Peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) Melalui Program Empowerment and Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah - Indonesia

(1)

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana S1 Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Randy Isnadi 44305014

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

BANDUNG

2009


(2)

iv

Syukur alhamdullilah kepada Allah S.W.T karena dengan segala kuasa dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Internasional Fund For Agricultural Development (IFAD) melalui program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah - Indonesia, dengan segala kesadaran serta kekurangannya yang semata-mata oleh keterbatasan penulis. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang sarjana pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. J. M. Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia beserta seluruh jajaran staf.

2. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, selaku Dosen Pengajar dan juga Pembantu Rektor III.

3. Bapak Andrias Darmayadi S.IP., M.Si., Selaku Dosen Pengajar dan juga Ketua Jurusan Hubungan Internasional.


(3)

v

pikiran untuk membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, semoga ibu dan keluarga selalu dalam lindungan Allah S.W.T Amien.

5. Bapak Budi Mulyana S.IP., Ibu Dewi Triwahyuni S.IP., M.Si., serta Ibu Sylvia Octa Putri S.IP selaku Staf Dosen Pengajar Jurusan Hubungan Internasional.

6. Dwi Endah Susanti, S.E., selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional yang telah membantu dalam segala urusan akademik. 7. Kepada Papah, Mamah, Nesya, dan Andry yang telah memberikan

kasih sayang, doa, dan dukungan serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat berjalan sesuai dengan yang penulis harapkan penulis belum bisa memberikan apa-apa buat papah dan mamah, dengan skripsi ini mudah-mudahan penulis bisa buat papah dan mamah tersenyum.

8. Kepada Teman-teman Seperjuangan HI dari awal HI berdiri hingga saat ini: Miwa “The Rainbows”, Shinta “The Rainbows”, Andrew “Bad Sector”, Erien, Miena “Ulet”, Andi, Tablo, Firman, Rendi, Chezter, Rama, Fahmi, Victa, Sari, Galih, Erika, Nirwan, Ira, Fajar, Deden. Terima kasih, kalian semua akan selalu menjadi yang terbaik dan yang tidak akan pernah penulis lupakan sampai kapan pun,


(4)

vi

pengalaman seru dalam membuat skripsi ini. serta teman-teman angkatan 2002, 2003, 2004, 2005, 2006. (special thank buat Ira Merdekawati), dan buat teman-teman angkatan 2007 & 2008 yang belum tertulis di sini terima kasih atas dukungannya. Special thank juga buat Shinta Rista Dewi yang sempat hadir dalam kehidupan penulis dan juga telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima Kasih juga kepada semua keluarga besar Karsoedi Soemadinata (Papah) & keluarga besar Nasution (Mamah) buat semua doa dan dukungannya. Terima kasih juga buat Ua Rida, Ua Mita. Saudaraku Eca & Rena yang sudah memberikan tempat tinggal yang begitu nyaman kepada penulis selama menempuh perkuliahan di bandung.

10.Terima kasih juga buat ibu Ir. Sri Damayanti, Med., Mphil. selaku READ Program Manager, Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, dan staf program READ lainnya, di Departemen Pertanian, terima kasih banyak berkat kebaikan ibu/bapak, yang telah berkenan memberikan banyak sekali bahan, masukan, dan juga saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.


(5)

vii

terima kasih buat doa dan dukungan dari kalian semua semoga Allah S.W.T membalas kebaikan kalian, Amin.

Bandung, Juli 2009


(6)

ii

Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah – Indonesia. Bandung. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2009.

Kawasan pedesaan di Sulawesi Tengah yang terletak di dataran tinggi akibat kostur lahannya yang berbukit-bukit dan tidak adanya akses dan pelayanan bagi petani, merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah, selain itu adanya peluang perbaikan mata pencaharian dan peningkatan pendapatan yang cukup signifikan, baik dari usaha pertanian maupun usaha non pertanian. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang IFAD dalam menyusun sebuah program pemberdayaan pedesaan dan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah.

Program READ, merupakan sebuah konsep dan inovasi yang dirancang oleh IFAD untuk memperbaiki mata pencaharian meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di pedesaan. Berdasarkan masalah tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauhmana peranan IFAD melalui program READ terhadap peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah?”.

Sebagai acuan terhadap masalah penelitian, dikemukakan teori-teori Hubungan Internasional, Pluralisme, Kerjasama Internasional, Organisasi Internasional, Peranan dan Pendapatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis analitis, yaitu mengumpulkan data dengan cara melihat sejarah latar belakang permasalahannya untuk kemudian dikembangkan dalam proses penelitian, maka hipotesis yang diambil sebagai berikut: IFAD berperan dalam membantu meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah melalui program READ dengan menerapkan empat komponen yang terdiri dari pemberdayaan masyarakat, pengembangan usaha pertanian budidaya dan non-budidaya, prasarana pedesaan, dan program pengelolaan dan analisis kebijakan.

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa IFAD telah berperan pada kurun waktu 2007-2008 dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi tengah, meskipun tidak terlalu signifikan. Program READ sangat membantu masyarakat desa khususnya para petani-petani dalam mendistribusikan hasil sawah mereka dengan membuatkan dan memperbaiki akses jalan masuk agar para petani dapat dengan mudah mendistribusikan barang, sehinnga para petani mendapatkan upah dari hasil penjualan mereka.


(7)

iii

Central Sulawesi – Indonesia. Bandung. Study Program of International Relation, Faculty of Social Sciences and Politic Science, Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2009.

Rural area in Central Sulawesi situated on high land has hilly contour and lacks of access and service for farmers, the factors inhibiting economic growth of rural community in Central Sulawesi. On the other side, there are some opportunities of promoting livelihoods and increasing income significantly, both from farm and non-farm. These are among the backgrounds of International Fund for Agricultural Development (IFAD) organization in developing a rural empowerment and agricultural development (READ) program in Central Sulawesi.

The program is a concept and innovation IFAD designed to promote livelihood in increasing poor community income in rural. Based on the above, a problem was formulated as follows: “To the extent of which the role of IFAD through READ on the increase of rural community income in Central Sulawesi?”

As a reference to the research problem, the theories on International Relation, Pluralism, International Cooperation, International Organization, Role and Income were presented. The method used in this research was historical-analytical method, that is to collect data by looking at the history of problem background and then developed into a research process. Then the hypothesis proposed was: If the contribution of IFAD through Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) program can be realized optimally and consistently by applying the four components of the program consisting of community empowerment, cultural and non-cultural agricultural enterprise development, rural infrastructure, and policy program and analysis, then they would increase rural community income in central Sulawesi.

