PENDAHULUAN Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)

BAB I PENDAHULUAN

Attention DeficitHyperactivity Disorder atau yang dikenal luas dengan istilah ADHD merupakan gangguan yang cukup banyak terjadi pada anak-anak selama kurun waktu satu abad. Pada masa lalu para ahli klinis menyebut ADHD dengan istilah organic drivennes, minimal brain dysfunction, hyperkinetic syndrome atau attention deficit disorder Conners Jett, 2001. Dalam beberapa tahun terakhir ini, ADHD menjadi sorotan dan perhatian utama di kalangan medis ataupun di masyarakat umum. Berdasarkan data dari National Institutes of Health pada tahun 1998, prevalensi kejadian ADHD di dunia sekitar 3-10. Di Amerika sebanyak 3-7 anak usia sekolah mengalami masalah ini, sedangkan di negara Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar 5- 10. Sementara di Asia penelitian terhadap anak ADHD masih sangat sedikit, namun diperkirakan anak dengan masalah ADHD sekitar 3-10 dari populasi anak usia sekolah Singhi Malhi,1998. Di Indonesia hingga saat ini belum ada perkiraan prevalensi kejadian anak yang mengalami ADHD, meskipun sebenarnya gangguan ini cukup banyak terjadi Judarwanto,2008. Terdapat kecenderungan lebih banyak anak laki-laki yang mengalami ADHD dibanding anak perempuan. Secara epidemologis rasio adalah 2:1 hingga 10:1 Gelfand Drew,2003. Berdasarkan DSM IV TR 2000, seorang anak dapat dikatakan ADHD bilaterdapat enam atau lebih gejala-gejala inattention, hyperactity- impulsivity dan sudah berlangsung sejak usia di bawah 7 tahun dan terjadi pada setiap situasi baik di rumah, sekolah maupun lingkungan. Universitas Sumatera Utara Conners Jett 2001 mengatakan seseorang dapat dikatakan mengalami ADHD bila ia sudah berada dalam lingkungan sekolah formal. Alasannya adalah pada usia yang lebih muda, anak-anak memang terlihat aktif karena adanya dorongan dalam diri mereka untuk mengekplorasi lingkungannya. Pada usia ini anak memang belajar banyak dari lingkungannya untuk merasakan keberadaan dirinya sendiri dalam lingkungan. Anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang kuat akan apa saja yang terjadi di lingkungan. Namun saat memasuki usia sekolah formal, seorang anak dituntut untuk memiliki keterampilan lainnya antara lain kemampuan untuk konsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya. Dari sinilah terlihat adanya anak-anak yang mengalami ADHD. Wenar Kerig 2000, juga menambahkan bahwa tidak seperti karakteristik anak normal, anak ADHD juga memiliki keaktifan yang berlebihan dan kehilangan orientasi dalam tugas. Sebenarnya adanya perilaku aktif, enerjik, sangat gembira, dan berganti-ganti aktivitas yang dilakukan oleh anak adalah sesuatu yang biasa. Hal tersebut dilakukan untuk mengeksplorasi lingkungan yang menyenangkan bagi mereka. Akan tetapi hal ini berbeda pada anak ADHD. Mereka cenderung mudah bosan terhadap tugas-tugas yang dikerjakan dalam waktu lama, mudah sekali kehilangan perhatian serta bertindak tanpa berpikir panjang dan sering sekali disertai dengan reaksi emosional seperti impulsif. Selain itu anak ADHD juga mengalami kesulitan dalam mendengar instruksi. Mereka sebenarnya tidak mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dijelaskan namun lebih pada ketidakmampuan untuk mendengar sesuatu yang tidak menarik perhatiannya dalam waktu lama. Kondisi-kondisi inilah yang kemudian disebut dengan istilah ADHD Gelfand Drew,2003. Universitas Sumatera Utara Dampak dari ADHD menurut Green Chee 1996 adalah munculnya beberapa masalah antara lain akademik, relasi sosial serta masalah emosi dalam penyesuaian diri dan kemampuannya. Dibandingkan dengan anak normal, anak ADHD biasanya lebih mudah cemas dan rendah diri. Anak ADHD juga mudah mengalami gangguan psikosomatik gangguan kesehatan yang disebabkan ฀actor psikologis seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, mereka mudah emosional. Hambatan-hambatan tersebut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak ADHD juga sering dipandang “nakal” atau “bandel” oleh lingkungan sehingga sering mengalami penolakan dari keluarga maupun teman-temannya. Akibatnya anak mengalami kegagalan bersosialisasi sehingga membuat anak merasa bahwa dirinya buruk, tidak mampu dan ditolak lingkungan. Sementara itu dalam bidang akademik, anak ADHD cenderung tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasinya yang mudah terganggu sehingga membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara sehingga mengganggu teman yang diajak berbicara dan guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran Green Chee,1996. Berdasarkan pendahuluan tersebut penulis ingin mencoba menjelaskan apa dan bagaimana gangguan ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta menghapus kesimpangsiuran yang ada selama ini di masyarakat. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA