.

Beberapa poin penting dalam petunjuk teknis pelaksanan Jaminan Persalian yang perlu dipahami dan perlu di sosialisasikan dengan baik antara lain (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011): 1) Penerima manfaat Jaminan Persalinan mencakup seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan; 2) Penerima manfaat Jaminan persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (rumah sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola


(18)

Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan Kabupaten/Kota; 3) Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan cara klaim oleh fasilitas kesehatan. Untuk persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan fasilitas kesehatan swasta yang bekerjasama dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota; 4) Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani ibu hamil/persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim Pengelola /Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal ibu hamil tersebut; 5) Fasilitas kesehatan seperti Bidan praktik, Klinik Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini melakukan kerja sama (PKS) dengan Tim Pengelola setempat, dimana yang bersangkutan dikeluarkan ijin prakteknya; dan 6) Pelayanan Jampersal diselenggarakan dengan prinsip portabilitas.

Beberapa kendala teknis dalam pelaksanaan Jampersal di lapangan, antara lain: 1) Belum adanya sosialisasi yang baik di tingkat masyarakat, tentang adanya Jaminan Persalinan; 2) Adanya perbedaan persepsi pemahaman tentang Jaminan Persalinan, baik ditingkat petugas kesehatan maupun pada masyarakat pengguna, misalnya tentang akses pelayanan persalinan di rumah sakit; 3) Adanya keengganan Penyedia Layanan Kesehatan untuk melakukan kerjasama Jampersal, antara lain alasan biaya klaim yang dianggap relatif kecil, dibandingkan tarif yang diberlakukan; dan 4) Kesulitan teknis klaim, apabila ibu hamil datang berkunjung untuk pertama kali, tidak pada awal kehamilannya atau ibu hamil yang berpindah-pindah tempat periksa karena ketidaktahuannya (Mediakom Kemenkes RI, 2011).

Angka kematian ibu di Sumatera Utara pada tahun 1995 sebanyak 373 per 100.000 kelahiran hidup, dan mulai turun pada tahun 2006 menjadi 315 per 100.000


(19)

kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Sumatera Utara, juga mengalami penurunan menjadi 268 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 (SKRT, 2010) Sementara berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), angka kematian bayi di Sumatera Utara pada tahun 2008 sebesar 25,6 per 1.000 kelahiran hidup, dan mengalami penurunan pada tahun 2011, yaitu menjadi 22 per 1.000 kelahiran hidup.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Adapun salah satu Misi yang dikedepankan Kabupaten Deli Serdang untuk menjadi skala prioritas pembangunan yang ditangani secara khusus adalah sektor Pendidikan dan Kesehatan tanpa mengabaikan sektor lainnya seperti dibidang ekonomi dan infrastruktur sebagai bagian terpenting dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Pembangunan sektor kesehatan telah diarahkan bagi peningkatan derajat kesehatan dan gizi masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, yang terlihat dari Angka Kematian Bayi pada tahun 2010 sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup, menurun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Selanjutnya untuk Angka Kematian Ibu juga mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 dari sebesar 125 per 100.000 melahirkan, menurun menjadi 120 per 100.000 melahirkan pada tahun 2011. Program Jampersal dimulai sejak bulan Juni 2011 di Kabupaten Deliserdang, namun program tersebut belum sepenuhnya berjalan disemua kecamatan termasuk di Kecamatan Namorambe.

Berdasarkan hasil survei awal diketahui bahwa puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang belum menjadi pilihan dalam melakukan persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari data tahun 2012 yang menunjukkan bahwa dari 850 ibu


(20)

hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Namorambe, hanya sebanyak 18 (2,12%) yang melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe dengan menggunakan program jampersal.

Belum terlaksananya program Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Namorambe dapat dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya program jampersal dari pemerintah. Ketidaktahuan masyarakat tersebut dapat dikarenakan bahwa belum semua Bidan Praktek Mandiri atau Klinik Bersalin yang mengikuti program jampersal menyampaikan kepada ibu hamil bahwa pemerintah menyediakan program jampersal untuk mereka, sehingga informasi tentang jampersal belum sepenuhnya menyentuh secara langsung kepada semua ibu hamil. Padahal penyampaian informasi itu bisa dilakukan selama konsultasi kehamilan.

Masyarakat yang sudah mengetahui adanya program jampersal dari pemerintah, tetapi masih banyak masyarakat tersebut belum dapat memahami secara benar maksud dari program tersebut. Ada masyarakat yang ingin langsung bersalin ke rumah sakit, padahal dapat dilayani di Puskesmas terdekat. Kondisi seperti ini masih sering terjadi di Kabupaten Deliserdang. Selain itu juga, tidak semua Bidan Praktek Mandiri mengerti bahwa surat rujukan untuk jampersal tidak harus melalui puskesmas, melainkan bisa dibuatkan oleh bidan dimana ibu hamil biasa memeriksakan kehamilannya, tentunya selama ada indikasi. Program jampersal tidak berbatas tempat, tetapi pelayanan memang harus berjenjang, yaitu melalui pelayanan kesehatan tingkat dasar dulu sebelum ke tingkat lanjutan, kecuali dalam kasus gawat darurat.


