iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Daging ayam mengambil peran cukup besar dalam penyediaan dan
pemenuhan gizi masyarakat khususnya protein hewani. Beberapa keunggulan yang dimiliki daging ayam, antara lain: harga masih cukup terjangkau, kandungan
zat gizi cukup baik, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan konsumen, termasuk balita maupun yang sedang menjaga asupan gizi untuk kesehatan. Ditinjau dari
aspek ekonomi, putaran usahanya relatif cepat, dan permintaan pasar cukup tinggi Triyantini dkk,2000.
Permintaan akan daging ayam terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kesadaran tentang kebutuhan akan protein hewani
untuk pertumbuhan dan kesehatan. Upaya pemenuhan permintaan akan daging yang terus meningkat, perlu disertai dengan penyediaan yang cukup dengan
standar kualitas terjamin. Sebagai ukuran indikator kualitas daging ayam dapat ditinjau dari proses
penyediaan daging ayam tersebut. Daging ayam dengan kualitas baik tentunya berawal dari ayam yang sehat, dan melalui proses pemotongan mengikuti
prosedur pemotongan yang baik. Perlakuan yang humanis terhadap ayam saat penangkapan, pengangkutan, dan pemotongan, dapat mengurangi resiko
kerusakan fisik ayam dan memberikan kontribusi yang baik terhadap kualitas daging ayam.
Dalam perdagangan global, daging unggas akan dikaitkan dengan penerapan kesejahteraan hewan, Negara mulai menerapkan kaidah kesejahteraan
v
hewan sebagai
prasyarat perdagangan,
disamping keunggulan
mutu. Kesejahteraan hewan akan mencuat dijadikan isu dalam perdagangan bebas inter
ASEAN 2015. Indonesia semestinya secepatnya mempersiapkan diri dalam penerapan kesejahteran hewan, karena Indonesia sebagai potensi pasar ASEAN
bahkan global. Untuk itu Indonesia harus memiliki pedoman standar kesejahteraan hewan untuk pemotongan ayamunggas. Saat ini sudah tertuang
dalam Undang-Undang No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bab Kesejahteraan hewan dan perlu dilanjutkan dalam sistem sertifikasi
dan implementasinya Yudi Prastowo, 2014. Kebutuhan masyarakat khususnya konsumen rumah tangga saat ini
dipenuhi oleh pasar tradisional yang dipasok oleh pemotong ayam tradisional dengan kualitas karkas ayam sangat beragam. Keragaman kualitas karkas
disebabkan karena pemotong ayam belum sepenuhnya memahami prosedur ataupun teknik dalam penangkapan, pengangkutan, dan pemotongan.
Salah satu bagian penting dalam proses pemotongan ayam adalah saat pemotongan perlakuan kasar, penirisan darah kurang sempuma, pencabutan bulu
kurang bersih atau pencucian kurang bersih. Kerusakan selama proses pemotongan sebesar 10-20 dan kerusakan karkas sebesar 90 akibat memar
atau tulang patah Abubakar,1992. Pada proses penyembelihan manual, perawatan ketajaman pisau
seharusnya selalu dipantau sehingga dapat memotong hewan dengan baik dalam hal ini kepastian kematian ayam dapat dipercepat. Selain itu perlu dilakukan
pemeriksaan pembuluh darah di daerah leher untuk memastikan bahwa arteri
vi
carotid telah ikut terpotong atau belum. Hal ini dimaksudkan supaya ayam tidak tersiksa. Dalam prakteknya tidaklah mudah, apakah ayamunggas tersebut masih
terdiam pingsan atau betul-betul sudah mati karena pisau. Perlu kehati-hatian bagi operator dalam pemeriksaan terhadap kepastian, apakah kematian ayamunggas
karena tersembelih atau karena dimasukkan ke dalam air panas scalding pada proses pencabutan bulu. Kepastian arteri carotid terputus tersebut ditujukan agar
suplai oksigen ke otak ikut terputus, sehingga terjadi proses ichemia otak, sehingga ayamunggas mat
i tidak tersiksa. Dari sisi sya’ri Islam disyaratkan terputusnya 3 tiga saluran yaitu: saluran darah v.jugularispembuluh darah
balik, arteri carotidpembuluh darah keluar dari jantung, saluran pernafasan dan saluran makanan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahannya, yaitu: 1.
Berapa lama jeda waktu dari penorehan pisau secara manual dihitung dari saat pemotongan sampai kepastian bahwa ayam yang dipotong telah mati
dengan melihat reflek cornea mata ?. 2.
Apakah pemeliharaan ketajaman pisau mempersingkat jeda waktu dari penorehan sampai kepastian kematian ayam ?.
1.3 Tujuan Penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah:
vii
1. Untuk mengetahui jeda waktu dari penorehan pisau hingga kematian ayam
lama penderitaan selama pemotongan pada pemotongan secara manual. 2.
Untuk mengetahui pentingnya pemeliharan ketajaman pisau untuk mempersingkat penderitaan ayam saat dipotong.
1.4 Manfaat Penelitian Dengan mengetahui tentang lama kematian ayam saat dipotong dan
pentingnya perawatan ketajaman pisau untuk meringankan penderitaan ayam saat dipotong, dapat memberikan dorongan kepada masyarakat khususnya pemotong
ayam, sehingga bisa lebih mempersingkat waktu pemotongan dan lebih percaya diri dalam menerapkan rumusan tentang kesejahteraan hewan.
•
iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA