Karakteristik Karkas Dan Lemak Babi Dengan Pemberian Ransum Mengandung Curcumin

KARAKTERISTIK KARKAS DAN LEMAK BABI DENGAN
PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG CURCUMIN

DESY CHRISTIN BERLIANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Karakteristik Karkas dan Lemak
Babi dengan Pemberian Ransum Mengandung Curcumin adalah karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber data dan informasi yang digunakan dalam karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2007


Desy Christin Berliana
NIM D051040131

ABSTRACT

DESY CHRISTIN BERLIANA. Dietary Curcumin on the Ration to Evaluate
Carcass and Lipid Characteristic in Pigs. Under the direction of POLLUNG
HASIHOLAN SIAGIAN and RUDY PRIYANTO.

Curcumin and its structurally related compounds (Curcumins), the
phenolic fitochemistry of turmeric, display antioxidative, anticarcinogenic and
hypocholesterolemic activities. In this study, we investigated the effects of dietary
supplemented Curcumin on performance, carcass, and lipid characteristic in pigs.
The experiment used 20 crossbred pig barrows, with initial weight 16 + 0,7 kg.
They were set up in a completely randomized device design, where the factor was
Curcumin levels (0, 4, 8, 12 mg/kg body weight) with 5 replications. The results
showed that there were no significant influence of Curcumin, on performance,
carcass characteristic including crosscut weight, carcass percentage, backfat
thickness, loin eye area, and lipid charasteristic. These results suggest that

increase levels of Curcumin to give the significant effects.
Key words : Curcumin, Carcass , Lipid Characteristic, Pigs.

ABSTRAK
DESY CHRISTIN BERLIANA. Karakteristik Karkas dan Lemak Babi dengan
Pemberian Ransum Mengandung Curcumin. Dibimbing oleh POLLUNG
HASIHOLAN SIAGIAN dan RUDY PRIYANTO.
Rimpang kunyit memiliki zat aktif berupa Curcumin yang merupakan
salah satu zat fitokimia yang berperan sebagai anticarcinogenic, antioxidative dan
hypocholesterolemic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan
produksi, karakteristik karkas dan lemak babi dengan pemberian berbagai taraf
Curcumin dalam ransum. Penelitian ini menggunakan 20 ekor babi jantan kastrasi,
dengan bobot awal 16+ 0,7 kg. Rancangan yang digunakan adalah Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan, yaitu ransum dengan taraf Curcumin
sebanyak empat taraf (0, 4, 8 dan 12mg/kg bobot badan) dalam ransum (R0, R1,
R2, dan R3) masing-masing dengan lima ulangan. Hasil perangkingan
menunjukkan bahwa taraf pemberian 12 mg Curcumin/kg bobot badan adalah
yang terbaik, dengan hasil loin eye area, low density lipoprotein serum,
kandungan kolesterol lemak dan daging yang terbaik. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa taraf pemberian Curcumin dalam ransum tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Kata Kunci : Curcumin, Karkas, Karakteristik Lipida, Babi.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, 2007
Hak cipta dilindungi
Diperbolehkan mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya dengan
menuliskan sumbernya untuk tujuan non-komersial guna pengembangan IPTEK.

KARAKTERISTIK KARKAS DAN LEMAK BABI DENGAN
PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG CURCUMIN

DESY CHRISTIN BERLIANA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis
Nama
NIM

: Karakteristik Karkas dan Lemak Babi dengan Pemberian Ransum
Mengandung Curcumin
: Desy Christin Berliana
: D051040131

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS.
Ketua

Dr. Ir. Rudy Priyanto

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Ternak

Dr. Ir. Nahrowi, MSc.

Tanggal Ujian: 3 April 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro., MS.

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Bapa untuk Kasih SetiaNya yang selalu

menyertai Penulis dalam setiap perkara didalam hidup ini. Dan atas Kasih
KaruniaNya saja Penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Pollung H. Siagian, MS.
selaku ketua komisi pembimbing sekaligus sebagai pembimbing akademik
Penulis selama kuliah di IPB, terimakasih juga kepada Dr. Ir. Rudy Priyanto
sebagai anggota komisi pembimbing, juga kepada Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS.
atas kesediaannya untuk menjadi penguji dan telah banyak memberikan saransaran dan motivasi sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan satu tim
penelitian, Ir. Sauland Sinaga, MSi., Ruben, Pramona, Uci, Lelly, Andi, Dimas,
Roi, Yosef, Sardianto, Ardiles, dan Fernando atas kerjasamanya selama
melaksanakan penelitian. Juga kepada pimpinan dan staf PT. Obor Swastika yang
menyediakan sarana dan fasilitas untuk melakukan penelitian ini serta kerjasama
yang baik selama Penulis melakukan penelitian.
Kepada yang terkasih Papa, Mama (Alm.), Kak Titin, Mas Tejo, Kak Juli,
Mas Iwa, Bang Apro, dan Kak Novi, Kasih dan Anugrah. Terimakasih atas segala
dorongan, bantuan, serta doa yang selalu dipanjatkan untuk selesainya penulisan
Tesis ini dan kasih sayang yang diberikan.
Penulis mengucapkan terimakasih untuk sahabat (Marlenny, Vera, Juni,
Nora, Yongki) dan teman-teman PTK 2004-2005 atas bantuan, saran dan
motivasinya. Terimakasih juga kepada teman-teman Pemuda GKI Pengadilan

Bogor, teman-teman kostan di Dwi Regina (Mbak Diah, Yuni, Ayu, Deasy, Acil,
Mita, Dita, Sukma), Bang Cien dan Bang Nano untuk motivasi dan doa-doanya.
Akhirnya semoga Allah Bapa memberikan berkatNya untuk kita semua
dan tulisan ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada
dunia peternakan.

Bogor, April 2007
Desy Christin Berliana

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Desember 1980 dari
pasangan Bapak Sebak Meliala dan Ibu (Alm.) Helferia Sitompul. Penulis adalah
merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Tahun 1998 lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Medan dan
pada tahun yang sama melanjutkan kuliah di Diploma III Peternakan, Universitas
Padjadjaran, Bandung, dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan ke
Program Ekstension Peternakan, Universitas Padjadjaran pada tahun yang sama
dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2004 terdaftar sebagai
mahasiswa S2 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, pada Program

Studi Ilmu Ternak.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................
Tujuan ...............................................................................................
Manfaat .............................................................................................


