Efektifitas Pendidikan Kesehatan tentang Dismenore terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat

Efektivitas Pendidikan Kesehatan tentang Dismenore terhadap Tingkat
Pengetahuan Remaja Perempuan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah
Ciputat tahun 2012
Skripsi diajukan sebagai tugas akhir srata-1 (S-1) untuk memenuhi
persyaratan gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

Novitasari
NIM : 108104000021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H /2012 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, januari 2013
Novitasari , NIM : 108104000021
Efektifitas Pendidikan Kesehatan tentang Dismenore terhadap Tingkat

Pengetahuan Remaja Perempuan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah
Ciputat
xiii + 77 Halaman + 4 Tabel + 6 bagan + 6 Lampiran
ABSTRAK
Dismenore merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang
dialami remaja perempuan. Angka kejadian dismenore berkisar antara 45%
sampai 95% dikalangan perempuan usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan tentang dismenore terhadap tingkat
pengetahuan remaja perempuan di MTs Islamiyah Ciputat.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan desain Quasi
experiment one group pretest-posttest design. Sampel berjumlah 102 orang yang
diambil melalui teknik total sampling dengan kriteria inklusi remaja perempuan
yang menderita dismenore. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner.
Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji T-test) pada α 0,05.
Hasil penelitian tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang dismenore bahwa 64,5% responden memiliki
kategori cukup, 18,6% responden memiliki kategori baik, dan 16,7% responden
memiliki kategori kurang. Tingkat pengetahuan responden setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang dismenore menunjukkan bahwa 71,6% responden
memiliki tingkat pengetahuan baik, 21,6% responden memiliki tingkat

pengetahuan cukup, dan 6,9% reponden memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar 0,000
artinya pada alpha 5% terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor sebelum
dan sesudah intervensi. Sehingga pendidikan kesehatan efektif terhadap tingkat
pengetahuan remaja perempuan di MTs Islamiyah Ciputat.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pengembangan promosi kesehatan khususnya edukasi kesehatan reproduksi
remaja perempuan.
Kata kunci: dismenore, pendidikan kesehatan, pengetahuan, remaja perempuan
Daftar bacaan: 52 (1980-2010)

MEDICAL AND HEALTH OF SCIENCE FACULTY
NURSING SCIENCE MAJOR
Final Project, Januari 2013
Novitasari, ID Number : 108104000021
The effectiveness of Health Education about Dysmenorrhea towards
Knowledge among female teenager in Madrasah Tsanawiyah Islamiyah
Ciputat
xiii + 71 pages + 4 Tables + 6 chart + 6 attachments
ABSTRACT

Dysmenorrhea is a one of reproductive health problems experienced by
female teenager. The incidence of dysmenorrhea ranged between 45% and 95%
among women of childbearing age. The purpose of this study to know the
effectiveness of health education about dysmenorrhea toward knowledge among
female teenager of MTs Islamiyah Ciputat.
This research is descriptive quantitative design experiment Quasi one
group pretest-posttest design. The sample totaled 102 people was taken with a
total sampling technique with the inclusion criteria female teenager who suffer
from dysmenorrheal. Data collection by giving questionnaires. The analysis is
used univariate and bivariate (t-test) at α 0.05.
The results given the level of knowledge the respondents before the health
education of dysmenorrhea that 64, 5% of respondent have enough categories,
18,6% has a good category, and 16,7% of respondents had less category. The
level of knowledge of respondents after being given health education about
dysmenorrhea showed that 71,6% of respondent had a good knowledge level.
21,6% of respondent have enough categories , and 6,9% respondents had less
category.
Based on the test results obtained by statistical probability value of P
(0.000) means the alpha 5% there are significant differences on average scores
before and after intervention. So the efefective health education to the level of

knowledge of female teenager in MTs Islamiyah.
Researchers advise on health care workers in order to further develop
health promotion especially for female teenager about reproductive health
knowledge especially dysmenorrhea.
Keywords: dysmenorrhea, helth education, knowlegde, adolescent girls
The reading list: 52 (1980 - 2010)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Bapak dan Ibu tercinta,
Bapak Riban dan Ibu Sawini terima kasih atas seluruh kasih sayang, cinta,
pengorbanan, serta dukungan baik moril maupun materil yang bapak dan
ibu berikan selama ini, sehingga ananda bisa sampai pada tahap akhir
menyelesaikan skripsi ini,,
Kakakku tercinta Dayat, adikku tersayang Syahrul Ardiyansyah,
dan Hari subagio terimakasih atas kasih sayang, dukungan dan doa kalian
selama ini.
Dosen-dosenku, terimakasih atas jasa, waktu, dan bimbingan serta
kesabaran kalian. Sahabat-sahabatku Julia, Ica, Risma, Mar’atus, Cica

terima kasih untuk motivasi dan dukungan kalian selama ini.Teman-teman
seperjuangan PSIK angkatan 2008, terimakasih untuk kebersamaan
kitaselama di PSIK .
Dan pada akhirnya hanya untuk Allah SWT seluruh hidupku
kupersembahkan.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta
untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama
kuliah.
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan
yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Dr. MK. Tadjudin, Sp.And, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu KesehatanUniversitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta.

2. Ns.WarasBudiutomo, S.Kep, MKM, selaku Ketua Program

Studi Ilmu

Keperawatan, sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan
arahan dan motivasi kepada penulis.
3. Puspita Palupi, S.kep.,Ns.Sp.Kep.Mat, selaku dosen pembimbing I skripsi serta
kepada, Jamaludin, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya serta dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada
peneliti.
4. Para dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah membekali
penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti
perkuliahan.

5. Seluruh Staff karyawan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah MTs Islamiyah Ciputat bersertas taf, yang telah banyak
membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Ayah dan ibu dan serta adik-adikku tercinta yang telah mencurahkan semua kasih
sayang dan senanti mendo’akan dan memberikan dorongan baik moril, materiil

maupun spiritual kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang kompak yang telah memberikan
inspirasi, do’a dan semangat dalam menyusun skripsi.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai
kekurangan dan kelemahan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sekalian untukmenambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga
kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini mendapat
balasan dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, september 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................. i
ABSTRAK............................................................................................................................ ii
ABSTRACT.......................................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI......................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian............................................................................................... 8
E. Ruang Lingkup.................................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Menstruasi ......................................................................................................... 11
B. Dismenore.......................................................................................................... 15
C. Remaja.............................................................................................................. 22
D. Pendidikan Kesehatan....................................................................................... 26
E. Pengetahuan........................................................................................................ 33
F. Kerangka Teori................................................................................................... 40
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep............................................................................................... 41

B. Hipotesa............................................................................................................ 42
C. Definisi Operasional.......................................................................................... 42
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian................................................................................................ 44
B. Populasi, Sampel dan Tehnik Penelitian............................................................. 45
C. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................. 46
D. Metode Pengumpulan Data................................................................................. 47
E. Pengolahan Data................................................................................................ 52
F. Analisa Data........................................................................................................ 54
G. Etika penelitian....................................................................................................56
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................................................... 58
B. Analisa Univariat................................................................................................ 59
C. Analisa bivariat................................................................................................... 61
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pengetahuan sebelum intervensi pendidikan kesehatan...................................... 63
B. Pengetahuansetelah intervensi pendidikan kesehatan......................................... 64
C. Efektifitas pendidikan kesehatan tentang dismenore terhadapa tingkat

pengetahuan........................................................................................................ 66
D. Keterbatasan Penelitian....................................................................................... 69
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................................... 71
B. Saran................................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 kadar hormon dan pertahanan endometrium selama siklus menstruasi 13
Gambar 2.2 Kerangka teori 39
Gambar 3.1 Kerangka konsep 40
Gambar 4.1 Desain penelitian 47

DAFTAR TABEL
Table 3.1. Definisi Operasional…………………………………………………………

42


Tabel 4.1 Kisi-kisi pertanyaan…………………………………………………………..

48

Tabel 5.1 Distribusi frekuesi tingkat tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang dismenore di MTs Islamiyah Ciputat …….....

58

Table 5.2 Distribusi frekuesi tingkat tingkat pengetahuan responden sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang dismenore di MTs Islamiyah Ciputat..............

59

Table 5.3 Distribusi hasil normalitas pengetahuan siswi sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan tentang dismenore ....................……………................

60

Table 5.4 Uji analisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian
pendidikan kesehatan tentang dismenore menggunakan uji Paired samples
T-test...…..........................................................................................................

61

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sepanjang siklus kehidupannya mengalami tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang diawali pada masa bayi, pra sekolah, anak sekolah, remaja,
dewasa, dan lanjut usia. Tahap remaja merupakan tahap peralihan dari masa
anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional (Bobak, 2004 dan Moersitowati, 2008). Seseorang
dikatakan remaja jika telah berusia 11-19 tahun (DepKes RI, 2008).
Remaja mengalami berbagai perkembangan seluruh sistem dalam tubuh, salah
satunya perkembangan sistem reproduksi (Bobak, 2004). Perkembangan sistem
reproduksi pada remaja perempuan ditandai dengan munculnya karakteristik
seksual primer dan sekunder. Karakteristik primer meliputi perubahan yang
terkait dengan fungsi organ reproduksi, yaitu ovarium, uterus, dan payudara,
sedangkan karakteristik sekunder meliputi perubahan suara, perubahan bentuk
wajah, penumpukan lemak, pertumbuhan rambut di sekitar genetalia, pembesaran
buah dada, dan pinggul. Setelah munculnya karakteristik seksual primer dan
sekunder, remaja perempuan kemudian akan mengalami kematangan sistem
reproduksi yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (Pinem, 2009).
Menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa
uterus secara berkala. Menstruasi terjadi dalam interval-interval yang kurang
lebih teratur, siklik, dan dapat diperkirakan waktunya, sejak menarche sampai
menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi (Cunningham, 2005)
1

2

Remaja perempuan dalam perkembangan sistem reproduksinya, dapat
mengalami masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Widyaningsih,
2007). Masalah reproduksi pada remaja meliputi kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi yang tidak aman, kehamilan dan persalinan usia muda yang
menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi, masalah penyakit
menular seksual, termasuk infeksi HIV/AIDS, tindak kekerasan seksual seperti
pemerkosaan, pelecehan seksual, transaksi seks komersial dan gangguan
menstruasi (Depkes RI, 2008).
Menstruasi dapat menimbulkan gangguan, yang dapat berkaitan dengan
perubahan lamanya siklus menstruasi, jumlah darah yang keluar saat menstruasi,
perubahan pada siklus dan jumlah darah menstruasi, dan gangguan menstruasi
lainnya. Penelitian yang dilakukan Bieniasz (2000) dalam Prima (2009) di
Amerika melaporkan bahwa gangguan menstruasi terdiri dari amenorea primer
sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenore 50%, polimenore
10,5%, dan dismenore yang bervariasi antara 15,8% sampai 89,5%, dengan
prevalensi tertinggi pada remaja.
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff (2005)
sebagai sensasi nyeri kram pada abdomen bawah. Tanda dan gejala dismenore
meliputi kram atau nyeri pada abdomen bawah, mual, muntah, kehilangan nafsu
makan, sakit kepala, sakit punggung, nyeri kaki, kelemahan, diare, sulit tidur,
pusing, gelisah, dan depresi (Harel, 2006). Dismenore terjadi sekitar waktu
menstruasi biasanya pada hari pertama atau kedua dan mencapai puncaknya pada

3

24 jam pertama yang kemudian mereda setelah hari kedua sampai hari ketiga
menstruasi (Wong, 2008 & Smith, 2003).
Dismenore diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu
dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri
haid tanpa kelainan pada anatomi genitalia (Holder, 2009). Tanda dan gejala
dismenore primer meliputi nyeri kepala, muntah, mual, nyeri abdomen bagian
bawah, kelemahan dan gangguan gastrointestinal lainnya (Dusek, 2001 & Juang,
2006). Gejala dismenore primer ini mulai dirasakan beberapa jam setelah
menstruasi dan memuncak ketika aliran darah yang keluar menjadi berat selama
hari pertama atau hari kedua selama siklus menstruasi, dan nyeri terpusat di
daerah suprapubik dan menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha (Slap,
2003). Dismenore primer biasanya dimulai pada saat remaja, seiring dengan
bertambahnya usia, nyeri cenderung berkurang dan akhirnya menghilang setelah
melahirkan anak (Llewellyn, 2001).
Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang disertai kelainan anatomis
genitalis (Manuaba, 2001). Dismenore sekunder jarang terjadi pada usia sebelum
25 tahun. Penyebab dismenore sekunder meliputi endometriosis atau penyakit
peradangan pelvik, stenosis servik, neoplasma ovarium, dan polip uteri (Bobak,
2004). Gejala berupa nyeri kram yang khas mulai dua hari atau lebih sebelum
menstruasi dan nyerinya semakin hebat pada akhir menstruasi (Llewellyn, 2001).
French (2005) melaporkan bahwa prevalensi dismenore paling tinggi pada
remaja perempuan di Amerika Serikat dengan perkiraan antara 20% sampai 90%.
Sekitar 15% remaja perempuan dilaporkan menderita dismenore berat, dan

4

dismenore merupakan penyebab ketidakhadiran di sekolah. Studi longitudinal
yang dilakukan secara kohort pada perempuan Swedia ditemukan pravelensi
dismenore sebesar 90% pada usia 19 tahun dan 67% pada usia 24 tahun.
Penelitian yang dilakukan Harel (2006) pada remaja perempuan usia 11-12 tahun
di Australia 53% dilaporkan mengalami keterbatasan sosial, olahraga, dan
aktivitas sekolah karena mengalami dismenore. Hasil penelitian Pusat Informasi
dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Indonesia tahun
2009 melaporkan angka kejadian dismenore 72,89% dismenore primer dan
27,11% dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore berkisar antara 45%
sampai 95% di kalangan perempuan usia produktif (Misaroh, 2009). Dan di
Jakarta penelitian yang dilakukan oleh Rizal (2009) didapatkan bahwa angka
kejadian dismenore di MAN 4 Jakarta sebesar 81,9%.
Masalah dismenore yang terjadi pada remaja masih belum banyak diketahui
oleh remaja itu sendiri. Hal ini diketahui oleh beberapa penelitian yang telah
dilakukan Nafiroh (2010) dalam penelitiannya yang dilakukan di MTs NU
Mraggen Demak tahun 2010 menunjukkan dari 46 responden siswi MTs NU
Mraggen Demak, 36 siswi (78,3%) berpengetahuan kurang, 10 siswi (21,7%)
pengetahuan baik. Demikian juga Heriani (2009) di Pati juga mengungkapkan
bahwa: 1) Pengetahuan tentang dismonerea kedua kelompok sebelum pemberian
pendidikan kesehatan tentang dismonerea sebagian besar cukup, 2) Pengetahuan
tentang disminorea kedua kelompok sesudah pemberian pendidikan kesehatan
tentang disminorea pada kelompok dengan pendidikan kesehatan menggunakan
media leaflet sebagian besar baik dan pada kelompok dengan pendidikan

5

kesehatan tanpa menggunakan leaflet rata-rata cukup dan baik, dan 3) Terdapat
pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan
tentang dismonerea pada siswi kelas I SMP Negeri 02 dan MTS As-Safi’iyah
Kayen Pati.
Pendidikan kesehatan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara (mengatasi
masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidik
kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses
pembelajaran. Masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh
pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu atau media pendidikan. Media
promosi kesehatan berfungsi untuk membantu dalam proses pendidikan atau
pengajaran sehingga pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan siswa
atau sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan tepat dan jelas (Notoatmodjo,
2005).
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah
Ciputat bahwa didapatkan angka kejadian dismenore sebesar 67,8% mengalami
dismenore dan 32,6% tidak dismenore. Peneliti melakukan wawancara pada
sepuluh siswi, tujuh orang diantaranya mengatakan mengalami dismenore dan
mereka belum mengetahui tentang dismenore, dan tiga orang lainnya hanya
mengetahui tentang pengertian dismenore. Hasil wawancara dari Kepala Sekolah
diperoleh informasi bahwa di MTs Islamiyah Ciputat pernah di lakukan

6

pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, tetapi belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan khususnya mengenai dismenore.
Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat merupakan salah satu Madrasah
Tsanawiyah di Kecamatan Ciputat kabupaten Tangerang Selatan. Perpustakaan
yang terdapat di MTs Islamiyah Ciputat belum menyediakan buku-buku tentang
kesehatan reproduksi khususnya masalah dismenore yang memungkinkan para
siswi mengalami kesulitan memperoleh informasi.
Fenomena yang terjadi berdasarkan data-data yang ditemukan, peneliti tertarik
untuk meneliti efektifitas pendidikan kesehatan tentang dismenore terhadap
tingkat pengetahuan remaja perempuan di MTs Islamiyah Ciputat.

B. Rumusan Masalah
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff (2005)
sebagai sensasi nyeri kram pada abdomen bawah. French (2005) melaporkan
bahwa pravelensi dismenore paling tinggi pada remaja perempuan di Amerika
Serikat dengan perkiraan antara 20% sampai 90%. Sekitar 15% remaja
perempuan dilaporkan menderita dismenore berat, dan dismenore merupakan
penyebab ketidakhadiran di sekolah. Studi longitudinal yang dilakukan secara
kohort pada perempuan Swedia ditemukan prevalensi dismenore sebesar 90%
pada usia 19 tahun. Hasil penelitian Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Indonesia tahun 2009 melaporkan angka
kejadian dismenore 72,89% dismenore primer dan 27,11% dismenore sekunder.
Angka kejadian dismenore berkisar antara 45% sampai 95% di kalangan

7

perempuan usia produktif (Misaroh, 2009). Dan didapatkan bahwa remaja yang
mengalami dismenore banyak diantaranya berpengetahuan kurang hal ini di
kemukakan oleh Nafiroh (2010) dari 46 responden siswi MTs NU Mraggen
Demak, 36 siswi (78,3%) berpengetahuan kurang, 10 siswi (21,7%) pengetahuan
baik. Dan hasil penelitian sebelumnya mengenai penelitian Heriani (2009) hasil
penelitian menunjukkan: 1) Pengetahuan tentang dismonerea kedua kelompok
sebelum pemberian pendidikan kesehatan tentang dismenorea sebagian besar
cukup, 2) Pengetahuan tentang dismonerea kedua kelompok sesudah pemberian
pendidikan kesehatan tentang dismenore pada kelompok dengan pendidikan
kesehatan menggunakan media leaflet sebagian besar baik dan pada kelompok
dengan pendidikan kesehatan tanpa menggunakan leaflet rata-rata cukup dan
baik, dan 3) Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea
terhadap pengetahuan tentang dismonerea pada siswi kelas I SMP Negeri 02 dan
MTS As-Safi’iyah Kayen Pati.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah
Ciputat bahwa didapatkan angka kejadian dismenore sebesar 67,8% mengalami
dismenore dan 32,6% tidak dismenore. Peneliti melakukan wawancara pada
sepuluh siswi, tujuh orang diantaranya mengatakan mengalami dismenore dan
mereka belum mengetahui tentang dismenore, dan tiga orang lainnya hanya
mengetahui tentang pengertian dismenore. Hasil wawancara dari Kepala Sekolah
diperoleh informasi bahwa di MTs Islamiyah Ciputat pernah di lakukan
pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, tetapi belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan khususnya mengenai dismenore.

8

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan
tentang dismenore terhadap pengetahuan remaja perempuan di Madrasah
Tsanawiyah Ciputat.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan remaja perempuan

tentang

dismenore sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang dismenore
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
c. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan tentang dismenore
terhadap tingkat pengetahuan remaja perempuan di MTs Islamiyah
Ciputat.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

menjadi

masukan

dalam

pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi pada
remaja perempuan khususnya yang berkaitan dengan dismenore.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam
pengembangan

kurikulum

pendidikan

keperawatan,

khususnya

mengenai kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan dengan

9

masalah-masalah mesntruasi seperti dismenore yang bisa dijadikan
sebagai acuan dalam memberikan promosi kesehatan pada remaja.
b. Bagi MTs Islamiyah Ciputat
Hasil penelitian ini dapat meningkatan pengetahuan khususnya
bagi remaja perempuan tentang dismenore dan penanganannya.
c. Bagi tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran
tentang pentingnya kesehatan reproduksi pada remaja terutama
mengenai gangguan saat menstruasi yaitu dismenore sehingga bisa
dijadikan sebagai data dasar dalam memberikan promosi kesehatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di MTs Islamiyah Ciputat dengan
menggunakan desain quasi eksperimen dengan one group pretest-posttest
design. Metode pengumpulan data menggunakan total sampling. Data yang
digunakan adalah data primer dengan melakukan intervensi pendidikan
kesehatan tentang dismenore.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menstruasi
1. Pengertian
Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik, dan siklik dari
uterus disertai dengan pelepasan endometrium (Winjosastro, 2005).
Menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari
mukosa uterus secara berkala. Menstruasi terjadi dalam interval-interval
yang kurang lebih teratur, siklik, dan dapat diperkirakan waktunya, sejak
menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi
(Cunningham, 2005).
Jarak siklus menstruasi rata-rata terjadi dengan selang waktu 22
sampai 35 hari (dihitung dari hari pertama keluarnya darah menstruasi
hingga hari pertama berikutnya) dengan rata-rata keluarnya darah
menstruasi berlangsung satu sampai delapan hari dan jumlah rata-rata
hilangnya darah selama menstruasi adalah 30 ml (Llewwllyn, 2001).
2. Fisiologi siklus menstruasi
Fungsi

menstruasi

normal

merupakan

hasil

interaksi

antara

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium
memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

10

11

Panjang siklus menstruasi ialah jarak tanggal mulainya menstruasi
yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hormon yang berperan
pada suatu siklus menstruasi adalah FSH, GnRH, dan faktor penghambat
prolaktin (prolactin inhibiting factor, PIF). Hormon ini memicu
pengeluaran FSH, LH, dan PRL dari hipofisis anterior. Prolaktin dan LH
memicu sintesis dan pengeluaran hormon di ovarium, yaitu antara 21-35
hari (Wikjosastro, 2005).
3. Siklus menstruasi
Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase proliferasi, fase sekretorik,
dan fase menstruasi. Fase proliferasi dimulai pada hari ke-5 setelah
menstruasi dan berlangsung selama 11 hari. Pelepasan Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus menstimulasi kelenjar
hipofise mensekresi Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) yang kemudian menstimulasi pertumbuhan folikel
ovarium. Folikel ini dominan menghasilkan estrogen yang merangsang
pertumbuhan endometrium. Sel stroma dan sel epitel berproliferasi dengan
cepat sehingga memicu terjadinya ovulasi (Carr, 2008 & Jabbour, 2006).
Fase sekresitorik disebut juga fase progesteron terjadi setelah ovulasi dan
berlangsung selama 12 hari. Karakteristik dijumpai adanya korpus luteum.
Korpus luteum ini mensekresi progesteron dalam jumlah yang banyak dan
sedikit estrogen. Progesteron bekerja berlawanan dengan estrogen, yakni
menghambat proliferasi dan menghasilkan perubahan glandular untuk
menerima implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Bila tidak terjadi

12

pembuahan dan produksi human Chorionic Gonadotropin (hCG), korpus
luteum tidak akan bertahan. Regresi dari korpus luteum ini mengakibatkan
penurunan progesteron dan estrogen yang memicu penipisan lapisan
endometrium sehingga terjadi menstruasi (Jabbour, 2006).
Fase menstruasi merupakan fase yang terjadi jika ovum yang telah
dilepas tidak dibuahi yang akibatnya korpus luteum berinvolusi sehingga
estrogen dan progesteron akan menurun drastis. Hal ini mengakibatkan
dilepaskannya vasokontriktor prostaglandin sebagai mediator inflamasi.
Kemudian jaringan deskuamasi, darah di dalam kavum uteri, ditambah
efek kontraksi dari prostaglandin dan zat-zat lain di dalam lapisan yang
berdeskuamasi sehingga semuanya akan merangsang kontraksi uterus
yang menyebabkan dikeluarkannya semua isi uterus (Guyton, 2007).
Gambar di bawah ini memperlihatkan perubahan kadar hormon dan
endometrium yang terjadi selama siklus menstruasi normal.

Gambar 2.1. Kadar hormon dan perubahan endometrium
selama siklus menstruasi

13

4. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi terbagi dalam beberapa klasifikasi yaitu 1)
kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi
yaitu hipermenorea atau menoragia dan hipomenorea; 2) kelainan siklus
yaitu polimenorea, oligomenorea dan amenorea; 3) perdarahan diluar
menstruasi yaitu metroragia; 4) gangguan lain yang ada hubungannya
dengan menstruasi yaitu dismenorea (Manuaba, 2003).
Menoragia merupakan perdarahan menstruasi yang berlangsung lebih
dari delapan sampai sepuluh hari dengan perdarahan yang keluar dari 80
ml (Chandran, 2008). Hipomenorea merupakan perdarahan menstruasi
yang berlangsung kurang dari tiga hari dengan perdarahan kurang dari
normal (Manuaba, 2003). Polimenore merupakan siklus kurang dari 20
hari. Oligomenore siklus diatas 35 hari (Manuaba, 2003). Amenore dibagi
menjadi 2 golongan yaitu amenore primer dan amenore sekunder,
amenore primer merupakan tidak terjadi menstruasi sampai usia 16 tahun
atau sampai usia 14 tahun dengan perkembangan pubertas yang tidak
normal. Amenore sekunder merupakan gangguan siklus menstruasi yang
ditandai dengan terlambatnya periode menstruasi selama 3 bulan berturutturut. Amenore sekunder lebih sering terjadi daripada amenore primer,
yang disebabkan karena disfungsi dari Hypothalamic-pituitary-ovarian
(HPO) aksis (Chandran, 2008). Metroragia merupakan jumlah perdarahan
tidak teratur, tidak bersifat siklik dan sering berlangsung lama. Keadaan
ini biasanya disebabkan oleh kondisi patologik didalam uterus atau organ

14

genetalia interna (Manuaba, 2003). Dismenore merupakan nyeri pada
waktu menstruasi (Llewellyn, 2001).

B. Dismenore
1. Pengertian
Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit atau
menyakitkan atau tidak normal. Meno berarti bulan dan rrhea yang berarti
aliran. Dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau
nyeri menstruasi (Karim, 2009 dalam Dyah, 2010).
Dismenore merupakan nyeri di perut bagian bawah, menyebar
kedaerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau
bersama-sama dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk
beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari
(Wiknjosastro, 2007).
Badziad (2003) juga mengemukakan dismenore merupakan nyeri saat
menstruasi yang terasa di perut bagian bawah dan muncul sebelum,
selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat terus menerus.
Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang
menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat
pada abdomen bagian bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha.
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff
(2005) sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah
sering bersamaan dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit

15

kepala, mual, muntah, diare dan tremor. Jadi dismenore dapat disimpulkan
rasa nyeri pada saat menstruasi yang terasa di perut bagian bawah,
menyebar ke bagian pinggang, dan paha.
2. Klasifikasi
Simanjuntak (2008) mengungkapkan bahwa dismenore terbagi dua
macam, yaitu
a. Dismenore primer
Dismenore primer nyeri menstruasi tanpa kelainan pada alat-alat
genital yang nyata (Holder, 2009). Dismenore primer terjadi sejak usia
pertama kali datangnya haid yang disebabkan oleh faktor intrisik
uterus dan berhubungan erat dengan ketidakseimbangan hormon
steroid seks ovarium, yaitu karena produksi hormon prostaglandin
yang berlebih pada fase sekresi yang menyebabkan perangsangan pada
otot-otot polos endometrium (Badziad, 2003).
Bobak (2004) mengemukakan dismenore primer terjadi, jika
tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan keenam sampai tahun
kedua setelah menarke. Pada jenis dismenore ini biasanya nyeri akan
hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan
pervagina.
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi yang
dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti endometriosis, penyakit
radang panggul pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus,

16

dan polip uterus. Penggunaan alat kontrasepsi berupa intrauterine (IUD)
juga dapat merupakan penyebab dismenore sekunder (Bobak, 2004).
Dismenore sekunder atau dismenore didapat jarang sekali terjadi sebelum
usia 25 tahun (Llewellyn, 2001).
3. Penyebab dan Faktor Resiko
Dismenore primer disebabkan oleh beberapa faktor menurut Simanjuntak
(2008), yaitu:
a. Faktor kejiwaan
Dismenore

primer

banyak

dialami

oleh

remaja

yang

mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan
dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan
psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya
gangguan menstruasi seperti dismenore.
b. Faktor kontitusi
Faktor konstitusi erat hubungannya dengan faktor kejiwaan
sebagai penyebab timbulnya keluhan dismenore primer, karena faktor
ini menurunkan ketahan seseorang terhadap rasa nyeri.
c. Faktor endokrin
Faktor endokrin dismenore primer merupakan akibat dari
kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai
hubungan dengan tonus dan kontraksi otot usus (Simanjuntak, 2008).
Hal yang paling utama yang menyebabkan dismenore primer

17

hubungannya dengan faktor endokrin adalah hormone estrogen,
progesterone, dan prostaglandin. Saat menjelang ovulasi, hormone
estrogen akan turun diikuti kenaikan hormone progesterone (Guyton
dan Hall, 2007). Pelepasan prostaglandin oleh endometrium terutama
prostaglandin yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos uterus. Jika
jumlah prostaglandin yang dihasilkan berlebihan dan dilepaskan ke
dalam sirkulasi atau peredaran darah, maka selain dismenore disertai
gejala-gejala umum, seperti diare, nausea, muntah, dan flushing
(Simanjuntak, 2008).
Dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi patologik yang
terindetifikasi atau kondisi Iatrogenik di uterus, tuba, ovarium, atau
pada peritoneum pelvis. Nyeri ini umumnya terasa saat proses-proses
patologik tersebut mengubah tekanan didalam atau disekitar pelvis,
mengubah atau membatasi aliran darah, atau menyebabkan iritasi di
peritoneum pelvis. Penyebab dari dismenore sekunder bisa dibagi 2
macam secara garis besar meliputi penyebab intrauterine yaitu
adenomiosis, mioma, polip endometrium, dan IUD. Penyebab
ekstrauterin yaitu endometrium, tumor, dan inflamasi (Smith, 2003).
Terdapat banyak hal yang menjadi faktor risiko dismenore primer dan
dismenore sekunder. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor risiko dismenore primer
French (2005) mengemukakan ada beberapa faktor risiko yang
menimbulkan dismenore meliputi: usia kurang dari 20 tahun, usah

18

untuk mengurangi berat badan, depresi atau ansietas, nuliparitas,
merokok, riwayat keluarga, dan lama periode menstruasi panjang.
2) Faktor risiko dismenore sekunder
Calis (2009) mengemukakan beberapa faktor resiko yang
menimbulkan

dismenore

sekunder

meliputi:

endometriosis,

penyakit inflamasi pelvis, dan kista.
4. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya dismenore masih belum jelas karena banyak
faktor yang menjadi penyebabnya (Junizar, 2001). Dismenore terjadi
selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa (PGF₂α)
disekresi. Pelepasan PGF₂α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan
frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus,
sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat
siklik. Respon sistemik terhadap PGF₂α meliputi nyeri punggung,
kelemahan, keluar keringat, gejala saluran cerna (anoreksi, mual, muntah,
dan diare), dan gejala sistem saraf pusat (sinkop, pusing, nyeri kepala, dan
kontraksi buruk) (Bobak, 2004).
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dismenore primer meliputi rasa nyeri yang mulai
dirasakan beberapa jam setelah menstruasi dan memuncak ketika aliran
darah yang keluar menjadi berat selama hari pertama atau hari kedua
selama siklus menstruasi, dan nyeri terpusat di daerah suprapubik dan