Based on the data obtained it could be concluded that READ program in the time period of 2007-2008 has brought slightly increase in rural community income in Central Sulawesi, though it was not very significant. The READ program was very helpful for rural community particularly farmers in distributing their wet field proceeds by constructing and improving road access so that the farmers can easily distribute goods, hence the farmers gain wage from selling their products


(8)

i

PROGRAM STUDI : HUBUNGAN INTERNASIONAL

JUDUL SKRIPSI : PERANAN INTERNATIONAL FUND FOR

AGRICULTURAL DEVELOPMENT (IFAD)

MELALUI PROGRAM RURAL EMPOWERMENT

AND AGRICULTURAL DEVELOPMENT (READ) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEDESAAN DI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Disahkan :

Bandung, 18 Agustus 2009 Menyetujui :

Pembimbing

NIP. 4127.35.32.00 Yesi Marince, S.IP.,M.Si.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Program Studi dan Ilmu Politik UNIKOM Ilmu Hubungan Internasional

Prof. Dr. J.M. Papasi

NIP. 4127 70 00 011 NIP. 4127 35 32 002 Andrias Darmayadi, S.IP.,M.Si.


(9)

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Randy Isnadi

NIM : 44305014

Judul Skripsi : Peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) Melalui Program Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah - Indonesia

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi adalah hasil penelitian saya sendiri. Adapun refernsi atau kutipan (baik kutipan langsung maupun tidak langsung) dari hasil karya ilmiah orang lain, tiap-tiap satunya telah saya sebutkan sumbernya sesuai etika ilmiah. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti meniru (plagiat) dan terbukti karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, saya bersedia menerima sanksi penangguhan gelar kesarjanaan dan menerima sanksi dari lembaga yang berwenang.

Bandung, 18 Agustus 2009 Yang membuat pernyataan,

NIM. 44305014 Randy Isnadi


(10)

viii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR DAN SKEMA... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……….………...…. 1.2 Identifikasi Masalah……….………...… 1.3 Pembatasan Masalah………...………...… 1.4 Perumusan Masalah……….………...… 1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian……….………...…. 1.5.1 Tujuan Penelitian……….………... 1.5.2 Kegunaan Penelitian……….………... 1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis……….………... 1.6.1 Kerangka Pemikiran……….………... 1.6.2 Hipotesis... 1.6.3 Definisi Operasional... 1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data... 1.7.1 Metode Penelitian... 1.7.2 Teknik Pengumpulan Data... 1.8 Waktu dan Lokasi Penelitian... 1.8.1Waktu Penelitian... 1.8.2 Lokasi Penelitian...

1 11 12 12 13 13 13 14 14 25 25 27 27 27 28 28 28


(11)

ix

2.2 Paradigma pluralis... 2.3 Kerjasama Internasional... 2.4 Organisasi Internasional... 2.4.1 Inter-Governmental Organization (IGO’s)...... 2.4.2 Peranan Organisasi Internasional... 2.5 Konsep Pendapatan... 2.5.1 Peningkatan Pendapatan...

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum International Fund For Agricultural Development

(IFAD)………...…………... 3.1.1 Sejarah Terbentuknya IFAD... 3.1.2 Program-program IFAD di Indonesia... 3.1.3 Tujuan Organisasi IFAD... 3.1.4 Sumber Dana IFAD... 3.1.5 Kontribusi Replenishment Keanggotaan IFAD... 3.1.6 Kontribusi Non - Replenishment IFAD... 3.1.7 Keangotaan IFAD... 3.1.8 Struktur Organisasi IFAD...

3.1.8.1 Dewan Gubernur IFAD... 3.1.8.2 Dewan Eksekutif IFAD... 3.1.8.3 Presiden IFAD... 3.1.9 Kerangka Kerja IFAD... 3.2 Program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ)... 3.2.1 Latar Belakang Program READ...

35 37 39 43 45 46 49 51 51 52 53 54 54 55 55 56 56 56 57 57 59 59


(12)

x

3.3.6 Manfaat Program READ... 3.3.7 Organisasi Pengelolaan Program READ... 3.3.7.1 Tingkat Pusat... 3.3.7.2 Tingkat Provinsi... 3.3.7.3 Tingkat Kabupaten... 3.3 Sulawesi Tengah... 3.3.1 Gambaran Umum Masyarakat Pedesaan Provinsi Sulawesi Tengah…... 3.3.2 Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Tengah………... 3.3.3 Sektor Pertanian Di Sulawesi Tengah... 3.3.4 Pertanian Tanaman Pangan Di Sulawesi Tengah... 3.3.5 Pembangunan Pertanian Di Sulawesi Tengah………… ….…... 3.3.6 Tingkat Pendapatan Masyarakat Petani Di Sulawesi Tengah…...

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Pelaksanaan Program READ di Sulawesi Tengah...…... 4.1.1 Komponen A Community Empowerment (Pemberdayaan Masyarakat).... 4.1.1.1 Sub-Komponen A.1 Pegadaan Fasilitator Desa...……... 4.1.1.2aSub-Komponen A.2 Pengambilan Keputusan Dan Perencanaan

Tingkat Desa ………...……... 4.1.1.2.1 Penguatan Perencanaan Desa... 4.1.1.2.2 Perlibatan Kelompok Miskin (Including Interest Of The Poor) 4.1.1.2.3 Peningkatan Pelayanan Aparat Pemerintah (Sector Up-Reach)

4.1.1.3 Sub-Kopmponen A.3 Pengelolaan Sumber Ekonomi

Pedesaan (Economic Management)... 68 69 70 71 72 72 72 74 78 80 83 87 89 89 89 91 91 94 92 97


(13)

xi

Komersial... 4.1.1.3.3 Peningkatan Kelompok Miskin dan Marginal Dalam

aaaaaaaaaaaaaaaaaaa Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi... 4.1.2 Komponen B Farm And Off-Farm Enterprise Development

(Pengembangan Usaha Pertanian Budidaya Dan Non-Budidaya)... 4.1.2.1 Sub-Komponen B.1 Perbaikan Produktivitas Perdesaan... 4.1.2.1.1aKegiatan Penyuluhan Pertanian (Extension Outtreach)... 4.1.2.1.2 Pengembangan Usaha Pembenihan Komersial (Commercial Seed Enterprise)... 4.1.2.1.3 Penyedian Dana Untuk Pengembangan Usaha Bagi Petani (Farm Improvement Fund/Farmer Enterprise Development Fund)... 4.1.2.1.4 Intensifikasi Usaha Di Perkarangan (Intensive Homestead

Production)... 4.1.2.2 Sub-Komponen B.2 Integrasi Komersial Usaha-Usaha

Perdesaan... 4.1.2.2.1 Kegiatan Di Provinsi... 4.1.2.2.2 Kegiatan Di Kabupaten... 4.1.2.3 Sub-Komponen B.3 Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam….. 108 4.1.2.3.1 Kegiatan Di Provinsi...

