Muslim Rohingya dan HAM pasca kemerdekaan Myanmar 1962-2008: Analisis pelanggaran hak beragama

SKRIPSI
MUSLIM ROHINGYA DAN HAM PASCA KEMERDEKAAN MYANMAR
1962-2008:
ANALISIS PELANGGARAN HAK BERAGAMA

Diajukan dalam rangka persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum)

'--------_

.........

Universitas Islam Negerl
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

,

i "gl.

'i".


Oleh:

!,,""k

k lasifikasi

G[ZセNャM

; .cr..O..;..l:7- セ

:Zセ]N_H

Nurmala sari

105022000849

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA


.

MUSLIM ROHINGYA DAN HAM PASCA KEMERDEKAAN MYANMAR

1962-2008:
ANALISIS PELANGGARAN HAK BERAGAMA
Skripsi

[-

Mセ A v n aj Mp セ

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai
Gelar SaJjana Humaniora (S Hum)

Oleh:
Nurmala sari


NIM: 105022000849
Dibawah Bimbingan

Pembimbing

セL

---

Awalia Rahma, MA

NIP: 19710621 200112 2 001

JURUSANSEJARAHDANPERADABANISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA

•.QᄋGMセL


PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi

berjudul

MUSLIM

ROHINGYA

DAN

HAM

PAseA

KEMERDEKAAN MYANMAR 1962-2008: ANALISIS PELANGGARAN
HAK BERAGAMA telah di ujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 November 2009.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Humaniora (S.Hum) pada program studi Sejarah dan Peradaban Islam.
Jakarta, 26 November 2009

Sidang Munaqosyah

Sekel1aris Merangkap Anggota

k、BGセ[イ
mッGイオセ

DI·s. H.M. DI
Misbah, MA
NIP: 19591222199103 1003

User Abdul Matin SAg, MA,MA
NIP: 19680807 199803 1 002

Anggota

Penguji Merangkap Anggota


Pembimbing Merangkap Anggota


Prof. D' Budi Sulistiono M Hum
NIP: 19541010198803 1 001

..-/

Awalia Rahma, MA
NIP: 19710621 200112 2 001

ABSTRAK
Nurmala sari
Muslim Rohingya dan HAM pasca Kemerdekaan Myanmar 1962-2008:
Analisis Pelanggaran Hak Beragama
Penelitian mengenai sej arah Islam di Asia Tenggara telah banyak
dilakukan oleh para sejarawan baik lokal maupun tentunya sejarawan asing. Akan
tetapi yang secara spesifik membahas umat Islam di Myanmar, khususnya etnis
Rohingya, masih jarang ditemukan. Banyaknya perlakuan diskriminasi yang

dikemudian hari mengarah pada pelangaran hak beragama oleh pemerintah
setempat yang kian gencar direalisasikan pasca kemerdekaan 1948 dan memuncak
khususnya pasca angkatan bersenjata Myanmar dibawah pimpinan jendral Ne Win
merebut kekuasaan tahun 1962 dengan kebijakan "anti-[slamnya"nya, muslim
Rohingya yang merupakan kumpulan minoritas muslim terbesar di Myanmar
yang bermukim di Arakan Utara atau selatan Myanmar, dianiaya dan segala akses
kehidupan termasuk dalam hal ini berbagai atribut keagamaan terkait mereka
dibatasi dan dimusnahkan guna mengeluarkan mereka dari akar budaya bangsa.
Pada dasarnya, penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap kondisi
umat Islam di Myanmar pasca kemerdekaan (1948), khususnya komunitas
Rohingya, pasca angkatan bersenjata Myanmar mengambil alih kekuasaan (1962),
dan ingin mengetahui sejauh mana kekuatan junta millter Myanmar di ranah
internasional, dan peranan ASEAN dalam menyikapi berbagai isu kemanusiaan
yang hingga kini masih tems berlangsung di negara tersebut, termasuk perlakuan
dislaiminasi yang berujung pada pelanggaran hak beragarna muslim Rohingya
oleh pemerintah setempat.
Melalui tinjauan pustaka dan website terkait yang disertai wawancara
dengan Tri Agus S. Siswowihatjo selaku Campaign Manager Koalisi Masyarakat
Sipil untuk Burma (KMSuB), diketahui bahwa kekuatan junta militer Myanmar
diranah internasional terletak pada India, Rusia, khususnya Cina yang masih setia

mendukung junta, dengan latar belakang murni ekonomi. Selain itu, keteguhan
ASEAN dengan prinsip non interference nya dan masih setia menggandeng
Myanmar dalam lingkup regional, walaupun berbagai kritikan dilancarkan
lembaga tersebut terkait berbagai pelanggaran HAM di negara ini (Myanmar),
menjadi bukti nyata ketidak tegasan dan atau ketidakmampuan ASEAN dalam
menyelesaikan berbagai isu pelanggaran HAM yang berkepanjatlgan di kawasan
ini terutama di Myanmar, yang disebut-sebut sebagai negara paling tidak
demolaatis di Asia Tenggara.

11

KATAPENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillahirabbilalamin sebagai rasa terima kasih dan
puji syukur kepada Allah S.W.T., Tuhannya manusia, yang mengetahui apa-apa
yang ada di langit dan di bumi, yang nyata maupun tersembunyi, baik dalam
keadaan terang benderang maupun gelap gulita, slaipsi sederhana dengan judul
"MUSLIM

ROHINGYA


DAN

HAM

PASCA

KEMERDEKAAN

MYANMAR 1962-2008: ANALISIS PELANGGARAN HAK BERAGAMA"
ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada pembawa cahaya
penerang Rasulullah SAW besmia keluarganya dan para sahabatnya. Semoga kita
mendapat syafaat di akhirat kelak.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala yang harns penulis hadapi.
Namun demikian, berkat Rahmat dan Bimbingan-Nya serta bantuan yang
berharga dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati dise!iai niat yang suci,
maka penulis ingin mengucap banyak terimakasih yang tiada terhingga kepada:
I.


Dr. H. Abd. Chair, selah! Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah

2.

Dra. Hj Tati Hmiimah, MA, selaku pembantu Dekan Bid. Akademik
Fakultas Adan dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah

111

3.

Drs. H.M. Ma'aruf Misbah, MA dan Usep Abdul Matin Sag, MA,MA
selaku ketua dan sekertaris jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas
Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah

4.

Ibu Awalia Rahma, MA selaku dosen pembimbing yang membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas waktunya selama
membimbing

penulis

dengan

segala

kesabaran,

saran-saran,

dan

semangatnya.
5.

Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama menjalani kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.

6.

Segenap pengelola dan staf perpustakaan Utama dan fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya
(FIB) Universitas Indonesia, Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI),
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mengadakan studi
kepustakaan.

7.

Ayahanda Gozali dan Ibunda Mulyati, kakalc dan adik tersayang, serta
seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa.
Sungguh kasih mu tak terbalaskan.

8.

Terimakasih kepada bapak Tri AgllS S. Siswowihmjo, yang bersedia
meluangkan waktunya untuk menjawab persoalan terkait objek penelitian.

9.

Bang Tion selaku pemilik dan pengelola toko buku gerak-gerik, yang
senantiasa memberikan info buku terbaru terkait objek penelitian.

IV

10.

Ka Setyadi Sulaeman, dan ka Fahmi Irfani, yang senantiasa memberikan
masukan-masukan tambahan terkait penelitian dan memotivasi kepada
penulis.

II.

Kepada sahabat-sahabat tersayang, Nikma Arini, Elda Wediana, Benny
Saputra, tempat ku berkeluh kesah, terimakasih atas segala perhatian.

12.

Emy Kalsum, Ibnu Wicaksono, Ahmad Jufri, dan semua teman-teman yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya.

13.

Rekan-rekan kelas SPI angkatan 2005, terimakasih atas terjalinnya makna
persahabatan ini.

14.

Seseorang yang sangat spesial, yang selalu setia menemani dalam segala
kesusahan maupun senang. Terima kasih atas kebaikannya selama ini.
Salah satu tujuan dari disusunnya karya tulis ini adalah untuk

memenuhi sebagian persyaratan dalal11 l11encapai jenjang sarjana pada Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sel110ga l11el11enuhi persyaratan
yang dil11aksud.
Penulis penyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sel11purna, oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran yang konstmktif untuk perbaikan
dikemudian hari. Akhir kata penulis sampaikan semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat. Amin.

Ciputat, 03 September 2009

Penulis

v

DAFTARISI

ABSTRAK

.

KAT A PENGANTAR

II

DAFTAR lSI

v

BAB

I

PENDAHULUAN

A. LataI' Belakang penelitian

..

B. Kerangka Teori Penelitian

5

C. Batasan dan Perumusan Masalah

6

D. Tuj uan dan Manfaat Penelitian

8

E. Metode dan Teknik Penulisan

9

F. Survey Kepustakaan

II

G. Sistematika Penulisan

12

BAB

II

MYANMAR

A. Profil singkat negara Myanmar

14

B. Kebijakan pemerintah Myanmar terhadap rakyatnya secara umum

17

B.I Bidang Politik

18

B.2 Bidang Ekonomi

2I

B.3 Bidang Sosial

22

BA Bidang Agama

23

C. Fonnasi

awal

politik

Budha-isasi

pemerintah

pengaruhnya terhadap non- Budhis
D.. Kebijakan pemerintah Myanmar terhadap Muslim

Myanmar

dan
24
27

vi

BAB III HAK AZASI MANUSIA (KEBEBASAN BERAGAMA)
A. Konteks PBB

34

B. ASEAN

38

C. Myanmar

42

BAB IV PELANGGARAN HAK BERAGAMA MASYARAKAT MUSLIM
ROHINGYA
A.. Sekilas tentang Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Myanmar 45
B. Kondisi Umat Islam di Myanmar pra-kemerdekaan

52

C. Muslim Rohingya dan Pelanggaran Hak Beragama

55

D. Respon

Dunia dan Peran ASEAN terhadap Pelanggaran Hak

Beragama Muslim Rohingya

68

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan

78

B. Saran

81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR SINGKATAN

ABMU

: Aliansi Burma Muslim Union

AFPEL

: Anti Facisct People Freedom League

AICHR

: ASEAN Inter-governmental Commission on Htmlan Rights

ALA

: Arakan Liberation Army

ALF

: Arakan Liberation Front

ALP

: Arakan Liberation Patty

ARIF

: Arakan Rohingya Islamic Front

AS

: Amerika Serikat

ASEAN

: Association of Southeast Asian Nations

BBM

: Bahan Bakar Minyak

BMC

: Burma Muslim Congres

BSPP

: Burmesee Socialist Program Party

CCDAC

: Central Commite of Drug Abuse Control

HLP

: High Level Patlel

MSF

: Medecins Sans Frontieres

NCGUB

: National Coalition Govermentt of Union of Burma

HRDU

: Human Rights Documentation Unit

NLD

: National Language for democracy

PBB

: Perserikatan Bangsa-Bangsa

RNA

: Rohingya National Allience

RPF

: Rohingya Patriotic Front

RSO

: Rohingya Solidarity Organization

SPDC

: State Peace and Development Council

SLORC

: State Law and Order Restoration Council

TOR

: Terms of Reference

UE

: Uni Eropa

UNHCR

: United Nations High Commissioner for Refugees

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Perang Dunia II (1939-1945) di Eropa, merupakan salah satu pristiwa
besar yang mengguncang peradaban dunia, di samping beberapa revolusi besar
yang te1ah teljadi di belahan lain sepelii: pemberontakan besar (1640-1660),
revolusi kejayaan (1668) di 1nggris, revolusi Amerika (sekitar tahun 1601-1766),
revolusi Perancis (1787-1799), revolusi Rusia (1917-1918) serta revo1usi Cina
(1911-1948).
Dalam konteks ini, hak - hak asasi manusia diinjak - injak, merupakan
dampak akibat berbagai peristiwa tersebut, khususnya pasca Perang Dunia II yang
dampaknya dapat dirasakan tidak hanya bagi para kontestan perang (Amerika dan
Uni Soviet), tapi juga pada negara - negara yang secara geografis jauh dari lokasi
peperangan, mengakibatkan timbulnya keinginan dari negara - negara yang
tergabung dalal11 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk l11erumuskan hak hak asasi manusia dalal11 suatu naskah internasionaL Usaha ini dikukuhkan pada
tahun 1948 dengan diterimanya Universal Declaration ofHuman Rigths.
Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia l11erupakan tonggak penting l1l11at manusia dalam menjunjung
tinggi dan menghorl11ati ha1c asasinya, yang dalam peljalanan sejarah sering
terinjak -injak, terutama oleh mereka yang berkuasa. Deklarasi ini menjanjikan
dunia lebih bailc

2

Ancaman tindak kekerasan terhadap kebebasan beragama yang
merupakan wujud lain dari pelanggaran hak beragama, bukan saja secara konkrit,
empiris historis telah dan memang terjadi, akan tetapi nampak pula terus berulang
tezjadi.
Dalam konteks Myanmar, wujud nyata dari ancaman tindak kekerasan
terhadap kebebasan beragama, pada dasarnya telah terjadi jauh sebelum
Burma/Myanmar memperoleh kemerdekaannya dari Inggris (1948). Hal tersebut
nampak terlihat pada sejarah awal penderitaan Muslim Rohingya yang belmula
ketika orang - orang ultranasionalis Burma menduduki Arakan pada tahun 1784,
dimana pada saat itu muslim Rohingya mengalami penindasan dan penghancuran
dari pemerintahan Burma. I
Walaupun penghancuran Muslim Rohingya oleh pemerintah Burma
tersebut mulai redup dan sempat terhenti ketika Inggris menduduki Burma (18221948) karena pemerintah Burma pada masa ini lebih memfokuskan diri pada
usaha mencapai kemerdekaan, namun penghancuran dan pengusiran Muslim
Rohingya kembali teljadi dan mulai terorganisir pada tahun-tahun pasca
kemerdekaan 1948,2 dan memuncak khususnya setelah angkatan bersenjata
Burma / Myanmar di masa kepemimpinan jendral Ne Win mengambil alih
kekuasaan pada tahun 1962, yaitu ketika pemerintahan menetapkan kebijakan

'Imam Nugraha dan Rizal Panggabean, Muslim Rohingya yang Terjajah di Negeri
Sendiri. Republika, 20 April 1997.
20 erakan penidasan yang dilakllkan oleh pihak pemerinlah pada masa ini, bermula ketika
penduduk Islam Arakan menolak wilayah Arakan digabllngkan kedalam wilayah Burma selepas

3

"Anti-Islam" terhadap Muslim Rohingya3 selaku komunitas Muslim terbesar di

Myanmar kala itu, yang dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa Muslim Rohingya
bukan penduduk asli Myanmar. Kendati dalam catatan sejarah berbicara lain.
Orang - orang Budha datang ke wilayah Arakan pada tahun 1784,
yaitu tiga abad setelah seluruh Arakan menjadi Muslim dan menjadi bagian dari
kesultanan Bengal (1430)4 Bahwa Rohingya merupakan bagian dari bangsa
Myanmar, diakui oleh mantan Perdana Mentri Myanmar U Nu pada tahun 1954.
"Rohingya", kata U Nu, adalah penduduk asIi etnis Myanmar seperti juga etnis
Shan. Kachin dan Karen,,5
Melalui kampanye "Imigran Ilegal"-nya 6 yang mulai diproklamirkan
pada tahun 1978, yang

secm'a sengaja di tunjukan untuk muslim Rohingya

dengan tujuan mengeluarkm1 mereka dari akar budaya bangsa, pemerintah
Myanmar atau State Law and Order Restoration Council (SLORC)7 dalam ofens ifnya antara lain menghancurkan masjid dan menggantinya dengan pagoda,
membakar al-Quran dan desa kaum muslim, selia tak kurang dari 125.000 orang
Islam dipaksa masuk agama Budha8 oleh pemerintah, walaupun secm'a umum
pemerintah Burma sebenarnya mencanangkan kebijakan kebebasan kepada
penduduknya dalam menjalankan agama mereka masing - masing.

31111am Nugraha dan Rizal Panggabean.
"Agenda Panjang Muslim Rohingya. Republika, 20 Apri 1997.
5 Ibid,
'Ibid,
'Dibentuk pada tahun 1988 oleh junta militer sebagai upaya mematahkan gerakan antipemerintah militer yang kala itu kian marak di Myanmar. Tahun 1997 SLORC mengubah nama
menjadi SPDC (State Peace and Development Council), namun pergantian nama itu sedikitpun
tidak merubah kebijakan pemerintah terhadap Muslim Rohingya selahl komunitas Muslim

4

Banyaknya diskriminasi dan perlakuan bumk yang pada akhirnya
mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah Burma! junta
Militer Myanmar terhadap minoritas di negaranya, khususnya Muslim Rohingya
yang

paling teraniaya hingga kini, dan disebut-sebut sebagai salah satu etnis

paling teraniaya di dunia, tapi sekaligus juga dilupakan, menjadikan Myanmar
masuk dalam katagori negara yang paling tidak demokratis dan tertutup di dunia.
Tri Agus S Siswowiharjo9 dalam pernyataan pers KMSuB Nomor:
01/Feb/2009 mengungkapkan "Junta militer di sana sangat kejam terhadap

rakyat yang menuntut demola'asi dan etnis minoritas yang menuntut otonomi.
Junta militer Burma menguasai semua akses politik dan ekonomi di negeri itu.
Sehingga masyarakat minoritas seperti Karen, Kareni, Chin dan Mon yang
menuntut keadilan dan otonomi ditindas oleh rezim di Rangon (Yangon). Etnis
Rohingya yang mendiami Arakan State lebih menderita dibanding etnis minoritas
lainnya di Burma. Partai pemenang pemilu 27 Mei 1990, Liga Nasional untuk
Demokrasi (NLD) tak diperbolehkan membuat pemerintahan, bahkan para
pemimpinnya termasuk Aung San Suu Kyi ditahan hingga puluhan tahun ".10
Beliitik tolak dari pemikiran minimnya perhatian baik itu dari kalangan
sejarawan, pemerhati HAM dan respon dunia internasional khususnya ASEAN,
maka penulis mel11ilih karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul "MUSLIM
ROHINGYA DAN HAM PASCA KEMERDEKAAN MYANMAR: 1962-2008:
ANALISIS PELANGGARAN HAK BERAGAMA"
'Tri Agus S. Siswowiharjo adalah Campaign manager KoaJisi Masyarakat SipiJ untuk
Burma (KMSuB) di Indonesia.
IOTri Agus S. Siswowiharjo, Selamatkan Manusia Perahu Etnis RohinR)'a Burma Dari

5

B. Kerangka Teori Penelitian

Dalam penelitian ini, konsep penting yang akan dipergunakan sebagai
kerangka pemikiran dan teori yang secara fungsional akan menjelaskan tentang
keseluruhan isi skripsi ini adalah konsep tentang HAM. Terdapat definisi HAM
yang diberikan oleh beberapa lembaga dan tokoh yang mengamati secara khusus
masalah HAM.
Dalam situs resminya, PBB telah menetapkan bahwa "Human rights

are rights inherent to all human beings, whatever our nationality, place of
residence, sex, national or ethnic origin, colour, religion, language, or any other
status"

II

(Hak asasi adalah hak dalam diri setiap manusia, apapun kebangsaanya,

tel11pat kedial11annya, jenis kelal11in, kebangsaan atau asal

SUktl,

warna, agama,

bahasa, ataupun statusnya),
Jan Materson dalam ABC Teaching Human Rights l11erul11uskan HAM
dengan pengertian "Human Rights could be generally defined as Those rights

which are inherent in our nature and without which can not life as Human being"
(hak - hak yang melekat pada setiap l11anusia, yang tanpa hak - hak tersebut
manusia l11ustahil dapat hidup sebagai l11anusia).12
Dari dua konsep tentang HAM tersebut, dalal11 penelitian ini dengan
mengikuti tab'if kebebasan dalal11 perspektif HAM, maIm pelanggaran HAM yang
penulis l11aksud adalah pelanggaran atas kebebasan dasar (Fundamental

Freedom), yang menunjukkan suatu kebebasan yang sangat dibutuhkan secal'a

llhttp://www.un.org/rightl . Diakses pada 17 Marel2009
I2 Pendidikan Kewargaan, Demokrasi, HAM, dan Masyarakal Madani. Jakarta: PUSLIT

6

mutlak bagi pemeliharan dan perlindungan atas martabat manusia dalam suatu
negara sebagai suatu j enis perlindungan paling minim yang dapat diterima,
dimana kehidupan spiritual atau kebebasan berfikir, berkesadaran, berkeyakinan
dan beragama dipandang mutlak tercantum didalamnya.
Konsep tersebut penulis gunakan untuk menjelaskan mengenm
Pelanggaran Hak Beragama minoritas Muslim Rohingya. Pelanggaran ini telah
teljadi jauh sebelum Burma mencapai kemerdekaannya dari Inggris (1948) dan
makin gencar direalisasikan serta terorganisir pasca kemerdekaan (1948),
khususnya ketika militer sayap kiri pimpinan Jendral Ne Win merebut kekuasaan
pada tahun 1962, baik itu dalam perspektif sosiologis maupun dalam dokumen
historis.
C. Batasan dan Perumusan Masalah

