Gambaran status gizi dan asupan protein pada anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat 2015
GAMBARAN STATUS GIZI DAN ASUPAN PROTEIN
PADA ANAK USIA 13-15 TAHUN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
DISUSUN OLEH :
Nuraisah Septiarini
NIM : 1112103000059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan, kesehatan, dan kesemangatan senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan ke jungjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Arif Sumantri SKM Mkes selaku dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah, M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, Ph.D selaku pembantu dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. dr. Yanti Susianti, Sp. A (K) selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. dr. Achmad Luthfi, Sp. B-KBD selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian ini.
6. Mama dan Papa atas doa, dukungan, motivasi, saran yang tidak pernah berhenti diberikan untuk penulis baik untuk penelitian ini maupun segala studi yang sedang penulis jalani.
7. Mbak Ima dan Oki yang selalu membuat semangat kembali ketika penulis sedang mengalami fase jenuh terhadap penelitian ini.
8. Teman-teman sekelompok, Safira dan Fajr, yang sudah memberikan waktunya untuk mengerjakan penelitian ini bersama-sama dan selalu memberikan semangat ketika penulis sedang depresi.
9. Seluruh penghuni Rumah Kontrakan Puri Laras 2, Adlina Zahra, Imtiyazi Nabila, Arvionita Utami, Sarah Attauhidah, dan Aiefa Asyifa yang sudah membantu saya.
10. M. Zikri dan Lulu Zakiah yang mulai dari perancangan judul hingga sampai sebelum mengolah data sudah memberikan pelajaran yang berharga untuk saya. 11. Seluruh teman sejawat PSPD 2012 tersayang yang tidak pernah berhenti
memberikan semangat untuk selalu berjuang belajar disini. Semoga setelah tiga tahun bersama membuat kekompakan ini semakin erat hingga menjadi dokter nanti.
(6)
vi
Ciputat, 1 Oktober 2015
(7)
vii ABSTRAK
Nuraisah Septiarini. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Status Gizi dan Asupan Protein pada Anak Usia 13-15 Tahun di Madrasah
Pembangunan Tsanawiyah Ciputat 2015
Latar Belakang: Angka prevalensi gizi kurang dan buruk di Indonesia dari hasil riskesdas 2013 adalah sebesar 11,1%, angka ini naik dari hasil riskesdas 2010 yang menyatakan bahwa prevalensi gizi kurang dan buruk di Indonesia adalah sebesar 10,1%. Asupan nutrisi protein yang kurang menjadi salah satu faktor status gizi buruk.
Metode: Penelitian ini memakai pendekatan potong lintang dengan sampel sebanyak 52 dan bertempat di Ciputat. Pengambilan sampel memakai random sampling. Kuisioner yang dipakai adalah Food Frequency Questionnaire. Pengukuran antropometri menggunakan timbangan dan alat ukur tinggi badan digital bermerek SECA. Hasil data diolah menggunakan SPSS 21.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan status gizi terbanyak untuk anak Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat adalah status gizi baik. Asupan protein anak Madrasah Pembangunan tergolong kurang.
Saran: Disarankan untuk lebih sering memakan makanan sumber protein seperti ikan, tahu, dan tempe.
Kata Kunci : Status Gizi, Asupan Protein, Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat
ABSTRACT
Nuraisah Septiarini. Physician Education Courses. Description of Nutritional Status and Protein Intake of Children Aged 13-15 Years in Madrasah
Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat 2015.
Background: The prevalence of malnutrition and severe malnutrition in Indonesia according to Riskesdas 2013 was 11.1%, the result has increased from riskesdas 2010 which states that the prevalence of malnutrition and severe malnutrition in Indonesia is 10.1%. Nutritional intake is one factor that contributes to malnutrition and severe malnutrition status.
Methods: The study used cross sectional approach with a sample of 52 in Ciputat. Samples were put on random sampling. Questionnaire used is the Food Frequency Questionnaire. Anthropometric measurements using scales and height measuring devices branded digital SECA. The data were analyzed using SPSS 21. Results: The results showed the nutritional status of children at Madrasah Pembangunan Tsanawiyah is a normal nutritional status. Protein intake is less than normal intake among children.
Suggestion: It is recommended to eat more frequent food sources of protein such as fish, tofu, and tempeh.
Keywords: Nutritional status, intake of protein, Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat.
(8)
viii
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 1.4.1 Manfaat untuk Masyarakat ... 4
1.4.2 Manfaat untuk Institusi Pendidikan ... 4
1.4.3 Manfaat untuk Peneliti ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Protein ... 5
2.2 Sumber Protein ...10
2.3. Faktor yang mempengaruhi status gizi ... 12
2.4 Indeks Antropometri ... 12
(9)
ix
2.6. Definisi Operasional ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.3. Populasi dan Sampel ... 21
3.3.1. Variabel Penelitian... 22
3.3.2. Kriteria Inklusi ... 22
3.3.3. Kriteria Eksklusi ... 23
3.4. Cara Kerja Penelitian ... 23
3.4.1 Pengumpulan data ... 23
3.4.1.1 Data Umum ... 23
3.4.1.2 Data Antropometri ... 23
3.4.1.3 Data Konsumsi Makanan ... 24
3.4.2 Alur penelitian ... 25
3.5. Manajemen Data ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran Sosio Demografik Subyek ... 27
4.2. Sebaran Status Gizi Subyek ... 28
4.3. Sebaran Asupan Protein ... 28
4.4. Pembahasan ... 29
4.5. Kekurangan Penelitian ... 31
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 32
5.2. Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi asam amino menurut esensial, esensial bersyarat, dan
tidak esensial ... 5
Tabel 2.2 Jenis asam amino ... 6
Tabel 2.3 Nilai protein berbagai bahan makanan ... 11
Tabel 2.4 Kategori Indeks Massa Tubuh Menurut Asia Pasifik ... 13
Tabel 2.5 Kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000 untuk menentukan status gizi ... 14
Tabel 2.6 Klasifikasi status gizi menurut indikator IMT/U ... 15
Tabel 2.7 Definisi Operasional ... 20
Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin dan umur . 27 Tabel 4.2 Sebaran Berat Badan dan Tinggi Badan ... 27
Tabel 4.3 Sebaran subyek berdasarkan klasifikasi indikator status gizi ... 28
Tabel 4.4 Sebaran subyek berdasarkan asupan protein ... 28
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penyebab Kurang Gizi ... 2 Gambar 2.1 Struktur molekul asam amino ... 7 Gambar 2.2 Struktur Protein ... 8
(12)
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori... 18 Bagan 2.2 Kerangka konsep ... 19 Bagan 3.4.2 Alur Penelitian ... 25
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kode Etik ... 37
Lampiran 2 Hasil ... 38
Lampiran 3 Lembar Informed Consent ... 42
Lampiran 4 Kuisioner ... 45
(14)
xiv
DAFTAR SINGKATAN
CDC : Center of Disease Control
BB/PB : Berat badan menurut panjang badan BB/TB : Berat badan menurut tinggi badan BB/U : Berat badan menurut umur
FFQ : Food Frequency Questionnaire
NCHS : National Center for Health Statistic
IMT/U : Indeks masa tubuh menurut umur ISPA : Infeksi saluran pernapasan atas Riskesdas : Riset kesehatan dasar
TB/U : Tinggi badan menurut umur
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangGizi, yang dalam bahasa Inggris disebut nutrition, berasal dari bahasa Arab ghidza yang artinya adalah makanan, sedangkan menurut dialek Mesir, gizi dibaca ghizi. Gizi (nutrisi) adalah suatu proses organisme hidup mendapatkan dan menggunakan makanan untuk menyokong keberadaan mereka. Di dalam nutrisi terdapat berbagai macam nutrien yang beraneka ragam pula fungsinya.¹
Secara tradisional definisi nutrien adalah zat yang terkandung dalam suatu makanan yang dibutuhkan atau digunakan oleh tubuh sebagai energi, struktur, regulasi, atau reaksi kimia.1 Sebagai contoh, karbohidrat dan protein menyediakan energi sebagai bahan bakar untuk aktivitas tubuh kita. Kalsium dan fosfor adalah zat yang penting untuk tulang dan gigi kita, dan vitamin-vitamin yang sangat esensial untuk reaksi kimia melindungi sel-sel dari efek kerusakan yang ditimbulkan oleh cahaya matahari dan polusi udara. Masih banyak lagi zat-zat di makanan yang dapat menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung.¹
Seperti penjabaran di atas, gizi sangat penting untuk kehidupan kita. Jika salah satu komponen dari gizi tidak terpenuhi akan menyebabkan penyakit gizi kurang, salah satunya adalah marasmus.¹ Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan gizi tidak terpenuhi dengan optimal di dalam tubuh kita. Faktor-faktor tersebut tercantum dalam gambar 1.
Salah satu faktor masalah gizi adalah konsumsi asupan makanan yang tidak seimbang. Kurangnya konsumsi makanan akan membuat tubuh seseorang tidak mendapatkan energi dan bahan bakar sehingga sel imun akan melemah dan pada akhirnya akan mempermudah terjadi infeksi. Kurangnya konsumsi makanan juga akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga akan mempengaruhi status gizi anak tersebut.²
(16)
Gambar 1. Penyebab Kurang Gizi
(Sumber : Unicef, 1998)2
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 untuk provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, prevalensi status gizi anak umur 6-12 tahun berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu sangat pendek 9,4% , pendek 14,5% , dan normal 76,1%. Prevalensi status gizi anak umur 6-12 tahun berdasarkan indeks massa tubuh (IMT/U) adalah sangat kurus 4,4% , kurus 6,5% , normal 76,3% , dan gemuk 12,8%. Masih di provinsi DKI Jakarta, prevalensi status gizi anak umur 13-15 tahun berdasarkan TB/U adalah sangat pendek 4,7% , pendek 15,4% , normal 79,9%. Prevalensi status gizi anak umur 13-15 tahun berdasarkan IMT/U yaitu sangat kurus 3,5% , kurus 6,1% , normal 86,1% , dan gemuk 4,2%.³
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi pendek pada remaja adalah 35,1% (13,8% sangat pendek dan 21,3% pendek). Prevalensi kurus terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus dengan jumlah total 11,1%. Berdasarkan data Riskesdas 2010, rata-rata penduduk umur 13-15 tahun yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal adalah 38,1 persen.4
Salah satu jurnal di Semarang menyebutkan, World Health Organization
(WHO) memperkirakan 55% kematian anak di dunia disebabkan oleh malnutrisi. Menurut analisis data, jumlah balita gizi buruk berdasarkan nilai z-score berat
(17)
3
badan menurut umur sebesar <-3 SD di Indonesia mencapai puncaknya 11,6% tahun 1995. Laporan jumlah balita gizi buruk di Kota Semarang berdasarkan nilai
z-score berat badan menurut tinggi badan pada tahun 2007 sebesar 1,57 %.5
Berdasarkan data dari hasil Riskesdas dan jurnal tersebut, banyak anak yang berumur 13-15 tahun yang menderita kurang gizi dan banyak yang mengkonsumsi protein dalam jumlah sedikit. Peneliti ingin melihat prevalensi status gizi dan asupan protein anak usia 13-15 tahun di salah satu sekolah di wilayah Ciputat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah status gizi anak Madrasah Pembangunan Tsanawiyah usia 13-15 tahun pada tahun 2015 termasuk dalam status gizi normal?
2. Apakah asupan protein anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah pada tahun 2015 sudah mencukupi Angka Kebutuhan Gizi protein berdasarkan asupan kalori perhari?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum penelitian
Mengetahui status gizi anak usia 13-15 tahun serta sebaran status gizi dan asupan protein di Madrasah Pembangunan Ciputat.
1.3.2 Tujuan khusus penelitian
1. Mengetahui sebaran karakteristik jenis kelamin dan umur anak usia 13-15 tahun
2. Mengetahui status gizi anak usia 13-15 tahun berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U di Ciputat pada tahun 2015.
3. Mengetahui asupan protein pada anak usia 13-15 tahun di Ciputat pada tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
(18)
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
1. Menghasilkan data mengenai status gizi anak usia 13-15 tahun. 2. Menghasilkan data mengenai asupan protein pada anak usia 13-15
tahun.
3. Memberikan edukasi terkait asupan protein yang seharusnya dikonsumsi dan akibatnya jika kekurangan dan kelebihan asupan protein.
4. Memberikan edukasi tentang status gizi yang normal untuk anak usia 13-15 tahun.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
1. Perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Sarana dalam menjalin kerjasama antara staf pengajar, mahasiswa, pimpinan fakultas, dan universitas.
3. Menambah karya penelitian.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti
1. Sebagai pemenuhan tugas skripsi di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai sarana pelatihan dan pembelajaran melakukan suatu penelitian dalam bidang kesehatan.
3. Sebagai sarana pembelajaran dalam mengaplikasikan ilmu statistik. 4. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu gizi kepada anak-anak. 5. Sebagai sarana latihan dalam menerapkan ilmu komunikasi efektif. 6. Sebagai sarana untuk memberikan edukasi terkait status gizi dan
asupan protein menurut AKG kepada anak usia 13-15 tahun dan orangtuanya.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ProteinProtein berasal dari kata Yunani yaitu proteos (yang utama atau yang didahulukan). Protein tersusun dari kumpulan asam amino yang terikat secara kovalen yang disebut ikatan peptida.6 Jika dilihat dari penyusun protein, terdapat protein sederhana dan protein kompleks.7 Protein yang penyusunnya hanya terdiri dari asam amino saja disebut protein sederhana, sedangkan protein yang dibentuk oleh bahan selain asam amino (contohnya turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat) disebut sebagai protein kompleks.7
Asam amino sendiri terbagi menjadi dua, yaitu asam amino esensial dan asam amino nonesensial. Diketahui bahwa terdapat dua puluh jenis asam amino yang terbagi menjadi sembilan asam amino esensial (asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dan sumbernya harus dari luar tubuh contohnya makanan) dan sebelas asam amino nonesensial (disintesis oleh tubuh dan diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh). Asam amino nonesensial dikelompokkan menjadi asam amino esensial bersyarat dan asam amino yang tidak esensial.8
Tabel 2.1 Klasifikasi asam amino menurut esensial, esensial bersyarat, dan tidak esensial
Asam Amino
Esensial Esensial bersyarat Tidak esensial
Leusin Prolin Alanin
Isoleusin Serin Asam glutamat
Valin Arginin Glutamin
Triptofan Tirosin Asam aspartat
Fenilalanin Sistein Asparagin
Metionin Glisin
Treonin Lisin Histidin
(20)
Untuk asam amino, terdapat 20 macam asam amino, berikut adalah tabelnya.
