Uji potensi ekstrak ikan gabus (Channa striata) sebagai Hepatoprotector pada tikus yang diinduksi dengan parasetamol

UJI POTENSI EKS

IKAN GABUS (Chnnnnstriata) SEBAGAI
HEPATOPROTECTOR PADA TIKUS YANG DEENDUKSX DENGAN PARASETAMOL

SEKOLAH PASCA SAFUANA
UYSTITUT PERTANXAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAT TESIS
DAN SUMBER INFORMASINYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Uji Potensi Ekstrak Zkan Gabus

(Channa striafa) sebagai Hepatoprotector pada Tikus Yang diinduksi dengan

Parasetamol" adalah karya saya di bawah bimbingm Prof. Dr. Made Astawan dan drh.
Tutik Wresdiyati, Ph.D. Karya ini belum pernah diajukan d d m bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dm dicantumkm dalm


Daflar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009
Agus Heri Santoso
NRP F25 1060061

ABSTRACT
AGUS HERI SANTOSO. The Potential of Snakehead fish's (Channa saiata) Extracts
as a Hepatoprotector in Rats Induced with Toxic Dose of Paracetamal, supervised by
MADE ASTAWAN and TUTXK WRESDIYATI.

The high level of hepatitis prevalence shows that liver is experiencing a serious health
problem. Supply of hepatoprotector to prevent liver foam, is needed. Snakehead fish
(Channa striata) is a freshwater fish widely spread in Indonesian area. Snakehead fish is
rich in albumin arid various minerals. Snakehead fish's extract utilization in diet can
evidently accelerate healing of wound and increasing of serum albumin of patient
indicated with hypoalbuminemia. This research was aimed to determine nutrient contents
and antioxidant activities of snakehead fish's extracts and evaluate its ability of those as
hepatoprotector in rats induced with toxic dose of paracetamol. It was known fiom this

research that Snakehead fish's extract was containing protein (3.36 g/IOQml),albumen
(2.17g/100ml), Zn (3.43 rng/lOOml), Cu (2,34 rng/100d), and Fe (0.81 mg/lOOd).
Snakehead fish's extract had an antioxidant activities of 0,14 k 0,002 mmoV1 or 90.93 %
compared with vitamin E. Paracetamol dose of 500 mgkg BWIday given for 7 days
evidently increasing SGOT contents and cell degeneration, and decreasing antioxidant
activities of the serum and albumin contents. Admission of snakehead fish's extract could
restrain the increase of SGOT and suppress degeneration of the hepatic cell, as well as
limit the decrease of serum's antioxidant activities and albumin contents. It is concluded
fiom this research that extract of snakehead fish could be utilized as a hepatoprotector
Keyword :Channa striata, snahhead$sh's extract, albumin, hepatoprofeetor

GKASAN

AGUS HIEXU SANTOSO, Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) sebagai
Hepatoprotector pada Tikus yang Diinduksi dengan ~arasetamol,di bawah bimbing&
W E ASTAWAN dan TUTIK WRESDIYATI.
Tingghya prevalensi hepatitis memberikan gambaran btihwa gangguan Eungsi
hati merupakan ancaman kesehatan yang serius, sehingga peran hepatoprotector
sangatlah penting. Beberapa ekstrak bahan nabati telah terbuhi dapat berfimgsi sebagai
hepatoprotector, diantaranya addah ekstrak bawang putih, ekstrak rimpang bangle,

ekstrak h y i t , dan lesitin.
Ekstrak ikan gabus adalah cairan berwarna putih kekuningan yang dihilkan dari
pengukusan daging ikan gabus segar (suhu 70 2,5 "C) yang dipadukan dengan rempah.
Ekstrak ikan gabus diberikan sebagai menu ekstra bagi penderita dengan indikasi
hipodbumin dm luka, baik luka setelah operasi maupun luka bakar. Beberapa penelitian
yang menggunakm ekstrak ikan gabus sebagai menu ekstra dalarn diet memberikan
informasi bahwa pemberism ekstrak &an gabus dalam diet berkorelasi positif dengan
peningkatan kadar albumin plasma d m proses penyembuhan luka, sehingga diduga
dalam ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan beberapa mineral yang erat kaitamya
dengan proses penyembuhan luka. Albumin juga dapat berfimgsi sebagai antioksidan,
memperbaiki kapasitas antioksidan plasma, dan dimungkinkan dapat berfungsi sebagai
senyawa proteksi hati (hepatoprotector). Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar
protein, albumin, mineral seng, tembaga, besi, dm aktivitas antioksidan ekstrak ikan
gabus, serta menguji kemampuan ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprutector.
Penelitian dilakulcan dalam dua tahap. Tahap pertama analisis komponen gizi
ekstsak ikan gabus, dan tahap kedua uji kemampuan ekstrak ikan gabus sebagai
hepatoprotector. Analisis zat gizi ekstrak ikan gabus menggmakan sampling secara acak
dari tiga proses pengolahan ekstrak ikan gabus, kemudian dilakukan analisis kadar
protein total, albumin, Zn, Fe, Cu, dm aktivitas mtioksidan (DPPH). Data kadw
Albumin, Zn, Fe, Cu, dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus dianalisis secara

deskriptif. Pengujian ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector pada t i h s
rnenggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan d m 5 uIangan.
Pengelompokan pada tahap dua adalah sebagai berikut : Keiompok satu (EfG3O),tikus
diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus 30 mlkg bblhari secara sonde tanpa
diinduksi parasetamol. Kelompok dua (EIG30PCT), tikus diberi ransum standar dan
ekstrak ikan gabus 30 mVkg bb/hari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol.
Kelompok tiga (EIG60PCT), tikus diberi rmsum standm dan ekstrak ikan gabus 60 mlkg
bbhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol. Kelompok empat (KRPCT),
tikus diberi ransum standar dan kurkumino 30 mgkg bbhari secara sonde serta diinduksi
dengan parasetamol. Kelompok lima (PCT), tikus diberi ransum standar dan diinduksi
dengan parasetamol. Induksi parasetamol dosis 500 mgkg bb/hari dilakukan selama 7
hari beriurut-turut melalui sonde. Pada hari ke 8 (24 jam setelah perlakuan terakhir)
dilakuan pembiusan dm pembedhan untuk- peng-ambilan darah dm pengangkatan hati.
Darah disentrifhgasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan
s e m yang kemudian dilakukan analisis albumin, SGOT, SGPT, dan aktivitas