4.1.2.3.2 Kegiatan Di Kabupaten... 4.1.3 Komponen C Rural Infastructure (Infastuktur Perdesaan)...

4.1.3.1 Jenis Infrastruktur Yang Akan Dibiayai Program READ.…... 4.1.4 Komponen D Program Management And Policy Analysis

(Pengelolaan Program Dan Analisis Kebijakan)... 99 100 101 102 103 105 105 106 107 107 108 109 110 110 110 114


(14)

xii

4.2.1 Komponen A Community Empowerment (Pemberdayaan

Masyarakat)………...…... 4.2.1.1 Penyediaan Tenaga Ahli dan Konsultan ... 4.2.1.2 Pelaksanaan Lokakarya atau Seminar Kepada Aparat Pemerintah

Sebagai Fasilitator Desa... 4.2.1.3 Pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat mengenai program READ dan cara pengelolaan sumber daya alam... 4.2.1.4 Peningkatan Kelompok Miskin dan Marginal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi.. ... 4.2.2 Komponen B Farm And Off-Farm Enterprise Development

(Pengembangan Usaha Pertanian Budidaya Dan Non- Budidaya)... 4.2.2.1 Integrasi Komersil Bagi Unit Koperasi Masyarakat (UKM) dan Usaha Mikro... 4.2.2.2 Penyediaan Benih Sayuran, Bibit Buah-buahan, dan Padi, serta Penyediaan Pembiayaan Bagi Usaha Kecil Pedesaan... 4.2.2.3 Penyediaan Pembiayaan Bagi Usaha Kecil Pedesaan... 4.2.3 Komponen C Rural Infrastucture (Infrastruktur Pedesaan)………...

4.2.3.1 Perbaikan Sumber Daya alam Dalam Bentuk Pelaksanaan Teknik Low External Input Suistanable Agriculture (LEISA) dan Sloping Agricultural Teknology (SALT)... 4.2.3.2 Membiayai Jalan Desa, Fasilitas Air Bersih, Irigasi Desa,

Infrastruktur Lain, Bantuan Teknis, Operasi dan Pemeliharaan... 4.2.4 Komponen D Program Management And Policy Analysis

(Pengelolaan Program Dan Analisis Kebijakan…... ... 4.2.4.1 Pengelolaan Manajemen dan Koordinasi di Tingkat Pusat...

116 116 117 118 119 119 120 120 120 121 121 122 124 124


(15)

xiii

Kemiskinan... 4.3 Peranan IFAD Melalui Program READ Dalam Meningkatkan

Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah...

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA... 135 LAMPIRAN... 140

125

128

132 133


(16)

1 1.1Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi di Indonesia masih menghadapi kenyataan bahwa masih luasnya kemiskinan terutama di pedesaan. Kemiskinan berkaitan erat dengan rendahnya pendapatan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup pokoknya. Pada umumnya di negara berkembang masalah pendapatan yang rendah dan kemiskinan merupakan masalah utama dalam pembangunan ekonomi. Dengan demikian dalam tujuan pembangunan ekonomi kedua hal tersebut selalu dinyatakan bersamaan sehingga menjadi satu kalimat yaitu peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Dalam upaya meningkatkan pendapatan nasional maka persoalan pendapatan perkapita dari distribusi pendapatan merupakan dimensi yang perlu mendapat perhatian terutama untuk melihat tingkat pendapatan dan pembagian pendapatan di antara warga masyarakatnya yaitu siapa mendapat berapa dan siapa yang beruntung. Aspek ini semakin menarik, terutama dikaitkan dengan masih besarnya rakyat miskin di Indonesia terutama di wilayah pedesaan. Berbicara perihal kemiskinan, maka secara implisit langsung maupun tidak langsung telah membicarakan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk. (Suhardjo, 1997:69-86).

Dalam pembangunan nasional Indonesia, masalah kemiskinan di pedesaan merupakan isu utama. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan bertambahnya penduduk yang hidup di bawah


(17)

garis kemiskinan, padahal sebelum terjadinya krisis tersebut jumlah penduduk miskin di Indonesia terus berkurang. Sebelum krisis ekonomi (tahun 1996) jumlah penduduk miskin berjumlah 22,5 jtua jiwa. Akibat krisis ekonomi yang berkelanjutan, sampai dengan akhir 1998, jumlah penduduk miskin telah menjadi 49,5 juta jiwa (24,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Namun seiring dengan membaiknya ekonomi jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat sebear 38,4 juta jiwa dan diantaranya sekitar 65,36 persen tinggal di pedesaan. Pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin tercatat 37,3 juta (17,4 persen). Dibanding tahun 2002 jumlah tersebut menurun sekitar 2,86 persen (BPS, 2003:575-589).

Masyarakat miskin di Indonesia sebagian besar terdapat di daerah pedesaan yang sebagian besar mata pencaharian mereka bergerak disektor pertanian. Sektor pertanian merupakan pusat kemiskinan di Indonesia ada tiga faktor penyebab utamanya antara lain satu, tingkat produktifitas yang rendah disebabkan oleh jumlah pekerja di sektor pertanian sudah terlalu banyak, sedangkan lahan dan teknologi sangat terbatas serta tingkat pendidikan para petani yang rata-rata sangat rendah. Dua, daya saing dalam komoditi pertanian terhadap hasil industri semakin lemah. Tiga, tingkat diversifikasi usaha disektor pertanian ke jenis-jenis komoditi non-food yang memiliki prospek pasar (terutama ekspor) dengan harga yang lebih baik masih sangat terbatas. (http://matakuliah.com/2007/ 09/kemiskinan.pdf, [diakses 21 Maret 2009]).

Ketimpangan pendapatan di pedesaan banyak dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem setempat. Wilayah berproduktivitas rendah mempunyai hubungan


(18)

timbal balik dengan kemiskinan, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. Oleh karena itu, suatu wilayah yang tingkat produktivitasnya rendah dapat mengakibatkan masyarakatnya miskin. Demikian pula sebaliknya, ketidakmampuan masyarakat mengelola sumberdaya mengakibatkan wilayah itu miskin. (Sarasutha dan Noor, 1994:181-182).