(21)

Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 (dua) ibu yang menggunakan Jampersal pada saat persalinan mengatakan bahwa ternyata Jampersal banyak membantu mereka, karena semuanya gratis. Sejak hamil mereka tidak pernah diperiksa sama sekali. Dengan adanya Jampersal, ibu hamil tersebut mau datang ke Puskesmas untuk diperiksa. Ibu hamil tersebut mendapat bantuan dari program Jampersal (Jaminan Persalinan). Menurut mereka dalam ikut jampersal harus sabar menunggu, karena pelayanan kesehatan dengan Jampersal banyak memerlukan surat-surat yang harus dilengkapi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan satu ibu yang tidak menggunakan Jampersal, diketahui bahwa ibu tersebut tidak menginginkan untuk menggunakan jampersal pada saat melakukan persalinan. Dia merasa lebih baik memakai biaya normal saja untuk melakukan persalinan di rumah sakit. Bagi ibu tersebut ikuti layanan gratis pemerintah soal medis pastinya ada konsekuensinya terutama dalam hal mutu pelayanan.

Siregar (2012), dalam penelitiannya mengatakan bahwa kebijakan Program Jampersal sebenarnya kurang didukung oleh para bidan. Sehingga pada akhirnya masyarakat enggan memanfaatkan Jampersal karena selalu ada persepsi bahwa segala sesuatu yang berbau gratis itu terkesan kualitas pelayananannya relatif kurang baik. Akhirnya sudah terlihat gejala masyarakat, enggan menggunakan Jampersal dan lebih baik bayar sendiri langsung ke rumah sakit, namun pelayanan yang diberikan bisa lebih baik.

Berdasarkan hasil survei dan fenomena tersebut di atas, maka penting dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku ibu hamil terhadap


(22)

pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana gambaran perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik masyarakat yang meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

3. Untuk mengetahui gambaran sikap masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.


(23)

4. Untuk mengetahui gambaran tindakan masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang serta pihak lainnya yang terkait, seperti tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan di dalam hal perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas.

2. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan wawasan dan menambah ilmu pengetahuan, khususnya tentang perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas.

3. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana pembanding antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan penerapannya di lapangan, khususnya tentang perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas.

4. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain dalam mengkaji masalah penelitian lembaga pendidikan dimasa mendatang.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Definisi Perilaku

Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner dalam Azwar (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.1.2. Model Perilaku Kesehatan

Terdapat berbagai macam model utilisasi kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pemanfaatan pelayanan, model-model tersebut adalah :


(25)

1. Model Andersen

Menurut Andersen dalam Ilyas (2003), model ini merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:

a. Presdisposisi

Karakter ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu memiliki kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda dilihat dari ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan.

b. Kemampuan

Karakteristik kemampuan merupakan suatu keadaan dan kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan sebuah tindakan untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Berdasarkan sumbernya karakteristik kemampuan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat

c. Kebutuhan

Andersen menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari faktor kebutuhan, penilaian kebutuhan didapatkan dari 2 sumber yaitu penilaian ndividu dan penilaian klinik.

2. Model Zshock

Menurut Zshock dalam Ilyas (2003), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu:


(26)

a. Status kesehatan, pendapatan dan pendidikan

b. Faktor konsumen dan pemberi pelayanan kesehatan (PPK) c. Kemampuan dan penerimaan pelayanan kesehatan

d. Resiko sakit dan lingkungan 3. Model Andersen dan Anderson

Menurut Andersen dan Anderson dalam Ilyas (2003), menggolongkan model utilisasi kesehatan kedalam tujuh kategori berdasarkan tipe dari variabel yang digunakan sebagai faktor yang menentukan utilisasi pelayanan kesehatan. Ketujuh faktor-faktor tersebut adalah :

a. Model Demografi

Pada model ini variabel yang digunakan berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan dan besarnya keluarga. Variabel tersebut digunakan sebagai indikator yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan.

b. Model Struktur Sosial

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan dan etnis. Variabel-variabel tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup individu dan keluarga

c. Model Sosial Psikologis

Pada model ini variabel yang digunakan adalah, pengetahuan, sikap, dan keyakinan individu di dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel tersebut mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak di dalam menggunakan pelayanan kesehatan.


(27)

d. Model Sumber Daya Keluarga

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendapatan keluarga dan cakupan mengenai pelayanan kesehatan. Variabel tersebut dapat mengukur kesanggupan dari setiap individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

e. Model Sumber Daya Masyarakat

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat

f. Model Organisasi

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan. Pada umumnya variabel yang biasa digunakan adalah:

1) Gaya praktik pengobatan sendiri (sendiri, rekanan, kelompok)

2) Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung atau tidak) 3) Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit atau klinik)

4) Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat atau yang lainnya).

4. Model Becker

Menurut Becker dalam Azwar (2007), pada model ini digunakan model kepercayaan yang menjadi sebuah bentuk dari model sosiopsikologis yang menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi pengetahuan maupun sikap infdividu. Selain itu model kepercayaan kesehatan ini juga merupakan salah satu pengembangan dari teori lapangan dari Lewin dalam Azwar (2007), dimana dalam konsep teori lapangan dijelaskan bahwa setiap individu dalam kehidupannya akan berada pada daerah antara daerah positif dan daerah negatif


(28)

Dalam model Becker ada 4 variabel kunci yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit, yaitu : a. Kerentanan yang dirasa

Tindakan individu dalam mencari pengobatan atau melakukan upaya pencegahan terhadap suatu penyakit

b. Keseriusan yang dirasakan

Tindakan individu dalam mencari pengobatan dan pencegahan penyakit yang didorong oelh keseriusan penyakit itu sendiri

c. Manfaat dan rintangan yang dirasakan

Tindakan yang dilakukan akibat kerentanan dari suatu penyakit tergantung dari manfaat yang dirasakan

d. Isyarat atau tanda-tanda

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan kegawatan dan keuntungan diperlukan isyarat berupa faktor-faktor dari luar yang berupa pesan-pesan media massa, nasihat dari teman atau anggota keluarga yang pernah mengalaminya

5. Model Green

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), menjelaskan bahwa tindakan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

a. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi.


(29)

b. Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat

c. Faktor Penguat

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Ada beberapa model perilaku kesehatan yang dapat menggambarkan bagaimana sebuah perilaku terbentuk, diantaranya yaitu teori Health Belief Model (HBM) dari Becker & Rosenstock. Teori ini berpendapat bahwa persepsi kita terhadap sesuatu lebih menentukan keputusan yang kita ambil dibandingkan dengan kejadian yang sebenarnya. Teori HBM oleh Rosenstock dalam Damayanti (2004), menyatakan ada 4 (empat) elemen yang mendasari persepsi seseorang, yaitu:

a. Perceived susceptibility: penilaian individu mengenai kerentanan mereka terhadap suatu penyakit

b. Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius kondisi dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut

c. Perceived barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial


(30)

d. Perceived benefits: penilaian individu mengenai keuntungan yang didapat dengan mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan.

Selanjutnya, teori ini kemudian dikembangkan dan ditambahkan dengan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yaitu (Smet, 1994; Damayanti, 2004):

a. Variabel demografi; seperti usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan sebagainya. b. Variabel sosio-psikologis; seperti kepribadian, sosial-ekonomi, dan sebagainya. c. Variabel struktural; seperti pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya.

d. Cues to action; pengaruh dari luar dalam mempromosikan perilaku kesehatan yang disarankan, seperti pemberian informasi melalui media massa, artikel surat kabar dan majalah, saran dari ahli, dan sebagainya.

Persepsi Individu Faktor perubahan Tindakan

Sumber: Glanz et, al, 2002.

Umur, jenis kelamin, etnis, kepribadian,

sosial ekonomi, pengetahuan

Menerima tindakan

Merasa terancam

penyakit tertentu Perubahan perilaku

Petunjuk aksi:  Pendidikan  Gejala

 Media Informasi Merasa rentan

terhadap penyakit tertentu


(31)

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: 1) Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima; 2) Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasikannya materi tersebut secara benar; 3) Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya; 4) Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5) Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2012).


(32)

2.3. Sikap

2.3.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2012), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

1. Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek);

2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap;

3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap ketiga;

4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Saifuddin (1998), sikap dapat dikatakan sebagai respon. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu gejala yang menghendaki timbulnya suatu reaksi individu. Bentuk respon tersebut disebut sebagai respon evaluatif. Respon evaluatif didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang akan memberikan kesimpulan nilai dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian membentuk sebagai potensi reaksi terhadap suatu objek sikap. Dengan respon evaluatif, akan lebih mendekatkan kepada suatu operasionalisasi sikap, dalam kaitannya dengan penyusunan alat ungkapnya yang nantinya akan dapat


(33)

mengklasifikasikan respon evaluatif seseorang pada suatu posisi setuju atau tidak setuju. Hal itu juga didukung oleh Ajzen (1994) bahwa sikap tumbuh karena adanya suatu kecenderungan untuk merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek, orang lembaga, atau peristiwa tertentu. Mueller (1996) mempertegas pernyataan diatas bahwa sikap ditunjukkan oleh luasnya rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berkowitz, “sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorabel) ataupun perasaan tidak mendukung (tak-favorabel) terhadap objek,” (Saifuddin, 1998). Dengan kata lain, sikap dapat bersifat positif dan negatif.

Menurut Sarlito (1998), sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

2.3.2 Komponen Sikap

Menurut Sarlito (1998), sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative).

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif berupa apa yang dipercayai oleh subjek pemilik sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu


(34)

terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkannya dari objek tertentu. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Reaksi emosional ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi objek termaksud.

c. Komponen konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek. Kepercayaan dan perasaan memengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecendrungan berperilaku secara konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini akan membentuk sikap individual. Kecendrungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang.

2.3.3 Pengukuran Sikap

Metode pengukuran sikap yang dianggap dapat diandalkan dan dapat memberikan penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala


(35)

sikap (attitude scale). Suatu skala sikap tidak lain daripada kumpulan pernyataan-pernyataan sikap. Pertanyaan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang diukur. Suatu pernyataan sikap dapat berisi halhal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut pernyataan yang favorabel. Sebaliknya suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung terhadap objek sikap dan karenanya disebut dengan pernyataan yang unfavorable (Notoatmodjo, 2012).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat dan mengukur sikap seseorang, yaitu (Notoatmodjo, 2012):

a. Metode Wawancara langsung

Metode wawancara langsung untuk mengetahui bagaimana perasaan seseorang terhadap objek psikologis yang dipilihnya, maka prosedur yang termudah adalah dengan menanyakan secara langsung pada orang tersebut.

b. Observasi Langsung

Pendekatan obervasi langsung adalah dengan mengobservasi secara langsung tingkah laku individu terhadap objek psikologisnya. Pendekatan ini terbatas penggunaannya, karena tergantung individu yang diobservasi. Dengan kata lain, bertambahnya faktor yang diobservasi, maka makin sukar dan makin kurang objektif terhadap tingkah laku yang dilakukan.