1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Babi.......................................................................................
Lipida ................................................................................................
Curcumin ..........................................................................................

4
5
10

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ............................................................................
Materi Penelitian...............................................................................
Perlakuan Curcumin pada Ternak dan Penentuan Dosis...................
Rancangan Penelitian .......................................................................


14
14
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Curcumin terhadap Penampilan Produksi .......................
Pengaruh Curcumin terhadap Karakteristik Karkas ........................
Pengaruh Curcumin terhadap Bobot Hati dan Empedu....................
Pengaruh Curcumin terhadap Karakteristik Lipida .........................

21
23
26
27

SIMPULAN DAN SARAN....................................................................

34


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

35

LAMPIRAN ..........................................................................................

39

vii

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Pedoman klinis profil lipida darah ....................................................

9

2 Bahan penyusun dan kandungan zat makanan ransum penelitian.....

15

3 Rataan penampilan produksi babi penelitian ....................................

21

4 Rataan karakteristik karkas babi penelitian ......................................

24

5 Rataan bobot hati dan empedu babi penelitian..................................

26

6 Rataan karakteristik lipida serum babi penelitian..............................

28

7 Rataan kolesterol hati, lemak dan daging babi penelitian.................

31

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Daur transport lemak eksogen dan endogen (Brown dan Goldstein
1984 dalam Budaarsa 1997) ..............................................................

7

2 Struktur kimia Curcumin dari kunyit (Asai dan Miyazawa 2000) ....

10

3 Lokasi pengukuran tebal lemak punggung babi (National
livestock and meat board, 1973).........................................................

19

4 Teknik pengukuran panjang karkas babi (National livestock and
meat board, 1973)...............................................................................

19

5 Lokasi pengukuran loin eye area (LEA) (National livestock and
meat board, 1973) .............................................................................

19

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Data penampilan produksi babi penelitian......................................

39

2 Analisis peragam (ANCOVA) konsumsi Ransum harian .............

39

3 Analisis peragam (ANCOVA) pertambahan bobot badan
Harian .............................................................................................

39

4 Analisis peragam (ANCOVA) efisiensi penggunaan ransum .......

40

5 Data karakteristik karkas babi penelitian ........................................

40

6 Analisis peragam (ANCOVA) bobot potong ................................

41

7 Analisis peragam (ANCOVA) bobot karkas .................................

41

8 Analisis peragam (ANCOVA) persentase karkas ..........................

41

9 Analisis peragam (ANCOVA) panjang karkas ..............................

41

10 Analisis peragam (ANCOVA tebal lemak punggung ...................

41

11 Analisis Peragam (ANCOVA) loin eye area (LEA)……………..

42

12 Data bobot hati dan empedu babi penelitian………………………

42

13 Analisis peragam (ANCOVA) bobot hati.......................................

42

14 Analisis peragam (ANCOVA) bobot empedu ...............................

43

15 Data karakteristik lipida serum babi penelitian...............................

43

16 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol darah ............................

43

17 Analisis peragam (ANCOVA) HDL darah.....................................

44

18 Analisis peragam (ANCOVA) LDL darah ....................................

44

19 Analisis peragam (ANCOVA) trigliserida darah ..........................

44

20 Data kolesterol hati, lemak dan daging babi penelitian...................

45

21 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol hati................................

45

22 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol lemak tubuh.................

46

23 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol daging..........................

46

x

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konsumsi lard (lemak babi) sebagai pangan yang banyak mengandung
lemak jenuh menempati posisi kedua dunia setelah minyak kelapa (1.1 milliyard
pon), yaitu 989 juta pon dan diikuti oleh minyak sawit pada posisi ketiga dengan
konsumsi 826 juta pon (Khomsan 2004). RSCM (1999) menyatakan bahwa asam
lemak jenuh yang terkandung 100 gram lemak babi adalah 28.4 g.
Sejak adanya insiden beberapa penyakit seperti atherosclerosis, tekanan
darah tinggi dan jantung koroner yang diduga kuat ada kaitannya dengan
tingginya kandungan lemak dan kolesterol pangan yang dikonsumsi, maka
konsumen kini berusaha menghindari makanan dengan kandungan lemak dan
kolesterol yang tinggi.
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang mempunyai
rumus molekul C27H45OH. Kolesterol tidak terdapat pada bahan pangan nabati.
Sel-sel tanaman tidak mengandung bahan serupa kolesterol, tetapi mengandung
phytosterol dalam jumlah yang banyak (Linder 1986). Kolesterol diperlukan oleh
tubuh sebagai prekusor asam-asam empedu, hormon-hormon steroid serta
merupakan komponen dari membran plasma dan lipoprotein plasma (Martin et al.
1983). Walaupun setiap tubuh manusia memerlukan kolesterol namun hanya
dalam batas - batas jumlah normal. Kelebihan kolesterol dan trigliserida didalam
darah, akan menimbulkan efek samping penyakit-penyakit degeneratif seperti
atherosclerosis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner.
Kolesterol tidak selalu ada pada makanan karena sebagian besar sel-sel
mamalia terutama sel-sel hati dan usus dapat mensintesa kolesterol (Williams
1974). Neber (1976) menyatakan bahwa hampir duapertiga bagian kolesterol yang
diperlukan disintesa dalam tubuh dan hanya sepertiganya yang berasal dari
makanan. Martin et al. (1983) dan Anggorodi (1984) mengindikasikan bahwa
biosintesis kolesterol kurang lebih 1 g/hari sedang yang berasal dari makanan
hanya 0.9 g/hari. Sintesa kolesterol dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh adanya
substrat untuk sintesis asam-asam empedu (Nishima dan Freedland 1990),
sementara pasokan kolesterol dari luar sangat tergantung dari kadar kolesterol

2

makanan serta jumlah kolesterol yang diserap kedalam darah. Penyerapan tersebut
salah satunya dipengaruhi oleh adanya zat aktif pada pakan karena akan
mempengaruhi penyerapan kolesterol pada saluran pencernaan.
Rimpang kunyit memiliki zat aktif berupa Curcumin yang merupakan
salah satu zat pigmen yang berperan sebagai anticarcinogenic, antioxidative dan
hypocholesterolemic (Peschel et al. 2006). Kunyit merupakan salah satu jenis
tanaman

rempah-rempah

asli

Asia.