Tabel 2.2 Jenis asam amino
Asam Amino Simbol satu-huruf Simbol tiga-huruf
Alanin A Ala
Arginin R Arg
Asparagin N Asn
Asam aspartat D Asp
Sistein C Cys
Glutamin Q Gln
Asam glutamat E Glu
Glisin G Gly
Histidin H His
Isoleusin I Ile
Leusin L Leu
Lisin K Lys
Metionin M Met
Fenilalanin F Phe
Prolin P Pro
Serin S Ser
Treonin T Thr
Triptofan W Trp
Tirosin Y Tyr
Valin V Val
(21)
7
Berikut adalah struktur molekul 20 asam amino
Gambar 2.1 Struktur molekul asam amino (Sumber : Yuwono, 2010)9
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada 4 kelas, yaitu struktur primer, strukter sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener. Struktur primer menyatakan susunan linear asam-asam amino sepanjang rantai polipeptida. Struktur sekunder menggambarkan pola pelipatan (folding) bagian-bagian polipeptida ke dalam struktur yang teratur, misalnya heliks dan lembaran terlipat-β (β-pleated sheet). Struktur tersier menggambarkan pelipatan bagian-bagian antara heliks-α dan lembaran-β serta semua interaksi nonkovalen yang menyebabkan terjadinya pelipatan yang sesuai pada suatu rantai polipeptida. Contoh interaksi nonkovalen tersebut antara lain ikatan hidrogen, ikatan
(22)
hidrofobik, dan interaksi van der Waals. Struktur yang terakhir, yaitu struktur kuartener, menunjukkan interaksi nonkovalen yang mengikat beberapa rantai polipeptida ke dalam satu molekul tunggal protein, contohnya hemoglobin. 9
Gambar 2.2 Struktur Protein 6 (Sumber : Susan, 2006)6
Protein sebagai makromolekul berperan sangat besar di dalam tubuh kita, berikut adalah contoh fungsi protein.9
1. Sebagai katalisator reaksi-reaksi biokimia dalam sel
Protein dalam fungsi ini adalah sebagai enzim. Reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim dimulai dari reaksi-reaksi sederhana contohnya hidrasi karbon dioksida sampai reaksi kompleks misalnya replikasi kromosom. Reaksi yang memakai enzim akan berjalan jauh lebih cepat dibandingkan reaksi yang tidak memakai enzim.9
(23)
9
2. Sebagai pengangkut molekul-molekul kecil dan nutrisi
Molekul-molekul kecil seperti contohnya oksigen dibawa oleh protein yaitu hemoglobin. Sistem pengangkutan nutrien juga melibatkan protein pengangkut tertentu yang dikenal dengan sebutan enzim permease baik melalui mekanisme facilitated difusion atau transpor aktif. Untuk contohnya, molekul karbon laktosa diangkut ke dalam sel bakteri E. Coli menggunakan suatu protein pengangkut tertentu yaitu enzim permease laktosa, suatu enzim yang sintesisnya dikode oleh gen
lac. 9
3. Mempunyai peran di dalam sistem pergerakan yang terkoordinasi Saat kontraksi otot terjadi (penyusunnya terdiri dari troponin I dan troponin T), pergerakan kromosom menuju kutub-kutub sel selama proses mitosis, maupun pergerakan flagela bakteri maka terjadilah pergerakan sel dan otot yang semuanya dipelopori oleh bahan protein.9,10
4. Komponen sistem kekebalan tubuh
Protein di sini berperan sebagai antibodi yang bertugas melawan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.9,11
5. Feromon
Pada jasad eukariot tingkat rendah (contohnya khamir Saccharomyces cerevisiae) menghasilkan molekul berukuran kecil yang disekresikan ke luar sel. Khamir haploid Saccharomyces cerevisiae mempunyai dua macam tipe mating yaitu tipe a dan tipe α. Kedua macam tipe sel
khamir tersebut akan menghasilkan suatu feromon berbeda yang digunakan untuk menarik sel dengan tipe mating yang berbeda sehingga pada akhirnya akan terjadi konjugasi. Feromon yang dibicarakan di sini tak lain dan tak bukan adalah protein. 9
(24)
6. Pengatur ekspresi genetik
Proses replikasi, transkripsi, dan translasi yang berlangsung di dalam sel diatur oleh bermacam-macam protein, baik yang berupa protein regulator maupun protein katalisator. 9
7. Penerus impuls saraf
Protein reseptor seperti misalnya rhodopsin merupakan contoh protein yang mempunyai peranan penting untuk meneruskan suatu stimulus tertentu ke sel saraf. 9
8. Komponen pendukung kekuatan-regang (tensile strength)
Contoh yang dimaksud di sini adalah protein kolagen pada kulit dan tulang. 9
9. Bahan metabolisme
Protein dapat berperan sebagai bahan bakar untuk metabolisme jika keperluan energi tubuh tidak tercukupi dengan karbohidrat ataupun lemak.8
2.2 Sumber protein
Protein hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati tertinggi dalam mutu ataupun nilai biologi.8
Padi-padian dan hasilnya relatif rendah dalam protein, akan tetapi karena dikonsumsi dalam jumlah besar setiap hari maka padi-padian dan hasilnya memberikan sumbangan besar dalam konsumsi protein per hari. Menurut catatan Biro Pusat Statistik, rata-rata 51,4% konsumsi protein penduduk sehari berasal dari padi-padian. Protein hewani kaya dalam protein bermutu tinggi tetapi dalam
(25)
11
konsumsinya hanya mencapai angka 18,4% rata-rata konsumsi protein penduduk Indonesia.8
Kacang-kacangan merupakan bahan makanan nabati yang kaya akan protein. Kontribusinya terhadap konsumsi protein berkisar 9,9%. Sayur dan buah-buahan rendah akan protein dan kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein adalah 5,3%. Kandungan protein beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel 2.3. 8
Tabel 2.3 Nilai protein berbagai bahan makanan (gram/100 gram).8 Bahan Makanan Nilai Protein
Kacang kedelai 34,9 Kacang merah 29,1 Kacang tanah terkelupas
25,3 Kacang hijau 22,2 Biji jambu monyet (mente)
21,2 Tempe kacang kedelai murni
18,3
Tahu 7,8
Daging sapi 18,8
Ayam 18,2
Telur bebek 13,1
Telur ayam 12
Udang segar 21
Ikan segar 16
Tepung susu skim 35,6 Tepung susu 24,6
(Sumber : Almatsier, 2004)8
Bahan Makanan Nilai Protein
Keju 22,8
Kerupuk udang 17,2 Jagung kuning, pipil
9,2
Roti putih 8
Mie kering 7,9
Beras setengah giling
7,6
Kentang 2
Gaplek 1,5
Ketela pohon (singkong)
1,2 Daun singkong 6,8
Bayam 3,5
Kangkung 3
Wortel 1,2
Tomat masak 1 Mangga
harumanis
(26)
2.3. Faktor yang berpengaruh terhadap status gizi 1. Asupan makanan atau pola konsumsi makan
Kondisi kesehatan gizi seseorang tergantung dari asupan makanan. Asupan makanan yang baik dilihat dari kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang baik.12 2. Infeksi
Infeksi akan mengganggu fungsi metabolisme dan fungsi imun seseorang dan dapat menyebabkan gangguan gizi, contohnya penyakit diare yang disebabkan infeksi. Bahan makanan yang seharusnya dicerna dan diserap bisa hilang pada kondisi diare dan muntah. Infeksi pada saluran pernapasan juga dapat menghilangkan nafsu makan sehingga seseorang menjadi tidak mau makan dan dapat mengakibatkan gangguan gizi. Upaya mencegah terjadinya infeksi dapat mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Schaible & Kauffman
menyatakan hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa penyakit infeksi yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA), diare, dan penyakit paru-paru kronis. Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai.12
3. Sosio Ekonomi
Negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi.12
2.4 Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi, salah satu contohnya adalah indeks masa tubuh (IMT) atau yang disebut Body Mass Index.13
(27)
13
Terdapat dua parameter yang digunakan untuk mengukur IMT, yaitu berat badan dan tinggi badan.
1. Berat badan
Merupakan parameter massa tubuh yang sering digunakan dan bisa digunakan untuk mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air, dan mineral.14
2. Tinggi badan
Parameter ukuran panjang tubuh dan dapat dilihat sebagai parameter pertumbuhan skeletal.15
Indeks massa tubuh dihitung dengan cara berat badan dalam satuan kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.14
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m) Tabel 2.4 Kategori Indeks Massa Tubuh Menurut Asia Pasifik
Kategori IMT (kg/m²)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat
<17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,1 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
≥ 27,0
(Sumber : Riskesdas, 2010)16
Penentuan status gizi untuk anak-anak dilakukan dengan mengukur berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB). Hasil
(28)
pengukuran dimasukkan ke dalam grafik pertumbuhan World Health Organization (WHO) dan Center of Disease and Control (CDC) 2000. Grafik WHO digunakan untuk anak yang berusia kurang dari 5 tahun sedangkan kurva CDC 2000 digunakan untuk anak yang berusia lebih dari 5 tahun. 17 Grafik WHO 2006 mempunyai keunggulan metodologi dan subyeknya berasal dari 5 benua yang mempunyai lingkungan untuk mendukung pertumbuhan optimal dibandingkan grafik CDC 2000. Akan tetapi untuk usia 5-18 tahun menggunakan grafik CDC 2000 karena grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari WHO 2007 adalah smoothing dari National Center for Health Statistic (NCHS) 1981.17
Status gizi yang memakai grafik WHO 2006 menggunakan cut off z-score
dan grafik CDC 2000 menggunakan kriteria Waterlow untuk persentase berat badan ideal.17 Z score yang digunakan kurva WHO adalah nilai rata-rata dari populasi dan nilai z score positif atau negatif adalah nilai standar deviasi dari nilai di atas atau di bawah nilai rata-rata.18 WHO mendeskripsikan status gizi lebih dengan kurva IMT/U antara nilai persentil 85 sampai persentil 95 dan obesitas di atas nilai persentil 95.18 Sedikit berbeda dengan kurva CDC, kurva IMT/U CDC mendeskripsikan status gizi lebih di atas nilai persentil 95 dan status gizi obesitas di atas nilai persentil 97. 18
Tabel 2.5 Kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000 untuk menentukan status gizi
Status gizi BB/TB (%median) BB/TB WHO 2006
IMT CDC 2000
Obesitas > 120 > +3 >P95
Overweight > 110 >+2 hingga +3 SD P85-95
Normal > 90 +2 SD hingga -2
SD
Gizi kurang 70 – 90 <-2SD hingga -3 SD
Gizi buruk < 70 <-3 SD
(29)
15
Untuk anak yang berusia di bawah 2 tahun lebih menggunakan pengukuran BB/TB untuk menghitung status gizi sedangkan anak yang berusia di atas 2 tahun menggunakan indikator IMT/U disebabkan oleh masa pertumbuhan tulang dan komposisi tubuhnya yang berbeda sesuai usia dan jenis kelamin.17 Namun, pada keadaan dimana panjang/tinggi dan berat badan tidak bisa diukur/dinilai secara akurat, misalnya pada kasus spondilitis TB, edema anasarka, organomegali, ataupun kelainan tulang lainnya, pengukuran status gizi menggunakan parameter lain seperti lingkar lengan atas, knee height, dan arm span.17
Tabel 2.6 Klasifikasi status gizi menurut indikator IMT/U
BMI (kg/m2) Classification
≥ 95th
percentile Obese
85th to < 95th percentile Overweight
5th to < 85th percentile Healthy Weight
< 5th percentile Underweight (Sumber : Riskesdas, 2010)16 2.5. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan
Asupan makanan dapat diambil datanya dengan menggunakan metode pengukuran konsumsi makanan.29 Secara garis besar terdapat 2 metode pengukuran konsumsi makanan.14 Grup pertama yang lebih dikenal sebagai metode kuantitatif konsumsi harian, terdiri dari recall atau record yang digunakan untuk mengukur makanan yang dikonsumsi seseorang selama periode satu hari. Dengan metode yang sama dan hari untuk pengukuran konsumsi makanan ditambah, data makanan yang biasa dikonsumsi bisa didapatkan walaupun hanya berdasarkan estimasi.14
Grup yang kedua adalah dietary history dan food frequency questionnaire. Keduanya memakai retrospektif untuk mendapatkan informasi pola makan dalam waktu yang lebih lama. Metode ini bisa digunakan untuk menilai asupan makanan yang biasa dikonsumsi atau berbagai macam makanan yang dimakan oleh subyek.14
(30)
1. Diet History
Metode ini digunakan untuk memperkirakan makanan yang biasanya dimakan dan pola makan seseorang dari periode waktu yang panjang – biasanya bulan. Terdiri dari 3 komponen, komponen pertama adalah wawancara tentang pola makan dari partisipan, termasuk jam untuk makan kecil (cemilan) dan jumlah dari yang dimakan. Komponen kedua adalah mengecek dan memeriksa kuisioner yang akan dipakai untuk menanyakan jenis makanan. Komponen ini untuk mengecek dan memastikan informasi tentang jenis dan jumlah makanan yang biasa dimakan dari komponen pertama. Komponen ketiga adalah partisipan mencatat aupan makanan mereka selama di rumah untuk 3 hari. Ukuran porsi yang dipakai untuk komponen ketiga bervariasi, contohnya ukuran standar cangkir dan sendok, memakai food model, memakai foto makanan, atau dengan makanan asli.14
2. 24 hr recall
Orang yang diwawancara biasanya adalah subyek itu sendiri, pada anak-anak atau orang dewasa dengan gangguan mental maka orang yang diwawancarai biasanya adalah orangtua. Pewawancara menanyakan asupan makanan yang sudah dikonsumsi selama 24 jam sebelumya atau dari malam sebelumnya ke malam berikutnya.14, 19 Metode ini bisa menilai asupan yang sudah dikonsumsi oleh seseorang. Akan tetapi, single 24 hr recall tidak bisa menggambarkan asupan makanan yang biasa dikonsumsi oleh seseorang dan nutrisi yang didapat dari metode ini lebih rendah dari metode diet history atau food records. Untuk bisa menggambarkan asupan seseorang dibutuhkan multiple 24 hr recall untuk beberapa hari dan untuk individu yang sama.14, 20
3. Food Record
Partisipan diminta untuk membuat catatan jenis dan jumlah makanan dalam periode waktu tertentu, biasanya 1-7 hari dengan menuliskan nama mereka makanan jika dianggap penting.14,15 Waktu makan juga harus dicantumkan untuk meminimalisir terjadinya lupa atau bergantung pada memori.21 Partisipan harus sudah dilatih untuk menjaga catatan tersebut
(31)
17
lengkap dan akurat.21 Data tersebut dapat diolah ke data kuantifikasi dengan menggunakan estimasi ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang makanan (weighed food record).14,15
4. Food Frequency Questionnaire (FFQ)
Tujuan dari metode ini adalah untuk menilai makanan atau grup dari makanan tertentu yang sering dikonsumsi. Metode ini awalnya dibuat untuk informasi deskriptif kualitatif tentang pola asupan makanan, namun dengan adanya penambahan jumlah porsi maka metode ini menjadi semikuantitatif. Frekuensi konsumsi makanan atau minuman dapat dilakukan selama periode tertentu, contohnya harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan.14
(32)
Kerangka Teori
Bagan 1. Kerangka Teori Usia 0 – 2
Tahun
Pendidikan
Sosio-ekonomi Genetik
Faktor
Status Gizi
Penyakit
Lebih
Kurang Cukup
Asupan Makanan
Protein
Jenis Jumlah
Asidosis, dehidrasi Kwashiorkor Marasmus
WHO
Kurva Pertumbuhan
CDC 2000 Usia 2 – 19
Tahun
Obesitas Gizi Lebih
Gizi Normal Gizi Kurang
(33)
19
Kerangka Konsep
: Diteliti : Tidak Diteliti
Bagan 2. Kerangka Konsep
Protein
Status gizi Asupan Makanan
Indikator BB/TB Sosio-ekonomi
Genetik Penyakit
Indikator BB/U
Indikator IMT/U Indikator TB/U
(34)
2.6. Definisi Operasional Tabel 2.7 Definisi Operasional No Nama
Variabel
Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur 1. Status Gizi Ukuran kecukupan asupan gizi
seseorang yang diukur berdasarkan persentil berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan indeks masa tubuh terhadap umur (IMT/U). Hasil yang didapat dari pengukuran antropometri dimasukkan ke dalam kurva CDC 2000 dan diklasifikasikan menurut persentilnya.