Pendapatan rumah tangga pedesaan sangat bervariasi. Variasi itu tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah tangga. Aksesibilitas ke daerah perkotaan yang merupakan pusat kegiatan ekonomi seringkali merupakan faktor dominan terhadap variasi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu sektor pertanian dan non-pertanian. Besarnya pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usaha tani/ternak dan berburuh tani. Sedangkan dari sektor pertanian berasal dari usaha non-pertanian, profesional dan buruh non-pertanian di sektor non-pertanian. Secara teoritis kemiskinan di pedesaan dapat dikurangi bila kesempatan kerja di sektor non-pertanian terbuka. Namun kenyataan tidak demikian karena di pedesaan menghadapi persoalan aksesibilitas sehingga kesempatan bekerja di sektor non-pertanian sangat terbatas. Sementara daya dukung lahan non-pertanian tidak seimbang dengan jumlah penduduk. Rendahnya pendapatan disebabkan oleh kurangnya kesempatan dalam kegiatan produktif terkait dengan keterbatasan aset fisik, modal, dan keterampilan. (http://strategi-dan-inovasi-terhadap-pasar/the-bottom-of_pyramid_dalam_perspektif-tanggung-jawab-sosial-korporasi1.pdf, [diakses 20 April 2009])


(19)

Salah satu organisasi internasional yang mempunyai tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan ialah International Fund For Agricultural Development (IFAD). Organisasi ini berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak khusus di sektor pertanian. Organisai ini terbentuk dari sebuah keputusan pada Konfrensi Pangan Dunia (World Food Conference) yang di selenggarakan pada tahun 1974. Dari hasil konferensi tersebut, menyatakan bahwa sebagian besar penduduk miskin di negara-negara berkembang berpusat di daerah pedesaan. IFAD dibentuk untuk memobilisasi dana dalam program-program yang dapat menghapuskan kemiskinan pedesaan karena organisasi ini mempunyai sebuah mandat yang sangat spesifik, yaitu memerangi kelaparan dan kemiskinan di pedesaan di negara-negara berkembang.

Sasaran utama dalam setiap program yang diberikan oleh IFAD ialah para petani-petani yang tergolong di bawah garis kemiskinan agar dapat meningkatkan pendapatanya. Bantuan yang diberikan IFAD memfokuskan pada pengentasan kemiskinan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang, pinjaman dana di sediakan untuk negara-negara yang berpenghasilan rendah dengan jangka waktu pinjaman selama 40 tahun dengan bunga 0,75% per tahun. Sesuai dengan kerangka kerja IFAD yang memfokuskan pada pemberantasan kemiskinan dan kelaparan yang merupakan bagian dari komitmen global untuk mengembangkan “The1Millenium1Development1Goals” (MDGs). (http://www.ifad.org/EB-2008-95-R-14.pdf, [diakses 10 Februari 2009]).


(20)

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sebuah paket target pembangunan yang menjadi tujuan bersama seluruh anggota United Nations UN untuk menjadikan dunia ini lebih baik bagi semua orang. (MDGs) tersebut merupakan hasil kesepakatan antar kepala negara anggota UN di dalam forum WSSD (World Summit for Sustainable Development) di Johannesburg, Afrika Selatan, pada tahun 2002. Perumusan MDGs merupakan tindak-lanjut dari UN Millenium Declaration yang dihasilkan pada World Summit di New York pada tahun 2000. Tujuan-tujuan pembangunan di dalam MDGs tersebut dikelompokkan ke dalam 8 (delapan) tujuan besar (goals), yaitu Pertama, Menghilangkan kemiskinan ekstrim dan kelaparan. Kedua, Mencapai pendidikan dasar secara universal. Ketiga, Meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan. Keempat, Menurunkan kematian bayi. Kelima, Meningkatkan kesehatan ibu. Keenam, Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit yang lain. Ketujuh, Menjamin keberlanjutan lingkungan. Kedelapan, menjalin kerjasama global untuk pembangunan. Upaya pencapaian IFAD di agenda Millenium Development Goals (MDGs) saat ini adalah, memberatas kemiskinan dan kelaparan di tahun 2015. (United Nation, 2008: 56)

Kawasan pedesaan di Sulawesi Tengah yang terletak di dataran tinggi akibat kostur lahannya yang berbukit-bukit dan tidak adanya akses dan pelayanan bagi petani, merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah, selain itu adanya peluang perbaikan mata pencaharian dan peningkatan pendapatan yang cukup signifikan, baik dari usaha pertanian maupun usaha non pertanian. Hal inilah yang menjadi


(21)

salah satu latar belakang Organisasi International Fund For Agricultural Development (IFAD) dalam menyusun sebuah program pemberdayaan pedesaan dan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah. Program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ), merupakan sebuah konsep dan inovasi yang dirancang oleh IFAD untuk memperbaiki mata pencaharian meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di pedesaan secara bertahap khusus Untuk 48.500 rumah tangga di 150 desa dengan total 220.000 orang di lima kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah yaitu, kabupaten Banggai, Boutong, Parigi Moutong, Poso,danToli. [diakses 6 Februari 2009]).

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia khususnya di kepulauan sulawesi yang memiliki tingkat kemiskinan pada masyarakat pedesaan terbesar kedua setelah Sulawesi Selatan. pada tahun 2007 Jumlah penduduk miskin di pedesaan berjumlah 490.3000 orang (24,97%) dan mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar 463.8000 (23,22%). rata-rata upah nominal harian buruh tani selama periode bulan Maret 2007-Maret 2008 meningkat 9,88 persen, naik dari Rp.14.932,- pada Maret 2007 menjadi Rp.16.407,- pada Maret 2008. Pada periode yang sama, rata-rata upah riil harian buruh tani juga mengalami kenaikan 0,90 persen, yaitu dari Rp.2.553,- pada Maret 2007 menjadi Rp.2.576,- pada Maret 2008. Artinya, daya beli buruh tani relatif sedikit membaik. Selama periode Februari 2007-Februari 2008 jumlah penganggur berkurang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2007 sebesar 9,75 persen (10,55 juta orang), tetapi turun menjadi 8,46 persen (9,43 juta) pada


(22)

Februari 2008. Turunnya pengangguran ini karena terbukanya lapangan kerja di sektor informal secara luas sehingga membuka kemungkinan untuk

mengurangi1jumlah1penduduk1miskin.1

Dalam program READ terdapat tujuh tipe karakteristik mata pencaharian rumah tangga yang merupakan kelompok sasaran program tersebut yaitu tipe satu, masyarakat yang tidak memiliki lahan. Tipe dua, petani subsisten di sektor produksi pertanian tanaman pangan. Tipe tiga, petani yang mempunyai tambahan penghasilan dari anggota keluarga yang bekerja di luar desa. Tipe empat, petani yang mempunyai tambahan penghasilan di luar sektor pertanian. Tipe lima, masyarakat yang penghasilan utama keluarga yang lebih berorientasi pada kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Tipe enam, masyarakat yang penghasilan utamanya dari pertanian dan usaha-usaha skala kecil. Tipe tujuh, pengusaha pedesaan di sektor pertanian yang memperkerjakan masyarakat setempat dalam jumlah yang cukup signifikan. Program READ juga menyeleksi desa-desa berdasarkan empat indikator yaitu, index potensi lahan, indeks keterisolasian, indeks akses pada pelayanan umum, dan index organisasi. Dalam program ini juga terdapat empat komponen yang merupakan langkah-langkah dalam memperbaiki perekonomian masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah yang berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah, keempat komponen itu terdiri dari Pemberdayaan Masyarakat, komponen ini meningkatkan kemampuan masyarakat pedesaan sesuai dengan sumber daya dan peluang yang dimilikinya. Pengembangan Usaha Pertanian Budidaya Dan


(23)

Non-Budidaya, komponen ini dimaksudkan untuk menyediakan akses pada teknologi dan keterampilan manajemen yang bergerak sebagai pemasok barang dan jasa bagi petani miskin. Prasarana Pedesaan, komponen ini akan membiayai berbagai prasarana pedesaan yang di butuhkan para masyarakat pedesaan untuk akses pertanian mereka. Pengelolaan Proyek Dan Analisis Kebijakan, komponen ini mendukung pengelolaan dan koordinasi program READ melalui struktur pemerintahan yang ada. [diakses 6 Februari 2009]).