Tanaman

ini

termasuk

keluarga

”Zingiberaceae” yang pusat penyebarannya sampai ke daerah Indo-Melanesia
hingga Australia (Sudiarto dan Safitri 1985). Kunyit dapat tumbuh di daerah iklim
tropis dan subtropis, di Indonesia kunyit dapat tumbuh sepanjang tahun dari
dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian sampai 2 000 m diatas
permukaan laut, dengan kisaran suhu optimal adalah 19 - 30oC dan curah hujan
antara 1 500 – 4 000 mm/tahun (Rukmana 1994). Data Ditjen BP Hortikultura
(2004) menunjukkan bahwa produksi kunyit pada tahun 2003 adalah 30 707.45
ton sementara yang baru diserap adalah 12 520 ton.
Sebagaimana

diketahui,

bahwa

Curcumin

mempunyai

khasiat

meningkatkan sekresi empedu. Empedu diproduksi oleh sel hati kemudian masuk
ke duodenum untuk membantu proses penyerapan. Empedu selain mengandung
air, juga mengandung garam empedu, pigmen empedu, kolesterol dan lipida (Hadi
1983), dengan meningkatkan sekresi empedu, maka ekskresi melalui feses juga
meningkat, menyebabkan ekskresi kolesterol juga meningkat sehingga diperoleh
ternak yang sehat untuk konsumsi manusia dengan kolesterol rendah. Rao et al.
(1970), menemukan bahwa tikus betina putih bobot 45 - 50 g umur 45 hari,
diberikan 0.1 – 0.5% Curcumin dalam ransum selama tujuh minggu,
menunjukkan peningkatan ekskresi asam empedu dan kolesterol melalui feses,
pada akhir penelitian kadar kolesterol darah dan sel hati menunjukkan penurunan.
Dasar pemikiran tersebut diatas, dilakukan penelitian tentang Karakteristik
Karkas dan Lemak Babi dengan Pemberian Ransum Mengandung Curcumin.

3

Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penampilan produksi,
karakteristik karkas dan lemak babi yang diberikan berbagai taraf Curcumin
dalam ransumnya.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui penggunaan Curcumin
terbaik sebagai feed additive pada ternak babi. Diharapkan juga dari penelitian ini
dapat memberikan informasi tentang karakteristik karkas dan karakteristik lemak
babi yang dihasilkan dari pemberian Curcumin pada taraf tertentu dalam ransum.
Memberikan alternatif kepada peternak dan pengusaha dalam usaha menghindari
penggunaan feed additive sintesis.

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Babi
Babi merupakan salah satu komoditi ternak yang mempunyai potensi besar
untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang
menguntungkan antara lain: siklus reproduksinya yang relatif pendek, banyak
anak dalam satu kelahiran, tingkat pertumbuhan cepat, efisien dalam penggunaan
ransum, dan dapat memanfaatkan sisa makanan yang tidak lagi digunakan oleh
manusia (Pond dan Maner 1974). Babi tergolong ternak monogastrik bersifat
omnivora yang dapat memanfaatkan limbah rumah tangga dan pertanian untuk
merubahnya menjadi daging.
Pertumbuhan Babi
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran tubuh yang dapat diukur yaitu
panjang, volume atau massa (Williams 1982). Perubahan ukuran tubuh meliputi
perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh, termasuk pula
perubahan pada komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ
serta komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu (Soeparno 1998).
Sementara menurut Hammond yang disitasi oleh Goodwin (1980), menyatakan
bahwa pertumbuhan adalah kenaikan bobot seekor ternak sampai ukuran dewasa
tubuh tercapai. Lloyd et al. (1978), menyatakan bahwa terjadi dua hal dasar pada
pertumbuhan hewan, yaitu pertambahan bobot badan yang disebut pertumbuhan
dan perubahan bentuk yang disebut dengan perkembangan.
Pertumbuhan ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagianbagian komponennya. Pertumbuhan komponen-komponen tersebut berlangsung
dengan laju atau kecepatan yang berbeda, sehingga perubahan ukuran komponen
menghasilkan diferensiasi atau perbedaan karakteristik individual sel dan organ.
Ada tiga proses utama didalam pertumbuhan, yaitu : (1) pertumbuhan dasar
selular yang meliputi perbanyakan sel (hyperplasia), perbesaran sel (hypertrophy)
dan akresi atau pertambahan material struktur non-selular (non-protoplasmik)
misalnya deposisi lemak, glikogen, plasma darah dan kartilago. Mula-mula sel
tumbuh secara hyperplasia, kemudian secara hypertrophy sampai mencapai

5

ukuran karakteristik individual organ; (2) diferensiasi sel-sel induk dalam embrio
menjadi

ektoderm,

mesoderm

dan

endoderm.

