Finite Water Depth Cara Ketiga:

66

c. Finite Water Depth Cara Ketiga:

1. Tinggi Gelombang H ∗ = 0,24 {tanh[ , d ∗ , ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ , ] ]} , = 0,24{tanh[ , d ∗ , ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ , ] ]} , H = × , {tan [ , d ∗ , ]tan [ , F∗ , tanh [ , d∗ , ] ]} , 2. Periode gelombang T ∗ = 7,54 {tanh[ , d ∗ ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ ] ]} , = 7,54{tanh[ , d ∗ ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ ] ]} , T = × , {tan [ , d ∗ ]tan [ , F∗ , tanh[ , d∗ ] ]} , Universitas Sumatera Utara 67 Tabel 4.11 Perhitungan Tinggi Gelombang dan Periode Gelombang Tahun 2006 Berdasarkan Fetch Finite Water Depth Cara Ketiga No Bulan Arah Angin Kec. Angin knot Kec. UL mdt RL UW mdt UA mdt Fetch Eff km F km H m Tiggi Gel. H m T detik Periode Gel. T detik 1 Januari NE 2,9 1,4906 1,865 2,7800 2,4971 608,87 957,941 0,406 0,258 29,346 7,470 2 Februari N 3,0 1,5420 1,858 2,8650 2,5914 608,87 889,481 0,392 0,268 28,764 7,598 3 Maret NE 3,5 1,7990 1,824 3,2814 3,0620 608,87 637,058 0,332 0,317 26,285 8,204 4 April NE 3,4 1,7476 1,830 3,1981 2,9667 608,87 678,641 0,342 0,307 26,737 8,086 5 Mei NE 3,3 1,6962 1,838 3,1176 2,8751 608,87 722,559 0,353 0,298 27,194 7,970 6 Juni NE 4,2 2,1588 1,770 3,8211 3,6927 608,87 438,026 0,276 0,383 23,755 8,942 7 Juli NE 4,3 2,2102 1,764 3,8988 3,7853 608,87 416,859 0,269 0,393 23,440 9,045 8 Agustus E 4,3 2,2102 1,764 3,8988 3,7853 608,87 416,859 0,269 0,393 23,440 9,045 9 September NE 4,6 2,3644 1,746 4,1282 4,0612 608,87 362,155 0,251 0,422 22,566 9,342 10 Oktober SW 5,6 2,8784 1,690 4,8645 4,9695 608,87 241,860 0,205 0,517 20,235 10,250 11 November N 4,4 2,2616 1,757 3,9736 3,8749 608,87 397,810 0,263 0,402 23,145 9,142 12 Desember W 3,5 1,7990 1,824 3,2814 3,0620 608,87 637,058 0,332 0,317 26,285 8,204 Universitas Sumatera Utara 68 Demikian seterusnya untuk tahun 2007 – 2015 lihat lampiran, dari data dan tinggi gelombang di atas dapat dicari kumulatif jumlah arah gelombang berdasarkan penggolongan tinggi gelombang dan dihitung jumlah data untuk masing – masing range, disajikan dalam Tabel 4.12. Tabel 4.12. Jumlah Kejadian Gelombang di Pelabuhan Belawan Tahun 2006-2015 Finite Water Depth Cara Ketiga Tinggi Gel meter Arah Angin Jumlah Kejadian N NE E SE S SW W NW 0,00 - 0,20 3 7 10 0,20 - 0,40 18 40 2 7 67 0,40 - 0,60 19 12 5 1 1 2 2 42 0,60 - 0,80 1 1 0,80 - 1,00 Jumlah 40 59 8 1 1 9 2 120 Dari Tabel 4.12 dapat dicari persentase gelombang dominan dengan cara sebagai berikut: Pada data gelombang tinggi 0,20 – 0,40 meter dan mempunyai arah angin Timur Laut terdapat 40 buah data, sehingga jika dihitung berdasarkan jumlah data persentasenya sebesar 33,33. Demikian seterusnya untuk masing – masing arah, sehingga dapat dibuat persentase arah angin dan tinggi gelombang dalam Tabel 4.13. Universitas Sumatera Utara 69 Tabel 4.13. Persentase Kejadian Gelombang di Pelabuhan Belawan Tahun 2002-2012 Finite Water Depth Cara Ketiga Tinggi Gel meter Arah Angin Jumlah N NE E SE S SW W NW 0,00 - 0,20 2,5 5,83 8,33 0,20 - 0,40 15 33,33 1,67 5,83 55,84 0,40 - 0,60 15,83 10 4,17 0,83 0,83 1,67 1,67 35 0,60 - 0,80 0,83 0,83 0,80 - 1,00 Jumlah 33,33 49,17 6,67 0,83 0,83 7,5 1,67 100 Dari Tabel 4.13 dapat dibuat gambaran Wave Rose untuk menggambarkan persentase data arah gelombang dominan, dengan cara yang sama seperti pada penggambaran Wind Rose, Wave Rose dapat digambarkan pada Gambar 4.9. Gambar 4.9. Wave Rose Tahun 2006 – 2015 Finite Water