(36)

c. Pernyataan Skala

Skala yang digunakan dalam mengukur sikap ini dapat membuktikan pencapaian suatu ketetapan derajat efek yang diasosiasikan dengan objek psikologis. Oleh karena itu, skala ini dikombinasikan dan/atau dikonstruksikan, yang akhirnya menghasilkan sejumlah butir yang distandarsiasikan dalam tes psikologis. Butir-butir yang membentuk skala sikap ini disebut “statement” yang dapat didefinisikan sebagai pernyataan yang menyangkut objek psikologi. Skala sikap bertujuan untuk menentukan perasaan sesorang. Salah satu cara untuk mengukur sikap adalah dengan menggunakan metode skala Likert.

2.4. Praktik atau Tindakan

Praktik mempunyai beberapa tingkatan: 1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama; 2) Respons terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua; 3) Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga; dan 4) Adopsi (adoption), adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang mudah berkembang dengan baik.


(37)

2.5. Jaminan Persalinan 2.5.1. Pengertian

Jaminan persalinan merupakan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011).

2.5.2. Tujuan 1. Tujuan Umum

Meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011).

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.

b. Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. c. Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. d. Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan

bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.

e. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011).


(38)

2.5.3. Sasaran

Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011):

a. Ibu hamil b. Ibu bersalin

c. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan) d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari) 2.5.4. Ruang Lingkup Jaminan Persalinan

Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011):

1. Pelayanan persalinan tingkat pertama

Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir) tingkat pertama.

Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergesi Dasar) serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.


(39)

Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011):

a. Pemeriksaan kehamilan b. Pertolongan persalinan normal

c. Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan d. Pelayanan bayi baru lahir

e. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. 2. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi (Permen Kes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011):

a. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit

b. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

c. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara.


(40)

2.6. Landasan Teori

Green (1980), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempunyai potensi dalam mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor Penguat. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

Sumber : Green, LW (1980). Health Education Planning : a diagnosis approach (1st edition). California. Mayfield Publishing Company

Faktor Predisposisi

 Umur

 Pengetahuan

 Keyakinan

 Nilai

 Sikap

 Pendidikan

 Sosial ekonomi

Faktor Pemungkin

 Ketersediaan sarana dan prasarana

 Fasilitas umum : media massa (koran, TV, Radio

Faktor Penguat

 Sikap tokoh masyarakat

 Sikap tokoh agama

 Sikap petugas kesehatan

 Peraturan-peraturan terkait dengan kesehatan

Pemanfaatan Program Jampersal


(41)

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :

Gambaran pemanfaatan program Jampersal dalam melakukan persalinan dapat dilihat melalui karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), pengetahuan tentang Jampersal, dan sikap ibu terhadap program Jampersal.

1. Karakteristik : a. Umur

b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Penghasilan 2. Pengetahuan 3. Sikap

Pemanfaatan Program Jampersal Dalam Melakukan Persalinan


(42)

METODE PENELITIAN

3.3Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (sekat silang) untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

3.4Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2013 yang meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data beserta perbaikannya.

3.5.Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin selama tahun 2012 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang yaitu berjumlah 812 orang.


(43)

3.3.3 Sampel

Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling, yang mana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Jumlah populasi ibu bersalin selama tahun 2012 dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang yaitu berjumlah 812 orang. Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1997), sebagai berikut:

N

Z P

P

d N P P Z n      1 1 1 2 2 2 Keterangan:

N = besar populasi n = besar sampel

d = galat pendugaan (0,1)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) P = Proporsi populasi (0,5)

Perhitungan : n = 0.5) -0.5(1 (1.96) 1) -(820 (0.1) 820 0,5) -0.5(1 (1.96) 2 2 2  n = 9,15 787,53

n = 86,06 = 86


(44)

3.6.Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan tindakan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran demografi dan letak geografis yang diperoleh dari Kecamatan Namorambe Kabupaten Deliserdang.

3.5. Definisi Operasional

a. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

b. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden.

c. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan uang.

d. Penghasilan adalah jumlah seluruh pengasilan responden yang meliputi penghasilan pokok dan penghasilan tambahan selama satu bulan dalam satuan rupiah.

e. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang program jaminan persalinan (Jampersal).

f. Sikap adalah tanggapan responden terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang program jaminan persalinan (Jampersal).


(45)

g. Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan responden dalam hal penggunaan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan.

3.6 Aspek Pengukuran 1. Umur

Variabel umur dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

 < rata-rata

 ≥ rata-rata 2. Pendidikan

Variabel pendidikan dibedakan atas 2 kategori, yaitu:

a. Rendah, bila pendidikan terakhir adalah: tidak sekolah atau SD b. Menengah, bila pendidikan terakhir adalah: SMP atau SMA c. Tinggi, bila pendidikan terakhir adalah: DIII atau Peguruan Tinggi 3. Pekerjaan

Untuk pekerjaan responden dibagi atas: a. Berdagang/wiraswasta

b. Petani/Buruh tani c. Ibu Rumah Tangga d. Penghasilan

Tingkat penghasilan per bulan dikategorikan berdasarkan upah minimum regional (UMR) Propinsi Sumatera Utara tahun 2013.


(46)

 Tinggi, bila penghasilan  Rp 1.305.000,-/bulan

 Rendah, bila penghasilan < Rp 1.305.000,-/bulan e. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 22 pernyataan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 1, dan jika jawaban yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 22. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu (Arikunto, S, 2009) :

 Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 17 – 22.

 Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 10 –16

 Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai 0 – 9 f. Sikap

Pengukuran sikap dengan menggunakan skala likert, yaitu dengan 10 pernyataan. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap suatu kejadian. Pada pernyataan nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 9, maka diberi nilai 3 jika responden menjawab sangat setuju, nilai 2 jawaban setuju, nilai 1 jawaban tidak setuju, dan nilai 0 jika menjawab sangat tidak setuju. Sementara pernyataan nomor 4, 7, 8, dan 10 akan diberi nilai 0 jika responden menjawab sangat setuju, nilai 1 jawaban setuju, nilai 2 jawaban tidak setuju, dan nilai 3 jika menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 40. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu (Arikunto, S, 2009) :


(47)

 Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 23 – 30

 Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 13 – 22

 Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai 0 – 12 g. Tindakan

Tindakan diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab sangat ”Ya” diberi nilai 1 dan jika menjawab ”Tidak” diberi nilai 0. Jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10 dan yang terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori (Arikunto, S, 2009) :

 Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 8 – 10.

 Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 5 – 7.

 Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai 0 – 4.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap jelas jawaban dari responden dan relevan dengan pertanyaan.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga entri data.


(48)

c. Processing

Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner ke dalam program komputer.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, ditata dan dianalisis.

3.8.2 Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(49)

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis

Kecamatan Namorambe merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deliserdang yang memiliki luas wilayah 62 km2. Secara administratif Kecamatan Namorambe berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit di sebelah Barat, Kecamatan Medan Johor (Kota Medan) di sebelah Utara, Kecamatan Sibiru-Biru dan Kecamatan Deli Tua di sebelah Timur, dan Kecamatan Pancur Batu di sebelah Selatan.

Keadaan alam/topografi di Kecamatan Namorambe adalah daerah landai yang tingginya 51-499 meter di atas permukaan laut yang dapat dirinci sebagai berikut : a) Tanah usaha yang dapat dikelola untuk lahan pertanian tanaman pangan dan lainnya antara 51-400 Ha atau 92,24% dari luas wilayah kecamatan; dan b) Tanah usaha yang dapat dikelola untuk lahan perkebunan rakyat/tanaman keras antara 401-499 m di atas permukaan laut, yang luasnya 483 Ha atau sekitar 7,76% dari luas wilayah kecamatan.

Jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Namorambe tahun 2012 sebanyak 9.055 KK, dengan jumlah penduduk 36.651 jiwa (18.143 jiwa laki-laki dan 18.508 jiwa perempuan). Kepadatan penduduk Kecamatan Namorambe meningkat dari 458,79 jiwa/km2 tahun 2011 menjadi 591,81 jiwa/km2 di tahun 2012.


(50)

4.1.2. Sarana Pendidikan

Penyebaran sarana pendidikan di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 4.1. di bawah ini.

Tabel 4.1. Sarana Pendidikan di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang

No. Jenis Pendidikan Jumlah

1. Sekolah Dasar 24

2. Sekolah Tingkat Pertama 6

3. Sekolah Tingkat Atas 5

Total 35

Sumber : Kab. Deli Serdang dalam Angka, 2011

Ketersediaan jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang dapat dibedakan dari Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama. Jumlah fasilitas pendidikan umum di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 terdapat sekitar 35 Sekolah yang terdiri dari 24 unit Sekolah Dasar, 6 unit SLTP, dan 5 unit SMU.

Jumlah fasilitas pendidikan Agama di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 terdapat sekitar 14 unit sekolah yang terdiri dari 4 unit Sekolah TK/RA, 5 unit Sekolah MDA, 2 unit Sekolah MI, 2 unit Sekolah MTs dan sebanyak 1 unit Sekolah MA

4.1.3. Sarana Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan yang diperoleh dari hasil penelitian sebanyak 11 unit, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. di bawah ini.


(51)

Tabel 4.2. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang

No. Sarana Kesehatan Jumlah ( Unit )

1. Puskesmas Rawat Jalan 1

2. Puskesmas Pembantu 5

3. Rumah Bersalin 4

4. Balai Pengobatan Umum (BPU) 3

5. Poskesdes 2

Total 15

Sumber : Kab. Deli Serdang dalam Angka, 2011

Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 terdapat sekitar 15 Unit, yang terdiri 1 Unit Pukesmas Rawat Jalan, 5 Unit Puskesmas Pembantu, 4 Unit Rumah Bersalin, 3 Unit Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 2 Unit Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

4.2. Karakteristik Responden

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini akan diuraikan gambaran data demografi terhadap 86 responden yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang

No. Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur : a. ≥ 29 tahun b. < 29 tahun

47 39

54,7 45,3 1.

Total 86 100,0

Pendidikan: a. Rendah b. Menengah c. Tinggi 17 64 5 19,8 74,4 5,8 2.

Total 86 100,0

Pekerjaan:

a. Berdagang/wiraswasta b. Petani/Buruh tani c. Ibu Rumah Tangga

17 40 29 19,8 46,5 33,7 3.


(52)

Tabel 4.3. (Lanjutan) Penghasilan :

a. < Rp. 1.305.000,-/bulan b. ≥ Rp. 1.305.000,-/bulan

38 48

44,2 55,8 4.

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia responden yang paling tinggi adalah usia 35 tahun, dan yang paling rendah berada pada usia 21 tahun. Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh rata-rata umur responden adalah 29 tahun. Diketahui bahwa usia responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan usia ≥ 29 tahun yaitu berjumlah 47 orang (54,7%). Dilihat dari sisi latar belakang pendidikan, bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan latar belakang pendidikan menengah yaitu sebanyak 64 orang (74,4%). Berdasarkan jenis pekerjaan, sebanyak 40 orang (46,5%) responden bekerja sebagai petani/buruh tani, dan memiliki penghasilan keluarga kategori tinggi (55,8%).