Pada tanggal 22 November 2006, bertempat di Sekretariat International Fund for Agriculture Development (IFAD), Duta Besar LBBP Republik Indonesia untuk Italia, Susanto Sutoyo, mewakili Pemerintah Indonesia dan Presiden IFAD, Lenart Bage, telah menandatangani perjanjian pinjaman untuk Program Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dan Pembangunan Pertanian Rural Empowerment and Agriculture Development Programme (READ) di Sulawesi Tengah. Di bawah perjanjian pinjaman ini, kedua belah pihak sepakat untuk memulai program kegiatan yang tujuannya adalah perbaikan kehidupan masyarakat miskin pedesaan yang berkesinambungan, serta dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berkesinambungan dan pengelolaan sumber-sumber daya alam yang meningkat di 150 desa target di lima kabupaten di Sulawesi Tengah (Kabupaten of Banggai, Buol, Parigi Moutong, Poso and Toli-toli). (http://www.deptan.go.id/kln/berita/update-berita-2006.htm, diakses [12 Agustus 2009]).


(24)

Sumber lain yang menjelaskan mengenai kerjasama dalam READ dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 51/Permentan/OT.160/6/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Program Pemberdayaan Pedesaan dan Pembangunan Pertanian di Sulawesi Tengah (Rural Empowerment and Agriculture Development Programme/READ Programme in Central Sulawesi). (Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 51/Permentan/OT.160/6/2007).

Program READ direncanakan akan direalisasikan pada tahun 2007-2011 dengan total dana sebesar US$ 28,33 juta. Dana tersebut terdiri dari US$ 21,08 juta dari loan IFAD, grant IFAD sebesar US$ 9,5 juta, pemerintah pusat sebesar US$ 1,3 juta. Pemerintah provinsi US$ 0,9 juta, pemerintah kabupaten/kota sebesar US$ 1,27 juta. (http://www.ifad.org/gbdocs/eb/88/e/EB-2006-88-R-18-Rev-1.pdf, [diakses 21 Maret 2009]).

Program READ awalnya direncanakan akan berjalan pada tahun 2007-2011. Dalam proses implementasi program terdapat kendala finansial, sehingga terjadi penundaan pelaksanaan program. Perencanaan pelaksanaan program ditunda menjadi tahun 2009-2014. (wawancara dengan Ir. Sri Damayanti, Med.,Mphil. READ Programme Manager).

Program ini merupakan sebuah kerjasama antara IFAD dan pemerintah Indonesia dalam bidang pertanian dan merupakan upaya dari pemerintah dalam penangulangan kemiskinaan dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat pedesaan. Dalam program ini IFAD berperan sebagai pemberi pinjaman, pembuat program, serta mengawasi program, sehingga dapat di realisasikan dengan baik, sedangkan badan pelaksana program dan lapangan di serahkan kepada


(25)

Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian di tingkat kota dan kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah. Program READ yang di selenggarakan di Sulawesi tengah, selain fokus pada pembangunan pedesaan dan pertanian, program ini juga turut berperan dalam memperbaiki infrastruktur pedesaan di Sulawesi tengah seperti, penyedian lahan bagi para petani miskin, pembangunan saluran irigasi, fasilitas air bersih, dan jalan akses desa serta jalan usaha tani. Minimnya infrakstruktur di provinsi ini, merupakan salah satu faktor yang menghambat pembangunan pedesaan dan pertanian di Sulawesi tengah, karena para petani tidak dapat menjual hasil taninya dan membuat terhanbatnya aktifitas-aktifitas pertanian lainnya, oleh karena itu IFAD melalui program READ ini berupaya menerapakan inovasi-inovasinya dalam perbaikan infrastruktur pedesaan di Sulawesi tengah, sehingga masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah, khusnya para petani dapat dengan mudah mengakses hasil taninya keluar desa dan mendapatkan hasil dari hasilzpertaniannyaztersebut,zzsehinngazparazpetanizdapat1memenuhi1kebutuhan rumah1tanggal1mereka.1(http://www.deptan.go.id/bpsdm/read/READ%20Progra

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengambil judul penelitian.

“Peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) Melalui Program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah – Indonesia”.


(26)

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa mata kuliah Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Yaitu:

1. Organisasi dan Administrasi Internasional membahas sejauhmana peran suatu aktor ilmu hubungan internasional terutama aktor non-negara dalam menciptakan suatu pola interaksi global.

2. Isu-isu Global mata kuliah ini membahas tentang isu-isu apa saja yang menjadi wacana internasional atau perbincangan masyarakat dunia, seperti isu lingkungan hidup, terorisme, Pangan, gender dan demokrasi.

3. Studi Ekonomi Politik Negara Berkembang melihat permasalahan yang terjadi di negara berkembang, terutama pada sektor pertanian yang merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat pedesaan di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah IFAD melalui program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah? 2. Bagaimana perencanaan program READ dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah?

3. Bagaimana peranan IFAD melalui program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah?


(27)

1.3Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahannya dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. Sebagai variabel Independent (Bebas), penelitian ini akan memusatkan pada peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) dilihat dari perencanaan program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ). Sedangkan untuk variabel Dependent (Terikat) yang dipilih adalah dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah.

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis membatasi rentang waktu penelitian pada proses awal penandatanganan program READ pada tahun 2007-2008, dengan melihat perencanaan pelaksanaan program pada tahun 2009-2014.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka diajukan perumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Peranan International Fund For Agricultrural Development (IFAD) Melalui Program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah?”.


(28)

1.5Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan yang dilakukan hendaknya memiliki suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

2. Untuk mengetahui prospek program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

3. Untuk mengetahui peranan IFAD melalui program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

1.5.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih jauh bagi penulis mengenai kondisi pertanian dan peningkatan mata pencaharian masyarakat pedesaan di Indonesia khususnya di Sulawesi Tengah.

2. Diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para penulis dan para akademisi ilmu Hubungan Internasional dalam meningkatkan kemampuan menggunakan metode dan teknik penelitian serta kemampuan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama menjalankan studi.


