Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

ABSTRAK
Fardiansyah

“Pembelajaran

Matematika

dengan

Menggunakan

Metode

Penamuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa (Penelitian
Tindakan Kelas di SMP Islam Plus Mardhotillah)”. Tujuan penelitian untuk
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Tempat penelitian SMP Islam
Plus Mardhotillah, tahun pelaksanaan 2008, metode yang digunaka metode
penemuan terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Latar belakang penelitian ini adalah kurang aktifnya siswa dalam proses
pembelajaran. Melihat sangat perlunya aktivitas belajar matematika siswa dalam

proses pembelajaran, maka diperlukan metode pembelajaran yang dapat
mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pemebelajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson). Metode penemuan terbimbing
adalah salah satu metode yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitina ini adalah

penelitian tindakan kelas atau (Classroom Action Research). Subjek penelitian
yaitu siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotillah tahun ajaran
2008/2009.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Metode Penemuan

Terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

Hal ini


terlihat dari meningkatnya skor aktivitas belajar matematika siswa melalui lembar
observasi, skor awal yang diperoleh siswa 11,67 meningkat menjadi 27,64

Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Metode Penemuan Terbimbing,
Aktivitas belajar
xi+; 15 tabel ; 9 gambar; 37 lampiran; 19 daftar acuan

i

KATA PENGANTAR

‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang
menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku
barsandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat dan
Salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a, dan

kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi
ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
sekaligus Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bpk Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
5. Bpk Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan
Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Kepala Sekolah SMP Islam Plus Mardhatilah Jakarta, Bpk. Faturahman,
S.pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Islam

Plus Mardhatilah Jakarta, Ibu Feny Indriawati, S.Pd yang telah membantu
penulis melaksanakan penelitian di kelas VIII,

ii

8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ibu Hj. Misni dan Bapak H.
Sumanta yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya
mendo’akanku, melimpahkan kasih sayang

dan memberikan dukungan

moril dan materil kepadaku. Hanya Allah SWT. yang dapat membalasnya,
semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.
10. Teristimewa untuk keluargaku, Fachrurozi (abang), farhan, farida, fajriah
(ade), H. Toha (mamang), H. Haris (mamang) terimakasih atas doanya dan
dukungannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal untuk

kalian.
11. Sahabat-sahabatku Zaenal terimakasih banyak atas bantuanya selama ini,
Ibul, Izal, Sukron, Anam, Munok, Asqol thanks bro untuk semangatnya, Lia,
Nubi, Aan, Lina dan Ria terima kasih doanya.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan
‘03, kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih
kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam
kesuksesan.
13. Teman-temanku bedoel, dindin, edy, fuad, cempeng thanks nyo atas
bantuanya dan doanya akhirnya gw bisa...
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudahmudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan
menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah
ilmu pengetahuan umumnya.
Jakarta, Januari 2010

Penulis
Fardiansyah

iii


DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................viii

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ..........................................................7
C. Pembatasan Fokus Penelitian.........................................................................7
D. Perumusan Masalah Penelitian ......................................................................8
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian.............................................................8


BABII

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
PERENCANAAN TINDAKAN ............................................................9

A. Kajian Teori....................................................................................................9
1. Pembelajaran Matematika..................................................................9
a.Pengertian Matematika.................................................................9
b. Belajar dan Pembelajaran Matematika......................................11
2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) .............13
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing...............................13
b. Perencanaan Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing .......18
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing......19
3. Aktifitas Belajar Matematika .............................................................20
4. Hubungan Aktifitas Belajar Matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing ........................................................................................24
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................25
C. Pengajuan Konseptual Intervensi/Perencanaan Tindakan .............................26
D. Kerangka Berfikir...........................................................................................26
E. Hipotesis Penelitian Tindakan .......................................................................29


iv

HALAMAN
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................30
B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan......................................31
C. Subjek Penelitian............................................................................................33
D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ..................................................33
E. Tahapan Perencanaan Kegiatan .....................................................................33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan..................................................37
G. Data dan Sumber Data ...................................................................................37
H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data.......................................................38
I. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................40
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi .......................40
K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Data ........................................................40
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..........................................................41


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................42
A. Deskripsi Data................................................................................................42
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................................69
C. Analisis Data ..................................................................................................70
D. Interpretasi Data .............................................................................................71
E. Pembahasan Temuan Penelitian.....................................................................73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................76