Diferensiasi

selanjutnya

menghasilkan sel-sel khusus antara lain sel-sel syaraf dan epidermal berasal dari
ektoderm, sel-sel otot dan jaringan ikat berasal dari mesoderm dan sel-sel
penyusun saluran pencernaan atau gastrointestinal beserta kelenjar-kelenjar atau
glandula, sekresinya berasal dari endoderm dan (3) kontrol terhadap pertumbuhan
dan diferensiasi yang melibatkan banyak proses (Williams 1982).
Lipida
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform atau eter (Thenawijaya 1982). Jenis lipida yang paling banyak adalah
trigliserida, yang merupakan bahan bakar bagi hampir semua organisme.
Lipida didalam darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolopid, dan
asam lemak bebas. Tiga fraksi lipida yang pertama berkaitan dengan protein
khusus yang bernama apoprotein menjadi kompleks lipid-protein atau lipoprotein.
Ikatan itulah yang menyebabkan lemak bisa larut, menyatu dan mengalir di
peredaran darah. Unsur lipida yang terakhir adalah asam lemak bebas yang
berikatan dengan albumin (Thenawijaya 1982).
Metabolisme Lipida dan Pembentukan Lipida Tubuh
Proses

pemecahan

lipida

makanan

menjadi

asam

lemak

dan

monogliserida, kholin, dan lain sebagainya, hampir semuanya terjadi dalam
duodenum dan jejunum. Pada saat ini peranan garam empedu dan lipase pankreas
sangat tinggi. Sekresi kedua alat pencernaan tersebut bekerja dalam derajat
keasaman (pH) yang lebih tinggi akibat adanya sekresi bikarbonat. Dalam
duodenum, garam-garam empedu mengemulsikan lemak, dan dengan gerakan
peristaltik terdispersi menjadi butir-butir kecil dengan penambahan luas sekitar
10 000 kali. Kemudian diikuti oleh masuknya lipase. Lipida yang sudah tercerna
dan sebagian larut dalam air, membentuk misel-misel yang stabil. Misel tersebut
terdiri dari asam lemak rantai panjang, monogliserida, dan asam-asam empedu
yang terdifusi ke permukaan sel-sel mukosa, kemudian melepaskan materi untuk
diserap. Produk-produk pencernaan yang lebih bersifat polar, seperti asam lemak

6

rantai pendek, fosfat, kholin dan sebagainya, terdifusi melalui medium cair,
diserap dalam sel mukosa usus (Hembing 1996).
Setelah masuk mukosa usus, trigliserida, fosfolipida dan ester kolesterol
disintesis kembali, dibungkus dengan sedikit protein kemudian disekresikan
dalam bentuk kilomikron kedalam ruang ekstra seluler, memasuki lakteal sistem
limfe. Secara perlahan kilomikron yang ada dalam saluran limfe memasuki aliran
darah melalui duktus thrancicus (Hembing 1996).
Hampir semua lipida yang disimpan dalam jaringan lemak atau daging
dalam bentuk trigliserida. Nantinya trigliserida tersebut akan dirombak kembali
sebagai sumber energi bila glukosa dari makanan tidak cukup, atau dalam keadaan
puasa. Pada babi yang diberi makan berkecukupan, sangat sedikit lemak tubuh
digunakan untuk sumber energi. Didalam tubuh jaringan lemak ini berada dalam
rongga badan, termasuk sekitar jantung dan ginjal, dibawah kulit, inter muskuler
dan intra muskuler. Lemak dibawah kulit pada ternak babi sekitar 50% atau paling
banyak dibandingkan dengan ternak lain (Budaarsa 1997).
Peranan lipoprotein sangat penting pada proses metabolisme lipida dalam
sel, yaitu sebagai alat angkut lipida. Lipoprotein adalah molekul yang terdiri dari
protein dan lipida yang bergabung dengan ikatan non-kovalen yaitu interaksi
hidrafobik antara gugus nonpolar dari lipida dengan molekul protein. Lipoprotein
plasma darah terbagi menjadi lima fraksi sesuai dengan berat jenisnya yang
dibedakan dengan cara ultrasentrifugasi. Kelima fraksi tersebut adalah
kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein
(IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).
Penjelasan atas kelima fraksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kilomikron merupakan protein dengan berat molekul terbesar. Kandungannya
sebagian besar trigliserida untuk dibawa ke jaringan lemak dan otot rangka.
Kilomikron juga mengandung kolesterol untuk dibawa ke hati. Setelah 8-10
jam sejak makan terakhir, kilomikron tidak ditemukan lagi didalam plasma.
Adanya kilomikron sewaktu puasa dianggap abnormal. Daur transport lemak
dalam tubuh disajikan pada Gambar 1.

7

Gambar 1 Daur transport lemak eksogen dan endogen (Brown dan Goldstein 1984
dalam Budaarsa 1997)
2. Very low density lipoprotein (VLDL) dibentuk dari asam lemak bebas di hati.
Very low density lipoprotein mengandung 60% trigliserida endogen dan 1015% kolesterol.

8

3. Intermediate density lipoprotein (IDL) juga mengandung kolesterol dan
trigliserida. Intermediate density lipoprotein merupakan zat antara yang
terbentuk sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL. Intermediate density
lipoprotein disebut sebagai VLDL sisa.
4. Low density lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein pengangkut kolestrol
terbesar untuk disebarkan keseluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh
nadi. Low density lipoprotein merupakan metabolit VLDL yang juga disebut
kolesterol jahat karena efeknya yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada
dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak
yang kemudian dapat menyebabkan menyempitan pembuluh darah. Proses
tersebut dinamakan aterosklerosis. Kadar LDL didalam darah tergantung dari
konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh, tingginya kadar
VLDL, serta kecepatan produksi, dan eliminasi LDL. Jaringan yang banyak
mengandung LDL adalah hati dan kelenjar adrenal.
5. High density lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang mengandung
Apo A dan mempunyai efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga
kolesterol baik. Fungsi utama HDL yaitu mengangkut kolesterol bebas yang
terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh darah, ke reseptor
HDL di hati untuk dikeluarkan lewat empedu. Dengan demikian, penimbunan
kolesterol di perifer berkurang. Kadar HDL diharapkan tinggi dalam darah
(Hembing 1996).
Biosintesis Kolesterol
Kolesterol yang mempunyai rumus molekul C27H45OH, merupakan
alkohol monohidrat dari derivat sterol yang tidak jenuh. Kolestrol dalam tubuh
berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan dan hasil biosintesis. Manusia ratarata membutuhkan 1.1 g kolesterol/ hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi
fisiologis lain. Dari jumlah tersebut, 25 - 40% (200 – 300 mg) secara normal
berasal dari makanan dan selebihnya disintesis dalam tubuh. Tempat sintesis
kolesterol terutama pada hati, korteks adrenal, usus, kulit, testis dan aorta
(Thenawijaya 1982).
Kolesterol dalam makanan akan mempengaruhi biosintesis kolesterol.
Penelitian pada tikus menunjukkan jika hanya 0.05% kolesterol dalam makanan