(29)

3. Sebagai sumbangan ilmiah terhadap perkembangan ilmu Hubungan Internasional dan menambah wawasan mengenai kondisi pertanian dan peningkatan mata pencaharian masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

4. Untuk mengetahui peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) melalui program READ dalam membantu pemerintah indonesia dalam upaya meningkatkan mata pencaharian masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

5. Sebagai syarat bagi penulis dalam menyelesaikan studi ilmu Hubungan Internasional (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Komputer Indonesia.

1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional. 1.6.1 Kerangka Pemikiran.

Agar penelitian memenuhi kaidah-kaidah keilmuan, perlu diangkat teori-teori dan konsep-konsep yang dapat menjadi landasan, teori-teoritis bagi penelitian yang dilakukan. Teori-teori serta konsep-konsep yang diajukan, menurut penulis relevan dengan masalah yang menjadi objek penelitian ini, selain itu teori dan konsep tersebut menjadi landasan bagi pembangunan hipotesis yang akan diajukan untuk kemudian diuji, keberlakuannya melalui penelitian ini.

Hubungan internasional yang ruang lingkupnya mencangkup berbagai interaksi diantara suatu negara lainnya baik yang disponsori oleh negara maupun


(30)

yang tidak dan akan teranalisis melalui kebijakan luar negeri dimana proses-proses internasional antar bangsa terjadi dan dapat dilaksanakan Trygve Mathisen mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul “Methodology In Study On Internasional Relation” yang meyebutkan bahwa Hubungan Internasional mempunyai arti:

“Meliputi semua aspek internasional dari kehidupan sosial manusia, dalam arti semua tingkah laku manusia yang terjadi atau yang berasal dari suatu negara dan dapat mempegaruhi tingkah laku manusia di negara lain” (Mathisen,1984:11)

Sedangkan menurut K.J Holsti dalam bukunya “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis” mendefinisikan Hubungan Internasional sebagai:

“Hubungan internasional akan berkaitan erat dengan segala bentuk interaksi diantara masyarakat, negara baik yang dilakukan pemerintah maupun warga negaranya. Pengkajian Hubungan Internasional yang meliputi segala segi hubungan diantara berbagai negara di dunia meliputi kajian terhadap Lembaga Perdagangan Internasional, Palang Merah Internasional, Pariwisata, Transportasi, Komunikasi serta perkebangan nilai-nilai dan etika internasional” (Holsti,1992:27)

Selain konsep diatas, terdapat pendapat Hubungan Internasional menurut kaum pluralisme bahwa hubungan internasional didasarkan pada empat asumsi yaitu:

Empat asumsi Paradigma Pluralis, yaitu:

1. Aktor-aktor non-negara adalah entitas penting dalam Hubungan Internasional yang tidak dapat diabaikan, contohnya Organisasi Internasional baik yang pemerintahan maupun non-pemerintahan, aktor transnasional, kelompok-kelompok bahkan individu.


(31)

2. Negara bukanlah aktor Unitarian, melainkan ada aktor-aktor lainnya yaitu individu-individu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Dalam hal ini dalam pengambilan keputusan atau kebijakan suatu negara, tidak semata-mata absolut berdasarkan kepentingan negara tersebut, namun juga dalam pembuatan kebijakan atau keputusan dapat juga dipengaruhi oleh individu-indivu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Hal tersebut terjadi karena suatu kebijakan yang diambil oleh suatu negara mewakili masyarakatnya.

3. Menentang asumsi realis yang menyatakan negara sebagai aktor rasional, dimana pluralis menganggap pengambilan keputusan oleh suatu negara tidak selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, akan tetapi demi kepentingan-kepentingan tertentu.

4. Agenda dalam Politik Internasional adalah luas, pluralis menolak bahwa ide Politik Internasional sering didominasi dengan masalah militer. Agenda Politik Luar Negeri saat ini sudah berkembang dan militer bukanlah satu-satunya hal yang paling utama, tetapi ada hal-hal utama lain didalam Hubungan Internasional seperti ekonomi dan sosial. Contoh perhatian dari pluralis adalah dalam bidang perdagangan, keuangan, dan isu energi sehingga bagaimana hal-hal tersebut dapat menjadi perhatian utama dalam agenda politik internasional. Hal lain yang mempengaruhi dunia internasional menurut kaum pluralis adalah bagaimana mengatasi permasalahan populasi dunia di bagian negara-negara dunia ketiga. Masalah populasi


(32)

tersebut dapat mempengaruhi keberadaan sumber daya alam yang berkaitan dengan isu ketahanan nasional suatu negara. (Viotti dan Kauppi, 1990:215).

Dalam pandangan kaum pluralis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara tidak hanya dapat diselesaikan oleh actor negara saja, tetapi aktor non-negara pun bisa berperan dalam mengatasi permasalahan dalam suatu negara tersebut. IFAD sebagai salah satu organisasi internasional yang mempunyai tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang, mempunyai peran melalui program-program yang dirancangnya dalam mengatasi permasalahan- permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan.

Pada dasarnya, Hubungan Internasional mengacu pada seluruh bentuk interaksi hubungan antar negara. Hubungan yang terjadi di antara negara-negara tersebut dapat merupakan suatu hubungan kerjasama atau merupakan hubungan yang ditandai dengan konflik atau persaingan. Setiap individu pasti memerlukan individu lain dalam memenuhi kebutuhannya. Mereka tidak bisa hidup sendiri karena, pada dasarnya, semua individu pasti mempunyai kekurangan yang mungkin dapat ditutupi oleh individu lainnya. Demikian pula halnya dengan negara. Setiap negara akan melakukan interaksi dengan negara lainnya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya dan mencapai suatu kepentingan bersama. Interaksi yang terjadi antar negara tersebut didasari oleh adanya keterbatasan dari tiap negara dalam upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan nasional mereka.


(33)

Wiriatmadja dalam bukunya "Pengantar Hubungan Internasional“ menyatakan bahwa:

"Hubungan Internasional mencakup semua hubungan antar bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia, dan kekuatan, tekanan, proses, yang menentukan cara hidup, cara berpikir dan cara bertindak manusia“ (Wiriatmadja, 1967: 33-34).

Organisasi internasional diartikan sebagai ikatan formal yang melampaui batas-batas wilayah nasional yang ditetapkan untuk membentuk suatu mesin kelembagaan agar dapat memudahkan kerjasama di antara pihak yang terkait dalam berbagai bidang. Organisasi internasional sebagai aktor internasional dianggap memberikan keuntungan terhadap negara, di mana ia berperan aktif di dalamnya

Leroy Bennet dalam buku “International Organization”, Principle and Issue” mengungkapkan bahwa:

“Fungsi utama dari organisasi internasional adalah untuk memberikan makna dari kerjasama yang dilakukan antara negara-negara dalam satu area, di mana kerjasama tersebut memberikan keuntungan untuk negara-negara yang terlibat di dalamnya (Bennet, 1995: 3).

