17
2.2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: 1 Tahu know, tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima; 2 Memahami comprehension, memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
mengintrepretasikannya materi tersebut secara benar; 3 Aplikasi application, aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya; 4 Analisis analysis, analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5 Sintesis synthesis, sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6 Evaluasi evaluation, evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Notoatmodjo, 2012.
Universitas Sumatera Utara
18
2.3. Sikap 2.3.1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo 2012, sikap terdiri dari
berbagai tingkatan, yaitu : 1.
Menerima receiving, menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek;
2. Merespon responding, memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap; 3.
Menghargai valuing, mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap ketiga;
4. Bertanggung jawab responsible, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Menurut Saifuddin 1998, sikap dapat dikatakan sebagai respon. Respon
hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu gejala yang menghendaki timbulnya suatu reaksi individu. Bentuk respon tersebut disebut sebagai respon
evaluatif. Respon evaluatif didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang akan memberikan kesimpulan nilai dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian membentuk sebagai potensi reaksi terhadap suatu objek sikap. Dengan respon
evaluatif, akan lebih mendekatkan kepada suatu operasionalisasi sikap, dalam kaitannya dengan penyusunan alat ungkapnya yang nantinya akan dapat
Universitas Sumatera Utara
19
mengklasifikasikan respon evaluatif seseorang pada suatu posisi setuju atau tidak setuju. Hal itu juga didukung oleh Ajzen 1994 bahwa sikap tumbuh karena adanya
suatu kecenderungan untuk merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek, orang lembaga, atau peristiwa tertentu. Mueller 1996 mempertegas pernyataan
diatas bahwa sikap ditunjukkan oleh luasnya rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berkowitz, “sikap seseorang terhadap
objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorabel ataupun perasaan tidak mendukung tak-favorabel terhadap objek,” Saifuddin, 1998. Dengan kata lain,
sikap dapat bersifat positif dan negatif. Menurut Sarlito 1998, sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak
terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
2.3.2 Komponen Sikap
Menurut Sarlito 1998, sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif cognitive, komponen afektif affective dan
komponen konatif conative. a. Komponen kognitif
Komponen kognitif berupa apa yang dipercayai oleh subjek pemilik sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui.
Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu
Universitas Sumatera Utara
20
terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkannya dari objek tertentu. Pengalaman
pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan.
b. Komponen afektif Komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Reaksi emosional ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita
percayai sebagai benar bagi objek termaksud. c. Komponen konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek. Kepercayaan dan perasaan memengaruhi
perilaku. Maksudnya, bagaimana orang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan
perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecendrungan berperilaku secara konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini akan membentuk sikap individual.
Kecendrungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi
bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang.
2.3.3 Pengukuran Sikap
Metode pengukuran sikap yang dianggap dapat diandalkan dan dapat memberikan penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala
Universitas Sumatera Utara
21
sikap attitude scale. Suatu skala sikap tidak lain daripada kumpulan pernyataan- pernyataan sikap. Pertanyaan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai objek sikap yang diukur. Suatu pernyataan sikap dapat berisi halhal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau yang
memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut pernyataan yang favorabel. Sebaliknya suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek
sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung terhadap objek sikap dan karenanya disebut dengan pernyataan yang
unfavorable Notoatmodjo, 2012. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat dan mengukur sikap
seseorang, yaitu Notoatmodjo, 2012: a. Metode Wawancara langsung
Metode wawancara langsung untuk mengetahui bagaimana perasaan seseorang terhadap objek psikologis yang dipilihnya, maka prosedur yang termudah
adalah dengan menanyakan secara langsung pada orang tersebut. b. Observasi Langsung
Pendekatan obervasi langsung adalah dengan mengobservasi secara langsung tingkah laku individu terhadap objek psikologisnya. Pendekatan ini terbatas
penggunaannya, karena tergantung individu yang diobservasi. Dengan kata lain, bertambahnya faktor yang diobservasi, maka makin sukar dan makin kurang objektif
terhadap tingkah laku yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
22
c. Pernyataan Skala Skala yang digunakan dalam mengukur sikap ini dapat membuktikan
pencapaian suatu ketetapan derajat efek yang diasosiasikan dengan objek psikologis. Oleh karena itu, skala ini dikombinasikan danatau dikonstruksikan, yang akhirnya
menghasilkan sejumlah butir yang distandarsiasikan dalam tes psikologis. Butir-butir yang membentuk skala sikap ini disebut “statement” yang dapat didefinisikan sebagai
pernyataan yang menyangkut objek psikologi. Skala sikap bertujuan untuk menentukan perasaan sesorang. Salah satu cara untuk mengukur sikap adalah dengan
menggunakan metode skala Likert. 2.4. Praktik atau Tindakan
Praktik mempunyai beberapa tingkatan: 1 Persepsi perception, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktik tingkat pertama; 2 Respons terpimpin guided response, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat dua; 3 Mekanisme mecanism, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga; dan 4 Adopsi adoption, adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang mudah
berkembang dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
23
2.5. Jaminan Persalinan 2.5.1. Pengertian
Jaminan persalinan merupakan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir Permen Kes RI Nomor 2562MenkesPerXII2011.
2.5.2. Tujuan
1. Tujuan Umum Meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh
dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan
untuk pelayanan
persalinan Permen
Kes RI
Nomor 2562MenkesPerXII2011.
2. Tujuan Khusus a.
Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
c. Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
d. Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. e.
Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel Permen Kes RI Nomor 2562MenkesPerXII2011.
Universitas Sumatera Utara
24
2.5.3. Sasaran
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah Permen Kes RI Nomor 2562MenkesPerXII2011:
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas sampai 42 hari pasca melahirkan
d.
Bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari 2.5.4. Ruang Lingkup Jaminan Persalinan
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari Permen Kes RI
Nomor 2562MenkesPerXII2011:
1. Pelayanan persalinan tingkat pertama Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca
persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir tingkat
pertama. Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergesi Dasar serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama
PKS dengan Tim Pengelola KabupatenKota.
Universitas Sumatera Utara
25
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi Permen Kes RI Nomor 2562MenkesPerXII2011:
a. Pemeriksaan kehamilan
b. Pertolongan persalinan normal
c. Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan
d. Pelayanan bayi baru lahir
e. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
2. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi, di rumah
sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi
kedaruratan Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi Permen Kes RI Nomor 2562MenkesPerXII2011:
a. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi RISTI dan penyulit
b. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak mampu dilakukan
di pelayanan tingkat pertama. c.
Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara.
Universitas Sumatera Utara
26
2.6. Landasan Teori
Green 1980, menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempunyai potensi dalam mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi, faktor
pemungkin, dan faktor Penguat. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber : Green, LW 1980. Health Education Planning : a diagnosis approach 1
st
edition. California. Mayfield Publishing Company
Faktor Predisposisi
Umur Pengetahuan
Keyakinan Nilai
Sikap Pendidikan
Sosial ekonomi
Faktor Pemungkin
Ketersediaan sarana dan prasarana
Fasilitas umum : media massa koran, TV, Radio
Faktor Penguat
Sikap tokoh masyarakat Sikap tokoh agama
Sikap petugas kesehatan Peraturan-peraturan terkait
dengan kesehatan Pemanfaatan Program
Jampersal
Universitas Sumatera Utara
27
2.7 Kerangka Konsep Penelitian