*

antioksidmya. Organ hati dicuci dengan larutan fisiologis kernudian difhasi dengan
larutan formalin 10 % untuk persiapan pembuatan prepatat histologi. Organ terfiksasi

direndarn dalam alkohol 70 % dm dilmjutkan dengan dehidrasi, penjernihan dengan
silol, infiltrasi d m embedding dalam parafin. Setelah pernotongan dengan dkrotom
setebal 5 pm, sediaan diwmai dengan pewmaan Hernatolcsilin-Eosin (HE) dan
dimalisis secara kualitatif.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ekstrak ikan gabus mengandung protein
f3,36 5 0,29 d l 0 0 ml), albumin (2,17
0,14 d l 0 0 ml) Zn (3,34 0,8 rng/lOO ml), Cu,
(2,34 k 0,98 md100 ml), dm Fe (0,2 0,09 rng/100 ml), s e a rnernpunyai aktivitas
antioksidan 0,14 k 0,002 mmoV1, atau sebanding dengan 90,93 % aktivitas antioksidan
vitamin E. Hail ini menunjukkan bahwa ekstrak ikan gabus sangat berpotensi u t u k
mendukung proses penyembuhan luka dan difimgsikan sebagai antioksidan. Pemberian
parasetamol dosis 500 m a g bbhari melalui sonde selama 7 hari berturut-turut secara
bermakna menaikkan SGOT d m menunadsan kadar albumin yang menandakan adanya
gangguan h g s i hati. Pemberian ekstrak &an gabus secara bermakna dapat menahan
p e n m a n kadar albumin d m aktivitas antioksidan serum akibat pemberian parasetamol
dosis tinggi. Pemberian ekstrak ikan gabus secara b e m a dapat menahan kenaikan
kadar SGOT akibat pemberian parasetamol dosis tinggi. Dari gmbaran fad hati
diketahui bahwa terjadi degenerasi sel dan peningkatan jumlah sel radang pada jaringan
hati tikus karena pemberian parasetamol dosis 500 mgkg bbhari selama 7 hari b e m i h u t . Pemberian ekstrak ikan gabus dapat m e n d a n tingkat degenerasi sel-sel hati dm
menekan peningkatan jurnlah sel-sel radang pada jaringan hati tikus percobaan. Dari hasil

analisis SGOT, SGPT, albumin dm aktivitas antioksidan serum dm gambaran faal hati
tikus percobaan disimpulkan bahwa eksbak ikan gabus dapat difungsikan sebagai
hepatoprotector.

*

Kata Kmci : ekstrak ikan gabus, albumin, hepatoprotector,

*

@ Hak Cipta milk IPB, tahm 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau selunrh karya tulis ini tanpa mencanhunkan atau
menyebutkan narasmber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan kaua
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak memgikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang rnengum.umkan dm rnemperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


,

UJI POTENSI EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striatn) SEBAGAI

HEPATOPROTECTOR PADA TIKZTSYANGD ~ D U K S DENGAN
I
PARASETAMQL

Oleh :Agus Heri Santoss

NIM F 251060061

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoieh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCA SARJANA

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan pencipta, pengatur, dan pemelihara alam,
tiada Tuhan yang benar u11tuk diibadahi kecuali Allah. Tuhan yang telah memberikan
ilham, bimbingan dan kekuatan kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian

dan penulisan tesis yang berjudul "Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striafa)
sebagai Hepatoprotector pada Tikus yang Diinduksi dengan Parasetamol" ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga Nabi
Muhammad d m sahabat-sahabatnya,
Sehubungan dengan selesainya karya tulis ini, sebagai wujud m a syukw saya
kepada Allah yang telah menggerakkan hamba-hamba-Nya untuk membantu saya,
dengan ini saya mengucapkan salam dan terima kasih kepada :

I.

Bapak Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS., dan Ibu drh. Tutik Wresdiyati, Ph.D., yang
dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dm arahan kepada saya dalam
pelaksanaan penelitian d m penulisan tesis ini, teriring do'a semoga amd budi
Bapak dm lbra dicatat dan dilipat gandakan oleh Allah untuk kebaikan di dunia dan
di akhirak-


2.

Bapak Dr. Ir. Sukarno, M.Sc. yang menguji dan memberikan masukan-masukan
pada karya tulis ini.

3.

Ketua Program Studi IPN beserta Staf, Kepala Laboratorium Histologi bescrta staf,
Kepala Laboratorium Kimia UNMUH Malang beserta staf, Kepala Laboratorium
K l i Pattimwa beserta St& dan Direktur Paliteknik Kesehatan Malang beserta
staf, Ketua Jurusan Gizi beserta staf sciring do'a semoga Allah SWT memberikan

balasan yang baik dan kefnajw pada institusi beliau semuanya atas bmtuan baik
moral maupun materiil4.

Rekan-rekan rnahasiswa LPN khususnya arigkatan 2006 dengan selipm pesan
'persaudaram sangat rhembantu meringankan kita dalam kehidupan ini, janganlah
kita bakhil dalam memberikan bantuan kepada saudara kita, meskipun hanya
sekedar dorungan semmgat dan saran', semoga Allah senantiasa memberikan
bimbingan dan pertolongan kepada Eta.


Judul Tesis

:Uji Potensi Ektrak Ikan Gabus (Channa spiata) sebagai

Hepatoprotector pada Tikus yang Diinduksi dengan

Parasetamol
Nama

: Agus Heri Santoso

NW.

: F 251060061

Disetujui
Kornisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS.

Ketua

drh. Tutik ~resdivati,Ph.D.
hggota

Diketahui

Ketua flromam Sbdiiayor
Ilmu Pangan
1 1 -

Dr. Ir. Ratih Dewanti Hariyadi. M.Sc.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian : 6 Juli 2009

5.

Ibunda,

ayahanda yang

dengan

mendo'akarrku, hanya Allah

lembut

menyayangiku

dan senantiasa

yang bisa membalas kasih-sayang ibunda dm

ayahanda. Sernoga Allah senantisa memberikan kekuatan iman dm amal sholih
kepada ibunda dm ayahanda.
6.

Istri dm anak-anakku yang telah banyak terkurangi hak-haknya karma tugas studi

ini, teriring do'a semoga Allah senantiasa menambah nikmat ilmu d m kesabaran
kepada kalian dm menjadikan kalian sebagai hamba-Nya yang faqih di dalam
agama-Nya,

7.

Hamba-hamba Allah yang tidak mungkin aku bisa merincinya, yang telah
membantu temtama dalam do'a-do'a, semoga Allah rnemberi balasan kebaikan.
Saya berdo'a kepada Allah, semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi

kehidupan manusia, bukan sekedar sebendel kertas yang dibangga-banggakan.
Khususnya bagi rekan-rek&

profesi ahli gizi yang akhir-akhir ini menunggu

informasi-infomasi banr tentang krtitan ekstrak ikan gabus dengan diet, semoga tulisan

ini bisa rnemberi idormasi yang bermanfaat bagi pengembangan tatalaksma diet.
Sernoga Allah mengampuni segala kekilafan dm kekuranganku, dm saya mohon maaf
atas segala kekurangan selarna menempuh studi Progam Studi IPN Institut Pertanian

Bogor.