4.3. Sumber Informasi Tentang Program Jaminan Persalinan

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang

Jawaban

Ya Tidak Jumlah

No. Sumber Informasi Tentang Jampersal

n % n % n %

1. Media Cetak (surat kabat, brosur) 8 9,3 78 90,7 86 100,0 2. Media Elektronik (TV, radio) 24 27,9 62 72,1 86 100,0

3. Dokter 15 17,4 71 82,6 86 100,0

4. Perawat/bidan 53 61,6 33 38,4 86 100,0

5. Kader kesehatan 22 25,6 64 74,4 86 100,0

6. Keluarga 10 11,6 77 89,5 86 100,0


(53)

Dari tabel 4.4. diketahui bahwa informasi tentang program jaminan persalinan yang diperoleh responden berasal dari berbagai sumber seperti : media elektronik (TV, radio), media cetak (surat kabar, brosur), dokter, perawat /bidan, kader kesehatan, keluarga, dan tetangga/teman. Namun dari hasil penelitian diperoleh sumber informasi tentang program jaminan persalinan paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan. Sementara yang paling sedikit adalah media cetak (surat kabar, brosur) dan tetangga/teman.

4.4. Pengetahuan

Pengetahuan yang diukur berkenaan dengan segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai program jaminan persalinan (Jampersal). Pengkategorikan pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang

No. Pengetahuan Frekuensi Persentase

1. Baik 14 16,3

2. Sedang 23 26,7

3. Kurang 49 57,0

Jumlah 86 100,0

Pada Tabel 4.5. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kategori kurang yaitu sebanyak 49 orang (57,0%).

Rincian jawaban responden dalam mengukur pengetahuan tentang program jaminan persalinan dapat diuraikan sebagai berikut.


(54)

Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Pertanyaan tentang Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang

Jawaban Ya Tidak

No. Pengetahuan

f % f %

n %

Tentang Jaminan Persalinan (Jampersal)

a. Jampersal merupakan program pemerintah sebagai

jaminan persalinan bagi ibu bersalin 45 52,3 41 47,7 86 100,0 b. Jaminan persalinan hanya diperuntukkan bagi

masyarakat yang miskin 45 52,3 41 47,7 86 100,0 c. Jampersal merupakan program kesehatan dari

puskesmas dan Rumah Sakit 34 39,5 52 60,5 86 100,0 1.

d. Jampersal bertujuan untuk meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

45 52,3 41 47,7 86 100,0 Tentang sasaran dari Program Jaminan Persalinan

a. Sasaran dari Program Jampersal adalah Ibu Hamil 46 53,5 40 46,5 86 100,0 b. Sasaran dari Program Jampersal adalah Ibu Bersalin 48 55,8 38 44,2 86 100,0

c. Sasaran dari Program Jampersal adalah seluruh

masyarakat umum 43 50,0 43 50,0 86 100,0

d. Sasaran dari Program Jampersal adalah seluruh ibu

yang memiliki penyakit-penyakit tertentu 37 43,0 49 57,0 86 100,0 e. Sasaran dari Program Jampersal adalah Ibu nifas 39 45,3 47 54,7 86 100,0 2.

f. Sasaran dari Program Jampersal adalah bayi baru

lahir 43 50,0 43 50,0 86 100,0

Tentang Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama (puskesmas)

a. Pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) 33 38,4 53 61,6 86 100,0 b. Tempat melakukan deteksi dini ada tidaknya

komplikasi 46 53,5 40 46,5 86 100,0 c. Pertolongan persalinan dengan operasi atau cesar 49 57,0 37 43,0 86 100,0 d. Pertolongan persalinan dengan komplikasi 36 41,9 50 58,1 86 100,0 e. Pelayanan Nifas (PNC) 27 31,4 59 68,6 86 100,0 f. Pelayanan KB paska persalinan 31 36,0 55 64,0 86 100,0 3.

g. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis 39 45,3 47 54,7 86 100,0 Tentang Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat

lanjutan (Rumah Sakit)

a. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi 20 23,3 66 76,7 86 100,0 4.

b. Pertolongan persalinan yang tidak mampu


(55)

Tabel 4.6. (Lanjutan)

c. Penanganan komplikasi 41 47,7 45 52,3 86 100,0 d. Pemeriksaan paska persalinan dengan risiko tinggi 44 51,2 42 48,8 86 100,0 e. Penatalaksanaan KB paska persalinan dengan

metode kontrasepsi jangka panjang 29 33,7 57 66,3 86 100,0 Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa pada umumnya responden (52,3%) mengatakan bahwa Program Jaminan Persalinan merupakan program pemerintah sebagai jaminan persalinan bagi ibu bersalin, hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang miskin, dan bertujuan untuk meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Selain itu, sebagian besar responden juga mengatakan bahwa sasaran dari Program Jaminan Persalinan adalah ibu hamil (53,5%), dan ibu bersalin (55,8%).

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui pada umumnya responden mengatakan bahwa jenis pelayanan jaminan persalinan ditingkat pertama (puskesmas) adalah tempat melakukan deteksi dini ada tidaknya komplikasi (53,5%), dan pertolongan persalinan dengan operasi atau cesar (57,0%). Dari hasil juga diketahui sebagian besar responden mengatakan bahwa jenis pelayanan jaminan persalinan di tingkat lanjutan (Rumah Sakit) adalah pertolongan persalinan yang tidak mampu dilakukan di Puskesmas (57,0%), dan tempat pemeriksaan paska persalinan dengan risiko tinggi (51,2%).

4.5. Sikap

Pengkategorikan sikap responden terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang program jaminan persalinan (Jampersal) dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.