A. Kesimpulan ....................................................................................................76
B. Saran...............................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................78
LAMPIRAN – LAMPIRAN....................................................................................80

v


DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 3.1 : Jadwal Kegitan Penelitian / Siklus...........................................................30
Tabel 3.2 : Pemberian Skor Pada Skala Likert ..........................................................40
Tabel 4.1 : Skor Awal Hasil Belajar Matematika Siswa............................................43
Tabel 4.2 : Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa.......................44
Tabel 4.3 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama
Pembelajaran Pada Siklus I......................................................................50
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus I..........................................51
Tabel 4.5 : Hasil Refleksi Pada Siklus I.....................................................................53
Tabel 4.6 : Skor rata-rata observasi aktivitas belajar matematika siswa selama
Pembelajaran Pada Siklus II ....................................................................57
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Nilai tes akhir siklus II ...........................................59
Tabel 4.8 : Hasil Refleksi Pada Siklus II ...................................................................60
Tabel 4.9 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama
Pembelajaran Pada Siklus III ...................................................................66
Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus III.....................................67
Tabel 4.11 : Hasil Refleksi Pada Siklus III ................................................................69
Tabel 4.12 : Skor Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika
Siswa .......................................................................................................71

Tabel 4.13 : Nilai Rata-Rata Hasil Tes Akhir Siklus .................................................72

vi

DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ..........................................................34
Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I...................................53
Gambar 3 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus I .54
Gambar 4 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok.....................................60
Gambar 5 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus II 61
Gambar 6 : Aktivitas Siswa Untuk Bertanya Langsung ............................................68
Gambar 7 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus
III

69

Gambar 8 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Aktivitas Melalui Lembar
Observasi..................................................................................................73
Gambar 9 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Tes Akhir Siklus .......................74

vii

DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................80
Lampiran 2 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 3 ..........................................98
Lampiran 3 Jawaban Latihan Soal Pert 3...................................................................100
Lampiran 4 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 6 ..........................................101
Lampiran 5 Jawaban Latihan Soal Pert 6...................................................................102
Lampiran 6 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 9 ..........................................103
Lampiran 7 Jawaban Latihan Soal Pert 9...................................................................104
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa .......................105
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru..........................................................................119
Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji
Validitas ................................................................................................120
Lampiran 11 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ...121
Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji
Validitas ................................................................................................124
Lampiran 13 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas .....125
Lampiran 14 Lembar Wawawncara Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian.............128
Lampiran 15 Kutipan Wawancara Guru Sebelum Penelitian ....................................129
Lampiran 16 Kutipan Wawancara Guru Setelah Penelitian ......................................131
Lampiran 17 Lembar Wawancara Siswa Sebelum dan Setelah Penelitian................133
Lampiran 18 Kutipan Wawancara Siswa Sebelum Penelitian ...................................134
Lampiran 19 Kutipan Wawancara Siswa Setelah Penelitian .....................................135
Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I..................................................................136
Lampiran 21 Tes Akhir Siklus 1 ................................................................................137
Lampiran 22 Jawaban Tes Akhir Siklus 1 .................................................................138
Lampiran 23 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II.................................................................139
Lampiran 24 Tes Akhir Siklus 2 ................................................................................140
Lampiran 25 Jawaban Tes Akhir Siklus 2 .................................................................141
Lampiran 26 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus III ...............................................................142
Lampiran 27 Tes Akhir Siklus 3 ................................................................................143
Lampiran 28 Jawaban Tes Akhir Siklus 3 .................................................................144
Lampiran 29 Kisi-kisi Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung .....................145
Lampiran 30 Soal-soal Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung .....................146
viii

HALAMAN
Lampiran 31 Jawaban Soal-soal Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung ......147
Lampiran 32 Daftar Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa.............................148
Lampiran 33 Perhitungan Statistik Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa .....149
Lampiran 34 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus...............................................................150

ix

156

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.
Islam memandang manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Allah SWT memberikan potensi jasmani dan rohani bagi manusia,
potensi yang terdapat didalam organ tubuh manusia disebut fisio psikis manusia,
berfungsi sebagai alat yang penting untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam sejarah kehidupan manusia, satu hal yang menjadi cita-cita manusia
yaitu menjadikan hidup ini lebih baik. Usaha perbaikan tersebut telah dilakukan
sejak manusia diciptakan, sebagai suatu keniscayaan dari kodratnya yang
memiliki akal dan hasrat untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Perubahan
dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar. Banyak sekali bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia
melalui proses belajar, sehingga kualitas peradaban manusia berpulang kepada
apa dan bagaimana ia belajar.
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu masalah yang
cukup komplek dan masalah pokok pendidikan di Indonesia pada saat ini masih
berkisar pada soal pemerataan kesempatan, revolusi, kualitas, efektifitas, dan
efisiensi pendidikan sesuai dengan masalah pokok tersebut. Serta memperhatikan
tentang masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia untuk mengatasi persoalan dan menghadapi
itu perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat
mengembangkan potensi dan prestasi belajar siswa.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11

       
Artinya:
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat”

1

2

Pendidikan itu sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan. Sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun
bangsa dan negara.

Perkembangan suatu bangsa banyak dipengaruhi dan

ditentukan oleh perkembangan pendidikan bangsa dan negara itu sendiri. Hal
tersebut mangandung implikasi bahwa masa depan bangsa dan negara dapat
diukur dari seberapa besar pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia,
oleh karena itu mau tidak mau, senang atau tidak senang, pendidikan harus
menjadi investasi masa depan yang utama karena sumber daya manusia
merupakan pusat bagi pembangunan secara keseluruhan.
Landasan pendidikan di Indonesia juga diatur dalam undang-undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional,
diungkapkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
megembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual agama,
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Begitu pentingnya pendidikan bagi bangsa dan negara, maka pemerintah
merumuskan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional yang

dimaksud adalah ”tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan
baik formal, non formal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan
negara indonesia”.2
Undang-undang No. 20 tahun 2003 juga menjelaskan bahwa: ”Pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.”3

Langeveld dalam bukunya Beknpte Theore Tische

Paedagogiek mengungkapkan ”tujuan umum pendidikan adalah tujuan didalam

1

UU RI No 20 Th 2003, Sist em pendidikan nasional , (Jakart a : Sinar Grafika, 2006), cet ke

3, hal. 2
2

M . Ngalim Purwant o, Ilmu Pendidikan Teorit is dan Prakt is, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2003), cet ke 15, hal. 36
3
UU Sisdiknas, dalam ht t p:/ / w ww.jakart a t eachers.com/ 821.ht ml, 18 maret 2008, 20:45

3

pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain”. 4
Seorang cendikiawan muslim Cak Nur (2002) mengungkapkan bahwa: ”tujuan
utama pendidikan adalah pendidikan moral atau akhlak dan pengembangan
kecakapan atau keahlian.”5
Persoalan

pendidikan

bukan

lagi

hanya

sekedar

menyampaikan

pengetahuan (Transfer of knowledge), menyampaikan nilai atau hasil (Transfer of
value), dan menyampaikan kemampuan atau keahlian (Trasnfer of skill),
melainkan merupakan kegiatan intergratif yang mengembangkan suasana liberatif
(membebaskan) dan bukan memenjarakan, mengembangkan praksis (praktik dan
refleksi) serta pendidikan yang meluluskan manusia will in formed sadar IPTEK,
karena punya etika dan solidaritas. Oleh karena itu pendidikan harus senantiasa
memperhatikan pengelola operasional pendidikan, diantaranya pemberdayaan
peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan lain, serta masyarakat yang menjadi
komponen penentu keberhasilan suatu program pendidikan dan merupakan
investasi SDM jangka panjang dan berlangsung sumur hidup.
Ilmu pengetahuan juga sangat berperan dalam mempertahankan kehidupan
umat manusia di tengah persaingan yang cukup ketat di kehidupan ini. Akibat
persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi, misalnya tidak sedikit orang
pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan
kehidupan orang lain. Kinerja akademik yang merupakan hasil belajar disamping
membawa manfaat juga membawa mudharat.
Sebagai menejer, guru atau pendidik dapat memenej kelas agar dapat
terlaksana proses belajar mengajar yang baik, bukan memenejemeni untuk
terjadinya prilaku baik, tetapi memenejemen kelas agar dapat terlaksananya
proses belajar mengajar yang baik, mencakup perencanaan untuk memfokuskan
pemikiran peserta didik, memfasilitasi diskusi, dan membentuk peserta didik
secara individual. Guru memenejemen kelas untuk mempromosikan belajar yang
lebih baik, yakni dengan meningkatkan kondisi belajar yang lebih baik, yang
mencakupi kesukaran dan aktivitas belajar, koperasi sekolah, kependidikan belajar

4

M . Ngalim Purwant o, Ilmu Pendidikan…, hal.20
Andreas Harefa, Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup, (Jakart a: Gramedia Pust aka Ut ama,
2002) hal. 74
5

4

dan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.

