Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat

(1)

KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP

ISLAM RUHAMA CIPUTAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH: SEPTIANA 1110104000018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M / 1435 H


(2)

(3)

iii STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014

Septiana, NIM : 1110104000018

The Effect of Health Education toward the Knowledge Level of Adolescent about Reproductive Health in SMP Islam Ruhama Ciputat

xviii + 75 pages + 6 figures + 9 tables + 7 appendixes

ABSTRACT

Adolescent requires knowledge about reproductive health begins as they enter puberty. One of the ways to improve the knowledge of adolescents about reproductive health is to provide health education to prevent problems related to reproductive health in adolescents.

This study aims to see the influence of reproduction health education toward students’ knowledge. The study was implemented at SMP Islam Ruhama Ciputat. The study sample was 24 students and taken by the convenience sample technique. The method was a pre-experimental design with one group pre-test post-test design. Data collecting using a questionnaire research instruments. The data analysis technique which used is the Wilcoxon test.

The results showed the students' knowledge before they were given the health education with an average value of 81.9% and 86.3% after they were given the health education. The results of hypothesis test with an alpha error level 0.05 obtained significant score P> 0.05 means that there is no significant difference in adolescents knowledge about reproductive health before and after they were given the health education. It can be concluded that there is no influence of health education on the level of knowledge of adolescents.

Researchers suggest the schools hold counseling adolescent reproductive health programs in collaboration with health workers and train peer educators and peer counselors to improve the knowledge of adolescents about reproductive health


(4)

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014

Septiana, NIM : 1110104000018

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat

xviii + 75 halaman + 6 gambar + 9 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Remaja memerlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dimulai saat mereka memasuki masa pubertas. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah masalah terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Ruhama Ciputat. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 24 orang dengan teknik convenience sample. Metode yang digunakan adalah Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai rata-rata 81.9%. dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 86.3%. Hasil uji hipotesis dengan tingkat kesalahan alpha 0.05 didapatkan nilai p>0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja.

Peneliti menyarankan pihak sekolah mengadakan program konseling kesehatan reproduksi remaja yang bekerja sama dengan petugas kesehatan dan melatih pendidik sebaya dan konselor sebaya untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.


(5)

(6)

(7)

(8)

viii

Nama : SEPTIANA

Tempat, tanggal Lahir : Cirebon, 10 September 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Pangeran Jakatawa No. 63 Blok III RT 003 RW 007 Desa

Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon 45164

No. HP : +6287829706216

E-mail : tianagina92@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu

Keperawatan

PENDIDIKAN

1. Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Gegesik Kidul 1997-1998

2. Sekolah Dasar Negeri 1 Gegesik Kidul 1998-2004

3. SMP Negeri 1 Gegesik 2004-2007

4. SMA Negeri 1 Gegesik 2007-2010


(9)

ix

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja di SMP Islam Ruhama Ciputat”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Ibunda Bainah dan Ayahanda Arwata, yang telalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik tersayang dan seluruh keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

x

dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama Ciputat yang telah memberi persetujuan awal kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Islam Ruhama Ciputat

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

8. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Saya di Ilmu Keperawatan 2010 khususnya Cherries (Alif Nurul, Ratu Ummu Hani, Adis Anggulasi, Devica Kesuma, Laras Ayunda Pratama, dan Rizkinuary Hidayah) yang selalu ada dalam senang maupun susah, mendukung dan memberi semangat.

10.Kepada seluruh keluarga PSIK Kakak-Kakak dan Adik-Adik Saya di Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi dalam mencapai cita-cita.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.


(11)

xi

berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلاو

Ciputat, Juli 2014


(12)

xii

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi... xii

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7


(13)

xiii BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan ... 9

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ... 9

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ... 9

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ... 10

4. Media Pendidikan Kesehatan ... 14

B. Kesehatan Reproduksi Remaja ... 15

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi... 15

2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja ... 15

3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja ... 16

4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi ... 17

a. Wanita ... 17

b. Pria ... 20

5. Tujuan Kesehatan Reproduksi ... 22

6. Cara Memelihara Kesehatan Organ Reproduksi ... 22

7. Pubertas dan Seksualitas ... 25

8. Kehamilan ... 27

a. Tanda tak pasti ... 27

b. Tanda pasti ... 27

C. Remaja... 28

1. Pengertian Remaja ... 28

2. Tugas Perkembangan Remaja ... 29

3. Perubahan pada Masa Remaja ... 31

4. Karakteristik Seksualitas Remaja ... 32

D. Pengetahuan ... 33

1. Pengertian Pengetahuan ... 33


(14)

xiv

G. Kerangka Teori... 41

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ... 42

B. Definisi Operasional... 43

C. Hipotesis ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 45

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 46

1. Populasi ... 46

2. Sampel ... 46

D. Teknik Pengambilan Sampel... 47

E. Instrumen Penelitian... 47

F. Teknik Pengujian Instrumen ... 49

G. Tahapan Pengambilan Data ... 51

H. Tahap Pengolahan Data... 55

I. Teknik Analisa Data ... 56

1. Analisis Univariat... 56

2. Analisis Bivariat ... 56

J. Etika Penelitian ... 57

BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat ... 58


(15)

xv BAB VI PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang

Kesehatan Reproduksi ... 67 B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang

Kesehatan Reproduksi ... 69 C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi ... 70 D. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB VII KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

xvi

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar ... 18

Gambar 2.2 Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam ... 20

Gambar 2.3 Organ Reproduksi Pria ... 21

Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 41

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 42


(17)

xvii

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian ... 48 Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi ... 59 Tabel 5.2 Daftar Nilai Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan ... 60 Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa

Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan

Tentang Reproduksi ... 61 Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum

Diberikan Pendidikan Kesehatan ... 63 Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah

Diberikan Pendidikan Kesehatan ... 64 Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja

Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikn

Pendidikan Kesehatan ... 65 Tabel 5.7 Distribusi Perbedaan Tingkat Pengetahuan tentang

Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan


(18)

xviii Lampiran 1.Dokumen Perizinan

Lampiran 2.Lembar Informed Consent Lampiran 3.Kuesioner Penelitian Lampiran 4.Hasil Uji Validitas Lampiran 5.Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 6.Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 7.Hasil Olahan SPSS Bivariat


(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun adalah 64 juta atau 27,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010). Dengan jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani dan mental spiritual.Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan diantaranya perubahan fisik, psikis, dan sosial. Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja tersebut dapat menimbulkan permasalahan yang mungkin dapat mengganggu perkembangan remaja di masa depan (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012).

Hasil analisis Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes dan Kesejahteraan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di Negara-negara ASEAN lainnya. Indonesia masih tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi, termasuk kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2012).

Masalah kesehatan reproduksi yang memungkinkan dialami oleh remaja diantaranya yaitu kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyakit menular


(20)

seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi dan pelayanan kesehatan. Keterbatasan akses informasi bagi remaja Indonesia mengenai kesehatan reproduksi yang di dalamnya mencakup seksualitas disebabkan karena masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan tidak layak untuk dibicarakan secara terbuka. Orang tua biasanya merasa risih untuk memberikan penjelasan mengenai masalah reproduksi dan seksualitas kepada anaknya yang mulai tumbuh menjadi remaja, dan anak remaja juga cenderung merasa malu untuk bertanya secara terbuka kepada orang tuanya (BKKBN, 2012).

Permasalahan utama yang dialami oleh remaja Indonesia yaitu ketidaktahuan terhadap tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan perkembangan yang sedang dialami, khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai 29% sedangka remaja laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing sebanyak 48,6% dan 46,5% (BKKBN, 2012). Penelitian Kesehatan UI tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 (usia <17 – 24 tahun), menunjukkan bahwa 20,9% mengalami kehamilan dan


(21)

kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah.

Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi membuat remaja berusaha untuk mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Remaja sering kali menjadikan media internet, televisi, majalah dan bentuk media masa lainnya yang dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang seksualitas dan reproduksi. Oleh karena itu remaja memerlukan informasi tentang kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja akan memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ dan proses reproduksinya sendiri (BKKBN, 2008).

Menurut Fahmi Idris dalam Hashman (2009), program kesehatan seharusnya lebih ditujukan pada perubahan perilaku (promotif dan preventif).Perubahan perilaku tersebut berkontribusi 50% untuk menyehatkan masyarakat, sedangkan program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yang dilakukan di rumah sakit atau puskesmas hanya berkontribusi sekitar 10% untuk menyehatkan masyarakat dan khususnya untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi.

Pendidikan kesehatan tentang reproduksi di Indonesia lebih banyak diberikan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) daripada Sekolah Menengah Pertama (SMP), padahal jumlah siswa SMP lebih banyak daripada jumlah siswa SMA (Kemenkes, 2010). Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah mempunyai risiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja ataupun tidak. Dikarenakan pada tahap ini remaja berada pada periode mencari identitas, menyebabkan remaja masih heran akan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam


(22)

tubuhnya baik itu perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru dan mulai mencari tahu atas perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Oleh karena itu, masa yang paling tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah pada masa remaja awal. Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah melalui pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan akan mempunyai efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun media yang baik. Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah ceramah Tanya jawab.Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pendengar, metode ini baik untuk sarana yang berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Purwono (2009) pada siswa SMPN 34 Semarang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang stress.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 11 orang siswa 8 orang siswa memiliki sikap positif terhadap seksual pranikah sebagai akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi didukung dengan pendapat mereka tentang aktivitas pacaran, 3 orang


(23)

lainnya mengaku belum pernah berpacaran. Rata-rata dari mereka sudah mengetahui akibat dari perilaku seks sering berganti pasangan yaitu diantaranya adalah terkena penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan siswa tentang reproduksi manusia sebagian mereka dapatkan dari pelajaran biologi tetapi belum pernah ada kegiatan pendidikan kesehatan yang diadakan secara khusus tentang kesehatan reproduksidi sekolah ini

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012) masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ditunjukan dengan remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai 29% sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing sebanyak 48,6% dan 46,5%.

Hal-hal tersebut diatas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada remaja seperti yang


(24)

disarankan oleh Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan bahwa pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.

Dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di Sekolah Menengah Pertama Islam Ruhama Ciputat.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatandi SMP Islam Ruhama Ciputat

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama Ciputat

3. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat


(25)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama Ciputat.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama Ciputat

c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan mampu menjadi landasan untuk promosi kesehatan pada remaja dalam rangka mencegah masalah kesehatan reproduksi pada remaja.

2. Manfaat Praktis


(26)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan dalam keperawatan dan keperawatan maternitas yang berguna dalam mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi kesehatan.

b. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi perawat untuk menjalankan fungsinya sebagai health educator dan health counselor dalam strategi promosi kesehatan reproduksi pada remaja dalam mencegah masalah kesehatan reproduksi.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi evidence base practice dalam upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi pada remaja.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan maternitas, yaitu tentang kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat, dengan menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental dengan desain one group pre-test dan post-test design.


(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter, 1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan yaitu agar seseorang mampu (Mubarak, 2009):

1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar

3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masayarakat.


(28)

Sedangkan tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (BKKBN, 2012).

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ada beberapa dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan, antara lain (Fitriani, 2011):

1) Dimensi Sasaran a) Individu

Metode yang dapat dilakukan adalah: - Bimbingan dan konseling

Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidian kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bersedia melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Maulana, 2009)

- Wawancara

Wawancara adalah bagian dari bimbingan dan penyuluhan.Menggali informasi mengapa individu tidak atau belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau tidak terhadap perubahan, bagaimanakah dasar pengertian dan


(29)

apakah mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka diperlukan penyuluhan yang lebih mendalam (Fitriani, 2011).

b) Kelompok

Metode yang bisa digunakan untuk kelompok kecil diantaranya: - Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah membahas suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

- Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)

Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Tujuannya adalah untuk menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari setiap peserta.