Meninjau luasnya cakupan permasalahan, maIm dalam hal ini penulis
membatasi masalah pada kasus pelanggaran hak beragama minoritas Muslim
Myanmar yang tinggal di wilayah Arakan Utara yang dikenal dengan kaum
Muslim Rohingya, khususnya pasca kemerdekaan tahun 1962-2008. Hal tersebut
dikarenakan jumlah Muslim yang tinggal di Arakan Utara jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan komunitas Muslim di wilayah lain di Myanmar seperti
Swebo, Yangoon, dan Mandalay, dm·i total populasi penduduk Myanmar]3 yang
mayoritas beragama Budha. Menurut laporan I-Iuman Right Watch Asia
(September 1996) menyebutkan daerah - daerah muslim di Myanmar khususnya
Arakan atau Rakhine sekarang, terkenal sebagai daerah dengan tingkat

7

kriminalitas yang tinggi, termasuk diantaranya adalah korban penganiayaan oleh
Junta Militer Myanmar. 14
Konteks waktu (1962-2008) penulis khususkan karena sejak tahun
1962 itulah, yaitu ketika U Nu selaku Perdana Mentri Myanmar pertama yang
berasal dari kalangan sipil dikudeta oleh militer yang dipimpin oleh jendral Ne
Win, berbagai pelanggaran HAM minoritas, khususnya Muslim Rohingya mulai
terorganisir dan makin gencar direalisasikan hingga kini.
Mengacu

pada

lingkup

diatas,

kajian

1111

difokuskan

pada

permasalahan di bidang sosial-politik. Karenanya, pertanyaan - pertanyaan pokok
yang 111endasari pelacakan peristiwa dan penj abarmmya sebagai berikut:

I. Bagaimana situasi dan kondisi yang dialami umat IslaIl1 di Burma!

Myanmar pasca kemerdekaan 1948, khususnya ketika angkatan bersenjata
Burma mengambil alih kekuasaan tahun 1962-2008?
2. Kebijakan seperti apa yang ditetapkan pemerintah Burma! Myanmar
terhadap umat Islam, khususnya umat Islam Rohingya pasca angkatan
bersenjata menganlbil alih kekuasaan tahun 1962?
3. Bagaimana peran dan atau posisi ASEAN dalmll menangani berbagai isu
pelanggaran HAM yang berkembang di Myanmar, khususnya pelanggaran
hak beragama Muslim Rohingya setelah Myanmar masuk dalam lingkup
ASEAN pada tahun 19977
4. Mengapa teljadi pelanggaran hak asasi tersebut?

8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
Muslim di Myanmar pasca kemerdekaan 1948, khususnya pasca angkatan
bersenjata Burma mengambil alih kekuasaan tahun 1962 yang dalam pengamatan
penulis menjadi batasan tahun masa awal memuncaknya berbagai pelanggaran
HAM minoritas Muslim di Myanmar khususnya Muslim Rohingya seCal'a
terorganisisr oleh pemerintah. Selain itu, penelitian ini bertujuan pula menemukan
sebuah jawaban tentang sejauh mana peran dan atau kapasitas ASEAN sebagai
sebuah lembaga yang khusus menangani masalah - masalah yang terjadi
dikawasan Asia Tenggara menyikapi isu tersebut.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
I. Menambah wawasan intelektual khususnya wawasan kesejarahan, terkait
sejarah Islam di Asia Tenggara khususnya Myanmar pasca angkatan
bersenjata Burma mengambil alih kekuasaan tahun 1962-2008.
2. Mengungkapkan sebuah fakta tentang kondisi yang dialami minoritas Muslim
di

Myanmar khususnya Rohingya pasca allgkatan bersenjata Burma

mengambil alih kekuasaan tahun 1962-2008.
3. Mengungkapkan sejauh mana peranan ASEAN menyikapi kondisi yang
dialami minoritas Muslim di Myanmar khususnya Rohingya pasca Myanmar
masuk dalam lingkup ASEAN pada tahun 1997
4. Mengugkapkan sebab yang melatar belakangi telj adinya berbagai pelallggaran
hak asasi manusia di Myanmar, khususnya pelanggaran hak beragama
terhadap muslim Rohingya.

9

5. Menyumbang hasil karya penelitian bagi urN Syarif Hidayatullah pada
umumnya dan fakultas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam khususnya.
E. Metode dan Telrnik Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
DeskriptijAnalitis, yang dalam hal ini penulis berusaha mendeskripsikan dan atau

menggambarkan suatu peristiwa atau kondisi yang dialami minoritas umat Islam
di Myanmar khususnya Rohingya, dan menganalisa data serta fakta guna
mendapatkan implikasi atas berbagai macam tindakan dan atau usaha peliahanan
kelompok minoritas Rohingya terhadap peristiwa yang menjadi objek kajian.
Teknik Book Survey penulis gunakan sebagai

langkah awal

pengumpulan datal sumber terkait tema yang akan dibahas dengan menggunakan
beberapa sumber pustaka baik primer maupun sekunder, sepelii buku-buku,
jurnal, artikel dan atau berita dari koran - koran. Walaupun terdapat hambatan
dalam pengumpulan data baik primer maupun sekunder,15 hal tersebut tidaklah
memberikan dampak pesimis bagi penulis untuk melaksanakan research.
Adapun, tahap-tahap yang penulis gunakan untuk penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data.

Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode library Research (penelitian kepustakaan), yaitu

ISData-data yang terdapat dalam kelompok Jurnal dan Artikel pada daftar pustaka, penulis
asumsikan sebagai data primer atau utama dalam oenelitan. sedangkan data dalam kelomook hukn.

10

dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari serta menelaah bukubuku dan dokumen yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis teliti.
Dalam usaha mendapatkan data dengan metode ini, penulis melakukan
kunjungan ke beberapa perpustakaan dan website terkait, serta wawancara.
Perpustakaan yang dituju antara lain: Perpustakaan Umum dan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu
Budaya

(FlB)

Universitas

Indonesia,

Perpustakaan

Lembaga

Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPl), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
(PNRI), ataupun tempat-tempat lain yang dapat penulis manfaatkan untuk
mencari sumber-sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.
Adapun

wawancara,

penulis

lakukan

dengan

Tri

Agus

S.

Siswowiharjo selaku aktivis Koalisi Masyarakat sipil untuk Burma (KMSuB)
di Indonesia. Barn setelah itu, data-data dihimpun dan diseleksi guna
elijadikasn sebagai rnjukan utama elalam upaya penulis meneleskripsikan
tentang tema yang telah penulis angkat.

2. Pengolahan Data.
Setelah

data-data

eliperoleh,

maIm

tahap

selanjutnya

adalah

mengklasifikasikan elata-data berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini. Data-data tekstual seperti buku, majalah, artikel-artikel atau
berita elari koran-koran yang telah didapatkan, kemudian diolah serta
elimasukkan sebagai elata penunjang untuk tema yang sedang dibahas.