9

maka 70 – 80% kolesterol hati, usus halus dan kelenjar adrenal disintesis dalam
tubuh. Tetapi jika kandungan kolesterol makanan naik menjadi 2%, maka
biosintesis turun sampai 10 – 30%. Usaha untuk menurunkan kolesterol plasma
pada manusia dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam makanan adalah
efektif. Namun sebaliknya biosintesis tidak dapat seluruhnya ditekan dengan
menaikkan konsumsi kolesterol melalui makanan (Thenawijaya 1982).
Kolesterol dalam makanan diabsorbsi dalam usus, dan bersama-sama
dengan lipida lainnya, termasuk kolesterol yang disintesis dalam usus (kolesterol
endogenus), digabungkan dalam kilomikron dan VLDL (Vahouny et al. 1997).
Dalam limfa kolesterol diserap, 80 – 90% diesterkan dengan asam lemak rantai
panjang, namun pengesteran dapat juga terjadi dalam mukosa usus. Bila sisa
kilomikron masuk ke hati, banyak ester kolesterolnya dihidrolisis dan
kolesterolnya yang diambil oleh hati. Kemudian VLDL yang dibentuk akan
mengangkut kolesterol kedalam plasma (Thenawijaya 1982).
Tischendorf et al. (2002) menyatakan bahwa dalam serum darah babi
terkandung kolesterol 2.16 mmol/L; LDL 0.99 mmol/L; HDL 1 mmol/L; dan
trigliserida 0.37 mmol/L. Pada manusia untuk mengetahui ada atau tidaknya
dislipidemia, dipergunakan angka patokan standar kadar lipida darah seperti yang
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pedoman klinis profil lipida darah
Diinginkan

Diwaspadai

Berbahaya

(mg/dl)

(mg/dl)

(mg/dl)

Kolesterol Total

240

Kolesterol LDL tanpa PKV

< 130

130 – 159

> 160

Kolesterol LDL dengan PKV

< 100

-

-

Kolesterol HDL

> 45

36 – 44

< 35

Kolesterol tanpa PKV

< 200

200 – 399

> 400

Kolesterol dengan PKV

< 150

-

-

Profil Lipida

Sumber : Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia (Hembing 1996)
Keterangan :
LDL = Low Density Lipoprotein
HDL = High DensityLipoprotein
PKV = Penyakit Kardio Vasikular

10

Curcumin
Sifat Kimia dan Fisika
Curcumin berwarna kuning atau kuning jingga, berbentuk serbuk dengan
sedikit rasa pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam glasial dan alkali hidroksida.
Curcumin tidak larut dalam air dan dietil eter, dan mempunyai aroma yang tidak
bersifat toksik (Kiso 1985).
Curcumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul
368, desmetoksi Curcumin rumus molekul C20H18O5 dengan bobot molekul 338,
diduga gugusan aktif dari Curcumin terletak pada gugus metoksi. Gugus hidroksil
fenolat yang terdapat dalam struktur Curcumin kemungkinan menyebabkannya
mempunyai aktivitas antibakteri. Asai dan Miyazawa (2000), menggunakan
metode kromatographi menentukan komposisi Curcumin seperti yang terlihat
pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur kimia Curcumin (Asai dan Miyazawa 2000)
Sifat kimia Curcumin yang menarik adalah terjadi perubahan warna akibat
perubahan pH lingkungan. Dalam suasana asam, Curcumin mengalami degradasi
bila proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung
diperlihatkan oleh perubahan warna yang lebih gelap. Dibandingkan dengan
pengeringan tanpa terkena sinar matahari, oleh sifat foto sensitif ini maka
kandungan Curcumin akan lebih rendah bila pengeringan dilakukan dengan cara
penjemuran sinar matahari langsung.

Isolasi
Isolasi Curcumin dapat dilakukan dengan berbagai metode dan variasi.
Sidik et al. (1985), melakukan penelitian berbagai teknik isolasi basah dan kering,
cara kering dilakukan menggunakan pelarut organik, sedangkan cara basah

11

dengan menggunakan zat aktif permukaan seperti zat hasil penyabunan antara
oleum riuni dan natrium hidroksida. Isolasi Curcumin dengan cara basah ini
dilakukan dengan mencampur zat aktif dengan rimpang direfluks lalu disaring,
pada filtrat ditambahkan asam sitrat hingga pH 6 lalu dibiarkan pada keadaan
dingin, setelah terjadi pengendapan sempurna dalam waktu sekitar 24 jam,
endapan Curcumin disaring dan dikeringkan.
Pelarut organik yang digunakan pada isolasi cara kering adalah eter
minyak tanah, n-heksan, benzen, alkohol, dan aseton. Dua cara kering yang
terbaik untuk memperoleh Curcumin yang tinggi adalah: menggunakan teknik
soxletasi dengan aseton sebagai pelarut ekstrak aseton diuapkan hingga diperoleh
endapan, kemudian endapan dicuci dengan eter minyak tanah lalu dikeringkan,
dan dengan cara teknik refluks dengan etanol sebagai pelarut lalu disaring panaspanas, filtrat dipekatkan sehingga terjadi endapan Curcumin yang dikeringkan
setelah pencucian dengan eter minyak tanah. Hasil Curcumin yang diperoleh
dengan cara ini sekitar 18 – 19.9% (Sidik et al. 1985).
Aspek Farmakokinetik
Mutu dan pengendalian suatu bahan aktif tergantung pada kinetik bahan
tersebut dalam tubuh yang dipengaruhi oleh absorpsi, distribusi, metabolisme dan
sekresi bahan tersebut.
Ravindranath dan Chandrasekhara (1980), melakukan percobaan pada
tikus putih selama dua minggu dengan pemberian 400 mg Curcumin per ekor per
hari, setelah satu jam pemberian diperoleh sekitar 90% Curcumin terakumulasi di
dalam lambung dan usus halus, dan setelah 24 jam kadarnya tinggal 1%, absorpsi
dalam usus halus 3 - 7 jam setelah pemberian melalui oral. Setelah lima hari
sekitar 40% Curcumin diekskresikan melalui tinja, dan sisanya 60% diabsorpsi
oleh tubuh, pemeriksaan distribusinya dalam pembuluh darah portal hati dan
ginjal. Penelitiannya juga menunjukkan, bahwa Curcumin tidak dieksresikan
melalui urin.