Depth Cara Ketiga NORTH SOUTH WEST EAST 10 20 30 40 50 WIND SPEED ms = 11,1 8,8 - 11,1 5,7 - 8,8 3,6 - 5,7 2,1 - 3,6 0,0 - 2,1 Calm s : 0,00 Universitas Sumatera Utara 70 Dari Gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa prevailing wind terjadi pada arah Timur Laut dengan persentase 49,17 sedangkan tinggi gelombang yang paling dominan terjadi pada interval 0,20 -0,40 meter dengan persentase 33,33. Untuk perencanaan ini arah gelombang yang dipakai untuk perhitungan adalah : arah Timur Laut tinggi gelombang 0,40 meter yang terjadi pada interval 0,20 – 0,40 meter, dengan persentase sebesar 33,33. Adapun perhitungan tinggi H dan periode gelombang T berdasarkan fetch dapat dicari dengan langkah – langkah sebagai berikut: 1. Berdasarkan kecepatan maksimum yang terjadi tiap bulan dalam 1 tahunnya dalam perhitungan kali ini, digunakan data angin tahun 2006 pada Tabel 4.5 dicari dari nilai R L dengan mengggunakan grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat. Misal pada bulan Januari 2006 untuk arah Timur Laut, kecepatan angin = 2,9 knot, maka U L = 2,9 knot x 0,514 = 1,4906 mdet, Berdasarkan grafik hubungan antara kecepatan angin di laut U W dan di darat U L dalam Gambar 4.10. Universitas Sumatera Utara 71 Gambar 4.10. Grafik Hubungan Antara Kecepatan Angin di Laut dan di Darat Cara Ketiga Dari Grafik di atas didapat nilai R L = 1,77047 2. Hitung U W dengan rumus U W = U L x R L = 1,4906 x 1,865 = 2,7800 mdet 3. Hitung U A dengan rumus : U A = 0,71 x U W 1,23 = 0,71 x 2,7800 1,23 = 2,4971 mdet 4. Berdasarkan nilai U A dan besarnya fetch, tinggi dan periode gelombang dapat dicari dengan menggunakan rumus Finite Water Depth Cara Ketiga. 1. Tinggi Gelombang H ∗ = 0,24 {tanh[ , d ∗ , ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ , ] ]} , = 0,24 {tanh[ , d ∗ , ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ , ] ]} , Universitas Sumatera Utara 72 H = × , {tan [ , d ∗ , ]tan [ , F∗ , tanh [ , d∗ , ] ]} , H = , × , {tan [ , , ∗ , ]tan [ , , ∗ , tanh [ , , ∗ , ] ]} , , H = 0,258 m 2. Periode Gelombang T ∗ = 7,54{tanh[ , d ∗ ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ ] ]} , = 7,54{tanh[ , d ∗ ]tanh [ , F ∗ , tan [ , d ∗ ] ]} , T = × , {tan [ , d ∗ ]tan [ , F∗ , tanh[ , d∗ ] ]} , T = , × , {tan [ , , ∗ ]tan [ , , ∗ , tanh[ , , ] ]} , , T = 7,470 detik Dari perhitungan Finite Water Depth Cara Ketiga didapatkan hasil Tinggi Gelombang m dan Periode Gelombang detik, yaitu: Tinggi Gelombang : 0,258 m Periode Gelombang : 7,470 detik Universitas Sumatera Utara 73 Berdasarkan analisis dengan Metode Jonswap Parameters Cara Pertama dan Kedua dan Finith Water Depth diperoleh hasil tinggi dan periode gelombang yang berbeda-beda karena adanya perbedaan dari nilai parameter yang digunakan dalam perhitungan, salah satunya yaitu nilai kecepatan angin. Kemudian dalam Metode Jonswap Parameters Cara Pertama dan Kedua terdapat perbedaan dimana pada Metode Jonswap Parameters Cara Kedua nilai fetch tidak digunakan dalam perhitungan, karena metode tersebut digunakan untuk keadaan gelombang yang terbentuk penuh. Sedangkan pada Jonswap Parameters Cara Pertama nilai fetch digunakan untuk gelombang hasil pembentukan terbatas fetch. Sedangkan dalam metode Finith Water Depth menggunakan parameter - parameter yang hampir sama dengan Metode Jonswap Parameters, perbedaannya adalah Metode Finith Water Depth menggunakan nilai kedalaman laut di dalam perhitungan. Universitas Sumatera Utara 74 4.4 Analisis Statistik Gelombang 4.4.1 Data Angin