Dengan demikian,

sebagai hasilnya diharapkan guru atau pendidik memerlukan sedikit waktu untuk
memenejemeni perilaku mengerjakan tugas dan lebih banyak waktu untuk
berinteraksi dengan peserta didik, yakni menemukan ide, pertanyaan, dan
pemahaman.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 242

      
Artinya:
”Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatnya (hukumhukumnya) supaya kamu memahaminya”
Guru sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses
belajar mengajar agar dapat tercapainya tujuan pengajaran yang telah dicanangkan
dan harus memiliki kemampuan serta kreativitas dalam menyesuaikan materi yang
diajarkan dengan model-model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
lebih mengerti sekaligus berpikir kreatif, inovatif, dan aspiratif dalam menyikapi
masalah yang ada. Guru merupakan factor human kedua setelah peserta didik,
walaupun padangan dari paham teacher centred pada umumnya tidak diterima,
tetapi guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses pendidikan,
karena tanpa guru pendidikan tidak mungkin dapat berlangsung.

Peranan guru

dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana oleh Adam
Decey dalam Basic Principle of student Teaching dalam Usman, antara lain guru
sebagai “pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar,
partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan
konselor.”6
Guru yang professional dalam tugasnya adalah guru yang kinerjanya
dilandasi secara benar oleh pengetahuan dan kemahiran mengelola interaksi
pembelajaran, penguasaan bahan ajar, dan kelihaian mengukur proses belajar dan
hasil pembelajaran serta guru yang mahir mengelola interaksi pembelajaran

6

M ohammad Uzer Usman, M enjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), cet ke 22, h. 9

5

inklusif menguasai dan mampu memilih bahan ajar yang tepat serta dapat
menerapkan berbagai model dan bentuk penilaian. Oleh karena itu, guru tidak
hanya sebagai seorang yang memberikan informasi dan mengemas mata pelajaran
peserta didik untuk dijadikan bahan ajar, akan tetapi harus lebih mendidik mereka
belajar hidup sebagai masyarakat yang hidup bersosialisasi dengan semangat
persaudaran, menjunjung tinggi martabat manusia, saling menghargai, kerjasama
dan peduli terhadap sesama. Tugas lain dari guru adalah membimbing peserta
didik yaitu untuk mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan,
kesanggupan, bakat, minat, serta aktif dan menciptakan situasi untuk pendidkan
yaitu suatu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung
dengan baik dengan hasil yang memuaskan.
Matematika merupakan pelajaran yang selalu diajarkan di setiap jenjang
pendidikan. Karena pelajaran matematika merupakan syarat kelulusan siswa dan
matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari–hari untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi manusia.

Pelajaran matematika juga merupakan

pelajaran yang dianggap penting oleh pemerintah, peserta didik menjadikan
pelajaran matematika suatu yang tidak menyenangkan. Matematika (ilmu pasti)
bagi anak-anak merupakan pada umumnya mata pelajaran yang tidak disenangi,
kalau bukan mata pelajaran yang dibenci.
Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa
sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika. Bahkan tidak jarang matematika dianggap momok atau
hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari. Ketika mendengar kata
matematika serta merta yang muncul di pikiran indentik dengan kata sulit.
Pendidikan matematika juga mempunyai ciri-ciri khusus sehingga
pendidikan dan pengajarannya perlu ditangani secara khusus pula. Demikian pula
matematika sebagai proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan
matematika (doing math), matematika juga memberikan sumbangan yang penting
kepada siswa dalam pengembangan motivasi belajar, berpikir logis, sistematik,
kritis, cermat dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi
permasalahan.

6

Secara umum diberikannya pendidikan matematika di sekolah adalah
untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis.

Serta

mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola fikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan pada
penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap, serta ketrampilan dalam penerapan
matematika.
Pembelajaran akan berhasil jika diawali dengan membangun pemikiran
siswa, misalnya siswa diberikan permasalahan yang tidak asing lagi dalam
pemikirannya, artinya permasalahan yang diberikan pernah mereka alami,
sehingga siswa berupaya untuk mencari dan menemukan jawabannya berdasarkan
pada struktur pengetahuan telah mereka miliki sebelumnya.

Pada umumnya

metode yang banyak digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab,
guru bertindak sebagai sumber informasi yang sangat dominan, interaksi yang
berlangsung sering kali membuat siswa merasa jenuh.
Pembelajaran matematika juga mempunyai beberapa metode yang dapat
dipilih untuk kegiatan belajar mengajar agar dapat berlangsung dengan baik.
Metode-metode yang banyak digunakan diantaranya adalah metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, demontrasi, pemecahan masalah, penemuan, dan
sebagainya. Dari beberapa metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran
matematika, pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak bernilai tepat.
Pada perkembangan pendidikan dewasa ini, proses pembelajaran lebih
menekankan pada terciptanya suasana belajar yang interaktif dan komunikatif atau
dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu metode yang
mengarah pada hal tersebut adalah metode penemuan. Metode penemuan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu metode penemuan terbimbing dan metode
penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing adalah metode yang
lebih mengarahkan siswa untuk berfikir dan belajar, guru menjadi sumber
informasi bila dibutuhkan siswa, guru sebagai moderator, fasilitator, dan

7

pembimbing. Metode seperti ini lebih dapat memuaskan keingintahuan pada diri
siswa sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkat, sedangkan metode
penemuan tidak terbimbing siswa harus menemukan prinsip pembelajaran sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka metode penemuan terbimbing bisa
menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah dengan judul:
“Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan
Terbimbing (Guided Discovery Lesson) untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Matematika Siswa”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari penjelasan uraian di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah
yang timbul, antara lain:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa?
2. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa?
3. Bagaimana metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa?
4. Hambatan apa saja yang mungkin terjadi dalam pembelajaran
matematika dengan menggunkan metode penemuan terbimbing?
Fokus penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode
penemuan terbimbing.

C. Pembatasan Fokus Penelitian.
Fokus penelitian pada penelitian ini dibatasi, pembatasan fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam kelas
atau dalam istilah proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar
dilakukan bila ada guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa kehadiran,
pembahasan materi, mendengarkan, mencatat, mengingat, adanya diskusi
antara guru dan siswa, berpikir.

8

2. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah
diberi pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.
3. Metode penemuan terbimbing yang dimaksud membimbing dan lebih
mengarah kepada aktifnya siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana di atas, maka
perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa?
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan
metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran matematika?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .
1. Tujuan Penelitian.
1.

Untuk mengetahui bagaimana metode penemuan terbimbing dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

2. Untuk mengetahui keaktifan belajar matematika siswa dengan metode
penemuan terbimbing.
3. Untuk mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing dalam
proses pembelajaran matematika.
2. Manfaat Penelitian.
1. Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2. Siswa

lebih

semangat

merumuskan,

menafsirkan,

dan

dapat

menyelesaikan model matematika.
3. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
4. Siswa tidak merasa jenuh selama berlangsungnya proses pembelajaran

156

BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
PERENCANAAN TINDAKAN

A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata
mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat
yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi
ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang
berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti
“ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”1 Hal ini dimaksudkan
bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui penalaran, akan tetapi
dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas dalam dunia rasio
(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan kepada hasil
observasi atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk
sebagai hasil pemikiran manusia yang behubungan dengan ide, proses, dan
penalaran.

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya
dengan simbol, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada
mengenai bunyi. Ruseffendi menyatakan ”bahwa terdapat banyak anak
yang

setelah

belajar

matematika

bagian

yang

sederhana

tidak

dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahaminya secara keliru.” 2
Banyak dari mereka menghafal bukan memahami konsepnya. Matematika
dianggap pelajaran yang membosankan dan membuat ruwet.

1

H. Erman Suherman, et al. Common Text Book; St rat egi Pembelajaran M at emat ika
Kot emporer, (Bandung: UPI, 2003), hal. 16
2
Lia Kurniawat i, Dalam Algorit ma Juranal M at emat ika dan Pendidikan M at emat ika ,
(Jakart a: Cemed, 2006), cet ke 1, hal.78

10

Untuk mengenal matematika lebih dekat, lebih dulu kita mesti
mengetahui ciri-ciri atau mengenal sifat-sifatnya.

Matematika itu

memiliki beberapa ciri-ciri penting. Pertama, memiliki obyek yang sangat
abstrak. Berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, matematika merupakan
cabang ilmu yang spesifik. Matematika tidak mempelajari obyek-obyek
secara langsung dapat ditangkap oleh indera manusia.

Subtansi

matematika adalah benda-benda pikir yang bersifat abstrak. Walaupun
pada awalnya matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap
benda-benda

konkret

(geometri),

namun

dalam

perkembanganya

matematika lebih memasuki dunianya yang abstrak. Obyek matematika
adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya itu berperan
dalam membentuk proses berpikir matematis, dengan salah satu cirinya
adalah adanya alur penalaran yang logis. Kedua, memiliki pola pikir
deduktif dan konsisten. Matematika dikembangkan melalui deduksi dari
seperangkat anggapan-anggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai
kebenaranya dan dianggap saja benar.
Dalam matematika, anggapan-anggapan yang dianggap benar itu
dikenal dengan sebutan aksioma.

Sekumpulan aksioma ini dapat

digunakan untuk menyimpulkan kebenaran suatu pernyataan lain, dan
pernyataan ini disebut teorema.

Dari aksioma dan teorema atau dari

teorema dan teorema kemudian dapat diturunkan teorema lain. Akhirnya
matematika merupakan kumpulan-kumpulan butir-butir pengetahuan benar
yang hanya terdiri atas dua jenis kebenaran, yaitu aksioma dan teorema.
Andi Hakim Nasution mengungkapkan kalaulah ada pengetahuan yang
tampaknya benar, namun belum dapat dibuktikan, maka butir pengetahuan
itu belum dianggap kebenaran dan hanya berupa suatu takhayul yang
masih perlu dibuktikan.

Dengan kata lain, kebenaran konsistensi

matematika adalah kebenaran dari suatu pernyataan tertentu yang
didasarkan pada kebenaran-kebenaran pernyataan terdahulu yang telah
diterima sebelumnya.
pertentangan.

Sehingga satu sama lain tidak mengalami

11

Matematika tumbuh dan berkembang karena ada proses berpikir,
oleh karena itu logika dasar dari terbentuknya matematika. Logika adalah
masa bayi dari matematika, sedangkan matematika adalah masa dewasa
dari logika. Pada awalnya cabang-cabang matematika yang pertama kali
ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, aljabar dan geometri.
Setelah itu ditemukanlah ilmu kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak
penopang terbentuknya cabang-cabang ilmu matematika baru yang lebih
kompleks, antara lain Statistika, Topologi, Aljabar (linier, abstrak,
himpunan), Geometri (linier dan sistem geometri), Analisis Vektor dan
lain-lain.

b. Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan
peradaban manusia. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran,
manusia selalu memikirkan dan berusaha untuk menjadikan segala sesuatu
agar lebih mudah. Sehingga setiap manusia berusaha untuk mengetahui
apa yang menjadi permasalahan hidup dan mencari jalan keluar atas
permasalahan tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapinya manusia memerlukan suatu perubahan tingkah laku dalam
dirinya.

Perubahan tingkah laku tersebut dapat diperoleh berdasarkan

pemikiran dan pengalaman pribadi atau melalui interaksi sosial dengan
orang lain.

Proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada

manusia itu disebut sebagai proses dari belajar.
Belajar pada manusia merupakan proses psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan-perubahan

dalam

pengetahuannya,

keterampilan, nilai yang relatif konstan/menetap.

pemahamannya,
Dari berbagai sudut

pandang tentang pengertian belajar, hal yang paling mendasar adalah
adanya kesamaan pendapat tentang penggunaan istilah “berubah” dan
“tingkah laku”. Pada kesimpulanya belajar adalah “suatu proses usaha
yang dilakukan seeorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

12

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.”3

Belajar pada hakekatnya dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan disekolah secara
formal maupun dilakukan dialam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman
AM, yang mengganggap bahwa sekolah adalah salah satunya pusat
kegiatan belajar karena merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.
Proses
pembelajaran.

yang

terjadi

pada

lingkungan

tertentu

dinamakan

Lingkungan tertentu yang dimaksud adalah lingkungan

yang didalamnya terdapat proses pembelajaran, seperti sekolah atau
lingkungan belajar di kelas. Titik fokus pembelajaran adalah bagaimana
membelajarkan siswa agar tujuan yang diinginkan tercapai.

Sehingga

proses belajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dan dalam undang-undang
Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” 4.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika berperan dalam upaya bagaimana menciptakan kegiatan
belajar siswa yang baik. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang siswa
melaksanakan kegiatan belajar matematika dan dalam proses tersebut
terjalin hubungan yang sinergis dan tak terpisahkan antara tiga unsur
pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, dan sumber belajar.
Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk
berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Menurut Zurinal
dan Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan
secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi),

3

Slamet o, Belajar dan Fakt or-fakt or yang M empengaruhinya , (Jakart a: PT Rineka Cipt a,
2003), Cet ke 4, hal.2
4
UU Sisdiknas, dalam ht t p:/ / ww w.jakart a t eachers.com/ 821.ht ml, 18 maret 2008,
20:45

13

yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah
laku.