19

menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha (Slap, 2003). Adapun
tanda dan gejala dismenore lainnya meliputi mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, sakit kepala, sakit punggung, nyeri kaki, kelemahan, diare,
sulit tidur, pusing, gelisah, dan depresi (Harel, 2002). Pinkerton (2010)
menambahkan tanda dan gejala dismenore adalah nyeri tajam, berdenyut,
dapat menyebar sampai ke kaki, sakit kepala, mual, sembelit atau diare,
sakit punggung bawah, dan kadang terjadi muntah. Pada kasus berat, nyeri
kram dapat disertai anoreksia ,mual, muntah, diare, pusing, sinkop, nyeri
kepala, dan konsentrasi buruk (Bobak, 2004) dan menyebabkan seseorang
pingsan (Abbaspour, 2006).
Tanda dan gejala dari dismenore sekunder yaitu nyeri kram yang khas
mulai 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, dan nyerinya mencapai
puncak dan berlangsung selama 2 hari atau lebih (Llewellyn, 2001).
6. Penatalaksanaan
Bobak (2004)mengungkapkan bahwa terdapat beberapa cara dalam
menangani dismenore, untuk membantu mengurangi rasa nyeri menstruasi
dapat dilakukan dengan cara non farmakologi dan farmakologi, yaitu :
a. Non farmakologi
1) Kompres air hangat
Pemberian pengompresan air hangat dapat membantu merelaksasikan
otot-otot dan sistem saraf, dapat juga dilakukan untuk menurunkan
nyeri. Respon fisiologis yang ditimbulkan dari teknik ini adalah
vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah, sehingga dapat

20

meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang sakit dan mampu
menurunkan viskositas yang dapat mengurangi ketegangan otot,
dengan respon tersebut dapat meningkatkan relaksasi otot dan
menurunkan nyeri (Bobak, 2004).
2) Olah raga cukup dan teratur seperti joging, lari dan senam serta
menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat atau tidur. Olah
raga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar hormon
endorfin yang berperan sebagai naturalpain killer (Bobak, 2004).
3) Pengobatan herbal, nyeri haid dapat diatasi dengan minum jamu.
Jamu nyeri menstruasi yang sering digunakan banyak mengandung
simplisia yang berkhasiat sebagai anti nyeri, anti radang, serta anti
spasmodic (anti kejang otot). Simplisia dapat diperoleh di bumbu
dapur, misalnya kunyit, buah asam, dan kayu manis. Pembuatannya
akan diolah seperti jamu (Wijayakusuma, 2008).
4) Teknik relaksasi napas yaitu menarik nafas dalam dari hidung dan
perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut. Hal ini dapat
meningkatkan oksigenasi darah, menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan (Smeltzer, 2002).
b. Farmakologi
1) Obat analgetik
Obat analgetik diberikan sebagai terapi simptomatik. Obat
analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri seperti preparat
kombinasi aspirin, fenasetin dan kefein (Winjosastro, 2005).

21

2) Terapi NSAIDS
Terapi (NSAIDS) Non-Steroid-Anti-Inflammatory Drugs/ Obat
non-steroid anti prostaglandin, NSAIDS ini sering digunakan dan
memegang peranan penting terhadap dismenore primer. Untuk
mengatasi dismenore biasanya menggunakan obat-obat sejenis
prostaglandin inhibitor yaitu dengan NSAID (Non Steroidal Antiinflammatory Drugs) yang menghambat produksi dan kerja
prostaglandin. Obat itu termasuk formula ibuprofen dan naproksen
(Winjosastro, 2005).
3) Pengobatan hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore dan lebih
tepat diberikan pada wanita yang ingin menggunakan alat KB
berupa pil. Jenis hormon yang diberikan yaitu pil kontrasepsi
(Winjosastro, 2005).

C. Remaja
1. Pengertian
Remaja berasal dari bahasa latin yaitu tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Menurut Piaget mengatakan secara psikologis, masa remaja
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 2004).

22

Batasan usia remaja menurut Depkes (2008) seseorang dikatakan
remaja jika telah berusia 11 sampai 19 tahun. Menurut BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia
remaja adala pada usia 10 sampai 21 tahun. Menurut Hurlock (2007)
remaja adalah usia 12 sampai 18 tahun. Dapat disimpulkan batasan usia
remaja pada rentang usia 10 sampai dengan 21 tahun.
2. Pembagian masa remaja
Masa remaja akan melewati tahapan sebagai berikut; 1) masa remaja
awal/dini (early adolescence) dengan umur 11 sampai 13 tahun; 2) masa
remaja pertengahan (middle adolescence) dengan umur 14 sampai 16
tahun; dan 3) masa remaja lanjut (late adolescence) dengan umur 17
sampai 20 tahun (Soetjiningsih, 2004).
Tahapan perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tingkatan menurut
Sarwono (2008) yaitu:
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Masa remaja awal ditandai dengan lengkapnya pertumbuhan
pubertas, timbulnya ketrampilan-ketrampilan berpikir yang baru,
peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan
keinginan untuk meningkatkan jarak emosional dan psikologis dengan
orang tua.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Pada tahap ini sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang
kalau banyak teman yang menyukai . ada kecenderungan “narcistic”,

23

yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. selain itu, ia berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang
mana, peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
pesimis, idealis atau materialis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence )
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima yaitu: 1) Minat yang makin mantap
terhadap fungsi-fungsi intelek, 2) Egonya mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman
baru, 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, 4)
Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri), 5)
Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
3. Perkembangan Remaja
Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek
yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan (Dariyo,
2004), yaitu:
1) Perkembangan fisik
Remaja mengalami masa pertumuhan yaitu pertumbuhan fisik
yang sangat pesat, yang ditandai oleh ciri-ciri perkembangan pada
masa pubertas. Otot-otot tubuh mengeras, tinggi dan berat badan
meningkat cepat, begitu pula dengan proporsi tubuh yang semakin

24

mirip dengan tubuh orang dewasa, termasuk juga fungsi seksualnya.
Hal ini disebabkan karena adanya proses biologisyang berkaitan
dengan

perubahan

perempuan

hormonal

mengalami

didalam

menarche,

tubuh

yaitu

remaja.