Kurva CDC 2000
Kriteria waterlow untuk BB/U dan TB/U, kriteria CDC untuk IMT/U
2. Tinggi badan
rata-rata hasil dua kali pengukuran dari panjang badan subyek yang diukur dari puncak kepala sampai mata kaki pada saat dilakukan pengumpulan data. Pengukuran tinggi badan menggunakan alat ukur gmtd150
dengan merek SECA
gmtd150 bermerek SECA Dinyatakan dalam centimeter (cm).
3. Berat badan Rata-rata hasil dua kali pengukuran dari massa tubuh subyek yang ditimbang saat pengumpulan data. Berat badan diukur dengan alat timbangan
gmtd150 dengan merek SECA.
gmtd150 bermerek SECA Dinyatakan dalam kilogram (kg)
4. Usia Selisih dari tanggal pengambilan data dengan tanggal lahir subyek dan dinyatakan dalam tahun.
Kalkulator. Tahun.
5. Asupan protein
Asupan makanan yang
didalamnya terkandung zat makromolekul yaitu protein.
Aplikasi Nutrisurvey dan kalkulator. Dinyatakan dalam satuan gram (g).
6. Angka Kecukupan Gizi
Suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. AKG protein berkisar dari 15-20% dari total kalori untuk satu hari.
Total asupan protein dikali 4 dan dibagi jumlah kalori selama 1 hari lalu dikali 100 persen.
Kalkulator.
Dinyatakan dalam persen.
(35)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitianMetode potong lintang dipakai di penelitian ini dengan menggunakan data primer yang mempunyai tujuan untuk mengetahui sebaran status gizi dan sebaran asupan protein perhari pada anak usia 13-15 tahun di Ciputat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data untuk penelitian dilakukan di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan dan pengolahan data dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat. Waktu untuk pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 6 - 17 April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
Penelitian ini mempunyai populasi anak sekolah menengah pertama berusia 13 – 15 tahun dan bersekolah di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat, Tangerang Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling pada anak kelas 2 MTs dan yang memenuhi kriteria inklusi pada setiap kelas. Pengambilan sampel menggunakan rumus deskriptif kategorik 22 :
(Zα)2 x P Q
n = ____________________ d2 Keterangan :
n = besar sampel yang dibutuhkan
p = Proporsi dari kategori variabel yang diteliti dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengambil data dari Riskesdas tahun 2013, gizi kurang,
(36)
yaitu 11,1 %. Q = 1 – p.
d = nilai presisi yang ditetapkan oleh peneliti. Peneliti menggunakan nilai presisi 8,5%.
α = nilai persen kesalahan, dalam penelitian ini menggunakan nilai 5%. Zα = jika α adalah 5% maka ketetapannya adalah variabel ini bernilai 1,96. Perhitungan rumus besar sampel :
(1,96)2 x 11,1 % x (1-11,1%) n = ___________________________
(0,085)2 = 52.46
≈ 52
Besar sampel yang dibutuhkan untuk peneltian ini adalah sebesar 52 sampel.
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel pertama : asupan protein Variabel kedua : status gizi 3.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.2.1. Kriteria Inklusi
Subyek yang bisa menjadi sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Anak berusia 13 – 15 tahun
(37)
23
2. Mengikuti pendidikan formal di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat pada saat pengambilan data
3. Duduk di kelas 2 Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat
4. Masuk sekolah pada saat pengambilan data 5. Diizinkan oleh orangtua untuk menjadi sampel 3.3.2.2 Kriteria Eksklusi
Subyek yang tidak bisa menjadi sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Sedang mengikuti ujian.
2. Menderita penyakit, baik akut maupun kronik.
3. Meminum obat-obatan yang mengganggu kesadaran dalam menjawab pertanyaan peneliti (morfin, chlorfeniramin maleat)
3.4. Cara Kerja Penelitian. 3.4.1 Pengumpulan Data
3.4.1.1. Data Umum
Data umum diperoleh dari sekolah dan meliputi nama, jenis kelamin, beserta kelasnya. Data umum didapatkan saat peneliti menyebarkan lembar informed consent kepada tiap anak kelas 2 Madrasah Pembangunan Tsanawiyah yang berjarak satu minggu dari waktu sebelum pengambilan data.
3.4.1.2. Data Antropometri
Data yang diambil ada dua, yaitu berat badan dan tinggi badan. Data berat badan dan tinggi badan menggunakan alat timbangan dan ukuran
(38)
tinggi badan yang bermerek SECA. Cara pengambilan untuk data berat badan dan tinggi badan adalah 21, 23 :
1. Tekan tombol ON pada alat. 2. Setel dalam berat badan (kg)
3. Anak melepas sepatunya serta alat atau bahan berat yang menempel di tubuhnya.
4. Anak diminta berdiri di tengah timbangan dengan sikap tegak. 5. Baca hasilnya dan catat
6. Lakukan pengukuran berat badan sebanyak dua kali
7. Untuk tinggi badan, dilakukan saat anak berdiri di atas timbangan.
8. Setel alat pengukur tinggi sesuai dengan tinggi anak 9. Baca hasilnya dan catat
10.Lakukan pengukuran tinggi badan sebanyak dua kali 3.4.1.3 Data konsumsi Makanan
Data yang diperoleh melalui wawancara Food Frequency Questioner (FFQ) dimasukkan ke dalam aplikasi Nutrisurvey dan akan menghasilkan jumlah asupan protein dari makanan setiap harinya pada anak. Asupan protein akan dikali 4 kkal dan dibagi dengan total kalori perhari. Jumlah asupan protein yang baik adalah sebanyak 15-20% dari total kalori. 18
Data jumlah asupan protein per hari dari penelitian ini dimasukkan ke dalam analisis statistik dan didapatkan data anak-anak yang mengkonsumsi protein dalam jumlah kurang, cukup, dan lebih.
(39)
25
3.4.2 Alur Penelitian
Bagan 3. Alur Penelitian
3.5. Managemen Data
Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan SPSS 21 dengan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat meliputi penghitungan sebaran variabel dalam bentuk persentase dan uji normalitas. Data sebaran dihitung untuk data jenis kelamin, usia, klasifikasi indikator status gizi, dan asupan protein. Uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov test dilakukan untuk sebaran berat badan laki – laki, berat badan perempuan, tinggi badan laki – laki, tinggi badan perempuan. Apabila p > 0,05 maka data memiliki distribusi normal sehingga dituliskan dalam bentuk mean ± SD, sedangkan apabila p < 0,05 maka data memiliki distribusi tidak normal sehingga dituliskan dalam bentuk median ±
Membuat Proposal
Membuat Surat Perizinan ke mp
Penyajian hasil penelitian dalam bentuk skripsi Diolah dengan SPSS 21 Pengukuran antropometri Wawancara dengan kuesioner FFQ Pengambilan Data Menyebarkan Lembar Informed
Consent
Membuat Kode Etik
(40)
interquartil range. Data yang sudah diolah ditulis dalam bentuk tabel serta disertai penjelasan deskriptif dan dilaporkan sebagai skripsi. Data dan hasil analisis dilaporkan dalam bentuk makalah laporan penelitian dan dipresentasikan di depan pembimbing dan penguji skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.22
(41)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sebaran Sosio Demografik Subyek
Berikut adalah tabel dari hasil penelitian yang sudah dimasukkan ke dalam SPSS 21.
Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin dan umur (n=54)
Karakteristik responden
Jumlah Persen (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 19 35,2
Perempuan 35 64,8
Umur
13 36 66,7
14 18 33,3
Berdasarkan tabel 4.1 jenis kelamin terbanyak untuk seluruh subyek adalah perempuan dengan jumlah adalah 35 (64,8%) sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki jumlahnya adalah 19 (35,2%) dari total seluruh subyek adalah 54. Untuk umur, terbanyak adalah umur 13 dengan jumlah 36 (66,7%).
Tabel 4.2 Sebaran Berat Badan dan Tinggi Badan
Jenis Kelamin Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Laki – laki 52,22 ± 33,6 (median) 165,5 ± 1,9 (mean)
Perempuan 48,35 ± 1,4 (mean) 154,8 ± 1,1 (mean)
Berdasarkan tabel 4.2, rata – rata berat badan laki-laki distribusinya tidak normal sehingga memakai nilai median dengan ± interquartil range sedangkan untuk tinggi badan laki – laki serta tinggi badan dan berat badan perempuan distribusinya normal sehingga memakai nilai mean dengan ± standar deviasi.
(42)
4.2 Sebaran Status Gizi
Tabel 4.3 Sebaran subyek berdasarkan klasifikasi indikator status gizi (n = 54)
Klasifikasi indikator status gizi Jumlah (n) Persentase (%) Status gizi berdasarkan BB/U
Obesitas, >120% 13 24,1
Gizi lebih, 110-120% 8 14,8
Gizi baik, 90-110% 21 38,9
Gizi kurang 70-90% 11 20,4
Gizi buruk <70% 1 1,9
Status gizi berdasarkan TB/U
Tinggi, 110-120% 3 5,6
Normal, 90-110% 50 92,6
Pendek, 70-90% 1 1,9
Status gizi berdasarkan IMT/U
Obesitas, >95th 7 13
Gizi lebih, 85th– 95th 5 9,3
Gizi baik, 5th– 85th 41 75,9
Gizi kurang, p5th 1 1,9
Berdasarkan tabel 4.3, status gizi berdasarkan BB/U dari seluruh subyek mempunyai jumlah dan nilai yang paling banyak untuk gizi baik dengan jumlah 21. Status gizi berdasarkan TB/U mempunyai jumlah dan persentase yang paling banyak di tinggi badan normal dengan 50 (92,6%). Status gizi berdasarkan IMT/U dari seluruh subyek paling banyak mempunyai status gizi baik dengan jumlah 41 (75,9%). Status gizi kurang hanya ditemukan 1 orang (1,9%).
4.3 Sebaran Asupan Protein
(43)
29
Asupan Protein Jumlah Persen (%)
Kurang 26 48,1
Cukup 23 42,6
Lebih 5 9,3
Dari hasil tabel 4.4, hampir setengah dari subyek yang mengkonsumsi protein kurang dari 15-20% dari total kalori dan berjumlah sebanyak 26 (48,1%), mengkonsumsi dengan jumlah cukup berjumlah 23 (42,6%), dan mengkonsumsi protein dalam jumlah kurang sebanyak 5 (9,3%).
Tabel 4.5 Tabel Korelasi status Gizi dan Asupan Protein
Status Gizi IMT/U Asupan Protein
Kurang Normal Lebih
Kurang 1 (1,85%) 0 0
Normal 20 (37,03%) 17 (31,48%) 4 (7,4%)
Overweight 3 (5,5%) 2 (3,7%) 0
Obesitas 2 (3,7%) 4 (7,4%) 1 (1,85%)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa walaupun status gizi subjek overweight dan obesitas namun asupan proteinnya tidak normal, bahkan tergolong kurang. Status gizi normal juga mengkonsumsi protein dalam jumlah kurang dengan jumla 20 subjek (37,03%).
4.4 Pembahasan
Untuk usia dan status gizi, sejalan dengan salah satu penelitian, hasil penelitian di Yogyakarta yang meneliti anak usia 13-15 tahun dengan desain potong lintang dan jumlah sampel sebanyak 80 orang menyebutkan bahwa anak usia 13-15 tahun mempunyai status gizi normal dengan persentase 87,4%.24
Berbeda dengan di Brazil, penelitian dengan metode systematic review
(44)
daerah Brazil. Di daerah selatan, nilai prevalensinya 25,7% dan 10,4% dengan rentang usia 6-18 tahun. Di daerah tenggara, prevalensi gizi lebih 13,7% dan obesitas 15,4% dengan rentang usia 2-19 tahun. Di daerah timur laut, gizi lebih sebanyak 15,8% dan obesitas 4,3% dengan populasi usia 6-19 tahun. Di daerah utara, hanya terdapat satu studi yang menemukan bahwa prevalensi obesitas 28,8% dengan rentang usia populasi 6-19 tahun. Sama halnya dengan di daerah barat tengah, hanya terdapat satu studi yang menyebutkan prevalensi gizi lebih 16,8% dan obesitas 5,3% di anak-anak yang berusia 6-10 tahun.25 Penelitian di Kumasi Metropolis, Ghana dengan jumlah sampel 500 di rentang usia 10-20 menyebutkan bahwa prevalensi status gizi kurang sebesar 7,40%, normal 79,60%,
overweight 12,20%, dan obesitas sebanyak 0,80%.26
Untuk asupan protein, penelitian yang mengambil tempat di Yogyakarta dengan pendekatan potong lintang dan jumlah sampel sebanyak 126 sampel menyebutkan bahwa asupan protein kurang memiliki jumlah sebanyak 61 orang dengan persentase 48,4% dan asupan protein baik sebanyak 65 orang dengan persentase 51,6% dan asupan protein kurang dengan persentase terbesar berasal dari subyek laki-laki sedangkan asupan protein baik dengan persentase terbesar berasal dari subyek perempuan.24
Penelitian terhadap anak usia 6-16 tahun sebanyak 11237 sampel dengan metode potong lintang di Pakistan menyebutkan bahwa anak usia sekolah mengkonsumsi protein dalam jumlah yang kurang dalam makanan sehari-harinya.27 Penelitian tersebut memakai 24 hrs recall dengan pengambilan sampel menggunakan multistage stratified sampling.27
Hal tersebut bisa terjadi karena kebanyakan subyek lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat ataupun lemak sehingga asupan protein menjadi kurang. Kebanyakan makanan sehari-hari yang dikonsumsi subyek adalah sumber karbohidrat seperti nasi, mie, roti tawar, dan kentang sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Untuk sumber protein sendiri seperti daging ayam, daging sapi, tahu, dan tempe, lebih sering dikonsumsi 1 kali dalam sehari dan 3 kali dalam seminggu, hal ini yang mungkin menyebabkan asupan protein dari subyek menjadi kurang.
(45)
31
Dalam tabel korelasi didapatkan jumlah terbanyak subjek dengan status gizi normal tetapi mengkonsumsi protein dalam jumlah kurang, hal ini menunjukkan bahwa walaupun protein dikonsumsi dalam jumlah minimal, mengkonsumsi makronutrien lain dalam jumlah besar dapat membuat staus gizi subjek menjadi normal.
4.5 Kekurangan Penelitian
Riset ini mengambil subyek anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat pada tanggal 6 – 16 April 2015. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah membagikan lembar informed consent untuk orangtua kepada semua anak kelas VIII dari tanggal 6 – 10 April 2015 dan pengembalian lembar informed consent diberikan anak kelas VIII kepada guru BK untuk kelas VIII. Akan tetapi pada saat pengembalian kepada guru BK, jumlahnya hanya mencapai sekitar 20 lembar. Untuk mencukupi sampel, peneliti memanggil anak yang sudah mengembalikan lembar informed consent yang sudah disetujui oleh orangtua dan memanggil nomor absen anak secara acak sehingga dari tiap kelas (Madrasah Pembangunan Tsanawiyah mempunyai 8 kelas, dari kelas VIII A – VIII G) terkumpul 7 orang dengan jumlah semua sampel adalah 56 anak. Walaupun jumlah sampel adalah 56, hanya 54 subyek yang memenuhi kriteria inklusi.
Peneliti mewawancarai subyek dengan menggunakan food frequency questionnaire serta membawa food model untuk membantu subyek mengingat jumlah asupan makanan dan mengukur berat badan serta tinggi badan subyek pada tanggal 13 April 2015 – 16 April 2015 di ruang BK Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah food model yang besar dan ukurannya tidak sesuai dengan makanan asli sehingga peneliti membawa food model yang dipakai saat penelitian dan hasil kuisioner ke ahli gizi untuk disesuaikan ukuran dan jumlah asupan makanan subyek.
