generik terhadap
permasalahan kemiskinan
yang ada
tanpa memperhatikankemajemukan yang ada. Karena begitu beragam sifat tantangan
yang ada,maka penanganan persoalan kemiskinan harus menyentuh dasar sumber dan akar persoalan yang sesungguhnya, baik langsung maupun tak langsung
Bappenas, 2008. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan menurut Sumodiningrat 1996
digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu 1 kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang
mendukung kegiatan sosial ekonomi penduduk miskin, 2 kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran,
dan 3 kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin dan daerah terpencil melalui upaya yang sangat khusus.
Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan
penanggulangan kemiskinan, penyediaan sarana dan prasarana, penguatan kelembagaan serta penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang menunjang
kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Kebijaksanaan langsung diarahkan pada peningkatan akses terhadap
prasarana dan sarana yang mendukung penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan kebijaksanaan khusus
diutamakan pada penyiapan penduduk miskin di lokasi yang terpencil untuk dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya pada masyarakat
setempat. Konsep tersebut di atas dapat dipahami bahwa kemiskinan penduduk
selalu berkaitan dengan pendapatan penduduk yang digunakan untuk membiayai kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
B. Penelitian Terdahulu
Menurut Taufiq et.al., 2008 Konsep pembangunan atau pengembangan masyarakat lokal local community development muncul sebagai reaksi terhadap
pembangunan nasional yang memiliki bias-bias kekuasaan, yang menempatkan penguasa dengan kepentingannya pada posisi dominan. Setiap usaha pembangunan dan
pengembangan masyarakat lokal paling tidak mensyaratkan empat hal, yakni: Pertama, usaha itu mengharuskan pengenalan karakter yang khas secara saksama sehingga
pendekatan yang digunakan dapat sejalan dengan sifat-sifat masyarakat; Kedua; adanya partisipasi masyarakat karena masyarakat memiliki preferensi-preferensi dalam
berbagai bentuk; Ketiga, adanya pembelaan terhadap status marginal; Keempat, pemanfaatan sumber daya dan kekuatan dari dalam
Penelitian Taufiq et.al., 2008 tentang Upaya Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Lokal : Belajar dari Pelaksanaan Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak menemukan bahwa salah satu sisi penting pelaksanaan P2KP adalah
adanya tawaran dari program sebagai suatu upaya menyelesaikan masalah kemiskinan masyarakat kota melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
diposisikan sebagai pelaku utama dalam kegiatan pengentasan kemiskinan. Pada konteks ini, agar mampu mengelola kegiatan P2KP secara optimal, maka
pengembangan kapasitas masyarakat menjadi sangat penting. Kemampuannya
mengelola sumber daya yang dimiliki akan membantu mereka untuk lebih mandiri dan tidak bergantung pada pemerintah.
Hasil penelitian Taufiq et.al., 2008 menyimpulkan bahwa program P2KP di Kelurahan Bintoro menunjukkan bahwa program daya fisik dan daya sosial lebih
berhasil bila dibandingkan dengan daya ekonomi. Secara keseluruhan program P2KP ini telah berhasil menumbuhkan kebersamaan atau keswadayaan terutama untuk
kegiatan-kegiatan fisik dan sosial. Hal tersebut menunjukkan sisi positif program P2KP yang berhasil menumbuhkan modal sosial yang sangat penting bagi keberlanjutan
program dan kegiatan yang telah berjalan. Namun, disayangkan masih rendahnya partisipasi kelompok miskin dalam pembentukkan BKM serta banyaknya anggota
KSM yang bukan berasal dari kelompok miskin. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan lain bahwa untuk progeam kemitraan maka program ini mampu
meningkatkan produktivitas dan keuntungan mitra binaan yang berupa UMKM. Menurut Budiani, 2007 permasalahan pengangguran merupakan permasalahan
yang sampai saat ini belum bisa untuk diatasi oleh pemerintah nasional pada umumnya dan pemerintah daerah pada khususnya. Berbagai cara dalam mengatasi permasalahan
ini sudah ditempuh oleh pemerintah namun masalah ini belum juga mampu untuk diselesaikan. Pengangguran ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara
permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja. Masalah pengangguran ini sangat penting untuk diperhatikan kar ena pengangguran itu sangat berpontensi menimbulkan
kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus
mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan.
Penelitian Budiani 2007 tentang Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti Desa Sumerta Kelod Kecamatan
Denpasar Timur Kota Denpasar, menghitung tingkat efektivitas program penanggulangan pengangguran dengan variabel-variabel sebagai berikut : 1 Ketepatan
Sasaran Program, 2 Sosialisasi Program, 3 Tujuan Program dan 4 Pemantauan. Sedangkan untuk mengetahui perubahan keadaan ekonomi masyarakat yang mengikuti
program penanggulangan pengangguran ini digunakan konsep sebelum dan sesudah mengikuti program dengan menggunakan alat analisis statistik beda dua rata-rata.
Hasil penelitian Budiani 2007 menyimpulkan bahwa 1 dilihat dari variabel ketepatan sasaran program dan variabel tujuan program penanggulangan pengangguran
dapat dikatakan cukup efektif. Untuk variabel tingkat sosialisasi program diperoleh hasil sangat efektif. Sedangkan jika dilihat dari variabel pemantauan pelaksanaan
program oleh dinas terkait diperoleh hasil tidak efektif. Hal ini disebabkan karena pemantauan oleh petugas yang seharusnya dilaksanakan tiap triwulan atau tiga bulan
sekali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pemantauan oleh petugas memang dilaksanakan, akan tetapi dalam jangka waktu atau periode yang tidak teratur. 2 Untuk
tingkat pendapatan peserta program setelah mengikuti program penanggulangan pengangguran yang dilaksanakan oleh Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” di Desa
Sumerta Kelod diperoleh hasil positif. Hal ini berarti pendapatan peserta program menjadi meningkat setelah mengikuti program penanggulangan pengangguran.
Peningkatan pendapatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan keterampilan dan
keahlian yang dimiliki oleh para peserta setelah mendapatkan pelatihan-pelatihan sesuai dengan bidang usaha yang ditekuni. Selain itu adanya kemudahan dalam hal
promosi juga didapatkan oleh para peserta program melalui pameran-pameran yang ada sehingga produk yang dihasilkan bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas dan
pemasaran produk menjadi lebih mudah. Hal ini tentu saja berdampak pada peningkatan pendapatan para peserta. Disamping itu program ini berhasil mengurangi
pengangguran pada masyarakat.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang PROPENAS, Pemerintah menetapkan upaya penanggulangan kemiskinan sebagai satu dari beberapa prioritas.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan penanggulangan kemiskinan harus lebih diarahkan pada perluasan akses masyarakat miskin atas fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, dan infrastruktur dasar. Sasaran penanggulangan kemiskinan ini adalah menurunkan jumlah penduduk
miskin, meningkatkan asksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar terutama pendidikan, kesehatan dan prasarana dasar termasuk air minum dan sanitasi;
mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin terutama untuk pendidikan dan kesehatan, prasarana dasar khususnya air minum dan sanitasi, meningkatkan kualitas
hidup keluarga miskin; dan meningkatkan pendapatan dan kesempatan berusaha kelompok masyarakat miskin, termasuk meningkatnya akses masyarakat miskin
terhadap permodalan, bantuan teknis, dan berbagai sarana dan prasarana produksi.