Bogor, Juli 2009

Agus Heri Santoso

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilabirkan di Kediri pada tanggal 15 April 1969, dari pasangan ayah
bernama Imam Sujono d m Zbu Ngatinah. Penulis menzpakan an&

ke-1 dari tiga

bersaudara. Penulis bekerja sebagai staf pengstjaran pada Politeknik Kesehatan Malang

Jurusan Gizi, dan sebelumnya bekerja sebagai ahli Gizi pada Rumah Saw Umum

Kotabaru, Kaliiantm Selatan dari tahun 1992-1995.
Pendidikm penulis diawali dari SD Negeri Keling III lulus tahm1982, SMP
Negeri 1 Pare lulus tahun 1985, SMA Negeri 1 Pare lulus tahun 1988, pendidikan
Diploma 3 Gizi Malang, lulus t a b 1991, dm pendidikan Sarjana penulis tempuh pada
Universitas Brawijaya Fakultas Tekonologi Petanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

lulus tahun 2001. Tahun 2006 penulis berkesempatan melanjutkan studi pada Program
Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertmian Bogor.

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL .............................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR .........................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................

xviii

I. PENDAHLnUAN
1.l.Latar Belakang

......................................................

...............................................
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................
1.5. Kerangkap Konsep ...................................................

1.2. Perumusan Masalah

I1.TINJUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Gabus P angan Sumber Albumin ...........................
2.2. Ekstrak Ikan Gabus dan Aplikasinya dalam Diet..................
2.3. Albumin ................................................................
2.4. Anatomi dan Fisologis Hati .........................................
2.5. Fungsi hati dalam tubuh ............................................
2.6. Kerusakan Hati

.....................................................

...........................................
2.8. Parasetamol .........................................................
2.9. Antioksidan dan Hepatoprotector .................................
2.10. Degenerasi dan Sel Radang .....................................
2.7. Deteksi Disfungsi Hati

111. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat Penelitian .....................................

........................................................
3.3. Rancangan Riset ......................................................
3.4. Jenis dan Metode Pengamhilan Data ..............................
3.2. Bahan dan Alat

IV . HASlL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Ekstrak Ikan Gabus.....................................
4.2. Komposisi Gizi Ekstrak Ikan Gabus..........................................

4.2.1. Protein dan Albumin Ekstrak Ikan Gabus....................

44

4.2.2. Mineral Seng (Zn) Ekstrak Ikan Gabus .......................

47

4.2.3. Mineral Tembaga (Cu) Ekstrak Ikan Gabus....................

49

4.2.4. Mineral Besi (Fe) Ekstrak Ikan Gabus.......................... 49

4.3. Aktivitas Antioksidan Ekstrak &an Gabus............................... 50

4.4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus terhadap Fungsi

.................................................................
Pertarnbahan Berat Badan Tikus...............................................

Hati
4.4.1.

54
4.4.2. Kadar SGOT dan SGPT.........................................................
4.4.3. Kadar Albumin ....................................................................58
4.4.4. Aktivitas Antioksidan serum

4.5.

.....................................................60

Gambaran Histologi Hati Tikus Perlakuan............................... 62

71
V .KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

DAFTAR PU STAKA.........................................................72
LAMPXRAN ..................................................................... 77

I . Komposisi Gizi Ikan Gabus ..............................................

..........................................
.
3.Kadar Albumin Bahan Makanan ..........................................
4 .Kamposisi Fraksi Protein dan Keadaan Ikan. .......................
5. Tanda-tanda Kesegaran Ikan ...........................................
6. Suhu Koagulasi beberapa albumin .....................................
..........*....***.*
7.Komposisi asam amino Albumin ..........*..
.
.
.
8. Kandungan albumin pada beberapa Organisme .......................

2 Komposisi Fraksi Protein Ikan

9.Efek Toksikan pada Organel Sub Sel Hati.....................................

10 Zat Gizi dan Antioksidan Tubuh .......................................

.................................................
12. Analisis Kadar Albumin ..............................................
13.Analisis Kadar SGOT .................................................
14.Analisis Kadar SGPT .................................................
15.Komposisi Gizi Ekstrak Xkan Gabus .................................
16.Komposisi Fraksi Protein Putih Telur................................
11.Analisis Kadar Protein

1.7.Hasil Pengamatm Mikroskopis Degenerasi Hati dan
Perhitungan Sei Radang.................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka konsep Penelitian .................................
2 . Morfologi Ikan Gabus........................................

3. Lokasi ikatan S H dalam molekul Albumin .........................
4 . Pembagian Domain Albumin ..........................................
5 . Letak Organ Hati dalam Tubuh ......................................

............................................................
7 . Lobolus Hati ............................................................
8 . Potongan Melintang Jaringan Hati ...................................
9. Rangkaian Kerusakan Hati .............................................
10. Perubahan Faal dan Shuktur Hati .......................................
11. Struktur Kimia Parasetamol ..........................................

6 . Anatomi Hati

12 Metabolisme Parasetamol ................................................
13. Skema alat Pengolahan Estrak Ikan Gabus...........................

14.Alir Proses Pengolahan Ekstrak ikan Gabus...............................
15. Alir Penelitian ....................................................................
16. Struktur Kilnia Albumin...............................................
17 Pertambahan BB Tikus.........................................................
18. Kadar SGOT dan SGPT ....................................................
19.Kadar Albumin

..........................................................
20 .Aktivitas Antioksidan Serum .............................................
21. Fotomikrograf Jaringan Hati Tikus Percobaan yang diwamai
dengan HE dengan pembesaran 200 X ............................
25 . Ikatan antara Albumin dengan Mineral seng, tembaga..........

DAE'TGR LAMP

I .Hasil Analisis Kadar Protein. Albumin. Zn. Cu. Fe. dan DPPN

77

2.Rata.rata kadar kimia darah tikus percobaan .......................
,
... 78
3.Hasil analisis sidik ragam kadar albumin................................. 79
4.Wasil analisis sidik ragam kadar SGOT................................... 80

5.Hasil analisis sidik ragarn kaar SGPT.....................................81
6.Hasil analisis sidik ragam nilai DPPH .................................... 82
7.Hasil perhitungan Perbandingan Kadar SGOT/SGPT.................. 83
8.Pertambahan BB selama perlakuan ....................................... 84
9.Hasil analisis sidik ragam sel radang pada jaringan hati tikus
Percobaan .....................................................................
85

.

10 Hasil Analisis Kualitatif Tingkat Degenerasi Sel

.....................

