Perkembangan Bank Syariah Kelembagaan Perbankan Syariah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Perkembangan Bank Syariah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai awal tahun 1990-an, dimana terjadi diskusi pendirian perbankan syariah sebagai pilar ekonomi islam. Beberapa uji coba dilakukan, seperti yang ada di Bandung dan Jakarta, yaitu Baitut Tamwil-Salam, Bandung dan Koperasi Ridho Gusti, Jakarta. Tahun 1990-an, Majlis Ulama Indonesia memprakarsai pendirian bank syariah dengan menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan Cisarua, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Hasil Lokakarya ini kemudian dibahas lebih mendalam dalam Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta pada tanggal 20-25 Agustus 1990. Dari hasil Munas ini dibentuk kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI untuk mendirikan bank syariah di Indonesia yang bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi untuk pembentukan perbankan syariah. Hasilnya, pada November 1991 ditandatangani pendirian PT Bank Muamalat Indonesia BMI yang mulai beroperasi pada Mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah antara lain adalah BPR Mardhatillah dan BPR Amal Sejahtera yang didirikan Tahun 1991 di Bandung yang diprakarsai oleh Institute for Sharia Economic Development ISED. Ascarya dan Yumanita, 2005

2. Kelembagaan Perbankan Syariah

Perbankan syariah memiliki kelembagaan yang berbeda dengan perbankan konvensional. Pada perbankan syariah terdiri dari Bank Umum Syariah,Unit Usaha Syariah, dan BPR Syariah. Diluar bank terdapat Dewan Syariah Nasional, Dewan Pengawas Syariah, Badan Abritase Syariah Nasional dan Bank Indonesia. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum Syariah merupakan badan usaha yang setara dengan Bank Umum Konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah dan Koperasi. Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang dibentuk Majlis Ulama Indonesia yang bertugas memiliki kewenanganuntuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa dan kegiatan usaha lembaga keuangan syariah dengan prinsip syariah. Untuk mengefektifitkan peran Dewan Syariah Nasional pada lembaga keuangan syariah maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah sebagai perwakilan Dewan Syariah Nasional pada lemabaga keuangan syariah yang bersangkutan. Badan Albitrase Syariah Nasional BASYARNAS adalah lembaga yang menangani perselisihan antara bank dan nasabahnya sesuai dengan tata cara dan hukum syariah. Lembaga ini pertama kali didirikan bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majlis Ulama Indonesia dengan nama Badan Albitrase Syariah Nasional. Apabila terjadi perselisihan antara pihak bank dan nasabah, lebih baik diselesaikan melalui Badan Albitrase Syariah Nasional sebelum ke pengadilan karena lebih efisien dalam waktu dan biaya. 3. Struktur Bank Syariah Mandiri Bank Syariah memiliki struktur yang sama dengan Bank Konvensional dalam hal komisaris dan direksi, namun unsur utama yang membedakannya adalah keberadaan Dewan Pengawas DPS yang bertugas mengawasi operasional Bank dan produk- produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. DPS berada pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris pada Bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas RUPS setelah para anggota DPS tersebut mendapat rekomendasi dari DSN. DSN merupakan badan otonom Majelis Ulama Indonesia MUI yang secara eks-officio diketuai oleh ketua MUI. Dewi, 2006 Dalam struktur Bank Umum Syariah dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Bank Umum Syariah dan Cabang Syariah RUPSRapat Anggota DPS Dewan Komisaris Direksi Sumber: Annual Report BSM Pada penelitian ini, pengambilan sampel yang diharapkan dapat mewakili sampel yang telah dipilih oleh peneliti. Berikut adalah industri Perbankan Syariah di Kota Yogyakarta yang dijadikan objek oleh peneliti yaitu Bank Syariah Mandiri KCP Wirobrajan . Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri BSM sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank- bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti BSB yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai YKP PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan merger empat bank Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri Persero pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri Persero Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah dual banking system. Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 124 KEP.BI1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 11KEP.DGS 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data

Dokumen yang terkait

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi nasabah Bank Syariah (studi kasus pada Bank Mega Syariah KCP Panglima Polim)

3 19 206

Tingkat pemahaman fiqh muamalat kontemporer terhadap keputusan menjadi nasabah bank syariah ( studi pada mahasiswa program studi muamalat konsentrasi perbankan syariah fakultas syariah dan hukum uin syarif hidayatullah jakarta )

0 55 126

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat Kontemporer Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank Syariah (Studi pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 15 0

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI NASABAH BANK SYARIAH (STUDI BNI SYARIAH CABANG YOGYAKARTA)

0 3 86

ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT MENJADI NASABAH DI BANK BRI SYARIAH CABANG SOLO

0 2 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MENJADI NASABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI SURAKARTA.

0 1 10

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menjadi nasabah pada bank BRI Syariah KCP Ponorogo. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

0 0 34