Selain itu, organisasi internasional juga harus berfungsi bagi negara-negara anggotanya. Menurut Bennet dalam buku “International Organization, Principle and Issue” fungsi organisasi internasional adalah:

1. Menyediakan sarana kerjasama antarnegara, yang mana kerjasama tersebut menyediakan manfaat bagi semua anggotanya.

2. Menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah, agar area akomodasi dapat dieksplorasi dengan mudah terutama katika muncul suatu permasalahan (1995: 3).


(34)

Kerjasama internasional menurut pendapat Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Organisasi Internasional” memberikan pengertian kerjasama sebagai berikut:

“Kerjasama dalam masyarakat internasional merupakan suatu keharusan sebagai terdapatnya hubungan interdependensia dan bertambah kompleknya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional. Kerjasama internasional terjadi karena nasional Understanding dimana mempunyai corak dan tujuan yang sama keinginan yang didukung untuk kondisi internsional yang sama, keinginan yang didukung untuk kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama diantara negara-negara namun kepentingan itu tidak identik” (1983:20)

Sedangkan menurut Daniel F. Chiver dalam bukunya “Organizing of Peace” organisasi internasional adalah:

“Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, pada umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat yang timbale balik dan dijentawahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan secara berkala” (1993:367)

Pada kenyataanya menunjukan, bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat hidup sendiri tanpa mengadakan suatu hubungan kerjasama dengan negara kebutuhan nasionalnya, menurut Koesnadi Kartasasmita, dalam bukunya “Administrasi Internasional” bahwa:

“Kerjasama dalam masyarakat internasional merupakan suatu keharusan sebagai dari adanya interdependensi dan bertambah kompleknya kehidupan dalam masyarakat internasional” (1987:20)

Dilihat dari aktor-aktor yang terlibat dalam sistem international, ada 3 aktor, yaitu aktor negara, aktor supranasional, dan aktor transnasional. Negara mempunyai wilayah, struktural pemerintahan, dan kedaulatan. Aktor supranasional mempunyai beberapa karateristik, yaitu, mempunyai anggota yang


(35)

terdiri dari negara-negara individual, dan dalam beberapa aspek, aktor ini mempunyai wewenang diatas negara-negara anggotanya. Ada beberapa tipe dari aktor supranasional ini, yaitu, organisasi universal dengan tujuan umur, organisasi regional, aliansi, dan rezim.

Sedangkan aktor Transnasional terdiri dari Inter-Governmental Organization (IGO’s), dan Non-Governmental Organization (NGO’s). Aktor ini mempunyai beberapa tugas atau fungsi khusus, dan mereka beroperasi melintasi batas negara, serta mempunyai orientasi untuk tidak terikat pada pandangan atau kepentingan suatu anggota.

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya “Sosiologi Suatu Pengantar” menyatakan bahwa:

“Pada kenyataanya aktor negara tidak selalu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, karena keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Karena itulah, muncul suatu bentuk kerjasama internasional yang bukan saja untuk memenuhi kepentingan, akan tetapi juga untuk menggabungkan kompetensi yang terbatas. Sehingga tujuannya dapat tercapai. (1997:79) Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan.

Ada asumsi yang mengatakan bahwa baik persoalan maupun sasaran tertentu tidak mungkin dicapai hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Kerjasama akan diusahakan apabila manfaat yang diperoleh diperkirakan akan lebih besar daripada konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggungnya. Oleh sebab itu keberhasilan kerjasama ditentukan oleh sifat dari tujuan dan kerjasama


(36)

yang hendak dicapai. Kerjasama diawali dengan kesepakatan dan yang paling mudah apabila tidak mengandung banyak resiko.

Kerjasama yang dilakukan oleh IFAD dengan negara-negara berkembang, dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan negaranya. IFAD, sangat diharapkan dalam membantu pembangunan pertanian di negara-negara berkembang, melalui bantuan teknis dan administratifnya. Peranan menurut K.J Holsti yang diterjemahkan Wawan Juanda dalam bukunya “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis’ yaitu :

“Konsep peranan bisa dianggap definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum, keputusan, aturan, dan fungsi negara dalam suatu atau beberapa masalah internasional. Peranan juga mereflesikan kecenderungan pokok, kekhawatiran, serta sikap terhadap lingkungan eksternal dan variable sistematik geografi dan ekonomi” (1992:159)

Secara umum peranan dapat dilihat sebagai tugas atau kewajiban atas suatu posisi sekaligus hak atas suatu posisi, peranan memiliki sifat saling tergantung (Perwita&Yani, 2001; 30). Adapun definisi lain dari peranan menurut Soekamto dimana peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam bermasyarakat sebagai organisasi (1990: 269).

Sedangkan dalam pengertian lain konsep peranan dikemukakan sebagai berikut:

“Konsep peranan bisa dianggap sebagai definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum berupa keputusan, komitmen, aturan, dan tindakan yang sesuai dengan negara dalam suatu masalah atau berbagai masalah internasional”. (Holsti, 1987: 159).


(37)

Kehadiran IFAD sebagai salah satu organisasi yang memberikan bantuan yang cukup besar sangat besar artinya bagi masyarakat pedesaan di Sulawesi tengah khususnya dan bagi pemerintah Indonesia kehadirannya tersebut meringankan pemerintah Indonesia dalam proses pembangunan pertananian dan peningkatan mata pencaharian terutama dari segi pendapatan. Apa yang dilakukan oleh IFAD dalam proses tersebut mempertegas peranan dari sebuah organisasi internasional seperti yang dikemukakan oleh T. May Rudy dalam buku “Organisasi dan Administrasi Internasional” yakni :

1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).

2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.

3. Sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, pemugaran monumen bersejarah, peace keeping operation dan lain-lain (1998: 27).

Masalah kemiskinan tidak bisa dianggap sederhana, karena akibat yang ditimbulkannya sangat berdampak terhadap perekonomian sebuah rumah tangga, dalam hal ini IFAD sebagai sebuah organisasi internasional yang bergerak dalam bidang pertanian, melakukan upaya-upaya yang telah melakukan sumbangsih sangat besar dalam usahanya membangun pertanian dan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di negara berkembang, melalui bantuan


(38)

keuangan dan program pengurangan kemiskinan mengenai betapa pentingnya pembangunan pertanian bagi masyarakat pedesaan di masa yang akan datang.

Menurut Soekamto Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam bermasyarakat sebagai organisasi (Soekamto, 1990:269).

Sedangkan Holsti dalam bukunya ”Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis” mengemukakan konsep peranan sebagai berikut :

”Konsep peranan bisa dianggap sebagai definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum berupa keputusan, komitmen, aturan, dan tindakan yang sesuai dengan negara dalam suatu masalah atau berbagai masalah internasional (Holsti, 1987:159).