86

Segaia puji hanya pantas bagi Allah Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah
menciptakan alam ini dengan keseimbangan yang sempurna. Allah telah menciptakan
alam dan seluruh isinya dengan penuh hikmah, dengan takaran yang adil, sehingga
barang siapa menyelisihi sunnah-Nya pasti akan merugi dan mengalami kehancuran.
Allah, Tuhan Yang Mahatahu telah memberikan bimbingan kehidupan kepada
manusia termasuk tentang tata cara makan sebagaimana yang tennaktub dalam AlQur'an Surat Ai-Baqoroh ayat 172 (yang artinya) Wahai orang-orang yang beriman,
makanlah diantara rizki yang baik yang Kami berikan kepadamu. Di dalam ayat yang
lain (A1 - Maidah, ayat 87

- 881, Allah menegaskan agar manusia mengkonsumsi

makanan yang haXai lagi baik bagi tubuhnya, dan tidak sampai melampai batas. Nabi
Muhammad SAW, dalam A1 - Badist yang diriwayatkan oleh At-Timidzi, d m fmam
Ahmad menegaskan bahwa tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk
selain perut. CukupIah anak Adam memerlukan beberapa suapan yang bisa
rnenegqwn tulang sulbinya. Jika tidak mungkin (karena masih terasa lqpar) r n a b
sepertiga untuk rnakanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga Iagi untuk
nafasnya. Pelanggaran dari aturan Allah dan bimbingan utusan-Nya ini berakibat
kurang baik bqgi kehidupan manusia, diantarannya adalah rnunculnya fenomena
beban metabolik (metabolic burden) yang dialami oleh manusia modern dewasa ini.
Pola hidup-khususnya pula konsumsi- yang tidak seimbang menyebabkan tubuh
mengalami ketebihan k b a n metabolisme. Senyawa-senyawa xenobiotik lebih banyak
dan beragam yang dirnasukkan ke dalam tubuh rnenyebabkan tubuh -tenrtama hati
sebagai organ detoksifikasi- bekerja lebih keras.

Akibatnya berbagai gangguan

kesehatan, termasuk penyakit degeneratif muncul dalam kehidupan rnanusia.
Nati merupakan organ tubuh terbesar yang sangat penting bagi manusia karena
m e r u p a h pusat pytabolisrne. Sel-sel hati rnerupakan sel-sel parenkirn yang di
dalsunnya t e r k a n d ~ ~sejumlah
g
besar enzim. Masa sel hati berupa lobula yang
membentyk m k t u r segi enam, dimana satu dengan yang lain terikat oleh jaringan
ikat cjan meipuat cabang-cabang pembuluh darah. Hati mempunyai fungsi raetabolik
yang sgp~atlu* di antaranya adalah metabolisme karbohidrat, protSin, dan lemak;
penyim&ivq dan aktivasi vitamin dan mineral; pembentukan dan pengeluaran asam

empedu; pusat rnetabo'tisme steroid dan detoksifikasi obat.alkoho1; dan konversi

amonia rnenjadi urea. Dengan demikian gangguan pada hati akan rnenyebabkan
gangguan yang serius pada aktivitas metabolisme.
Sebagai pusat rnetabolisme dan detoksifikasi, sel-sel hati sangat rentan
terhadap kerusakan. Kemsakan hati dapat disebabkan oleh gangguan rnetabolisme
(Penyakit Wilson), obat-obatan (parasetamol, sulfonamida), atkohol, infeksi virus,
dan paparan senyawa-senyawatoksik rnisalnya CC14 .
Parasetamol telah dikenal dm dirnanfaatkan secara Iuas oleh masyarakat.
Parasetarno1 mudah didapatkan di toko-toko obat secara bebas tanpa resep dokter.
Parasetamof adalah bentuk aktif dari fenasitin yang difbngsikan sebagai analgesik dm
antipiretik sebagaimana aspirin. Parasetamol diketahui dapat menghambat aktivitas

enzirn siklooksigenase. Secara normal parsematoI dirnetabolisrne di hati dengan
mekanisme sulfat dan glukoronat konjugase, dan hanya sebagian kecil melibatkan
mekanisme siktokrom

P450.

Dalam dosis tinggi (diatas 150 mgkg bb/24 jam)

parasematol dapat menyebabkan keracunan hati, degenerasi sel-sel hati , dan pada
&hap berikutnya rnenyebabkan nekrosis.
Gangpan fungsi hati merupakan ancaman kesehatan yang serius di Indonesia.

Sekitar 7 juta penduduk Indonesia terinfeksi virus hepatitis C dan sekitar 1I juta
terinfeksi virus hepatitis B. Angka prevalensi tersebut akan terus meningkat kstrena
hepatitis dapat juga disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, dan racun.
FakEor lain yang mendukung pcrtambahan prevalensi hepatitis adaIah gejala hepatitis
tid& spesifk sehingga sulit terdeteksi sejak dini. Sekitar 10 - 20 % prevalensi
hepatitis dapat berkembang menjadi sirosis hati (Siswono, 2006).
Atas dasar realita ini, maka asupan hepatoprotector (komponen yang dapat
mernproteksi hati) sangat diperlukan. Senyawa-senyawa antioksidan dafam bahan
pangan

dapat

difimgsikan

sebagai

hepatoprotector.

Bebempa

penelitian

menginformasikan bahwa beberapa jenis senyawa kimia, baik obat-obatan maupun
dalam bahan pangan, secara nyata dapat befingsi sebagai hepatoprotector,
dianhranya adalah ekstrak bawang putih (Hidayati, et al, 20031, ekstrak rimpang
bangle (Arafah, er a], 2004), silymarin (Tedesco, 2004), sacogolotis gabonensis
(Maduka, 2005), ekstrak mengkudu (Suarsana, 2005), dan lesitin (Dewi, 2007).
Beberapa jenis obat juga dapat bertindak sebagai hepatoprotector, di antaranya adalah
kaptopril dan losarbn. Kemampuan tanaman dan obat-obatan tersebut sebagai

~zepatopmtekctordisebabkan oleh kernampuannya sebagai antioksidan, dan khusus

pada kaptopril karena adanya gugus -SH yang ada dalam obat tersebut.
Albumin mempunyai banyak gugus sulfhidril (-SH) yang dapat befingsi
sebagai pengikat radikal, dan adanya gugus ti01 ini mempunyai peranan penting dalam
penanganan kasus sepsis. Albumin dapat berfungsi sebagai antioksidan. Albumin
terlibat dalam pembersihan radikal bebas oksigen yang diimplikasikan dalam
patogenesis inflamasi. Larutan fisioiogis albumin serum manusia telah diperlihatkan
menghambat produksi radikal bebas oleh Ieukosit polimorfonuklear. Kemampuan
pengikatan ini berhubungan dengan melirnpahnya gugus sulfiidril (-SH) dafam
albumin (Sunatrio, 2003). Protein yang kaya akan gugus -SH akan mampu mengikat
logam-logarn berbahaya dan juga senyawa-senyawa yang bersifat radikal bebas.
Chen, er al, (2001) melaporkan bahwa albumin mempunyai efek antioksidan, dan
berperan &lam penangkapan radikal bebas pada proses pembentukan urotithiasis dan
asam sialik.
Ikan gabus (Channa striata ) merupakan jenis ikan air tawar yang sudah
dikenal Iuas oteh masyarakat Indonesia. Ikan gabus merupakan jenis ikan perairan
umum yang bernilai ekonomis. Ikan gabus banyak ditemukan di peraim umum dan
belum dibudidayakan secara luas. Ikan gabus hidup di muara-rnuara sungai, danau
dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan terhadap
kekeringan, dan dapat ditemukan di berbagai perairan umum di wilayah Indonesia, di
antaranya Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, Singkep, FXores, Ambon, dan
Maluku dengan nama yang berbeda. Di Palembang ikan gabus dikenal dengan
sebutan deleg, di Jawa dikenal dengan sebutan kutuk, d m di Kalimantan dikenal
dengan ikan man atau hartran, dan di Sulawesi dikenal dengan sebutan ikan dalak.
lkan gabus telah dipercaya dapat mempercepat proses penyembuhan luka
sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi oleh pasien pasca opemsi dan ibu-ibu sehabis
melahirkan. Hal ini dapat disebabkan ikan gabus mengandung protein yang tinggi
terutama albumin, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan Iuka. Dari sudut
pandang gizi-kesehatan, ikan gabus merupakan sumber protein (khususnya albumin),
dan mineral yang diperlukan bagi proses penyembuhan dan pertahanan tubuh. Ikan
gabus berkarbohidrat dan berlemak rendah.
Ekstrak ikan gabus yang diolah dengan teknologi sederhana telah dikenal di
kalangan praktisi gizi untuk berbagai macam keperluan, diantaranya untuk diet pra
dan pasca bedah, hipoalbuminemia, d a diet
~ pada luka bakar. Pemberian menu ekstra