3. Analisa Data

11

Setelah dilakukan klasifikasi data, tahap selanjutnya yang

penulis

lakukan adalah melakukan analisa yang bersifat kualitatif, dalam artian
penulis akan menguraikan data-data historis tersebut dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan konteks dimana perstiwa tersebut
teljadi. Pendekatan sejarah digunakan untuk mendeskripsikan kronologi
peristiwa yang tel:jadi pada masa pasca-Kemerdekaan. Sedangkan pendekatan
sosial-politik dalam hal ini, digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses
yang melatarbelakangi teljadinya pelanggaran hak beragama minoritas
Muslim Rohingya pasca-kemerdekaan yang teljadi pada tahun 1962-2008
Adapun buku "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi) UIN Syari( Hidayatullah Jakarta", terbitan CeQDA 2007, menjadi
buku acuan yang penulis gunakan untuk membantu dalam hal teknik penulisan
skripsi ini.
F. Survey Kepustakaan

Penelitian mengenai Sejarah Islam di Asia Tenggara telah banyak
dilakukan oleh para sejarawan baik lokal maupun tentunya sejarawan Asing.
Akan tetapi yang secara spesifik membahas tentang sejarah dan kondisi umat
Islam di Myanmar masih jarang ditemukan. Buku D.G E Hall, Sejarah Asia

Tenggara

l6

walaupun menjelaskan Burma atau Myanmar pra-Islam sampai Islam

tiba di daerah tersebut sekitar abad ke-7, namun tidak menjelaskan lebih lanjut
kondisi umat Islam. Begitu juga buku "Pembangunan dan Kebangkitan Islam di

Asia Tenggara" editor Saiful Muzani, dimana artikel terkait ditulis oleh Omar

12

Farouk l7 yang walaupun menghadirkan kondisi umat Islam Burma atau Myanmar
sebelum dan pasca kemerdekaan 1948, tetapi buku tersebut tidak secm'a
komprehensif menjelaskan kondisi umat Islam di negara itu, khususnya Muslim
Rohingya selaku komunitas Muslim terbesar di Myanmar. Buku ini justru lebih
sebagai buku yang hanya mendeskripsikan kondisi umat Islam di Myanmar secm'a
umum yang lebih menonjolkan peran serta mereka dalam pembangunan sebelum
Burma dijajah Inggris (1822) melalui penguasaan atas Arakan, serta lebih banyak
membahas kondisi umat Islam di Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia.
Sejauh pengamatan penulis, hanya buku "Minoriti Muslim Gambaran

dan Harapan menjelang Abad-21" editor Wan Kamal Mujani l8 yang mencoba
mendeskripsikan dan mengungkap prihal kondisi dan perkembangan umat Islam
di Myanmar, sebelum dan pasca kemerdekaan 1948. Bagaimana bentuk
diskriminasi dan atau tindakan usaha pemusnahan Muslim yang dilakukan
pemerintah sebelum dan pasca kemerdekaan, khususnya pasca angkatan
bersenjata Burma mengambil alih kekuasaan (1962), dipaparkan secara
komprehensif dalam buku ini.
Secm'a umum, skripsi ini mencoba menguatkan data-data yang telah
ada namun minim publikasi, dan berusaha mellyajikall data-data terbaru terkait
muslim di Myanmar khususllya Rohillgya.

I7Karya ini merupakan kumpulan artikel yang terhimpun dalam studi dan penelitian
mengenai masalah - masalah umat Islam Asia Tenggara (ASEAN) yang diupayakan dalam

semangat menghadirkan keobjektifan akademis, pengetahuan dan kebenaran universal, atas
banyaknya masalah yang dihadapi kaum Muslim Asia Tenggara.
18Karya ini merupakan kumpulan artikel yang memfokuskan pada prihal minoriti Muslim

13

G. Sistematik Penulisan

Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari lima bab, diantaranya:
Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
kerangka teori penelitian, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode dan teknik penulisan, survey kepustakaan serta sistematika
penulisan.
Bab II akan menggambarkan profile singkat negara Myanmar,
kebijakan pemerintah Myanmar terhadap rakyatnya secara umum (dalam bidang
politik, agama, sosial dan ekonomi), dan kebijakan pemerintah Myanmar terhadap
minoritas Muslim.
Bab III akan membahas secara spesifik mengenai kebebasan beragama
dalam konteks PBB, ASEAN, dan Myanmar
Bab IV akan membahas Myanmar dan masyarakat Muslim Rohingya.
Sekilas tentang sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Myanmar, kondisi
umat Islam Myanmar pra-kemerdekaan, Muslim Rohingya dan pelanggaran hak
sipil beragama, dan respon masyarakat internasional serta peran ASEAN terhadap
pelanggaran hak beragama Muslim Rohingya.
Bab V merupakan bab penutup yang akan menyimpulkan pembahasan
yang telah diterangkan di atas.

BABII
MYANMAR

A. Profil singkat Negara Myanmar

Myanmar adalah sebuah negara yang memperoleh kemerdekaan dari
Britania Raya (Inggris) pada tanggal 4 januari 1948. Dahulu disebut dengan
Burma! "Burma Bersatu". Didirikan pada tahun 1948 sebagai sebuah republik
Independent dengan Sao Shwe Thaile sebagai presiden peliamanya dan U Nu
sebagai Perdana Mentri pertama. Pergantian nama ini (dari Burma-Myanmar)
mulai diberlakukan pada 18 Juni tahun 1989, yaitu satu tahun pasca lengsernya
jendral Ne Win dari tampuk kekuasaanl1ya sebagai perdana Mentri kedua
pengganti U Nu, dan digantikan oleh jendral Saw Maung, yang sama halnya
dengan Ne Win berasal dari kalangan Militer.
Terdapat dua tujuan utama pergantian nama negara ini, peliama: sebagai
penekanan bahwa negara telah terbebas dari penjajah Inggris, kedua: sebagai
upaya menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dikalangan etnis yang tersebar
dinegeri itu. Yang terakhir ini sebagaimana diungkap oleh Menlu U Ohn Gyaw,
bahwa kata "Burma" itu sesungguhnya merupakan nama salah satu suku bangsa
kami, sedangkan "Myanmar" dalam bahasa kami bermii seluruh Negara kita. 19
Berlokasi paling ujung Barat di wilayah Asia Tenggara, dan
merupakan negara terluas kedua di Asia Tenggara yang terbentang hampir 1500
mil dari utara hingga selatan. Myanmar lebih besar dari Vietnam, tapi lebih kecil

15

jika dibandingkan dengan keseluruhan kepulauan Indonesia. 20 Letak geografis
yang berbatasan langsung dengan lima negara tetangga yakni, dengan Cina di
sebelah Utara; Laos di sebelah Timur; Thailand di sebelah Tenggara; Banglades
di sebelah Barat; India di sebelah Barat Laut; sebelah selatan berhadapan dengan
laut Andaman; dan sebelah Barat Dayanya menghadap ke Teluk Bengal,
menjadikan Myanmar sebagai salah satu negara dengan letak geografis yang amat
strategis bagi lalu lintas internasionaI. Area geografis yang menentukan bagi
Myanmar ini dapat dilacak dari Perjanjian Panglong.
Memiliki luas wilayah 678.500 km persegi, dengan area perairan yang
hanya 3,06% (wilayah pesisir selatan yang berhadapan dengan laut Andaman dan
Barat Daya Teluk Bengal).21 Jumlah penduduknya pada tahun 2005/2006
diperkirakan mencapai 55,396 juta jiwa, yang mana 27,540 atau 49,71 % adalah
laki-Iaki, dan 27,856 atau 50,29% adalah wanita,22 populasi ini terdiri dari
sejumlah kelompok etnis yang berbeda-beda, baik dalam bahasa, agama, ataupun
mobilitas sosialnya. 2/3 dari total populasi terdiri dari etnis Burma, dan 1/3
sisanya dari etnis minoritas.
Terdapat sekitar 135 kelompok etnis yang tersebar di Myanmar,
dengan lebih dari seratus bahasa dan dialek yang berbeda. Sulitnya memperoleh
daftar terkait nama dan jumlah etnis yang tersebar, ditunjang gambaran yang

2°The Roots, Fruits and Dreams qf All Muslim in iVlyanmar. Al1ikel ini diakses pada 15
Maret 2008, dari http://www.rohingva.jp/pdf. h.I-2
21Awani Irewati, Myanmar dan Matinya Penegakan Demokrasi. Dalam Jurnal Penelitian
Po/ilik. セ_iNTL
No.1, 2007. h.7

16

diberikan

pemerintah

yang

umumnya menolak etnis

minoritas tertentu,

mengakibatkan hanya beberapa etnis saja yang terlacak.
Berikut tabel yang menunjukan kelompok etnis terbesar yang
tersebar di Myanmar: 23

Nama
Akha
Burman
Chin
China
Danu
Indian
Kachin
Karen
KalTeni

Agama
Animinsme
Budha
Kristen&Animinme
Budha &Tao
Budha
Islam & Hindu
Kristen& Animisme
Budha& Kristen
Kristen& Animisme

Kayan

Kristen& Animisme

Kokang
Lahu
Mon
Naga
Palaung
Pao
Rankine
Rohingya
Shan

Budha& Tao
Animisme& Kristen
Budha
Animisme& kristen
Budha
Budha
Budha
Islam
Budha

Tavoyan
Wa

Budha
Animisme

Bahasa
Belum diketahui
Burma
Belum diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Memiliki
kemiripan
dengan bahasa
Burma
Memilki
kemiripan
dengan bahasa
Burma
Belum diketahui
Behun diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Belum diketahui
Urdu
Shan/ memiliki
kemiripan
dengan bahasa
Laos dan
Thailand
Belum diketahui
Belum diketahui

Perkiraan Populasi
100.000
29.000
750.000-1.500.000
400,000
70.000-100.000
800.000
500.000-1.500.000
2.650.000-7.000.000
100.000-200.000

60.000-100.000

70.000-100.000
170.000-250.000
1.100.000- 4.000.000
70.000-100.000
300.000-400.000
580.000- 700.000
1.750.000- 2.500.000
690.000-1.400.000
2.220.000- 4000.000

500.000
90.000- 300.0000

Data dlOlah dan lapO! an fntell7aslOl1al AnI/-Slaven (1994)

17

Selain itu, terdapat pula dua kelompok etnis lain yang merupakan campuran dari
Burma-Eurasia24 yang berasimilasi dengan kelompok Bmma maupun India.
Agama Budha ditetapkan sebagai agama resmi negara.

25

Ibukota

negara terletak di Rangoon26 yang pada tanggal 7 November 2005 dipindah ke
Pyinmana. 27 Mata uang yang digunakan Kyat.

B. Kebijakan pemerintah Myanmar secant umum
Terkait kebijakan pemerintah Myanmar terhadap rakyatnya, pada
dasarnya mengacu pada konstitusi 1974, yang merupakan dasar dari sistem
perundang-undangan Myanmar.
Dikudetanya pemerintahan sipil di bawah pimpinan perdana Mentri U
Nu oleh kekuatan militer dibawah pimpinan Jendral Ne Win,28 menentukan arah
baru konstitusi Myanmar yang sejak pasca kemerdekaan 1948 menganut sistem
Bikameral 29

berdasarkan

konstitusi

1947.

Pada

masa

ini

(1948-1960)

pemerintahan ditetapkan secm'a demokratis berdasarkan perwakilan rakyat,

"'Kelompok ini mulai meninggalkan Myanmar sejak teljadinya kudeta militer tahun 1962
di bawah pimpinanjendral Ne-Win. Myanmar dan Matinya penegakan Demokrasi. h.7
"Penetapan ini mulai diberlakukan pasea kemerdekaan 1948 oleh Perdana Mentri

pertama Myanmar U Nu dengan landasan bahwa agama Budha merupakan agama yang dianut
oleh mayoritas penduduk.
26 Tahun 2005, pemerintah Junta mengubah nama Rangoon menjadi Yangon.
27 py inmana merupakan kota keeil yang hampir menyerupai bunker, dan tergolong kota
yang sibuk sel1a padat penduduk. Terletak digaris/jalur kereta api antara Mandalay dan Rangoon.
Tidak begitu jelas sebab pemindahan wilayah ibu kota ini, namun nampaknya dilatarbelakangi

oIeh kekhawatirall Myanmar akan serangan tentara asing dimasa mendatang akibat keadaan
negaranya yang dinilai tidak demokratis. Shafiah Fifi Muhibat, Asean dan Masalah Myanmar,
dalam anal isis CSIS, vol.35, No.2. 2006. h.134
"Selain memiliki latar belakang fasis dalam pendidikan tentara pendudukan Jepang, Ne
Win adalah tentara yang setelah mengunjungi RRC, lalu terkagum-kagum dengan system politik
negara tersebut yang otoriter. Tri Agus S. SiwowihaJ:io, dalam makalahnya, Mengapa Junia
Militer Burma Bisa Berlahan lama dipan?l!:un? Pemerimaha. h.4

18

dengan model pemerintahan yang demokrasi liberal, serta politik luarnegri yang
netral, dimana kebebasan pers dan mengeluarkan pendapat serta berpolitik sangat
terbuka [uas tanpa tekanan dan rasa takut.
Secara umum, konstitusi 1974 merupakan respon dari berbagai
kebijakan yang dibuat Ne Win pasca kudeta militer 1962 yang dianggap tidak
sesuai lagi dengan kondisi Myanmar. Kebijakan Ne Win pada masa ini (1962)
lebih mengarahkan Myanmar menjadi Negara Sosialis (Burmese Way Socialism).
System satu partai politik Burmesee Socialist Program Party (BSppio yang
merupakan gabungan dari Budhism, Marxism, Xenophobia, Nasionalist dan
MegalomaniaJ t diciptakan pada masa ini guna mencapai tujuan tersebut, dimana
pola kekuasaan yang dibentuk lebih bersifat tirani.

B.l Bidang PoUlik
Dalam bidang politik, sejak awal pemberlakuannya, konstitusi 1974
telah melebur tiga lembaga pemerintah yaitu eksekutif, legislative dan yudikatif
dibawah People's Assembly, yang dalam hal ini kemudian dianggap rakyat
sebagai bentuk kesewenang-wenangan Junta Militer terhadap kebebasan sipil, dan
penghapusan hak - hak sipil dalam pemerintahan. J2
Dalam konstitusi 1974, pemisahan dan kemerdekaan dalam peradilan
tidak di perkenankan dan

sistem satu partai masih diberlakukan. Artikel 11

30Pada masa pemberlakuan system 5atu partai ini, ekonomi Myanmar ambruk walaupun
pemerintah menasionalisasikan beberapa perusahaan asing dan swasta, negara menuju pada
kebangrutan. Jan Donkers & Minka Nijhuis, Burma Behind the Mask. h. 58. Jihat pula Sang Merah
Putih di Tanah Pagoda ... h. 67
"Jan Donkers & Minim Nijhuis, Burma behind the Mask. Burma Centrum Netherland.

19

negara menyebutkan "Burma Socialist Programme Party" (BSpp),33 sebagai satu
partai politik yang akan memimpin negara.
Di bawah konstitusi 1974, peraturan sistem satu partai hanya dapat
diubah mela1ui 75 % suara dari Pyithu Hluttaw (legislatife). Lebih dari 50 % suara
memilih pemilu dalam referendum tersebut.
Konstitusi 1974 sempat dinyatakan tidak berlaku lagi pada

masa

pemerintahan jendral Saw Maung yang ditunjuk dewan jendral menggantikan Ne
Win pasca terjadinya pemberontakan yang muncul dalam bentuk demonstrasi
tahun 1988 34 yang dikenal dengan 'The 8888 Uprissing ,35 sebagai wujud
kekecewaan rakyat yang telah mencapai puncaknya. 36
Menaggapi kondisi tersebut, pemerintah kemudian membentuk Dewan
Pemulihan Ketertiban dan Hukum Negara atau State Law and Order Restoration

Council (SLORC) pada tanggal 18 September 1988, sebagai upaya membendung
maraknya demonstrasi anti-pemerintah militer, dan menyelenggarakan pemilu
dengan multipartai pada 27 mei 1990, sebagai usaha membendung pemberontakan
yang dimungkinkan akan teljadi.
Sayangnya, kemenangan mutlak oposisi yaitu Liga Nasional untuk
Demokrasi (the National Languagefor democracy/ NLD) pimpinan Aung san Suu

33Constillllional Developments in Burma and Malaysia. Asia Views. Tempo, February 24March 2, 2009. h.15
34pemberontakan menentang pemerintah yang dianggap gagal ini berlangsung selama 1
bulan dan berakhir dengan pertumpahan darah. Tragedy ini merupakan momentum sejal'ah politik
terpenting dan terbesar yang pernah teljadi di Myanmar. Sang Merah Putih ditanah Pagoda., h.71
35penyebutan nama dan atau isti1ah ini dilatal'belakangi oleh konteks waktu. Tragedi ini
terjadi pada langgal 8 Agustus 1988.

,"

20

Kyi 37 yang memenangi 80 % suara ditolak oleh pemerintah. 38 Pemerintah di
bawah kendali militer tetap menjalankan roda pemerintahan dan memimpin
negara. Hingga taraf ini, SLORC menagkapi para anggota parlement terpilih dan
memenjarakan mereka, mengisolasi Aung San Suu Kyi dan menahmmya
dirumah 39 hingga kini, serta memberangus semua gerakan pro-demokrasi baik
dikampus maupun diluar kampus. Kebebasan pers, berkumpul dml berpendapat
bagi masyarakat Myanmar dibatasi pada masa ini.
Sebagai ungkapan bukti bahwa pemerintah Myanmar bersifat transisi,
yang dengan landasan ini seolah ingin menunjukan kepada dunia bahwa suatu saat
Myanmar secara beltahap akan mentransfonnasikan bentuknya menjadi sebuah
pemerintahan yang demokratis, SLORC kemudian berganti nama menjadi SPDC
(State Peace and Development Council) pada tanggal15 November 1997.40

Pada masa-masa ini, SPDC tetap menjalankan kebijakan sebelumnya,
yaitu berusaha keras menciptakan citra dengan membebaskan tahatlan politik
yang dianggap tidak membahayakan keamanan nasional dan berjanji tidak akan
memegang kekuasaan negara dalam jangka waktu lama, atau dengan kata lain,
kekuasaan akan diserahkan kepada sipil setelah konstitusi baru terbentuk.
37Aung San Suu Kyi adalah ikon demokrasi di Myanmar yang memperoleh nobel
perdamaian pada I Nobel Peace Prize pada 1992, merupakan anak dari tokoh nasionalis Aung San
pada zaman pendudukan Inggris.
33 Berbagai alasan dilontarkan pemerintah guna menolak hasil pemilu ini. Antara lain,
pertama, pemilu hanyalah sebagai sarana atau ajang perolehan suara untuk mengetahui pembuatan
konstitusi baru, dan bukan sebagai ajang untuk mentransformasikan kekuasaan. Kedua, menurut

ketentuan yang ada, seorang calon (dalam hal ini Aung San Suu Kyi) yang bersuamikan orang
asing dan lama bermukim eli luar negeri, tielak dapat mengikuti pemilu; dan ketiga, pada saat ini
belum ada konsitusi yang mengatur peralihan kekuasaan.

39Walaupun sempat dibebaskan sebagai tahanan rumah atas desakan dunia internasional,
pada 1995. namun pada tahun 2000 ia kembali ditangkap meski dua tahun kemudian dibebaskan
kembali, dan pada 30 Mei 2003 status tahanan rumahnya dikembalikan, ketika ia dan para

pengikutnya melakukan konvoi ke Depayin. Peristiwa yang terakhir ini dikenaI dengan " Depayin

21

B.2 Bidang Ekonomi

Sebelum militer mengambil alih kekuasaan sejak 1962, tingkat
kesejahteraan Myanmar di Asia berada di bawah Jepang, antara lain karena
Myanmar menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia. Namun pasca 1962
yaitu ketika militer mulai menguasai Myanmar, perekonomian Myanmar ambruk,
nilai mata uang jatuh dan banyak tabungan masyarakat di bank dihapus.
Walaupun tergo1ong negara yang sebenamya menyimpan kekayaan
alam 41 yang tak kalah pentingjika dibandingkan dengan negara lain di dunia, dan
ASEAN khususnya, namun perekonomian Myanmar secara umum nampak
kurang maju dan masih jauh tertinggal.
Adanya embargo yang masih berlangsung dari negara - negara Barat
sejak tahun 1996 hingga kini, yaitu tidak adanya investasi barn, bantuan ekonomi,
dan mundurnya investasi yang telah ada, ditunjang dengan berbagai pembatasan
kegiatan perdagangan internasional dibawah kendali kuat Junta Militer,
mengakibatkan perdagangan luar negeri Myanmar tidak maksimal dan berdampak
pada terbatasnya penerimaan devisa negara.
42

Sikap Saw Maung

yang lebih terbuka terhadap bantuan asing,

pengurangan kontrol serta mendorongan masuknya investasi asing yang mulai
dijalankan sebagai upaya mereformasi bidang ekonomi yang sempat hancur pada
masa pemerintahan Ne Win, sempat menghantarkan perekonomian Myanmar
membaik diawal kepemimpinannya.
4lBeras, kayu, opium, gas a1am, dan bebatuan yang berharga seperti giok dan rubi, yang
disamping kandungan minyak di sekitar laut Andaman, menjadi andalan utama Myanmar dalam
sektor perdagangan internasional.

22

Pasca Saw Maung, Myanmar mengalami sejumlah tekanan dari luar
dan dalam negeri, diantaranya adalah pemerintah dengan Central Commite of

Drug Abuse Control (CCDAC) menetapkan rencana 15 tahun pada 7 Oktober
1998, untuk menghapusan opium 43 dengan tujuan menghancurkan secara
l11enyeluruh pertumbuhan, produksi, dan penyalahgunaan obat bius di seluruh
negeri dalam waktu 15 tahun atas desakan Amerika Serikat (AS).
Keputusan menaikan harga bahan bakar l11inyak (BBM) sebesar 500
persen pada tanggal 15 Agustus 2007, dimana bensin, maupun solar naik dua kali
lipat dan harga gas kompresi -yang digunakan sebagai bahan bakar bus-bus di
Myanmar naik lima kali lipat. 44 Disambut dengan demonstrasi besar-besaran di
Myanmar yang kemudian mendapat dukungan pula dari para biksu Budha.
Kenaikan harga ini benar-benar mel11ukul rakyat Myanmar, sebab harga dan tarif
transportasi publik terpaksa naik.

8.3 Bidang Sosial
Dalam bidang sosial dan budaya, dengan mengacu pada konstitusi
1974, pemerintah berusaha meningkatkan pelayanan sosial dengan membentuk

Four

social

Objectives

yaitu

meningkatkan

l110ralitas

seluruh

bangsa,

meningkatkan kebanggaan dan integritas bangsa, l11el11elihara dan menjaga
wansan budaya dan karakteristik bangsa, serta l11eningkatkan kesehatan,
kemal11puan dan standar pendidikan seluruh bangsa, dengan menaruh perhatian
'UOpium

merupakan

komoditas

terbesar

Myanmar

dalam

sector

perdagangan

internasional, yang mulai ditanam dan dibudiyakan pacta masa colonial Inggris. Usaha
penghapusan ini dilatarbelakangi oJeh keIja 5ama al1tara pemerintah Myanmar dan AS pacta tahun
1974 lIntlik menghentikan jalur peredaran heroin seharga US$ 19 miliar kenegara-negara Bara!
dan AS,.

23

penuh terhadap sektor pendidikan dan kesehatan,45 dan memperkenalkan proyekproyek terpadu, satu diantaranya ialah membangun kembali istana-istana ktmo
dari jaman kerajaan, pendirian patung-patung raja selia menjamin pendidikan
bahasa etnis berkembang di Myanmar, walaupun dalam prakteknya banyak terjadi
pelanggaran 46 terhadap ketentuan tersebut dan pemerintah tetap tidak memberikan
ruang untuk memelihara identitas budaya etnis minoritas. 47
Guru dan biarawan ditangkap pada tahun 1991 sebagai usaha
menghalau penggunaan bahasa Mon. Di Myiktyina,48 pembelajaran khusus bagi
Kachin muda di liburan musim panas mereka untuk belajar bahasa mereka
ditutup. Sejak militer berkuasa tahun 1962, perkembangan surat kabar / harian
umum yang menggunakan bahasa etnik minoritas tidak lebih dari duabelas, dan
sejak tahun 1988, tak satupun dari keduabelas harian yang menggunakan bahasa
minoritas yang berkembang diijinkan beraktifitas oleh pemerintah. 49 Pemerintah
menindak tegas siapapun dan dengan cara apapun yang menyatakan identitas
etnik mereka dengan tulisan.
B.4 Bidang Agama

Pemerintah Myanmar secara umum mencanangkan kebijakan untuk
memberi kebebasan kepada penduduknya dalam menjalankan agama mereka
masing - masing. Hal ini sebagaimana tercantum dalam undang - undang
450alam bidang pendidikan, pemerintah berusaha mengaktitkan dan membangul1 sekolahsekolah UITIUl11 maupun kejul"uan. Sementara dalam bidang kesehatan, telah dibangull ;berbagai
samna dan prasarana kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan lain-lain, disamping meningkatkan
mutu tenaga medis memberikan penyuJuhan mengenai pencegahan dan penaggulangan penyakit
TBC, HIVI AIDS dan Malaria. Sang Merah ?utih Di tanah pagoda., h. 84-85
46Selain melumpuhkan jaringan internet, pemerintahpull merusak kabel bawah air untuk

menghentikan jaringan interernet. Pasca tereeksposnya berbagai pelanggaran HAM di Myanmar.
47

Jan Donkers & Minka Nijhuis. h. 119

24

Myanmar pasal 12 dan 147 yang menyebutkan bahwa pemerintah menJamm
kesetaraan dalam hukum tanpa melihat soal ras, agama, status, maupun jenis
kelamin,5o walaupun dalam prakteknya tetap ketat mengontrol dan menguasai
kehidupan beragama.
Selama kekuasaan berada ditangan militer, pemerintah dalam ofens ifnya menghancurkan tempat - tempat ibadah non-Budha. Masjid dan gereja yang
diganti dengan pagoda, menjadi sasaran utama pemerintah karena Kristen dan
Islam merupakan minoritas terbesar yang tersebar di Myanmar. Namun
diskriminasi paling parah teljadi terhadap Muslim Rohingya di wilayah Rakhine.
Pemerintah memperkenalkan dan kemudian menetapkan wilayah
terlarang bagi Muslim Myanmar khususnya pada tahun 1991. Pada masa ini, AIQuran dan desa kaum Muslim yang terletak di wilayah yang menjadi titik
kediaman Ulnat Islam seperti Yagoon, Swebo, Mandalai dan Rakhine dirusak dan
atau dibakar oleh tentara, tanah mereka dirampas dan diperuntukan bagi
pemukiman baru Budha 51

C. Formasi

awal

politik

Budha-isasi

pemerintah

Myanmar

dan

pengaruhnya terhadap non Budhis

Myanmar pada masa pra-Islam, merupakan kerajaan yang telah
merdeka sejak sekitar abad 266 SM hingga tahun 1782 M sebelum berada
dibawah pemerintahan Burma, yang sama halnya dengan negri-negri di Asia
Tenggara lainnya yang telah didominasi agama Hindu dan Budha yang dibawa
50Riza Sihbudi, problematik Minoritas Muslim di Asia Tenp;p;ara: Kasus Mora. Pattani

25

oleh orang-orang India melalui jalur perdagangan, Myanmar memiliki sejarah
yang cukup panjang.
Dominasi agama Budha di Myanmar dapat diketahui dari adanya para
pedagang dari Cina yang telah melalui daerah ini. Hal ini dapat terlihat dari
sumber Cina yang menyebutkan rute jalan tua yang dilintasi melalui jalur darat,
antara Cina dan Barat, yang kemudian menyebrangi daerah bagian utara negri ini
(Myanmar). Petunjuk pertama pemakaiannya adalah tahun 128 SM, yaitu ketika
Chang Chi'en menakl ukan negri Cina dari propinsi Seachuan, di Bactria.
Langkah-Iangkah diambil untuk menghubungkannya dan pada tahun 69 SM Cina
menemukan perpectum Yung Chang menyebrangi Mekong dengan markas
besarnya di Timur Salween, kira-kira 60 Mil dari perbatasan Myanmar sekarang.
Terkait formasi awal politik Budha-isasi pemerintah Myanmar
terhadap rakyatnya, pada dasarnya memiliki hubungan erat dengan penerapan
kebijakan pemerintah Kolonial Inggris di Myanmar. Kebijakan pemerintah
kolonial yang seCaI'a umum memberikan keleluasaan kepada masyarakat
Myanmar yang sejak awal perkembangannya memang telah didominasi agama
Budha, untuk mengekspresikan kehendak hidupnya, termasuk dalam hal ini
kebebasan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, yang pada akhirnya
walaupun masih terasa asing, masyarakat Myanmar pada masa ini dapat
menikmati kehidupan yang damai.
Dalam konteks ini, pendidikan modern yang dinikmati oleh
masyarakat, seCal'a bertahap tanpa disadari telah merubah pola menjadi perpektif

26

generalisasi keagarnaan (Budha) murni menjadi basis keangkitan paradigma barn,
dan berujung pada pembentukan berbagai organisasi kebangkitan agama Budha. 52
Walaupun sejak masa pemerintahan U Nu eksistensi agama Budha
telah diakui secm'a permane