menstruasi

Remaja
pertama,

sedangkan putra mengalami spermarche, yaitu pertama kalinya cairan
sperma keluar, yang umumnya saat tidur. Pada remaja perempuan
tumbuh payudara, muncul rambut di sekitar alat kelamin, jaringan
lemak mulai menebal terutama dibagian lengan, paha, pinggul dan
perut. Pada remaja putra, ukuran alat kelaminnya sudah mencapai
ukuran orang dewasa, muncul rambut di sekitar alat kelamin, rambut
di ketiak, kaki, dada (tidak pada semua laki-laki), terjadi perubahan
pita suara sehingga suara jadi lebih berat dan besar (Dariyo, 2004).
2) Perkembangan kognitif
Perkembangan

kognitif,

menurut

Piaget,

perkembangan

kognitif pada remaja memasuki tahap operasional formal yang
ditandai dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, idealis, dan logis.
Dalam memecahkan masalah, ia mampu melakukan penalaran
dedukatif, yaitu penalaran terhadap beberapa premis yang kemudian
mengambil suatu kesimpulan. Selain itu, cara berpikirnya pun seperti
ilmuwan, yang oleh Piaget disebut dengan istilah hypotheticodeductivereasoning,

yaitu

membuat

perencanaan,

memecahkan

masalah secara sistematis dan melakukan pengetesan terhadap solusi
yang diambil (Dariyo, 2004).

25

3) Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial hubungan remaja dengan orang
tuanya mulai berpindah ke teman sebaya. Hubungan interpersonal
dengan peer-group menjadi intensif karena penerimaan oleh teman
sebaya menjadi sangat penting bagi remaja. Teman sebaya merupakan
tempat berbagi perasaan dan pengalamannya. Mereka juga menjadi
bagian dari proses pembentukan identitas diri. Muncul pula suatu
gejala konformitas, yaitu tekanan dari kelompok sebaya (peer), baik
nyata ataupun tidak (hanya persepsi si remaja itu sendiri), sehingga ia
mengadopsi sikap atau prilaku orang lain seperti pemimpin kelompok
dan anggota kelompok tersebut (Dariyo, 2004).

D. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang dtujukan
untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga,
dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Dermawan,
2008). Pendidikan kesehatan merupakan gambaran penting dan bagian
dari

peran

perawat

profesional

dalam

upaya

pencegahan

dan

penanggulangan penyakit (Nursalam, 2008). Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah usaha atau
kegiatan untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal.

26

Green (1980) mengungkapkan kegiatan pendidikan kesehatan
ditujukan kepada tiga faktor, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan dalam faktor –faktor predisposisi.
Pendidikan

kesehatan

ditujukan

untuk

mengubah

kesadaran,

memberikan dan meningkatkan pengetahuan sasaran pendidikan
kesehatan

yang

menyangkut

tentang

pemeliharaan

kesehatan,

peningkatan kesehatan individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.
b. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor pemungkin (enabling)
Pendidikan kesehatan dipengaruhi faktor enabling atau kemungkinan
diantaranya sarana dan prasarana kesehatan bagi sarana pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan
bimbingan pelatihan dan bantuan teknis lainnya yang dibutuhkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
c. Pendidikan kesehatan dalam faktor –faktor penguat (reinforcing)
Faktor-faktor reinforcing ini antara lain tokoh agama, tokh masyarakat,
dan petugas kesehatan. Pemberian pelatihan pendidikan kesehatan
ditujukan kepada masyarakat dan petugas kesehatan. Individu,
keluarga, kelompo, dan masyarakat akan menjadikan mereka teladan
dalam bidang kesehatan. Perubahan perilaku hidup sehat akan lebih
mudah tercapai jika yang memberikan pendidikan kesehatan adalah
orang yang diyakini kebenaran atas perkataan , sikap, dan perilakunya.
Ruang lingkup dalam pendidikan kesehatan sangat luas karena mencakup
segi kehidupan masyarakat. Aspek yang mendasari pendidikan kesehatan

27

adalah

kesehatan,

tempat

pelaksanaan,

dan

tingkat

pelayanan

(Notoatmodjo, 2007). Dimensi sasaran merupakan kelompok pendidikan
kesehatan yang dibedakan berdasarkan sasarannya yaitu, sasaran
individu, kelompok, dan masyarakat luas. Dimensi tempat pelaksana
merupakan dimensi yang menyesuaikan antara sasaran dengan tempat
pelaksanaanya, contoh pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran
murid.

Sedangkan

dimensi

tingkat

pelayanan

kesehatan

adalah

pendidikan kesehatan yang dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan
yaitu promosi kesehatan, perlindungan khusus, pengobatan segera,
pemberatasan kecacatan, dan rehabilitas.
2. Pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan. Pendidikan
kesehatan adalah penunjang bagi terlaksananya program-program
kesehatan lainnya. Perubahan peri

Dokumen yang terkait

Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat

4 13 127

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat

9 42 134

Gambaran status gizi dan asupan protein pada anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat 2015

1 31 71

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE PEER GROUP TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP NAPZA

0 3 79

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE MELALUI MEDIA BOOKLET TERHADAP TINGKAT Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenore Melalui Media Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Perilaku, Dan Daya Terima Siswi Di Smk Surakarta.

1 3 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Penanganan Dismenore Di Smpn 2 Kartasura.

0 4 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Penanganan Dismenore Di Smpn 2 Kartasura.

0 4 8

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Penanganan Dismenore Di Smpn 2 Kartasura.

0 5 5

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Penanganan Dismenore Di Smpn 2 Kartasura.

0 2 18

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP NEGERI 2 TANJUNGSARI SUMEDANG

0 0 7