ekstrak ikan gabus pada penderita terindikasi hipoalbumin, secara nyata dapat
meningkatkan kadar albumin pada kasus-kasus alburninernia dan mempercepat proses
penyembuhan luka pada kasus pasca operasi (Asikin, 1999; Sugihastutik, 2002;
Nilasanti, 2003; Suprayitno, 2003).
Dari hasil penetifian yang telah ada, diduga di dalam ekstrak ikan gabus
terkandung senyawa-senyawa penting bagi proses sintesis jaringan, seperti albumin,
mineral seng (Zn), tembaga (Cu), dan juga besi (Fe). Atas dasar dugaan bahwa di
dalam ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan mineral-mineral yang rnendukung
aktivitas antioksidan tub&, rnaka pada penelitian ini akan diuji kemampuan ekstrak
ikan gabus sebagai hepuoprutecror dengan tikus jenis Wistar sebagai hewan uji dan

kurkumino sebagai pembandingnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dugaan pemanfaatan ekstrak ikan
gabus sebagai hepatoprotector dengan cara menganatisis komponen gizi (protein,
albumin, mineral seng, tembaga, dan besi), dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan
gabus, serta mengujikannya pada tikus yang diinduksi dengan parasetamol dosis
tinggi (500 mg/kg bbhari). Kerangka konsepsional

penelitan

disajikan pada

Gambar 1.
1.2. Perurnusan Masalah

Ikan gabus merupakan bahan pangan sumber protein (albumin). Beberapa
penelitan telah menyebulkan bahwa ekstrak ikan gabus secara bermakna dapat
meningkatkan kadar albumin pada kasus hipoalburninemia, dapat mempercepat
proses penyembuhan luka. Dari hasit-hasil penelitian tersebut, diduga di dalam
ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan mineral-mineral yang penting bagi proses
penyembuhan luka seperti mineral seng, tembaga dan besi. Dari tinjauan teoritis,
albumin mengandung banyak gugus suifhidril (-SH) yang dapat berhngsi sebagai
hepatoprotedor. Mengacu pada berbagai penelitian dan laporan apiikasi ekstrak ikan

gabus dalam diet yang telah dilaksanakan, dan dari tinjauan teoritis struktr~ralbumin,
fungsi mineral seng, tembaga dan besi, maka pernasalahan yang ingin diangkat

dalam penelitian ini adalah "Apakah ekstrak ikan gabus dapat befingsi sebagai
hepatoprotector? ".

1.3. Tujuan

1. Mengukur kadar protein dan albumin ekstrak ikan gabus.
2. Mengukur kadar mineral Seng, Tembaga, dab besi ekstrak ikan gabus.
3. Mengukur aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus secara in vitro

4. Mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak ikan gabus terhadap perubahan kadar
SGOT, SGPT, albumin dan aktivitas antioksidan darah hewan percobaan yang

diinduksi parasetamoi dosis racun.
5. Mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak ikan gabus terhadap perubahan

histologi hati hewan percobaan yang diinduksi parasetarno1 dosis racun.
1.4.

Manfaat Penelitian

Nasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infonnasi ilmiah tentang
ekstrak ikan gabus khusunya pemanfaatannya daiarn tatalaksana diet. Adanya
informasi ilmiah ini akan dapat memperluas pernanfaatan ikan gabus bagi kesehatan.
Penerapan teknologi sederhana dalam pengolahan ekstrak ikan gabus dalarn penelitian
ini mempunyai maksud agar hasil penelitian ini juga bisa diapiikasikan pada tingkat
rumah tangga, sehingga masyarakat mernpunyai alternatif sumber pnngan beralbumin
tinggi yang relatif murah dan bisa diolah sendiri (tingkat rumah tangga).

1.5.

Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penclitian disajikan pada Garnbar 1.

I

Gangguan Metabolisme

I

Gambar 1 . Kerangka Konsep Penelitian

2. TINJAUAN PUST
2.1. Ikan Gabus Pangan Sumfier Albumin

fkan gabus (Channa striata ,I merupakan jenis ikan perairan umum yang
bemilai ekonomis. Ikan gabus masuk dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata,

Kefas Actinopterygii, Order Perciformis, Famili Channidae, Genus Channa, d m
Spesies Channa striata. &an gabus merupakan ikan asli perairan tawar daerah tropis
seperti Asia dm Afiika. Ikan gabus banyak ditemukan di perairan umum dan beIum
dibudidayakan secara Iuas (Rahayu, 1992). Ikan gabus hidup di muara-muara sungai,
danau d m dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan
terhadap kekeringan, dan dapat ditemukan di berbagai perairan umum di wilayah
Indonesia, di antaranya Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lornbok, Singkep, Flores,
Ambon, dan Maluku dengan nama yang berbeda. Di Palembang ikan gabus dikenal
dengan sebutan ikan deleg, di jawa dikenal dengan sebutan ikan krrtuk, dan di
Kalimantan dikenal dengan ikan ntan atau ha~xan,dan di Sulawesi dikenai dengan
sebutan ikan duluk. Ikan gabus dapat memijah sepanjang tahun dengan jumlah
fekunditas untuk ikan dengan uhran panjang total 18,5- 50,5 cm dan bobot 60 -

-

1.020 gr berjumiah 2.585 12.880 butir.
Ikan gabus bersifat karnivora dengan ciri-ciri fisik memiliki bentuk tubuh
hamgir bulat, panjang dan rnakin ke belakang berbentuk pipih (conpresse~$.Bagian
punggung cembung, perut rata dan kepala pipih seperti ular (head snah). Warna
tubuh pada bagian punggmg hijau kehitaman dan baggian perut benvarna krem atau
putih. Sirip ikan gabus tidak rnerniliki jari-jari yang keras, mempunyai sirip punggung

dm sirip anal yang panjang dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip

-

dada lebar dengan ujung membulat. Xkan gabus dapat mencapai panjang 90 110 cm.
Morfologi ikan gabus disajikan pada Gambar 2.
Ikan gabus mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan
yang buruk. fkan gabus banyak ditemukan di sungai-sungai dan rawa, kadang-kadang
terdapat di air payau berkadar garam rendah. Masyarakat telah mengenal d m

memanfaat ikan gabus untuk berbagai keperluan, rnisalnya sebagai bahan baku
produk olahan seperti kerupuk dan pempek (Palembang), ikan asin dan ikan asap
(salai) gabus yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Di Kalimantan Selatan
ikan gabus (hawan) biasanya digunakan sebagai masakan lauk pauk seperti haruan

bakar, sayur asam haruan dan masakan habang yang bisanya disajikan dengan nasi
kuning.