(46)
Kekurangan lainnya adalah nilai presisi yang dipakai peneliti, yaitu sebesar 8,5% sedangkan nilai presisi yang biasa dipakai dalam penelitian adalah 5% disebabkan oleh keterbatasan waktu dari peneliti untuk mengambil sampel.
(47)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanHasil penelitian ini mempunyai kesimpulan :
1. Status gizi anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U memiliki prevalensi status gizi normal terbanyak dan diikuti status gizi obesitas. Terdapat 1 orang anak berdasarkan indikator IMT/U mempuyai status gizi buruk.
2. Tingkat asupan protein yang terbanyak dari anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat adalah asupan protein yang tergolong kurang.
5.2Saran
1. Anak yang memiliki status gizi normal diberikan edukasi untuk menjaga berat badannya, seperti menjaga pola makannya dan tetap beraktivitas. 2. Anak yang memiliki status gizi obesitas disarankan untuk mengatur pola
makan dan asupannya serta memperbanyak aktivitas fisik sehingga status gizinya bisa kembali normal.
3. Anak yang memiliki status gizi kurang diberikan edukasi terkait bahayanya gizi buruk dan diwajibkan untuk meningkatkan asupan makanannya.
4. Anak yang mengkonsumsi protein dalam jumlah kurang untuk status gizi kurang, normal, overweight, ataupun obesitas disarankan untuk memperbanyak asupan protein, misalnya memakan tempe, tahu, ikan, kacang-kacangan dan sebagainya dalam jumlah yang disarankan.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
1. Beerman KA. and McGuire M. Carbohydrates. In: Beerman KA. and McGuire M. Nutritional Sciences : From Fundamentals to Food. 2nd
edition. USA : Wadsworth Cengage Learning ; 2011. p. 145-50.
2. Vorster HH. Introduction to human nutrition : A global perspective on food and nutrition. In: Gibney MJ, Lanhamnew SA., Cassidy A, and Vorster HH., editor. The Nutrition Society Textbook Series : Introduction to Human Nutrition. 2nd edition. USA : Wiley-Blackwell ; 2009. p. 70-3. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar ; 2010. p. 50.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar ; 2013. p. 219-20.
5. Setyawati VAV dan Faizah Z. Hubungan antara asupan protein, besi, dan seng dengan status gizi pada anak balita gizi buruk di wilayah kerja dinas kesehatan Kota Semarang. Jurnal Visikes. April 2012;11;48.
6. Elrod SL and Stansfield W. Dasar Biokimiawi Hereditas. In: Elrod SL and Stansfield W. Genetika. Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2006. p. 55.
7. Devi N. Protein. In: Devi N. Nutrition and Food : Gizi untuk Keluarga. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara ; 2010. p. 33-40.
8.
Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum ; 2004. p. 82-9.9. Yuwono T. Makromolekul dan interaksi molekular. In: Yuwono T. Biologi Molekular. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama ; 2010. p. 22-6. 10.Sherwood L. Cell physiology. In: Sherwood L. Human Physiology : From
cell to System. Seventh edition. Canada : Brooks/Cole ; 2010. p. 32-4. 11.Sherwood L. Body defenses. In: Sherwood L. Human Physiology : From
cell to System. Seventh edition. Canada : Brooks/Cole ; 2010. p.417-8. 12.Susanti DA. Perbedaan Asupan Energi, Protein, dan Status Gizi pada
Remaja Panti Asuhan dan Pondok Pesantren. [Skripsi]. Semarang : Universitas Diponegoro; 2012.
(49)
35
13.
Indriyati E. Antropometri untuk Kedokteran, Keperawatan dan Olahraga. Bandung : Citra Aji Parama ; 2010. p. 135-8.14.Gibson RS. Measuring food consumption of individuals. In: Gibson RS.
Principles of Nutritional Assessment. New York : Oxford University Press ; 2005. p. 41-7, 59, 79.
15.Hartriyanti Y. dan Triyanti. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajagrafindo Persada ; 2007. p. 56-7.
16.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar ; 2010. p. 95.
17.Sjarif DR, Nasar SS, Devaera Y, dan Tanjung CF. Rekomendasi IDAI : Asuhan Nutrisi Pediatrik. Jakarta : IDAI ; 2011. p. 4-6.
18.Ogden CL, Carroll MD, Kit BK, Flegal KM. Prevalence of obesity in the United States, 2009-2010. NCHS Data Brief. 2012;82:1-8.
19.Khairina D. Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Berdasarkan IMT pada Pembantu Rumah Tagga (PRT) Wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi pada Tahun 2008 [Skripsi]. Depok : Universitas Indonesia ; 2008.
20.Bessler S. Nutritional Assesment. In: Samour PQ and King K., editor.
Pediatric Nutrition. Fourth edition. USA : Jones & Bartlett Learning, LLC ; 2012. p. 41-3.
21.Willet W. Nutritional Epidemiology. 3rd edition. USA ; Oxford University Press; 2013. p. 49-50.
22.Dahlan S. Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. Seri 3. Jakarta : Sagung Seto ; 2014. 23.Bickley LS. Memulai Pemeriksaan Fisik : Keadaan Umum dan
Tanda-Tanda Vital. In: Bickley LS. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta ; EGC. p. 62-4, 75.
24.Klau YB, Ciptorini D, dan Styaningrum SD. Hubungan asupan energi protein, lemak, dan karbohidrat dengan status gizi pelajar di SMPN 1 Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta ; 2012.
(50)
25.Niehues JR, Gonzales AI, Lemos RR, Bezerra PP, Haas P. Prevalence of Overweight and Obesity in Children and Adolescents from the Age Range of 2 to 19 Years Old in Brazil. Int J of Pediatrics [Internet]. 2014 June [cited 2015 September 21]; 2014(583207):2-5. Available from :
http://dx.doi.org/10.1155/2014/583207
26.Center for Disease Control and Prevention [Internet]. United States of America : Center for Disease Control and Prevention; 2014. [updated 2014 May 9; cited 2015 September 26]. Available from :
http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpao/growthcharts/training/bmiage/page4.html
27.Azis S and Hosain K. Carbohydrate (CHO), protein and fat intake of healthy Pakistani school children in a 24 hour period. J Park Med Assoc 2014:1255;64.
(51)
37
Lampiran 1 Kode Etik
(52)
Lampiran 2 Hasil Berat Badan Laki-laki dan tinggi badan laki-laki
Descriptives
Statistic Std. Error
BBL
Mean 60.8713 5.26964
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 49.8002
Upper Bound 71.9424
5% Trimmed Mean 59.0098
Median 52.2250
Variance 527.613
Std. Deviation 22.96983
Minimum 33.40
Maximum 121.85
Range 88.45
Interquartile Range 33.65
Skewness 1.257 .524
Kurtosis 1.257 1.014
TBL
Mean 165.0526 1.90934
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 161.0413
Upper Bound 169.0640
5% Trimmed Mean 165.1251
Median 164.7500
Variance 69.266
Std. Deviation 8.32262
Minimum 149.25
Maximum 179.55
Range 30.30
Interquartile Range 10.05
Skewness -.008 .524
Kurtosis -.408 1.014
Tests of Normality berat badan laki-laki
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BBL .227 19 .011 .878 19 .020
TBL .122 19 .200* .978 19 .914
(53)
39
a. Lilliefors Significance Correction
Berat badan dan tinggi badan perempuan
Descriptives
Statistic Std. Error
bbp
Mean 48.3546 1.44541
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 45.4171
Upper Bound 51.2920
5% Trimmed Mean 47.8686
Median 46.5200
Variance 73.122
Std. Deviation 8.55116
Minimum 34.25
Maximum 74.70
Range 40.45
Interquartile Range 11.40
Skewness .975 .398
Kurtosis 1.332 .778
tbp
Mean 154.8243 1.10042
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 152.5880
Upper Bound 157.0606
5% Trimmed Mean 154.6437
Median 153.5000
Variance 42.382
Std. Deviation 6.51015
Minimum 140.95
Maximum 172.70
Range 31.75
Interquartile Range 10.50
Skewness .434 .398
(54)
Tests of Normality berat badan dan tinggi badan perempuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bbp .122 35 .200* .945 35 .078
Tbp .095 35 .200* .969 35 .405
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
AKGprotein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 26 48.1 48.1 48.1
2.00 23 42.6 42.6 90.7
3.00 5 9.3 9.3 100.0
Total 54 100.0 100.0
BBumur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1 1 1.9 1.9 1.9
2 11 20.4 20.4 22.2
3 21 38.9 38.9 61.1
4 8 14.8 14.8 75.9
5 13 24.1 24.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
TBumur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
2 1 1.9 1.9 1.9
3 50 92.6 92.6 94.4
4 3 5.6 5.6 100.0
(55)
41
IMTumur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
2 9 16.7 17.0 17.0
3 23 42.6 43.4 60.4
4 8 14.8 15.1 75.5
5 13 24.1 24.5 100.0
Total 53 98.1 100.0
Missing System 1 1.9
(56)
Lampiran 3 Lembar Informed Consent Yth
Orangtua / Wali Murid Tsanawiyah di tempat
Ciputat, 6 April 2015 Assalamualaikum wr.wb.