Aktivitas Kolagoga
Di Indonesia terutama oleh penduduk pulau Jawa, ekstrak atau seduhan
rimpang temulawak telah digunakan sebagai obat untuk mengatasi gangguan

12

fungsi empedu seperti kolestiasis dan koleretis, atau untuk mengatasi gangguan
pencernaan seperti kembung perut.
Steineger dan Hansel (1972), menemukan bahwa rimpang temulawak
mempunyai aktivitas kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan sekresi empedu
yang bekerja kolekinetik dan koleretik. Kalk dan Nielsen (1932), menyatakan
Curcumin selain mempunyai aktivitas koleretik dan kolekinetik, ekstrak
temulawak juga mempunyai pengaruh pada usus duabelas jari.
Ramprasad dan Sirsi (1956), melakukan penelitian dengan menggunakan
anjing sebagai hewan percobaan, pemberian 5 mg natrium Curcuminat per kg
bobot badan secara intravena ternyata meningkatkan sekresi empedu sebesar 1336% yang persisten selama 30 menit. Peningkatan dosis dengan kelipatan dua
menyebabkan peningkatan sekresi empedu sebesar 30 - 60% selama 40 - 80
menit. Puncak sekresi empedu dicapai 10 menit setelah penyuntikan, kemudian
menurun secara bertahap. Pemberian hingga dosis 25 mg/kg bobot badan tidak
menunjukkan gejala toksis atau efek samping pada tekanan darah maupun sistem
pernafasan.

Ekskresi Kolesterol
Kolesterol adalah sterol yang terdiri dari struktur cincin dasar dengan
nukleus siklopentanoperhidrofenantrent. Kolesterol berperan sebagai precursor
dari pembentukan hormon steroid, estrogen dan testosteron juga sebagai
precursor dari perubahan asam empedu yang disintesa dalam hati yang berfungsi
untuk menyerap trigliserida dan vitamin yang larut dalam lemak (Muchtadi et al.
1993).
Empedu diproduksi oleh sel hati kemudian masuk kedalam duodenum
untuk membantu proses penyerapan. Empedu selain mengandung air, juga
mengandung garam empedu, pigmen empedu, kolesterol dan lipida (Hadi 1983),
dengan meningkatkan sekresi empedu, maka ekskresi melalui feses juga
meningkat, menyebabkan ekskresi kolesterol juga meningkat sehingga diperoleh
ternak yang sehat untuk konsumsi manusia dengan rendah kolesterol. Rao et al.
(1970), menemukan bahwa tikus betina putih bobot 45 - 50 g umur 45 hari,
diberikan 0.1 – 0.5% Curcumin dalam ransum selama tujuh minggu,

13

menunjukkan peningkatan ekskresi asam empedu dan kolesterol melalui feses,
pada akhir penelitian kadar kolesterol darah dan sel hati menunjukkan penurunan.
Bowman (1983), mengadakan penelitian pada delapan penderita kelainan
hati dengan pemberian 9.6 mg Curcumin, setiap 10 menit sekresi empedu diamati,
ternyata terjadi peningkatan sekresi empedu yang terlihat nyata pada penurunan
bilirubin, kolesterin dan lipase pada penderita. Secara umum peningkatan sekresi
cairan empedu akan menyebabkan partikel padat dalam empedu berkurang,
berdasarkan ini Curcumin mempunyai prospek baik untuk digunakan pada
gangguan metabolisme lemak yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol.
Djamhuri (1981), melakukan penelitian untuk membandingkan obat
penurun kolesterol Atromid dengan Curcumin dari temulawak terhadap enam ekor
anjing dewasa bobot 10 - 12 kg, diperoleh hasil bahwa dosis Atromid 75 dan 400
mg/kg bobot badan selama tiga hari menemukan penurunan kadar kolesterol darah
yang tidak berbeda nyata pada kedua dosis tersebut.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian berlangsung selama tujuh bulan, dari bulan September 2005
sampai Maret 2006. Uji biologi ransum dilaksanakan di Laboratorium Penelitian
Koperasi Peternakan Babi Indonesia PT. Obor Swastika Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung. Analisis sampel penelitian dilakukan di Laboratorium Pasca
Panen, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

Materi Penelitian
Ternak
Penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak babi jantan kastrasi berumur
dua bulan (lepas sapih) dengan rataan bobot awal 16 + 0.70 kg dan koefisien
variasi 4.24%.

Perlengkapan
Perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang
individual yang dilengkapi dengan water nipple dan tempat makan. Perlengkapan
lain adalah timbangan berkapasitas 10 dan 150 kg, masing-masing untuk
menimbang ransum dan ternak babi, karung penyimpanan ransum, sekop kecil
dan besar, kantong plastik, ember, kamera, pita pengukur, plastik transparan dan
milimeter blok berskala cm2 untuk mengukur luas loin eye area, obat cacing,
termometer, penggaris untuk mengukur tebal lemak punggung dan kerangkeng
besi untuk tempat menimbang ternak.

Ransum
Bahan makanan yang digunakan untuk menyusun ransum penelitian ini
adalah jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil kelapa, tepung tulang, bungkil
kedelai, dan premix. Curcumin yang berasal dari ekstraksi tepung kunyit
diperoleh dari perusahaan farmasi PT. Phytochemindo Reksa, Jakarta.
Penyusunan ransum dilakukan berdasarkan pada kebutuhan zat-zat makanan yang
dianjurkan National Reserarch Council (1998).