Gambar 2. Morfologi Ikan Gabus
Ikan gabus diketahui mengandung senyawa-senyawa penting yang berguna
bag8 tubuh, diantaranya protein, dan beberapa mineral (Sediaoetama, 1985). Kadar
protein ikan gabus bias mencapai 25,5 %, yang berarti Iebih tinggi dibanding dengan

protein ikan bandeng (20,O %), ikan emas (16,O

%I, ikan kakap (20,O %I, rnaupun

ikan sarden (21,I %). Kadar albumin ikan gabus bisa mencapai 6,22%, dan daging
ikan gabus mengandung mineral seng dengan kadar 1,74 mg/100 gram (Carvalo,

1998).
lkan gabus telah diknal dan dipercaya oleh masyarakat sebagai rnakanan
yang dapat mempercepat proses penyembtlhan luka. Ibu yang habis melahirkan, anak

yang baru dilrhitan, dmjuga pasien pasca operasi biasanya dianjurkan rnengkonsumsi
daging ikan gabus untuk rnempercepat penyembuhan (kering) iuka. Anjuran tersebut

sangat terkait dcngan komponen gizi (protein, albumin) ymg terkandung datam
daging ikan gabus. Di masyarakat telah dikenal berbagai produk berbahan baku ikan

gabus, diantaranya tablet, krim, dan ekstrtik ikan gabus. Komposisi gizi ikan gabus
disajikan pada Tabel I.
Sebagaimana protein ikan urnumnya, ikan gabus mengandung tiga jenis
protein yaitu protein larut (yang mudah dihilangkan dengan cara ekstraksi), protein
stroma jaringan ikat, dan protein kontraktil. Sarkoplasma merupalran cairan yang ada
di antara miofibril (deMan, 1997). Protein sarkoplasma disehut juga miogen,

termasuk dalam protein ini adalah albumin, mioalbumin, mioprotein, globulin-X dan

miostromin. Albumin, mioalbumin dan mioprotein mempunyai sifat mudah larut
dalam air. Globulin dan miastromin sukar larut dalm air tetapi mudah larut dalam
larutan basa atau asam lernah. Protein ini larut. dalam air dan Iamtan garam
berkekuatan ion rendah (konsentrasi garam 4 5 %), dapat digumpalkan dengan suhu
tinggi (90' C).

Romponen Kimia

Jenis
Ikan Gabus Segar

Ran Gabus Kering

25,2

58,O
4,o
0,7
15
100

Protein (g)
Lemak (g)
Besi (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Vit. A (SJ)
Vit, B 3 (mg)
Air

I

Sumber: Sediauetarna, 1985

1,7
Q,9
62
176
150
0,04
69

I00
0,lO
24

I

i

Kadar protein sarkoplasma berbeda pada setiap jenis ikan bahkan

berbeda antara jenis daging rnerah dm daging putih. Ikan berdaging putih
mengandung protein sarkoplasma yang lebih tinggi dibanding yang merah. Rahayu
(1992) menjelaskan bahwa proses rigor (kekakuan) dapat menurudmn kadar protein
sarkopiasma. Hal ini disebabkan proses dgormortis akan rnenyebabkan protein
sarkoplasma mengalami perubahan sifat: rnenjadi tidak. larut air. Perbedaan komposisi

fraksi protein ikan disajikan dalam Tabel 2.

Tabei 2. Komposisi fraksi protein beberapa spesies ikan

I

Fraksi Protein

Kod (laut)

Mas (tawar)

21

76

3

23-25

70-72

5

I

Sumber :Rahayu, 1992.

Kadar albumin ikan gabus dapat disebandingkan dengan bahan makanan
sumber albumin lainnya, misainya telur. Kadar albumin ikan gabus dm beberapa
bahan makanan disajikan dalam Tabel 3.

Tabs1 3. Kadsr Albumin beberapa bahan Makanan
Kadar

Bahan Makanan
Albumin (% TP)
Kedelai

10

Protein (%)
39

Kacang tanah

15

24.8

Peas

21

25.7

Beras

10.8

7.4

h3W2
Oats

4.0

9.2

20.2

12.6

Gandum

14.7

11.2

Putih telur (Oval dm Conal)

73

10,6

&an gabus

24

25,2

2.2. Ebtrak Ikan Gabus dan aplikasinya dalam Diet

Ekstrak ikan gabus merupakan cairan yang didapat dari ekstraksi daging ikan
gabus. Prinsip dasar pernbuatan ekstrak ikan gabus adalah ekstraksi protein plasma
&an gabus. Beberapa metode pengolahan ekstrak ikan gabus telah dikenal oIeh
masyarakat, diantaranya adalah pengepresan langsung hancuran daging ikan gabus,
pengukusan, ekstraksi vakum, dan ekstraksi dengan pengontrolan suhu. Albumin
merupakan protein yang rentan terhadap panas, sehingga. suhu dan mekanisme proses
harus diperhatikan dengan baik dan benar. Dari penelitian diketahui bahwa ekstraksi
pada suhu 70 OC memberikan rendemen terbaik. Proses yang baik akan menghasiikan

ekstrak ikan gabus yang berwarna putih kenuningan, tidak banyak endapan, dan
berarorna khas ikan gabus (tajam), diln tidak amis. Untuk meningkatkan cita rasa

ekstrak ikan gabus sering d i t a m b e a n brbagai jenis rempah dalam pengolahnnya.

Hal-ha1 Penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan ekstrak ikan gabus,
adalab kualitas daging ikan gabus, ukuran potongan daging ymg diekstraksi, dan suhu
ekstraksi. Ikan gabus sebagai bahan baku pembuatan ekstrak ikan hams mempunyai
kualitas yang baik, j i b memungkinkan berasal dari ikan ymg masih hidup atau
belum mengalami proses rigor. Rahayu (1992) menjelaskan bahwa proses rigor mortis
dapat rnenurunkan kandungan protein plasma, karena sebagian protein yang Iarut
dalam air akan berubah menjadi protein yang tidak larut air. Perubahm kelmtan ini

akan berdarnpak pada rendernen. Perubahan protein karena rigor rnortis disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi fraksi protein dan keadaan ikan
Keadaan Ikm
Pra rigor
Pasca rigor

Tipe daging

Sarkoplasma (%)

Miofibril(%)

Merah
Putih
Merah
Putih

29.0
3 7.4

62.4

22.5

66.1
61.3

32.8

59.2

Surnber :Rahayu, 1992
Jika tidak rnemungkinkan untuk mendapatkan ikan yang masih hidup sebelum
proses, maka hams dipastikan bahwa ikan bermutu baik dengan tanda-tanda
sebagaimana terangkum dalam Tabel 5. Ikan gabus yang telah mengalami kerusakan
akan menghasilkan ekstrak ikan dengan aroma amis. Aroma amis ini relative sulit
dihilangkan atau dinetralisir. Aroma arnis disebablcan kslrena terbentuknya trirnetil
atnin oksida (TMAO). TMAO mempunyai sifat larut air, sehingga daIam proses
ekstrak senyawa ini akan ikut terekstrak.