(56)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang

No. Sikap Frekuensi Persentase

1. Baik 42 48,8

2. Sedang 44 51,2

3. Kurang 0 0,0

Jumlah 86 100,0

Dari Tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap kategori sedang yaitu sebanyak 44 orang (51,2%).

Rincian jawaban responden tentang sikap terhadap program jaminan persalinan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Indikator Pertanyaan tentang Sikap terhadap Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang

Jawaban

SS S TS STS

No. Pernyataan

f % f % f % f %

n %

1. Bagaimana menurut Anda dengan diberlakukannya kebijakan program Jampersal (Jaminan Persalinan)

44 51.2 42 48.8 0 0.0 0 0.0 86 100,0 2. Bagaimana menurut Anda agar

setiap Ibu tidak hanya memanfaatkan program Jampersal hanya pada saat persalinan tetapi dimanfaatkan juga untuk pelayanan kehamilan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan

46 53.5 12 14.0 23 26.7 5 5.8 86 100,0

`3. Bagaimana menurut Anda dengan Program Jampersal yang diberlakukan bagi seluruh ibu yang membutuhkan pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan tanpa membedakan status sosial ekonomi mereka

29 33.7 33 38.4 24 27.9 0 0.0 86 100,0

4. Bagaimana menurut Anda agar bidan di Puskesmas menarik biaya tambahan kepada pengguna program Jampersal di luar tarif yang ditentukan dengan alasan tertentu.


(57)

Tabel 4.8. (Lanjutan) 5. Bagaimana menurut Anda agar bidan

di Puskesmas diberi sanksi apabila bidan tidak memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan sesuai yang berlaku

26 30.2 28 32.6 32 37.2 0 0.0 86 100,0

6. Bagaimana menurut Anda agar bidan diberi sanksi apabila bidan tidak melakukan prosedur pelayanan sesuai petunjuk teknis Jampersal

28 32.6 58 67.4 0 0.0 0 0.0 86 100,0

7. Program Jampersal, tidak akan dapat menanggulangi pelayanan kesehatan Ibu terutama pertolongan persalinan di Puskesmas

10 11,6 31 36,0 34 39,5 11 12,8 86 100,0

8. Petugas kesehatan terutama bidan membeda-bedakan pasien pengguna Jampersal dengan pasien umum

5 5,8 37 43,0 26 30,2 18 20,9 86 100,0 9. Bidan dan tenaga kesehatan lainnya

di puskesmas, sudah melakukan tugas dengan baik dan berbicara dengan sopan

26 30.2 28 32.6 32 37.2 0 0.0 86 100,0

10. Menurut Ibu, fasilitas yang diberikan melalui program Jampersal belum sesuai dengan kondisi kesehatan Ibu saat menggunakan kartu Jampersal

0 0.0 0 0.0 23 26.7 63 73.3 86 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa pada umumnya responden mengatakan sangat setuju dengan diberlakukannya kebijakan program Jampersal (51,2%), dan memanfaatkan program Jampersal tidak hanya pada saat persalinan tetapi juga untuk pelayanan kehamilan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan (53,5%). Namun dari hasil penelitian juga diketahui bahwa sebesar 27,9% tidak setuju jika Jampersal diberlakukan untuk setiap ibu tanpa membedakan status sosial ekonomi mereka.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa tidak ada responden yang mengatakan setuju agar bidan di Puskesmas menarik biaya tambahan kepada


(58)

pengguna program Jampersal di luar tarif yang ditentukan. Hanya 37,2% responden mengatakan tidak setuju agar bidan di Puskesmas diberi sanksi apabila bidan tidak memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan sesuai yang berlaku, dan 37,2% tidak setuju bila bidan dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas sudah melakukan tugas dengan baik dan berbicara dengan sopan.

4.6. Tindakan

Pengkategorikan tindakan responden terhadap penggunaan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan tindakan terhadap Penggunaan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam Melakukan Persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang

No. Tindakan Frekuensi Persentase

1. Baik 23 26,7

2. Sedang 18 21,0

3. Kurang 45 52,3

Jumlah 86 100,0

Dari Tabel 4.9 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan kategori kurang yaitu sebanyak 45 orang (52,3%).

Rincian jawaban responden tentang tindakan terhadap program Jaminan Persalinan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.


(1)

Sehingga bagi para ibu yang berkecukupan secara ekonomi, rasanya kurang tepat bila melayani pasien persalinan orang kaya menggunakan Jampersal, apalagi banyak permintaan.

5.4.3. Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar tindakan responden terhadap penggunaan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan pada kategori kurang yaitu sebesar 52,3%%, sementara tindakan kategori baik hanya sebesar 26,7%.

Masih banyaknya tindakan responden kategori kurang dikarenakan pada umumnya ibu masih banyak yang belum memanfaatkan pelayanan dari Program Jampersal, yaitu sebanyak 38,4% ibu memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan menggunakan Jampersal, 38,4% ibu melakukan persalinan di Puskesmas dan menggunakan Jampersal 38,4% ibu memanfaatkan pelayanan Nifas di Puskesmas dan menggunakan Jampesal, dan sebanyak 36,0% ibu ikut dalam pelayanan KB paska persalinan di Puskesmas dan menggunakan Jampesal. Ibu yang tidak melakukan persalinan dengan menggunakan Jampersal karena masih adanya persepsi bahwa segala sesuatu yang berbau gratis itu terkesan kualitas pelayananannya relatif kurang baik. Sedangkan bagi yang tidak memanfaatkan pelayanan nifas dan KB kemungkinan karena responden tidak mengetahui bahwa kalau Jampersal juga memberikan layanan gratis terhadap pelayanan nifas dan KB bagi masyarakat. Dengan demikian dibutuhkan sosialisasi mengenai program Jampersal secara rutin dan menyeluruh, sehingga masyarakat dapat memahami seperti apa program


(2)

Jampersal tersebut, dengan melibatkan seluruh pihak kelurahan, ketua RT/RW atau kader-kader untuk ikut hadir dalam sosialisasi tersebut.

Dari hasil diketahui bahwa tindakan responden lebih rendah bila dilihat dari sikapnya, dimana hasil tersebut senada dengan Notoatmodjo (2012), bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi melalui tahap-tahap atau proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Namun, beberapa penelitian juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut, bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya seseorang berperilaku baik meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif.


(3)

6.1. Kesimpulan

1. Sebagian besar responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan usia ≥ 29 tahun yaitu berjumlah 47 orang (54,7%). Dilihat dari sisi latar belakang pendidikan, bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan latar belakang pendidikan menengah yaitu sebanyak 64 orang (74,4%). Berdasarkan jenis pekerjaan, sebanyak 40 orang (46,5%) responden bekerja sebagai petani/buruh tani, dan memiliki penghasilan keluarga kategori tinggi (55,8%).

2. Perilaku terhadap penggunaan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam melakukan persalinan di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deliserdang yang diukur melalui pengetahun, sikap, dan tindakan. Diperoleh sebagian besar responden memiliki pengetahuan kategori kurang yaitu sebesar 57,0%, sikap kategori sedang yaitu sebesar 51,2%, dan tindakan kategori kurang yaitu sebesar 52,3%.

3. Pengetahuan baik, tetapi tindakan kurang dikarenakan masih banyak ibu yang tinggal atau bertempat tinggal di satu lingkungan dengan orang tua atau mertuanya, sehingga dalam pengambilan keputusan dalam memanfaatkan pelayanan Jampersal masih dipengaruhi oleh anggota keluarga lainnya.


(4)

4. Salah satu hal yang membuat beberapa responden memiliki sikap kurang baik terhadap penggunaan program Jampersal dalam melakukan persalinan masyarakat enggan memanfaatkan Jampersal karena selalu ada persepsi bahwa segala sesuatu yang berbau gratis itu terkesan kualitas pelayananannya relatif kurang baik

6.2. Saran

1. Pihak puskesmas dan pemerintah desa perlu memberikan informasi tentang program Jampersal secara rutin dan menyeluruh kepada masyarakat pada saat posyandu atau dipengajian ibu-ibu.

2. Untuk peneliti selanjutnya perlu meneliti aspek lain yang berkaitan dengan program Jampersal melalui pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif dapat memahami lebih mendalam tentang alasan masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan Jampersal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek, 1994. Encyclopedia of psychology. John Wiley dan Sons. New York Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010.

Badan Pusat Statistik, 2012. Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2012. No. 45/07/Th. XIV, 1 Juli 2012

Becker MH, Maiman LA. Model-model perilaku kesehatan. Dalam: Muzaham F, penyunting. Memperkenalkan sosiologi kesehatan. Jakarta:UI-Press, 1995. h. 43-92.

Febrianti Ayu Wulan, 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Di Surabaya Tentang Iklan Layanan Masyarakat “Jampersal” Di Televisi (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Di Keluruhan Sawahan Surabaya Tentang Iklan Layanan Masyarakat “Jampersal” Di Televisi, Skripsi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Surabaya

Gunarsa S.,, 1991. Psikologi Praktis. Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Agung

Green, LW .1980. Health Education Planning : a diagnosis approach (1st edition). California. Mayfield Publishing Company

Ilyas, Yaslis, 2003. Mengenal Asuransi Kesehatan: Review Utilisasi, Manajemen Klaim, dan Fraud (Kecurangan Asuransi Kesehatan), Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel Pada Penelitian Kesehatan. UGM press, Yogyakarta

Mueller, Daniel. 1992. Mengukur sikap sosial: Pegangan untuk peneliti dan praktisi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi 2012). Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/MENKES/ PER/XII/2011. Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Rasyid AL Harun, Diadjeng Setya Wardanai, Ayu Solehati Agustina. 2012. Sikap Ibu Hamil Terhadap Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal Kerep Kota Malang. Skripsi Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010.

Saifuddin Azwar, 1998. Sikap Manusia: teori dan Pengukurannya. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Sarlito Wirawan Sarwono, 1998. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta.

Siregar, Henny Sahriani, 2012. Pengaruh Faktor Psikologis dan Organisasi terhadap Kinerja Bidan dalam Pelaksanaan Program Jaminan Persalinan di Kota Padangsidimpuan. Tesis program studi S2 IKM FKM USU Medan.

Qomariyah, 2012. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Program Jampersal (Jaminan Persalinan) Di Dusun Kedung Desa Leran Gresik Karya Tulis Ilmiah Kebidanan STIKES YARSIS

http://share.stikesyarsis.ac.id/elib/main/dok/00800/gambaran-

pengetahuan-dan-sikap-ibu-terhadap-program-jampersal-jaminan-persalinan-di-dusun-kedung-desa-leran-gresik

Tangilisan H. 2005. Implementasi Kebijakan Publik. YPAPI. Yogyakarta.

Thabrany H, ed. 2005. Dasar-dasar Asuransi Kesehatan Bagian A. Persatuan Ahli Manajemen Pembiayaan Kesehatan (Pemjaki), Jakarta.