- Bermain peran

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu pertunjukkan di dalam kelas pertemuan,

- Kelompok yang membahas tentang desas-desus

Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan suatu permasalahan yang sama atau berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari kelompok tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap kelompok mendiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya.


(30)

- Simulasi

Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar. Metode ini merupakan gabungan dari role play dan diskusi kelompok.

c) Masyarakat luas

Metode yang dapat dipakai untuk masyarakat luas diantaranya: - Seminar

Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu presentasi dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan biasanya sedang ramai dibicarakan di masyarakat (Fitriani, 2011).

- Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2000 dalam Simamora, 2009).

2) Dimensi Tempat Pelaksanaan

a) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid

b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau di tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan juga keluarga pasien c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau


(31)

3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Menurut Leavel dan Clark ada lima tingkat pencegahan yang dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan, yaitu:

a) Peningkatan kesehatan

Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan sebagainya. b) Perlindungan umum dan khusus

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan dalam rangka memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat.Bentuk perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.

c) Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya.


(32)

d) Pembatasan kecacatan

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan.Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain. e) Rehabilitasi

Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut (Mubarak, 2009).

4. Media Pendidikan Kesehatan

Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media sebagai alat pembelajaran mempunyai syarat antara lain, 1) harus bisa meningkatkan motivasi subyek untuk belajar, 2) merangsang pembelajaran mengingat apa yang sudah dipelajari, 3) mengaktifkan subyek belajar dalam memberikan tanggapan/umpan balik, 4) mendorong pembelajar untuk melakukan praktek-praktek yang benar (Boore, 1997, dalam Era, 2003).sedangkan alat bantu yang digunakan antara lain alat bantu lihat


(33)

(visual), alat bantu dengar (audio) atau alat bantu dengar dan lihat (audio visual) serta alat bantu dengan media tulis seperti poster, leaflet, booklet, lembar balik, flipchart (notoatmodjo, 2010).

B. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Menurut Depkes RI (2000) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (dalam Nugroho, 2010).

Pengertian kesehatan reproduksi menurut BKKBN (2008) adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.

2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kondisi sehat adalah sehat secara fisik, mental, dan sosial (BKKBN, 2008).


(34)

3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja

Menurut Depkes RI (2008) dasar pengetahuan kesehatan reproduksi yang perlu diketahui oleh remaja yaitu:

1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual. Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan

2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Bekal pemahaman seks sebagai kebutuhan manusia secara biologis dan perlunya serta bagaimana menyalurkan dan mengendalikan naluri seksual menjadi kegiatan yang positif seperti olahraga atau hobi yang bermanfaat. Sementara penyaluran berupa hubungan seksual hanya untuk melanjutkan keturunan yaitu dengan cara menikah terlebih dahulu. 3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan remaja perempuan,

serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja juga memerlukan pembekalan tentang kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual diluar nikah dan penggunaan NAPZA

4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emocional dalam memasuki kehidupan berkeluarga

5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja


(35)

laki-laki dan remaja perempuan dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.

4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi

Perlu dipahami oleh remaja bahwa pria dan wanita memiliki organ reproduksi yang berbeda, baik dalam hal struktur atau fungsinya. Alat reproduksi pria terdiri dari testis dan penis, sedangkan pada wanita terdiri dari ovarium, uterus, dan vagina. Berikut adalah penjelasan fungsi dari tiap organ reproduksi yang dapat dijelaskan kepada remaja (Bobak, dkk., 2005).

a. Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam.

Organ reproduksi bagian luar:

1) Vulva, adalah organ kelamin luar yang terdiri dari labia mayora, labia minora, mons pubis, bulbus vestibule, vestibulum vaginae, glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae. 2) Labia mayora,yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak

yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis. Berfungsi melindungi jaringan yang ada dibawahnya (labia minora, meatus urinarius, dan muara vagina).

3) Mons pubis, bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu. Berfungsi


(36)

dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis saat berhubungan seksual.

4) Payudara/kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.

Gambar 2.1 Organ reproduksi wanita bagian luar

Organ reproduksi bagian dalam:

1) Labia minora, adalah labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Dibagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih saja.


(37)

2) Hymen, merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur ditengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual atau setelah melahirkan.

3) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas seksual. Berfungsi sebagai organ untuk berhubungan seksual dan jalan lahir.

4) Uterus(rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.

5) Tuba uterina(fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.

6) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah.


(38)

Gambar 2.2 Organ reproduksi wanita bagian dalam b. Pria

Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam.

Organ reproduksi bagian luar:

1) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di sebut uretra.


(39)

2) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.

Gambar 2.3 Organ reproduksi pria Organ reproduksi bagian dalam:

1) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.

2) Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa, berjumlah 2 buah.

3) Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.


(40)

4) Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.

5. Tujuan Kesehatan Reproduksi

Remaja memerlukan tempat yang aman untuk memeriksakan diri atau konsultasi dengan petugas dan orang-orang yang tepat untuk membahas mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja. Adapun tujuan kesehatan reproduksi remaja menurut Soetjiningsih (2004) yaitu:

1) Menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak dikehendaki

2) Menurunkan penularan infeksi menular seksual/HIV-AIDS 3) Memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran) 4) Konseling untuk mengambil keputusan

Bila pelayanan reproduksi esensial tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka langkah-langkah tersebut sangat baik untuk mengatasi masalah remaja seperti yang diuraikan diatas.

6. Cara memelihara kesehatan organ reproduksi Memelihara organ reproduksi wanita:

1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil atau buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap


(41)

sebelum menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan lembab maka jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal. 2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang

mudah menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur. 3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang

mengalir. Karena kemungkinan air yang berada di tempat penampungan mengandung bakteri dan jamur.

4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami keputihan saja.

5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut dan kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman.

6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.


(42)

8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang.

Memelihara organ reproduksi pria:

1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan berbahan menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali sehari. Celana dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat dan daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak yang bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-lain.

2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga tidak baik untuk dicukur habis.

3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah buang air.

4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan kotoran pada lipatan luar penis.

5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman


(43)

mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan sebagainya.

6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat berada pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha dekat alat kelamin (poltekkes negeri Jakarta, 2010).

7. Pubertas dan Seksualitas

Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi(soetjiningsih, 2004). Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua setengah tahun lebih awal dibandingkan laki-laki yaitu sekitar usia delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak laki-laki, begitu pubertas dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama setelah anak perempuan berhenti.Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan (buku ajar keperawatan maternitas).


(44)

Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi.Menstruasi pertama disebut menarche.Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi yaitu saat lapisan endometrium terlepas dari uterus.

Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama yaitu testosterone.Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu dengan mengalami mimpi basah.Mimpi basah merupakan peristiwa alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya.

- Ciri sekunder

Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu (BKKBN, 2008): 1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh

2. Payudara mulai menonjol

3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar

4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat kelamin

5. Muka cenderung tumbuh jerawat

6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:

1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar

2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada bagian wajah tertentu

3. Suara memberat, tumbuh jakun 4. Betis memanjang


(45)

5. Pinggul menyempit

Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai padausia 13-14 tahun dan anak perempuan pada usia 11-12 tahun.Batasan umur ini tidak mutlak tergantung beberapa faktor antaralain gizi, kesehatan, lingkungan keluarga, dll.

8. Kehamilan

Kehamilan diawali dengan fertilisasi.Implantasi (penempelan embrio di uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi.Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus menstruasi terakhir (Manuaba, 2009).

Tanda-tanda kehamilan menurut Manuaba (2009) yaitu, a. Tanda tak pasti

- Terlambat haid

- Perubahan pada payudara (membesar dan tegang) - Ngidam

- Mual dan muntah - Sering kencing - Pigmentasi kulit

- Konstipasi atau obstipasi b. Tanda pasti

- Adanya gerakan janin dalam rahim - Denyut jantung janin


(46)

- Pemeriksaan dengan USG untuk melihat janin

Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama.Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang berakhir dengan pembukaan serviks sempurna.Tahap kedua adalah pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi keluar dengan sempurna.

Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan salah satu faktor penting dalam kehamilan.Umur ibu yang masih terlalu muda (remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil lebih dari 40 juga termasuk dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40 tahun fungsi organ reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia terlalu dini atau terlalu tua (BKKBN, 2008).

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional.Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescene (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16


(47)

tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Klierman & Jenson, 2004).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda.

WHO memberikan definisi tentang batasan remaja secara konseptual yang terdiri dari tiga kriteriayaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Sehingga dalam definisi tersebut remaja adalah suatu masa dimana: individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ini mencapai kematangan seksual; individu mengalami perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002 dalam Iriani 2006).

2. Tugas Perkembangan Remaja

Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja sebelum menjadi individu dewasa sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas perkembangan ini terdiri dari: (1) menerima citra tubuh, (2) menerima identitas seksual, (3) mengembangkan sstem nilai personal, (4) membuat persiapan untuk hidup mandiri, (5) menjadi mandiri/bebas dari


(48)

orang tua, (6) mengembangkan mengambil keputusan, (7) mengembangkan identitas seorang yang dewasa (Bobak, dkk., 2005).

Periode masa remaja dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap akhir. Semakin tinggi tahap perkembangannya, semakin besar kesiapan untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan orang lain (Bobak, dkk., 2005).

a. Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)

Remaja tahap awal hanya memiliki pemahaman yang samar tentang dirinya. Mereka belum mampu mengaitkan perilaku mereka dengan konsekuensi perilaku tersebut.

b. Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun)

Remaja tahap menengah bergumul antara perasaan bergantung versus perasaan mandiri karena kawan-kawan sebaya menggantikan kedudukan orang tua. Remaja tahap awal dan menengah belajar dan menerima informasi, tetapi tidak mampu menerima informasi tersebut dalam kehidupan mereka. Sering kali mereka melakukan trial dan error tanpa memperhitungkan konsekuensinya.

c. Remaja tahap akhir (usia 17-20 tahun)

Remaja tahap akhir mampu memahami dirinya dengan lebih baik dan dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak ke dalam hidupnya.


(49)

Salah satu tugas penting remaja adalah mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan berkenaan dengan aktivitas seksual (Bobak, dkk., 2005).

3. Perubahan Pada Masa Remaja

Menurut Kusmiran (2011) perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi moral.

a. Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif.

b. Dimensi Kognitif

Menurut teori Piaget, kemampuan kognitif remaja termasuk dalam tahap formal operasional, dimana tingkah laku yang ditampilkan oleh remaja adalah rasa kritis dimana segala hal harus rasional dan jelas, sehingga remaja sering mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya, rasa ingin tahu yang merangsang adanya kebutuhan atau kegelisahan akan sesuatu yang harus dipecahkan, dan jalan pikiran egosentris yang berkaitan dengan penentangan terhadap atau pola pikir orang lain yang


(50)

tidak sejalan dengan pola pikir diri sendiri. Disamping itu terdapat pula imagery audience, keadaan dimana remaja merasa merasa selalu menjadi pusat perhatian orang lain serta personal fables, yaitu remaja merasa dirinya unik dan berbeda dengan orang lain. Hal ini menyebabkan kecenderungan terbentuknya konsep diri yang terpengaruh dari luar. c. Dimensi moral

Masa remaja adalah saat dimana seseorang mulai bertanya tentang fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang sering terjadi dan berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan social, dan sebaginya. Secara kritis remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanam kepadanya.