Dalam dunia pendidikan tinggi, penelitian sangat dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baru. Penelitian juga menjadi salah satu syarat untuk lulus dari sebuah universitas.
Kami sebagai mahasiswa/i pendidikan tinggi di UIN akan melakukan penelitian tentang hubungan asupan makanan terhadap status gizi anak.
Atas dasar tersebut, kami mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama surat ini meminta izin kepada orangtua/wali murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah untuk mengambil data putra/i Bapak/Ibu sebagai bahan untuk penelitian kami. Adapun data yang akan diambil berupa berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar perut, status gizi, serta hasil wawancara tentang asupan makanan. Data dari putra/i Bapak/Ibu tidak akan disebarluaskan ke publik dan nama putra/i Bapak/Ibu akan dirahasiakan. Data tersebut hanya akan dipakai sebagai bahan peneltian.
Demikian surat izin ini dibuat. Atas perizinan dan pengertiannya kami ucapkan terimakasih.
Wass.wr.wb
Muhammad Zikri Safira Indriakasia Nuraisah Septiarini 1112103000050 1112103000058 1112103000059
Lulu Zakiah Fajr Muzzammil
(57)
43
LEMBAR PERIZINAN PERSETUJUAN
Nama Orangtua : ... Nama Murid : ... Kelas : ...
Dengan ini menyetujui putra/i kami untuk diwawancarai dan diambil datanya oleh mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data putra/i kami hanya dipakai sebagai bahan penelitian dan nama putra/i kami tetap dirahasiakan.
Orangtua/Wali Murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah ..., .... April 2015
(58)
BIODATA MURID MADRASAH PEMBANGUNAN TSANAWIYAH
Nama : ... Umur : ... Alamat : ... No.telepon : ... No. HP : ... Kelas : ... Wali Kelas : ... No. Wali Kelas: ... Ekskul : ...
Pembimbing Ekskul : ... No. Pembimbing Ekskul : ... Hari Ekskul : ...
(59)
45
Lampiran 4 Kuisioner penelitian
FORMULIR
FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE
Nama peneliti : Tanggal:
Nama Siswa : Kelas :
Jenis Kelamin : L / P
Tanggal lahir : Usia:
ANTROPOMETRI
NO PEMERIKSAAN I II RATA-RATA
1 BERAT BADAN
2 TINGGI BADAN
3 LINGKAR LENGAN ATAS
(60)
Bahan Makanan
Frekuensi Jumlah
Harian Mingguan Bulanan jarang/tdk URT Gram ket
KARBOHIDRAT
Nasi
Mie
bihun
roti tawar
kentang
singkong
Ubi
Talas
jagung
ketan
tepung
PROTEIN HEWANI
(61)
47
daging ayam
daging kambing
Ikan segar
ikan asin
ikan kalengan
udang segar
hati sapi
hati ayam
hati kambing
Otak
telur ayam
telur bebek
telur puyuh
PROTEIN NABATI
tempe
(62)
kacang tanah
kacang hijau
kacang kedelai
kacang merah
oncom
selai kacang
LEMAK
margarin
mentega
santan
minyak kelapa sawit
minyak kelapa
minyak jagung
minyak zaitun
lemak sapi
(63)
49
susu formula
susu kental manis
susu pasteurisasi
Keju
es krim
yogurt
susu segar
Milo
dancow
SAYURAN
bayam
kangkung
buncis
kacang panjang
daun singkong
(64)
sawi putih
caisin
touge
Kol
kembang kol
brokoli
labu siam
wortel
tomat
seledri
daun bawang
BUAH-BUAHAN
pisang
pepaya
jeruk
(65)
51
melon
Apel
mangga
Pir
jambu air
jambu biji
rambutan
Duku
nangka
kelengkeng
durian
anggur
manggis
buah naga
LAIN- LAIN
(66)
gula merah
madu
Selai
The
Kopi
Sirup
kecap
saus tomat
saus sambel
agar-agar
permen
biskuit
JAJANAN
cimol
nutrijel
(67)
53
nyam nyam
nasi goreng
kentang ulir
kwetiau
tistick keju
burger
roti manis
ayam sabana
ayam katsu
mie ayam
soto betawi
makaroni scotel
Sosis
bakso
Es
(68)
nougat
spaghetti
Oreo
somay
batagor
martabak telur
takoyaki
dimsum
bubur ayam
pizza sosis
pisang keju
kue bolu
sate donat
burger
baso malang
(69)
55
nasi bakar ati ampela
nasi bakar tongkol
soto lamongan
sate lontong
gado gado lontong
ketoprak
(70)
Lampiran 5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nuraisah Septiarini
Tempat, tanggal lahir : Gorontalo, 2 September 1993
Alamat : Rusun Klender Blok 55 No 4 Malaka Sari Duren Sawit Jakarta Timur 13460
No. HP : 08567171902
Email : namikaze.nuraisah@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. TK Gorontalo (1998-1999)
2. SDN 11 Sarapung, Manado (1999-2001)
3. SDN 05 Malaka Jaya (2001-2005)
4. SMPN 252 Jakarta (2005-2008)
5. SMAN 59 Jakarta (2008-2011)
(71)
(1)
gula merah
madu
Selai
The
Kopi
Sirup
kecap
saus tomat
saus sambel
agar-agar
permen
biskuit
JAJANAN
cimol
nutrijel
(2)
53
nyam nyam
nasi goreng
kentang ulir
kwetiau
tistick keju
burger
roti manis
ayam sabana
ayam katsu
mie ayam
soto betawi
makaroni scotel
Sosis
bakso
Es
(3)
nougat
spaghetti
Oreo
somay
batagor
martabak telur
takoyaki
dimsum
bubur ayam
pizza sosis
pisang keju
kue bolu
sate donat
burger
baso malang
(4)
55
nasi bakar ati ampela
nasi bakar tongkol
soto lamongan
sate lontong
gado gado lontong
ketoprak
(5)
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nuraisah Septiarini
Tempat, tanggal lahir
: Gorontalo, 2 September 1993
Alamat
: Rusun Klender Blok 55 No 4 Malaka Sari Duren Sawit
Jakarta Timur 13460
No. HP
: 08567171902
:
namikaze.nuraisah@gmail.comRiwayat Pendidikan
1.
TK Gorontalo
(1998-1999)
2.
SDN 11 Sarapung, Manado
(1999-2001)
3.
SDN 05 Malaka Jaya
(2001-2005)
4.
SMPN 252 Jakarta
(2005-2008)
5.
SMAN 59 Jakarta
(2008-2011)
(6)