Parmeter

Ikan bermutu baik

Ikan mengalami kerusakan

Mata

Jernih dan cembung

Keruh dan masuk ke dalam

Insang

Merah dan tidak busuk

Merahicoklat gelap dan busuk

Lendir

Encer dan aroma segar

Kental dan aroma busuk

Sisikkulit

Sisik kuat dan mengkilat

Sisik mudah dicabut dan

-

kusam
KelenturanJkenyal

Lenturkenyal

Lembek dan berair

h m a

Segar

Busuk

Pernotongan daging dimaksudkan untuk: rnernperkecil ukuran sehingga Iuas

permukaan a k a semakin besar. Semakin besar luas permukaan daging yang
bersinggungm dengan panas dnn air, semakin tinggi laju ekstriiksi. Tidak dianjurkan

untuk menghancurkan daging ikan gabus, karena dapat mernpercepat penggumpalan
seiama ekstraksi @emanasan)sehingga rnenghambat pengeluaran plasma dari daging.
Albumin, sebagaimana protein umumnya sangat rentan terhadap pengaruh
suhu, sehingga penerapan suhu yang tepat sangat diperlukan dalam proses untuk

menghasilkan sari ikan yang berhalitas baik. Karena pemanasan akan mempengaruhi
permiabilitas dinding sel sehingga proses pengeluaran plasma dari jaringan bisa lebih
cepat. Penerapan yang terlalu tinggi dapat rnengkoagulasikan protein plasma. Suhu
koagulasi beberapa albumin disajikan dalam Tabel 6. Protein plasma yang
terkoagulasi &an menempel pada protein rniofibril (benang daging), sehingga dapat
menghalangi keluamya protein plasma dari daging, Penerapan suhu proses antara 70

- 80

OC

memberikan basil yang baik. Pemanasan pada suhu 90 "C selama 10 menit

telah dapat menggumpalkan sebagain besar protein plasma sehingga tidak bisa
diekstrak.

Tabel 6. Suhu koagulasi beberapa albumin
Sumber albumin

I

Suhu koagulasi ("C)

I

Albumin telur

56

I

f

Albumin serum (sapi)
Albumin Susu @pi)

72

Sumber : de Man, 1997
Para praktisi gizi-kesehatan telah memanfaatkan ekstrak ikan gabus sebagai
makanan tambahan (menu ekstra) untuk penderita terindikasi hipoalbuminemia, luka
bakar, dan diet setelah operasi. Dari berbagai studi kasus dan penelitian diketahi
bahwa ekstrak ikan gabus secara nyata dapat meningkatkan kadx albumin pada
kasus-kasus alburninernia clan mempercepat proses penyembuhan luka pada kasus
pasca operasi (Asikin, 1999; Sugihastutik, 2002; Nilasanti, 2003). Suprayitno (2003)
telah mengungkapkan pemanfaatan ekstrak &an gabus sebagai pengganti serum
albumin yang biasanya digunakan unhk menyembuhkan luka operasi. Mudjiharto

(2007) rnenjelaskan bahwa ikan gabus merupakan bahan surnber albumin yang

potensial. Albumin ikan gabus dapat digunakan sebagai biofarma dan bahan subtitusi
albumin manusia. Agustini (2006) rnenyebutkan bahwa albumin ikan gabus s e c m
nyata dapat meningkatkan kadar albumin s e m d m mempercepat penutupan luka
pada tikus percobaan.

2.3. Albumin
Albumin merupaksrn fraksi u t m a protein plasma berbentuk elips dengan
panjang 150 A, mernpmyai berat moIekul dan pH isoelektfk bewariasi tergantung

spesies. Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin telor 44.000, dan di
dalam daging mamalia adalah 63.000 (Murray, 1995, Montgomery, 1993). PH
isoelektrik albumin bervariasi antara 4,6 (albumin telor) sampsti 4,9 (albumin serum).
Albumin rnanusia yang matur terdiri dari suatu rantai polipeptida. Albumin kaya

akan asam amino lisin, arginin, asam glutamat, dm asam aspartat diatur dalam serial
a

- k l i k dengan 17 jembatan sulfida(Gambar 3). Dengan enzirn protease albumin

dapat: dipecah menjadi 3 domain sebagaimana tersaji pada Gmbar 4.

Gambar 3. Lokasi ikatan -SN dalam molekul albumin
B

Domain

Garnbar 4. Pembagian Domain albumin
Albumin rnempunyai bent& elips, yang berxti protein ini tidak banyak
rneningkatkan viskositas plasma. Albumin mempunyai struktur yang Ientur (karena
adanya perubahan disulfida) dan mudah berubah benhtk sesuai dengan variasi kondisi
lingkungan dm dengan pengikatan Iigan (Murray, et al, 1999 ;Sunatria, 2003). Letak

ikatan -SH dalarn rnolekul albumin yang dikaitkan dengan sifat pengikatan albumin

dengan logam atau radikal (Garnbar 4).
Albumin merupakan protein sederhana, berstruktur globular yang tersusun
dari ikatan polipeptida tunggal dengan susunan asam amino sebagaimana ditunjukan
pada Tabel 7. Albumin mencakup semua protein yang larut dalam air bebas ion, dan
ammonium sulfat 2,03 mol / L, Fraksi protein plasma ini dapat diendapkan dengan
penambahan ammonium sulfat berkonsentrasi tinggi (70 - 100%) atau pengaturan pH
sampai mencapai pH iso elektriknya.
Albumin rnernpunyai Iima

karakter penting yaitu lanit dalam 2,03 mol A,

ammonium sulfat, dapat didialisa dengan air destiiat, keeepatan gerak dalam
elektroforesa adalah 6,0 didalam buffer berkekuatan ion 0,l pH 8,6, berat molekulnya
berkisar 66.000 KD, bebas karbohidrat, dan merupakan fraksi protein normal dalam
semm manusia. Kadar aibumin antara suatu spesies dengan spesies lainnya berbcda

sebagaimana ditunjukan pada Tabel 8. Salah satu faktor yang rnenentukan kadar
albumin dalam jaringan adalah nutrisi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar
albumin adalah nutrisi, lingkungan, harmon dan ada tidaknya suatu penyakit. A s m
amino rnernpunyai peranan yang sangat penting bagi sintesa albumin dalam jasingan.
Tabel 7. Komposisi asam amino albumin
Asam Amino

Glisin
Alanin
Valin
Leusin
Isoleusin
Serin
Treonin
Sistein !4
Metionin
FeniIalanin
Tirosin
Prolin
Asam Aspartat
Asam Glutamat
Lisin
Arginin
Histidin
Sumber : de M m (1 997)

Albumin serum (g M I 0 0 g protein)

633
539
12,3
2,6
4,2
538
650

038
0,6
531
438
10,9
16,5
12,9
5,9

Albumin dapat terkoagulasi oleh pmas sebagaimana sifat umum protein
dengan suhu koagulan yang berbeda tergantung dari jenis albuminya sebagai mana

ditunjufian dalam Tabel 6. Perbedaan suhu koagulasi albumin dalam beberapa
sumber albumin tersebut erat kstitannya dengan kandungan asam amino sistin dan
sistein dalam albumin tersebut (Montgomery, 1993; de Man, 1997).
Tabel 8. Kandungan atburnin pada beberapa organisme
Albumin (% Protein plasma)

Organisme

34,3
29,3
5 0,O
63,3
39,6

Sapi
Kuda
Kera
Kelinci
Anjing
Kucing

41,4

Afbwnin mempunyai fungsi yang sangat banyak, di antaranya adalah fungsi
pengikatan dan transport, pengatwan tekanan osmotik, penghambatan pembentukan
flatelet dan anti trombosit, permiabilitas seI dan fungsi sebagai antioksidan (Sunatrio,
2003). Albumin mencakup hampir 50 % dari protein plasma dan bertanggung jawab

atas 75 - 80 % dari tehnan osmotik pada plasma rnanusia (Murray, et al, 1999).
Montgomery (1 993) menjeiaskan bahwa albumin mempunyai dua fungsi utama yaitu
mengangkut molekul-moiekul kecil meIewati plasma dan cairn sel, serta memberi
tekanan osmotik didalam kapiler.
Fungsi pertama albumin sebagai pembawa molekul-molekul kecil erat
kaitannya dengan bahan metaboiisme dm berbagai macam obat yang kurang larut.
Bahan metaboIisrne tersebut adalah asam-asam lemak bebas dan bilirubin. Dua
senyawa kimia tersebut kurang dapat larut dalam air tetapi hams diangkut melalui
dstrah dari organ satu Ice organ lain agar dapat dirnetabolisme atau diekskresi.
Albumin berperan membawa senyawa kimia tersebut, dan perm ini disebut protein
pengangkut non spesifik.

Jenis obat-obatan yang tidak mudah larut air yang

memerlukan peran albumin adaiah aspirin, antikaagulan, dan obat-obat tidur. Selain
itu albumin juga berperan sebagai pengikat anion dan kation kecil, diantaranya adalah

kalsium (Ca). Dan sebagian tembaga plasma terikat dengan aIbumin

Fungsi albumin Iainnya adaIah menyediakan 80 % pengaruh osmotik plasma.
Hal ini disebabkan albumin merupakan protein dalam plasma, yang jika dihitung atas
dasar berat rnernpunyai jumlah paling besar dm stibumin memiliki berat molekul
rend& dibanding fraksi protein plasma lainnya Montgomery (19931, dan Murray, et

al, (1999) menginformasikan bahwa preparat albumin digunakan dalam terapi syok
hemorahgik dan Iuka bakar.
Albumin dapat berperan sebagai antioksidan (Papas, 1998: Turninah 2000).

Albumin mempunyai ikatan sulfhidrii yang dapat berfbngsi sebagai pengikat radikal,
dan struktur ini rnempunyai peranan penting dalam kasus sepsis. Albumin terlibat

daIam pernbersihan radikal bebas oksigen yang diimplikasikan dalam patogenesis
infiamasi. Lamtan fisiologis albumin serum manusia tefah diperlihatkan menghambat
produksi radikal bebas oleh leukosit polimorfonuklear. Kernampuan pengikatan ini
berhubungan dengan rnelirnpahnya gugus sulfhidril (-SH) dalam albumin (Sunatrio,
2003).

Kondisi hipaalbuminemia kerap dijumpai pada sirosis hati. Hal ini disebabkan
oleh penurunan mekanisme sintesis karena disfungsi liver atau diet protein rendah,
peningkatan kataboIisme atburnin, serta adanya asites. Indikasi terapi albumin pada

sirosis hati adalah adanya asites, sindrom hepatorenal, adanya SBP, dan kadar
albumin di bawah 2,5 gYo. fenggunaan albumin dimaksudkan untuk mernelihara
colloid oncotic pressure (COP), mengikat dan menyalurkan obat, dan sebagai

penangkap radikal bebas. Albumin juga memiIiki efek antikoagulan, efek
prokoagulatori, efek pemeabilitas vaskular, serta ekspansi volume plasma, Pungsi
albumin sebagai antioksidan juga disebutkan oleh Chen, et a!, (2001). Chen
menyebutkan bahwa albumin mempunyai efek antioksidan, dan berperan dalam
penangkapan radikal, bebas pada proses pembentukan urolithiasis dan asam sialik.
2.4. Anatorni dan fisiologis Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian
teratas dalam abdomen sebelah kanan dan di bawah diafragma (Pearce, 1987;
Junqueira, 1988). Hati mempunyai berat sekitar 1,3 kg atau 2 % berat badan orang
dewasa, dengan ukwan 12 - 15 cm (Price, 2006). Hati memiliki pemukaan superior
yang cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebstgian kubah kiri.
Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung,
pancreas, sebagaimanaterlihat pada Gambar 5.

Transuerse Colon

Dcscend~nnColon

Asutndtng Cdon

Gambar 5. Letak organ hati dalam tubuh

Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segementalis kanan yang tidak

terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamenturn falsiformis yang GrIihat dari iuar. Ligamentus falsiformis berjalan dari
hati ke diafiagma dm dinding depan abdomen. Pemukaan hati diliputi oleh

peritoneum viseralis kecuali daerah kecil pada pemukaan posteriar yang melekat:
langsung pada diahgma. Garnbaran anatomi hati disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Anatomi Hati
Secara lebih rinci hati terbagi menjadi empat lobus yang tersusun dari bagianbagian berbentvk segi enam yang disebut lobulus. Skema lobulus hati disajikan pada
Gambar 7.

Gambar 7. Lobulus hati
Jika jaringan hati dipotong melintang akan terlihat (dengan pengamatan
mikroskopis) setiap Iobulus berbentuk segi enam. Di tengah lobufus terdapat
pernbuluh darah. Setiap lobus hati terbagi menjadi struktut-struktur yang disebut
dengan bbulus, yang merupakan unit mikroskopis d m hgsional organ. Lobulus hati
membentuk massa poligonal prismatis jaringan hati dengan ukuran sekitar 0,7 x 2
mm (Junqueira, 1988). Lobuius-lobulus tersusun radial rnengetilingi vena sentralis
yang mengalirkan darah dari lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-

kapiler yang disebut dengan sinusoid yang merup