15

Susunan ransum starter dan grower-finisher yang digunakan selama
penelitian beserta kandungan zat makanan dari ransum percobaan terdapat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Bahan penyusun dan kandungan zat makanan ransum penelitian

Komposisi Nutrisi
Bahan Kering (%)*
Protein Kasar (%)*
Energi Metabolisme (kkal)**
Serat Kasar (%)*
Kalsium (%)*
Phosfor (%)*
Lemak Kasar (%)*
Komposisi Bahan Baku (%)
Jagung Lokal
Dedak Padi
Tepung Ikan
Bungkil Kelapa
Bkl. Kedelai
Tepung Tulang
Premix
Jumlah Total

Starter
88.45
18.69
3 146.00
5.81
0.62
0.82
6.00

Periode Pertumbuhan
Grower NRC 98
Finisher
NRC 98
89.50
18.00
15.99
15.50
3 165.00
3 121.80 3 165.00
5.00
5.84
5.00
0.60
0.52
0.50
0.50
0.72
0.45
6.10

45
26
6
18
4
0.5
0.5
100.00

46
27
3.5
19
3.5
0.5
0.5
100.00

Keterangan : * Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan, UNPAD (2006).
** Hasil perhitungan.
Ransum perlakuan adalah ransum basal dan dengan penambahan beberapa taraf
Curcumin masing-masing seperti berikut:
R0: Ransum Basal tanpa Curcumin
R1: Ransum Basal dengan 4 mg Curcumin/Kg Bobot Badan
R2: Ransum Basal dengan 8 mg Curcumin/Kg Bobot Badan
R3: Ransum Basal dengan 12 mg Curcumin/Kg Bobot Badan

Sebelum penelitian dimulai ternak babi diberikan obat cacing, untuk
prakondisi dilakukan pemberian ransum pendahuluan selama satu minggu. Untuk
menjaga kebersihan babi dimandikan setiap hari pada pagi dan siang hari sebelum
ransum diberikan.

16

Perlakuan Curcumin pada Ternak dan Penentuan Dosis
Penggunaan tepung kunyit 1 – 1.5 % dalam ransum broiler ternyata
mengurangi persentase lemak abdominal dan tidak mempengaruhi persentase
bobot karkas dibandingkan broiler yang mengkonsumsi ransum tanpa kunyit
(Ramdhan 1998). Pemberian tepung kunyit dengan taraf 2% dalam ransum
memberikan pertumbuhan bobot badan broiler yang tinggi dibanding tanpa
mengkonsumsi tepung kunyit (Aziz 1998),

Pada kelinci jantan yang

mengkonsumsi kunyit 1 – 1.5% dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap
konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, tetapi memperbaiki efisiensi
penggunaan ransum (Martini 1998).
Khususnya pada ternak babi, tepung

kunyit (Curcuma domestica)

digunakan 10% dalam ransum mengakibatkan efisiensi penggunaan ransum
sangat rendah . Curcumin akan menjadi racun bila diberikan sebanyak 2.5 g/kg
BB, demikian juga Bile et al. (1985) melaporkan mengenai pemberian Curcumin
dalam ransum babi, dengan dosis 60, 240 dan 1 551 mg/kg BB menunjukkan
kerusakan ginjal, hati dan kelenjar tiroid. Sinaga (2003), melakukan penelitian
penggunaan tepung kunyit dalam ransum babi grower dengan taraf 0.2 sampai
0.6% dalam ransum sebagai aditif berpengaruh meningkatkan persentase bobot
karkas dan mengurangi tebal lemak punggung. Tebal lemak punggung terendah
terdapat pada babi yang mengkonsumsi ransum yang mengandung tepung kunyit
0.4%. Pemberian 0.4% tepung kunyit dalam ransum babi grower setara dengan
pemberian Curcumin 9 mg/ kg BB pada babi starter, 6 mg/kg BB pada babi
grower dan 5.14 mg/kg BB pada babi finisher.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari empat perlakuan, yaitu dosis Curcumin sebanyak empat taraf (0, 4, 8 dan 12
ppm) dalam ransum, masing-masing terdiri dari lima ulangan, dengan demikian
penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak babi dan tiap ekor merupakan satu
satuan percobaan.

17

Model matematik yang digunakan (Steel dan Torrie 1989) dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + β (Xij)+ εij
Keterangan :
Yij
µ
αi
β
Xij
εij

= nilai harapan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
= nilai rataan umum
= pengaruh perlakuan ke-i = 1, 2, 3, 4
= koefisien regresi yang menujukkan ketergantungan Yij pada Xij
= pengukuran lama pemeliharaan yang dihasilkan perlakuan ke-i
pada ulangan ke-j yang berkaitan dengan Yij
= galat perlakuan ke-i pada ulangan ke-j = 1, 2, 3, 4, 5

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan
rutin seperti membersih kandang. Tiap pengadukan ransum diambil sampel untuk
dianalisis dari setiap akhir periode pemeliharaan. Pemberian ransum dilakukan
dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari, sedangkan penimbangan sisa
ransum dilakukan pada pagi hari berikutnya. Penimbangan ternak babi dilakukan
tiap dua minggu (14 hari) sekali. Pemberian ransum dan minum dilakukan ad
libitum atau selalu tersedia agar ternak babi tersebut tidak kekurangan ransum dan
air minum.
Pada awal penelitian, masing-masing ternak ditimbang untuk mengetahui
bobot badan awal, dan dimasukkan kedalam kandang yang telah diberi nomor
untuk memudahkan tatalaksana. Setelah itu ternak diadaptasikan selama satu
minggu untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru.
Data yang diperoleh dianalisa dengan analysis of covariance (ANCOVA)
dengan bobot awal dan lama pemeliharaan sebagai kovariabel menggunakan
program SAS dengan prosedur General Linear Model (GLM) karena ulangan
yang tidak sama pada salah satu perlakuan (SAS 1990). Ulangan tersebut adalah
pada ransum perlakuan R3 (taraf Curcumin 12 ppm) yang hanya menggunakan
empat ulangan karena kesalahan teknis.