4. Karakteristik Seksualitas Remaja

Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, pskologis personal, dan lingkungan.Fungsi biologis mengacu pada kemampua individu untuk member dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas, seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita dan


(51)

pembelajaran peran;peran maskulin dan feminin. Nilai-nilai aturan sosio-budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain (Bobak, dkk., 2005).

Seiring dengan pertumbuhan remaja kearah kematangan seksual yang sempurna, muncul jugalah hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya.Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan (Mutadin, 2002 dalam Sudibio, 2009).

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan ini terjadi melalui penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:

a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari


(52)

sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hokum-hukum, rumus-rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi. e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan atau rumusan yang telah ada.


(53)

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

Faktor internal : a. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan.

b. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.


(54)

c. Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau mengingat suatu pegetahuan akan berkurang.

Faktor eksternal :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.Sedangkan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.


(55)

c. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang.Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai media maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikirnya.

E. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Menurut Resentrock (1977 dalam Maulana, 2009) model ini dekat dengan pendidikan kesehatan.Model ini merupakan salah satu model pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan yang positif.Health belief model sebagai suatu pendekatan pendidikan kesehatan yang berdasarkan pada kepercayaan dan persepsi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan kerentanannya terhadap penyakit dan merupakan model


(56)

kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Bensley, 2008).

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Resentrock (dalam Maulana, 2009) yaitu:

a. Ancaman berupa persepsi individu tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaan menerima diagnosis penyakit) dan persepsi tentang keparahan penyakit atau kondisi kesehatannya

b. Harapan berupa persepsi tentang keuntungan dari suatu tindakan, persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan tertentu

c. Pencetus tindakan yaitu media, pengaruh orang lain, dan hal-hal yang mengingatkan (reminders)

d. Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin, suku bangsa)

e. Penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan tertentu)

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.Keputusan untuk mengambil tindakan sebagai upaya untuk penanggulangan penyakit itu tergantung pada persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (media, ajakan orang yang dikenal, atau ada yang mengingatkan) (Maulana, 2009).


(57)

F. Penelitian Terkait

Fransisca Iriani, M. Nasfiannoor, dan Nina Yuana Tendi (2006) dengan penelitiannya yang berjudul perbedaan sikap terhadap hubungan seks pranikah antara remaja yang diberikan penyuluhan dan yang tidak diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja menerangkan bahwa adanya perbedaan antara kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok satu lebih tidak menyetujui hubungan seks pranikah dibandingkan dengan kelompok yang kedua. Kesmpulannya adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan dari sikap terhadap hubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yag tidak diberi penyuluhan.

Dalam penelitian Rachma Wardani (2010) yang berjudul pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja perempuan.Penelitian tersebut menggunakan 61 siswi sebagai sampel 30 orang sebagi kelompok kontrol dan 31 orang sampel sebagai kelompok perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak dilakukan penyuluhan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardin Prima Massolo, Muh. Ikhsan, dan Rahma (2011) dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi didapatkan hasil nilai kelompok ekserimen pre test 27,60 dan nilai post test 35,00 dengan nilai p < 0.05, sedangkan nilai kelompok kontrol pre test 33,40 dan nilai post test 26,00 nilai p>0.05. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap


(58)

pengetahuan siswa SMAN 1 Masohi tentang seksual pranikah. Pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi memberikan peningkatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.


(59)

G. Kerangka Teori

Bagan 2.4 Kerangka Teori modifikasi dari Notoatmodjo (1993) dan Health Belief Model Rosenstock 1974( dalam Maulana, 2009)

Pendidikan Kesehatan Metode - Konseling - Wawancara - Ceramah - Seminar

- Diskusi kelompok - Bermain peran

- Mengungkapkan pendapat - Simulasi - dll Media - Leaflet - Booklet - Poster - Video - Power Point - dll Kognitif Persepsi individu Kelemahan terhadap penyakit yang dirasakan Keseriusan terhadap penyakit yang dirasakan Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Remaja Sosial Biologi Faktor yang mempengaruhi pengetahuan:  Pendidikan  Minat  Pengalaman  Usia  Ekonomi  Informasi  Lingkungan


(60)

42

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah bagian dari penelitian yang menyajikan konsep atau teori, pembuatan kerangka konsep ini mengacu pada masalah-masalah yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam diagram (Alimul, 2007). Berdasarkan kerangka teori, maka disusun kerangka konsep mengenai pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Intervensi

Pendidikan kesehatan Input

Pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi

Output Perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi


(61)

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi

Tingkat pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi:

 Definisi kesehatan reproduksi  Organ reproduksi

 Pubertas  Kehamilan  Seksualitas

 Cara merawat kesehatan reproduksi  Penyakit menular seksual

Responden akan diberikan pertanyaan melalui kuesioner berjumlah 21 pertanyaan

Kuesioner B Jika benar bernilai 1 Jika salah bernilai 0 Nilai minimal= 0, nilai maksimal= 21 Rasio

2. Pendidikan kesehatan

Penyampaian materi pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja dengan metode ceramah selama 60 menit

- - - -


(62)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.

Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.


(63)

45

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan metode Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design karena tidak dilakukan random assignment terhadap subjek penelitian.Random assignment merupakan pemilihan secara acak peserta penelitian yang akan ditempatkan pada kelompok yang berbeda, seperti kelompok eksperimental dan kelompok kontrol (Louis, 2010).

Desain penelitian one group pre-test and post-test dapat digambarkan seperti pada gambar 4.1. (Arikunto, 2006)

O1---X---O2

Gambar 4.1 Desain Penelitian Keterangan:

O1 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner. X : memberikan tindakan berupa pendidikan kesehatan.

O2 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner kembali.

pretest Pendidikan

kesehatan reproduksi


(64)

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat yang beralamat di Jl. Tarumanegara no. 67 Cireundeu – Ciputat Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada 3 Juni 2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang termasuk kedalam kelompok remaja awal yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi, sebagai berikut:

a. Siswa kelas VIII

b. Bersedia menjadi responden dibuktikan dengan penandatanganan lembar informed consent

c. Mengikuti acara pendidikan kesehatan baik pretest dan posttest Kriteria eksklusi:

a. Tidak bersedia menjadi responden penelitian. b. Tidak hadir saat penelitian


(65)

c. Tidak mengikuti acara pendidikan kesehatan secara keseluruhan (tidak ikut posttest)

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian diambil menggunakan teknik convenience sample adalah metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti bila penarikan sampel secara acak tidak dapat dilakukan. Alasan peneliti menggunakan convience sample adalah dikarenakan pihak sekolah hanya memberikan ijin peneliti untuk mengambil sampel pada satu kelas saja. Sampel diperoleh dengan memilih para peserta yang telah tersedia di kelas VIII 4 berjumlah 30 orang akan tetapi karena 6 orang tidak hadir pada saat pendidikan kesehatan dilaksanakan maka responden yang dapat diambil adalah sebanyak 24 orang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dipakaiterdiri dari: 1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang data demografi responden.

2. Kuesioner B berisi 21 pertanyaan terkait pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada kuesioner B disusun berdasarkan materi yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Kemudian jawaban dari para siswa akan diberikan bobot nilai. Nilai-nilainya adalah


(66)

berdasarkan total skor jawaban benar yang diperoleh. Setiap jawaban benar dari Kuesioner B diberi nilai 1, dan jika jawaban salah diberi nilai 0

Tabel 4.1 Uraian kuesioner penelitian

Variabel Parameter Jumlah

Pertanyaan Nomor Pertanyaan Data Demografi (Kuesioner A) Nama, umur, kelas, jenis kelamin, sumber pengetahuan.

6 1,2,3,4,5,6

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi - Definisi kesehatan reproduksi - Fungsi organ

reproduksi - Tanda pubertas - Kehamilan - Penyakit menular seksual - Pendidikan Kespro - Cara menjaga

kesehata organ reproduksi - Seks pranikah 1 2 5 6 1 1 3 1 1 2, 5

3, 4, 8, 11, 12 7, 13, 14, 15, 16, 17

21

19 6, 9, 20


(67)

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007).

Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, kemudian diuji menggunakan uji t dan kemudian lihat penafsiran dari indeks korelasinya (Hidayat, 2008).

Rumus Pearson Product Moment:

= √[ ] [ ]

Keterangan:

: koefisisen korelasi

i

:

jumlah skor item i

: jumlah skor total (item)

n : jumlah responden

Rumus uji t:

= √ √


(68)

Keterangan:

t : nilai

r : koefisien korelasi hasil

n : jumlah responden

Untuk tabel tα= 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai t hitung > t tabel maka dinyatakan valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel maka dinyatakan tidak valid.

Reliabilitas instrument adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. (Ary dkk., 1997 dalam Setiadi, 2007).

Uji reabilitas dapat menggunakan rumus Spearmen Brown metode ini menggunakan satu instrumen kemudian dibagi menjadi dua sama banyak, bagian yang pertama memuat skor dari unsur-unsur pokok bernomor ganjil dan bagian yang kedua memuat skor dari unsur-unsur pokok yang bernomor genap (Hidayat, 2008).

Rumus Spearamen Brown:

Keterangan:


(69)

Apabila r tabel berarti reliable dan apabila r tabel maka tidak reliabel. Pada penelitian ini uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 22 Mei 2014 uji coba dilakukan pada 31 orang siswa kelas VII 1 di SMP Islam Ruhama Ciputat. Hasil uji validitas kuesioner menunjukkan 9 pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0.699. Karena jumlah pertanyaan banyak yang tidak valid maka dilakukan uji valid yang kedua dengan hasil 12 pertanyaan valid dengan nilai reliabilitas 0.623 sehingga didapatkan jumlah item soal dari kuesioner untuk penelitian ini berjumlah 21 soal.

G. Tahapan Pengambilan Data 1. Prosedur administrasi

a. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari pihak SMP Islam Ruhama Ciputat.

b. Melakukan sosialisasi penelitian kepada kepala SMP Islam Ruhama Ciputat beserta jajarannya yang kemudian dibuat kesepakatan untuk melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Islam Ruhama Ciputat.

c. Meminta calon responden agar bersedia menjadi responden penelitian setelah dijelaskan tujuan, manfaat, prosedur penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang sudah bersedia kemudian diminta untuk menandatangani surat persetujuan untuk menjadi responden.


(70)

2. Persiapan intervensi

Sebelum melakukan intervensi peneliti menentukan topik tentang kesehatan reproduksi dengan sasaran siswa kelas VIII 4 SMP Islam Ruhama Ciputat.Kegiatan pendidikan kesehatan akan dilaksanakan pada Juni 2014 selama 60 menit. Tujuan isntruksional umum dari kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan siswa diharapkan mengetahui tentang kesehatan reproduksi.

Materi yang akan diberikan yaitu meliputi pengertian kesehatan reproduksi, organ reproduksi dan fungsinya, cara menjaga kesehatan reproduksi, tanda pubertas, faktor yang mendorong hasrat seksual, kehamilan, akibat seks pranikah, cara mengendalikan dorongan seksual, serta macam penyakit menular seksual.

Metode yang digunakan adalah ceramah, lalu peserta mengisi kuesioner dan diadakan tanya jawab. Media yang dipakai adalah power point.Setelah itu peneliti menyusun pengorganisasian yang terdiri dari penyaji yaitu peneliti sendiri, sebagai moderator adalah Ratu Ummu Hani dan sebagai fasilitator yaitu Rizkinuary Hidayah.Uraian tugasnya adalah penyaji bertugas untuk menyampaikan materi penyuluhan, moderator untuk mengarahkan jalannya acara penyuluhan, fasilitator membantu mengarahkan peserta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk dan mengikuti acara pendidikan kesehatan dengan baik.


(71)

3. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan pembukaan, perkenalan, menjelaskan tujuan dari kegiatan pendidikan kesehatan, menyebutkan pokok materi yang akan disampaikan serta menyampaikan berapa lama kegiatan ini akan dilaksanakan.Dilakukan selama 10 menit.Kemudian membagikan kuesioner pertama sebagai pretestpeserta diberikan waktu menjawab pertanyaan selama 15 menit.Kemudian berlanjut dengan kegiatan inti yaitu penyampaian materi oleh penyaji. Penyaji melakukan observasi pengetahuan siswa dengan cara menggali sejauh mana pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi setelah itu menyampaikan apa itu pengertian dari kesehatan reproduksi, organ-organ reproduksi berikut dengan fungsinya, bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi, lalu menjelaskan tanda pubertas, faktor yang mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah, menjelaskan tentang proses kehamilan dan aborsi, cara untuk mengendalikan dorongan seksual, serta menjelaskan macam-macam penyakit menular seksual.

Setelah penyampaian materi selesai moderator membuka sesi tanya jawab selama 5 menit, memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi pendidikan kesehatan reproduksi yang masih kurang dipahami. Setelah itu berlanjut pada sesi evaluasi dilakukan selama 10 menit dengan cara penyaji menanyakan kembali kepada para siswa tentang materi yang baru saja diberikan dan juga memberikan reinforcement kepada peserta yang berhasil menjawab dengan benar.


(72)

Kemudian diakhiri dengan kegiatan penutup, moderator menjelaskan kesimpulan dari kegiatan pendidikan kesehatan yang telah berlangsung, mengucapkan terima kasih dan memberikan salam penutup.

Setelah kegiatan selesai peserta diberikan waktu istirahat 10 menit kemudian dilanjutkan dengan memberikan kuesioner sebagai posttest peserta diberikan waktu untuk menjawab pertanyaan selama 15 menit.

Peneliti menentukan kriteria evaluasi dari kegiatan pendidikan kesehatan ini yang terdiri dari evaluasi struktur memastikan bahwa peserta hadir tepat waktu saat penyuluhan, penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas VIII 4 SMP Islam Ruhama Ciputat. Sedangkan untuk evaluasi proses yaitu melihat apakah peserta antusias mengikuti jalannya kegiatan pendidikan kesehatan ini. Apakah peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan baik, kemudian untuk evaluasi hasil adalah diharapkan setelah dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan sekitar 90% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh penyaji selama kegiatan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi berlangsung.


(73)

H. Tahap Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan data, yaitu: (Setiadi, 2007) a. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden dengan cara member tanda atau kode berbentuk angka pada setiap jawaban.

c. Sorting

Sorting adalah memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki.

d. Entry data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan kedalam table dengan cara manual atau melalui computer.

e. Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah masuk dengan benar atau belum.

f. Mengeluarkan informasi


(74)

I. Teknik analisa data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan, yaitu pengetahuan dan sikap secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.

2. Analisi Bivariat

Tujuan analisis bivariat ini adalah diagnosis data dan uji hipotesis dua variabel.Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat.Teknik yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis inferensial dengan uji hipotesis komparatif numerik berpasangan karena skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala interval dan data yang dihasilkan yaitu dua data dari satu kelompok yang sama untuk variabel yang sama. Oleh karena itu berdasarkan hipotesisnya maka uji yang digunakan adalah uji t berpasangan.Uji t berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel untuk satu grup sampel tunggal. Kriteria data untuk uji t sampel berpasangan:

a. Data untuk tiap pasangan yang diuji dalam skala interval atau rasio b. Data berdistribusi normal


(75)

Bila sebaran data tidak normal atau syarat uji t tidak terpenuhi maka uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2011).

J. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian. Berikut adalah beberapa prinsip etik yang digunakan peneliti selama penelitian ini berlangsung:

a. Prinsip manfaat

Segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan manusia.Prinsip ini ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk eksploitasi.

b. Prinsip menghormati manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus dihormati.Manusia berhak untuk menentukan pilihan antara bersedia atau tidak untuk diikutsertakan sebagai subjek penelitian.

c. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia seperti dengan menghargai hak dan menjaga privasi manusia.


(76)

58 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat

SMP Islam Ruhama didirikan pada tahun 1987 dengan SK Pendirian Nomor: 490/L02/E.88 tertanggal 5 Juli 1988 berada dibawah naungan Yayasan Prof.DR. Zakiah Daradjat, yang bertujuan untuk dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang cakap dan terampil dalam ilmu yang digelutinya serta berakhlakul kharima. Dalam proses perjalanannya, SMP Islam Ruhama telah meluluskan 21 angkatan dan telah tiga kali diakreditasi ulang dengan status terakreditasi dalam kelompok A.

B. Hasil Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden berdasarkan Data Demografi

Data demografi terdiri dari jenis kelamin, umur, informasi tentang kesehatan reproduksi dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi yang didapat, tercantum dalam tabel di bawah ini.