2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson)
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing
Metode penemuan (discovery method) awalnya dikembangkan
Jeromer Bruner dengan yang menyatakan “bahwa anak harus berperan
aktif di dalam kelas”5. Metode penemuan adalah cara menyampaikan
bahan ajar sedemikian sehingga proses belajar yang terjadi memungkinkan
siswa untuk menemukan hal baru baginya berdasarkan serentetan
pengalaman yang dimiliki.

Metode ini merupakan metode yang

memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan
sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

Biarkanlah siswa menemukan arti

bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari
konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri.

Hal-hal yang perlu

diperhatikan di dalam metode penemuan yaitu “adanya suatu kenaikan di
dalam potensi intelektual, ganjaran instrinsik lebih ditekankan dari pada
ekstrinsik, siswa yang mempelajari bagaimana menemukan berarti siswa
itu menguasai metode penemuan (discovery)”6.
Menurut Encyclopedia of Educational Research, “penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat bentuk oleh guru dengan
berbagai cara”7, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sund berpendapat bahwa metode penemuan (discovery
lesson) adalah “proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
suatu konsep atau sesuatu prinsip”8. Proses mental misalnya; mengamati,

5

Sumarmi, St rat egi Belajar M engajar Geografi, (M alang: Depart emen Pendidikan
Nasional UM M alang, 2002), h 23
6
Sumarmi, St rat egi Belajar …, h 23
7
B.Suryosubrot o, Proses Belajar M engajar di Sekolah , (Jakart a : PT Rineka Cipt a, 2002),
Cet ke 2, hal.192
8
Roest iyah N.K, St rat egi Belajar M engajar , (Jakart a: PT Rineka Cipt a, 2001), cet ke 8 h.
20

14

menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan, sedangkan konsep misalnya; bundar, segi tiga,
demokrasi, energi dan sebagai dan prinsip misalnya setiap logam bila
dipanaskan memuai.
Beberapa konsep dasar dalam metode penemuan adalah:
1. Ditinjau dari segi siswa yang belajar:
a. Terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa sebab dari
aktivitas ini siswa mengasimilasikan konsep dan mengasimilasikan
prinsip
b. Problem solving
c. Self learning activities
d. Tangung jawab sendiri
2. Ditinjau dari guru yang mengajar
a. Guru sebagai pendiagnosis yang berusaha mengetahui
kebutuhan siswa dan kesiapan siswa
b. Guru sebagai fasilitator
1. Menyiapkan tugas atau problem yang dipecahkan oleh para
siswa
2. Memberikan klasifikasi-klasifikasi
3. Menyiapkan setting kelas
4. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan
5. Memberikan kesempatan pelaksanaan
6. Sumber informasi, jika diperlukan siswa
7. Membantu

siswa

agar

dapat

sendiri

merumuskan

kesimpulan dan implikasi-implikasinya
c. Guru sebagai dinamisator:
1. Merangsang terjadinya interaksi
2. Merangsang hati siswa untuk lebih bergairah dalam
kegiatan-kegiatannya
3. Merangsang terjadinya self analysis

15

3. Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis tujuan
pengajaran yang ingin dicapai:
a. Ada guru yang menggunakan metode penemuan bebas yang
tidak terpimpin sama sekali
b. Ada guru yang tidak menggunakan metode penemuan yang
terpimpin
c. Ada guru yang menggunakan metode inquiri
Dalam

menggunakan

teknik

discovery

guru

berusaha

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, “maka teknik
discovery memiliki keunggulan sebagai berikut:” 9
1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam
proses kognitif atau pengenalan siswa
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi,
individual, sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut
3. Dapat membangkitkan aktivitas belajar pada siswa
4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masingmasing
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan
pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri
7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru, guru hanya
sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan
Walaupun demikian baiknya teknik ini masih ada kelemahan yang perlu
diperhatikan ialah:

9

Roest iyah N.K, St rat egi Belajar…, h. 20

16

1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk
belajar dengan metode ini. Siswa harus berani dan berkeinginan
untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang
berhasil.
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti
dengan teknik penemuan.
4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini
terlalu

mementingkan

proses

pengertian

saja,

kurang

memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan
ketrampilan bagi siswa.
5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir
secara kreatif.
Konsep dasar metode penemuan di atas menjadi landasan
penggunaan

metode

matematika.

Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak

metode

pembelajaran

penemuan

yang

ada,

terbimbing

metode

dalam

penemuan

pembelajaran

terbimbing

menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika
diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri,

sehingga dapat menemukan prinsip umum

berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa
jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang
sedang dipelajari
Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas
tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah.

Dr. J. Richard dan

asistennya (2000) mencoba self learning siswa, sehingga “proses
pengajaran berpindah dari situasi teacher dominated learning (vertical) ke
situasi student dominated learning (horizontal)”10, dengan menggunakan
discovery yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui

10

B.Suryosubrot o, Proses Belajar …, hal.193

17

tukar pendapat dengan diskusi, tanya jawab, membaca sendiri dan
mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. “Salah satu bentuknya
adalah Guided Discovery Lesson.”11 Metode penemuan terbimbing adalah
proses asimilasi konsep dan prinsip yang dilakukan oleh siswa tidak lepas
dan bebas, tetapi masih berada dalam pengamatan dan bimbingna guru,
sehingga proses pembelajaran dapat terkendali dan terarah.

“Untuk

kebanyakan situasi di dalam kelas, paling baik diterapkan pendekatan
penemuan terbimbing dimana guru memimpin murid-murid dengan
tahapan-tahapan

yang

benar.”12

Permulaan

pembelajaran

memberikan wacana kepada siswa, lalu siswa dibiasakan

guru
untuk

menemukan sendiri informasi mengenai bahan pelajaran. Mereka tergerak
hatinya untuk menemukan sendiri informasi tersebut, sehingga suasana
kelas tidak kering dan tidak membosankan karena para siswa terlibat
dalam situasi yang aktif. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas
prepai objek, membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses
penemuannya, serta menjadi sumber informasi apabila diperlukan siswa.
Dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru
adalah menyatakan masalah kemudian membimbing siswa untuk
menemukan penyelesain masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal
mungkin yang diberikan guru, sedangkan siswa mengikuti instruksi yang
sedikit itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesainya. Kesimpulan
yang dapat diambil untuk menentukan langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa berdasarkan konsep dasar metode penemuan adalah:
1. Memahami masalah
2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
3. Menguji dugaan tersebut
4. Menyatakan dalam bentuk umum13

11

B.Suryosubrot o, Proses Belajar …, hal.194
M AX A. Sobel dan Guan M . M alet sky, M engajar M at emat ika , (Jakart a : Erlangga,
2004), Cet ke 3, hal. 16
13
B.Suryosubrot o, Proses Belajar …, hal.193
12

18

Karakteristik metode ini terletak pada peran siswa dalam proses
pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri, dan mengujinya,
serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan
latihan.

Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai kebutuhan-

kebutuhan

dalam

memberikan

pemahaman

kepada

siswa

pada

pembelajaran dalam kelas dan suasana didalam kelas tidak akan
membosankan tetapi akan terasa lebih menyenangkan, karena siswa
terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

b. Perencanaan dan Pelaksanan Metode Penemuan Terbimbing
Pada perencanaan metode penemuan terbimbing yang perlu
diperhatikan oleh guru adalah:
1. Indentifikasi kebutuhan siswa
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep
dan generalisasi yang akan dipelajari
3. Seleksi bahan dan problem/tugas-tugas
4. Membantu memperjelas
- tugas / masalah yang dipelajari
- peranan masing-masing siswa
5. Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan
Untuk pelaksanaan metode penemuan terbimbing

Dokumen yang terkait

Penerapan metode pembelajaran SQ3R untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

0 7 241

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap hasil belajar matematika

1 13 188

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA Peningkatan Kemandirian dan Prestasi Belajar Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok (PTK Pembelajaran Matematika pada

0 1 15

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA Peningkatan Kemandirian dan Prestasi Belajar Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok (PTK Pembelajaran Matematika pada

0 1 1

PENGARUH PEMBELAJARAN TERBIMBING DENGAN METODE BERMAIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH PEMBELAJARAN TERBIMBING DENGAN METODE BERMAIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 1 14

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP.

0 0 45

MODEL PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAN KONSEP MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 34

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING.

0 0 44

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

0 0 5