18

Parameter Penelitian
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Rataan Konsumsi Ransum Harian: Konsumsi ransum harian diperoleh dari
banyaknya ransum yang dikonsumsi (dari awal perlakuan hingga mencapai
bobot potong) dibagi dengan jumlah hari mencapai bobot potong.
2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian: Pertambahan bobot badan harian
diperoleh dari hasil penimbangan ternak saat mencapai bobot potong, dikurangi
dengan penimbangan bobot badan awal, dibagi dengan jumlah hari mencapai
bobot potong.
3. Efisiensi Penggunaan Ransum: Efisiensi pengunaan ransum diperoleh dari hasil
bagi antara konsumsi ransum harian dengan pertambahan bobot badan harian
dalam satuan waktu yang sama.
4. Karakteristik Karkas
a. Bobot Potong (kg), diperoleh dari hasil penimbangan terakhir sebelum
ternak dipotong.
b. Bobot Karkas (kg), diperoleh setelah tubuh ternak dipisahkan dari isi
rongga perut, bulu dan kepala yang disebut dengan karkas, kemudian karkas
ditimbang sebelum mengalami proses pelayuan.
c. Persentase Karkas (%), diperoleh dari bobot karkas (BK) dibagi bobot
potong (BP) dikali 100% atau (BK/BP x 100%).
d. Tebal Lemak Punggung (TLP, cm), diukur setelah ternak dipotong dan
sudah menjadi karkas, dengan menggunakan alat penggaris pada tiga
tempat pengukuran, yaitu diatas tulang rusuk pertama, diatas tulang rusuk
terakhir dan tepat diatas persendian paha (Gambar 3). Hasil pengukuran dari
tiga tempat tersebut dijumlahkan lalu dihitung rataannya, dan merupakan
TLP babi bersangkutan.
e. Panjang Karkas (cm), diukur dari tulang rusuk pertama sampai aitch bone
dengan menggunakan alat meteran (Gambar 4).
f. Loin Eye Area (LEA), diperoleh dengan mengukur penampang otot
Longisumus dorsi yang terdapat diantara tulang rusuk ke-10 dan ke-11
seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Pengukuran dilakukan dengan cara

19

melukis penampang tersebut lalu dipetakan pada plastik transparan
kemudian dihitung luas LEA dengan menggunakan milimeter blok.

Gambar 3 Lokasi pengukuran tebal lemak punggung babi
(National livestock and meat board 1973)

Gambar 4 Teknik pengukuran panjang karkas babi
(National livestock and meat board 1973)

Gambar 5 Lokasi pengukuran loin eye area (LEA)
(National livestock and meat board 1973)

20

5. Karakteristik Lemak
a.

Lipida Lemak Tubuh, dalam peubah ini yang diukur adalah kolesterol
dalam lemak tubuh

b. Lipida Darah, dalam peubah ini yang diukur adalah kadar total kolesterol,
HDL, LDL dan trigliserida darah
c. Lipida Hati, dalam peubah ini yang diukur adalah kadar total kolesterol
dalam hati.
Penentuan kolesterol dikerjakan dengan metode LiebermannBurchard. Senyawa kompleks warna merah terbentuk dari hasil reaksi
kolesterol dengan asam glacial-FeCl3 dalam asam sulfat pekat dan ditentukan
dengan Spectrofotometer, model Spectronic 20+. Penentuan HDL menggunakan
metode phosphotungstic acid/magnesium chlorid. Pengukuran trigliserida
menggunakan

metode

test

kolorimetri

enzimatik

dengan

glyserol

phosphateoxidase dan POD sebagai katalis indikator reaksi. Penentuan LDL =
Kolesterol – ( Trigliserida/5) – HDL.
6. Bobot Hati (g), babi yang telah dikarkas dipisahkan hatinya, kemudian
dilakukan penimbangan hati.
7. Bobot Empedu (g), diperoleh dengan menimbang empedu setelah dilakukan
pemisahan empedu dari hati.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Curcumin terhadap Penampilan Produksi
Penampilan produksi ternak yang diamati (Lampiran 1) pada penelitian ini
meliputi rataan konsumsi ransum harian, rataan pertambahan bobot badan harian
dan efisiensi penggunaan ransum. Tabel 3 memperlihatkan rataan penampilan
produksi dari masing-masing perlakuan. Pengaruh taraf pemberian Curcumin
dalam ransum tidak nyata mempengaruhi penampilan produksi babi penelitian ini.

Tabel 3 Rataan penampilan produksi babi penelitian
Penampilan Produksi
Perlakuan
R0

Konsumsi Ransum
(g/ekor/hari)
2 092.29 + 48.58

PBBH
(g/ekor/hari)
434.32 + 27.28

Efisiensi Penggunaan Ransum
(feed/gain)
4.84 + 0.37

R1

2 120.59 + 57.63

435.81 + 46.28

4.90 + 0.44

R2

2 089.85 + 88.72

421.35 + 20.66

4.97 + 0.38

R3

2 055.74 + 123.76

421.80 + 18.66

4.88 + 0.37

KK (%)

3.55

3.83

4.04

Keterangan :

PBBH = Pertambahan Bobot Badan Harian
KK = Koefisien Keragaman

Rataan Konsumsi Ransum Harian
Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa rataan umum
konsumsi ransum harian adalah 2 091.42 + 78.00 g/ekor/hari. Rataan konsumsi
ransum harian tertinggi adalah ternak dengan perlakuan R1 (2 120.59 + 57.63
g/ekor/hari). kemudian diikuti secara berturut-turut oleh ternak dengan perlakuan
R0 (2 092.29 + 48.58 g/ekor/hari), R2 (2 089.85 + 88.72 g/ekor/hari), dan R3 (2
055.74 + 123.76 g/ekor/hari). Secara biologis perbedaan konsumsi ransum akibat
taraf penambahan Curcumin tidak nyata memberikan pengaruh.
Faktor yang mempengaruhi ternak dalam mengkonsumsi ransum,
diantaranya adalah palatabilitas dan bentuk fisik ransum. bobot badan, jenis
kelamin, temperatur lingkungan, keseimbangan hormonal dan fase pertumbuhan
(Lubis 1963). Analisis ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa konsumsi
tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin dan lama pemeliharaan. akan

22

tetapi dipengaruhi (berbeda nyata P