(77)

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden

No Item Pertanyaan Jawaban Jumlah Siswa

% N

1 Jenis kelamin Perempuan Laki-laki

6 16

25

75 24

2 Umur 13 tahun

14 tahun 15 tahun 3 18 3 12.5 75 12.5 24

3 Pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi Pernah Tidak pernah 12 12 50

50 24

4 Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi TV/Radio Petugas kesehatan Orang tua Saudara Koran/Majalah Teman Guru Lain-lain 3 5 1 0 0 0 2 1 12.5 20.8 4.1 0 0 0 8.3 4.1 12

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 24 orang responden mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak 75% (16 orang) sedangkan perempuan 25% (6 orang). Umur responden berkisar antara 13 sampai 15 tahun. 3 orang berumur 13 tahun, 18 orang berumur 14 tahun, dan 3 orang berumur 15 tahun. Responden yang pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi sebanyak 12 orang, sumber informasinya berasal dari TV/radio, petugas kesehatan, orang tua, guru dan lain-lain. Sedangkan responden yang belum pernah mendapatkan informasi tentang pendidikan kesehatan berjumlah 12 orang.


(78)

2. Deskripsi Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Reproduksi Remaja

Tabel 5.2 Daftar nilai pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

No. Responden Nilai Pretest (%) Nilai Posttest (%)

1 90.4 100

2 80.9 85.7

3 61.9 61.9

4 61.9 61.9

5 76.1 100

6 85.7 100

7 80.9 71.4

8 95.2 90.5

9 80.9 76.1

10 71.4 90.4

11 66.6 66.6

12 85.7 95.2

13 90.4 85.7

14 71.4 85.7

15 80.9 52.3

16 76.1 66.6

17 76.1 85.7

18 80.9 85.7

19 80.9 100

20 100 100

21 85.7 100

22 85.7 95.2

23 90.4 85.7


(79)

Dari table di atas dapat diketahui pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu:

Kurang : 0% Cukup: 12.5% Baik: 87.5%

Sesudah diberikan pendidikan kesehatan:

Kurang: 4% Cukup: 16.6% Baik: 79.1%

Perbedaan tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang reproduksi remaja dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Reproduki

N Min Mean Max SD Median 95%

CI

Nilai Total Kuesioner

Sebelum 24 13 17.21 21 1.865 17.00 16.42

18.00

21

Sesudah 24 11 18.13 21 2.894 18.50 16.90

19.35

Dari analisis didapatkan hasil rata-rata nilai pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.2 (81.9%), nilai terendah 13 dan nilai tertinggi 21, dengan nilai total 21 jika responden dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 17.00 dengan standar


(1)

N Percent N Percent N Percent

skor 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

skor

Mean 17,21 ,381

95% Confidence Interval for Mean

Lower

Bound 16,42

Upper

Bound 18,00

5% Trimmed Mean 17,23

Median 17,00

Variance 3,476

Std. Deviation 1,865

Minimum 13

Maximum 21

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness -,243 ,472

Kurtosis ,227 ,918

Percentiles

Percentiles

5 10 25 50 75 90 95

Weighted

Average(Definitio n 1)

skor 13,2

5 14,50 16,00 17,00 18,75 19,50 20,75


(2)

Extreme Values

Case Number

Value

skor

Highest

1 20 21

2 8 20

3 1 19

4 13 19

5 23 19a

Lowest

1 4 13

2 11 14

3 14 15

4 10 15

5 17 16b

a. Only a partial list of cases with the value 19 are shown in the table of upper extremes. b. Only a partial list of cases with the value 16 are shown in the table of lower extremes.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor ,164 24 ,095 ,971 24 ,683


(3)

N Percent N Percent N Percent

skor 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

skor

Mean 18,13 ,591

95% Confidence Interval for Mean

Lower

Bound 16,90

Upper

Bound 19,35

5% Trimmed Mean 18,34

Median 18,50

Variance 8,375

Std. Deviation 2,894

Minimum 11

Maximum 21

Range 10

Interquartile Range 5

Skewness -,969 ,472

Kurtosis ,161 ,918

Percentiles

Percentiles

5 10 25 50 75 90 95

Weighted

Average(Definition 1)

skor 11,5

0 13,50 16,50 18,50 21,00 21,00 21,00


(4)

Extreme Values

Case Number

Value

skor

Highest

1 1 21

2 3 21

3 5 21

4 6 21

5 19 21a

Lowest

1 15 11

2 4 13

3 16 14

4 11 14

5 7 15

a. Only a partial list of cases with the value 21 are shown in the table of upper extremes.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor ,233 24 ,002 ,867 24 ,005


(5)

pretest

95% Confidence Interval for Mean

Lower

Bound 16,42

Upper

Bound 18,00

5% Trimmed Mean 17,23

Median 17,00

Variance 3,476

Std. Deviation 1,865

Minimum 13

Maximum 21

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness -,243 ,472

Kurtosis ,227 ,918

posttest

Mean 18,13 ,591

95% Confidence Interval for Mean

Lower

Bound 16,90

Upper

Bound 19,35

5% Trimmed Mean 18,34

Median 18,50

Variance 8,375

Std. Deviation 2,894

Minimum 11

Maximum 21

Range 10

Interquartile Range 5

Skewness -,969 ,472


(6)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pretest ,164 24 ,095 ,971 24 ,683

posttest ,233 24 ,002 ,867 24 ,005

a. Lilliefors Significance Correction

Uji wilcoxon

Ranks

N Mean

Rank

Sum of Ranks

posttest – pretest

Negative

Ranks 7

a

7,57 53,00

Positive Ranks 13b 12,08 157,00

Ties 4c

Total 24

a. posttest < pretest b. posttest > pretest c. posttest = pretest

Test Statisticsa

posttest - pretest

Z -1,955b

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,051

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.


Dokumen yang terkait

Efektifitas Pendidikan Kesehatan tentang Dismenore terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat

0 11 105

Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat

4 13 127

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Muhammadiyah 4 Surakarta.

0 4 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 1 Kartasura.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 1 Kartasura.

0 1 6

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 1 Kartasura.

0 2 13

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMP Negeri 24 Surakarta.

0 2 13

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMP Negeri 24 Surakarta.

0 0 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP NEGERI 2 TANJUNGSARI SUMEDANG

0 0 7

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANTUL TAHUN 2010

0 0 10