IFAD menilai bahwa penyebab kemiskinan bagi masyarakat pedesaan dikarenakan institusi-institusi di pedesaan kurang tanggap dalam menagani permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat pedesaan, kemiskinan di pedesaan juga disebabkan oleh kurangnya akses bagi para petani dalam menyalurkan dan mendistribusikan hasil pertanian mereka ke pasar, sehingga mereka tidak dapat menghasilkan pendapatan dari hasil pertaniannya. Oleh karena itu IFAD dalam programnya selalu berusaha untuk membenahi prasarana-prasarana yang ada di pedesaan termasuk membenahi institusi-institusi pedesaan dan akses layanan pasar, sehingga masyarakat pedesaan dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Pendapatan merupakan perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan. Seperti pada masyarakat petani bahwa besar kecilnya pendapatan petani dari usaha taninya terutama ditentukan oleh luas lahan garapan, selain itu


(39)

faktor lain juga turut menentukan antara lain produktifitas dan kesuburan tanah, jenis komoditi yang diusahakan serta tingkat penerapan teknologi pertanaian

Menurut Rachman dan Hadimuslihat definisi pendapatan ialah:

“keragaman sumberdaya mempengaruhi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Sumber pendapatan rumah tangga di suatu lokasi erat kaitannya. (Rachman & Hadimuslihat, 1989:2)

Sedangkan menurut Adnyana et, al. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu:

“Sektor pertanian dan non-pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usahatani/ternak dan berburuh tani. Sedangkan dari sektor nonpertanian berasal dari usaha nonpertanian, profesional, buruh non pertanianzdanzpekerjaanzlainnya dizsektorznon pertanian.z(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/(13)%20socasupadirozanype ngel%20rt(1). pdf, [diakses 20 April 2009])

Sebagian besar penduduk pedesaan di Sulawesi tengah bermata pencaharian sebagai petani, hal ini disebabkan oleh keadaan alam di Sulawesi tengah serta tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat pedesaan di Sulawesi tengah, dalam hal ini IFAD memberikan bantuan kepada masyarakat pedesaan dalam upaya meningkatkan pendapatan, dengan cara memberdayakan masyarakat pedesaan melalui pelatihan-pelatihan yang membuat masyarakat pedesaan tersebut mempunyai keterampilan yang lebih baik, selain memberdayakan masyarakat pedesaan, IFAD juga memberikan bantuan dalam programnya berupa pengembangan pertanian budidaya dan non-budidaya, pembangunan prasarana pertanian dan pengelolaan program dan analisis


(40)

kebijakan yang semuanya itu merupakan langka-langkah dari IFAD guna meningkatkan pendapatan dan mata pencaharian rumah tangga mereka.

Dengan demikian peranan IFAD memang sangat dibutuhkan oleh Indonesia dalam menangulangi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan yang saat ini sedang berjalan. Sebagai Organisasi Internasional, IFAD sangat aktif memberikan bantuan terhadap negara-negara berkembang dalam mengatasi permasalahan yang ada khususnya mengenai pertanian dan peningkatan mata pencaharian dan pendapatan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang.

1.6.2 Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut diatas, maka hipotesis didalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“IFAD berperan dalam membantu meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah melalui program READ dengan menerapkan empat komponen yang terdiri dari pemberdayaan masyarakat, pengembangan usaha pertanian budidaya dan non-budidaya, prasarana pedesaan, dan program pengelolaan dan analisis kebijakan”.

1.6.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan judul yang penulis ambil yaitu: Peranan International Fund For Agricultulral Development (IFAD) Melalui Program Rural Empowerment And Agricultural Development Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah, maka terdapat


(41)

beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan judul tersebut, diantaranya yaitu:

1. International Fund For Agricultural Development (IFAD) adalah sebuah organisasi internasional dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak dalam bidang pertanian di negara-negara berkembang.

2. Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) merupakan sebuah konsep program bantuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengangkat kondisi kehidupan keluarga miskin di propinsi Sulawesi Tengah.

3. Pengembangan pendapatan masyarakat pedesaan dalam program READ di Sulawesi Tengah melalui empat komponen yang terdiri dari: a. Pemberdayaan masyarakat

b. Pengembangan usaha pertanian budidaya dan non-budidaya c. Prasarana pedesaan

d. Pengelolaan program dan analisis kebijakan

1.7 Metodelogi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data. 1.7.1 Metodologi Penelitian.

Metode penelitian bermakna sempit maupun luas. Dalam artian sempit, metode penelitian berhubungan dengan rancangan penelitian dan prosedur-prosedur pengumpulan data serta analisis data. Dalam artian luas, metode penelitian merupakan cara yang teratur untuk mendapatkan informasi yang


(42)

berhubungan dengan masalah yang diselidiki, yang dibutuhkan sebagai solusi atas masalah tersebut (Silalahi, 1999: 6). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis analitis, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang. Dengan kata lain, metode historis analitis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Untuk menggambarkan gejala-gejala yang terjadi pada masa lalu sebagai suatu rangkaian peristiwa yang berdiri sendiri, terbatas dalam kurun waktu tertentu di masa lalu.

2. Menggambarkan gejala-gejala masa lalu sebagai sebab suatu keadaan atau kejadian pada masa sekarang sebagai akibat. Data masa lalu itu dipergunakan sebagai informasi untuk menjelaskan kejadian atau keadaan masa sekarang sebagai rangkaian yang tidak terputus atau saling berhubungan satu dengan yang lain (Zulnaidi, 2007: 14).

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data Studi kepustakaan (library research) dan teknik wawancara, dengan mengumpulkan data dan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan organisasi internasional


(43)

terkait, buku-buku teks, dan dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian dan sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh para ahli, serta penggunaan jasa internet melalui website yang berhubungan dengan penelitian yang di teliti, sehingga mendapatkan data-data tertulis yang dapat di dokumentasikan.

1.8 Waktu dan Lokasi Penelitian. 1.8.1 Waktu Penelitian.

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Februari 2009 sampai dengan Juli 2009, yang dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1

Tabel Kegiatan Penelitian (Februari 2009 – Agustus 2009) No Kegiatan

Waktu Penelitian Tahun 2009

Feb Mar Aprl Mei Jun Jul 1 Pengajuan Judul

2 Usulan Penelitian 3 Seminar Usulan

Penelitian 4 Bimbingan

5 Pengumpulan Data 6 Sidang

1.8.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di beberapa lokasi, yaitu:

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung. 2. Perpustakaan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

3. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pasundan, Bandung.


(44)

4. Departemen Pertanian Republik Indonesia Indonesia, Jakarta.

1.9 Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang disesuaikan dengan keperluan penelitian, secara sistematis penulisan ini ditulis sebagai berikut;

BAB I, Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi penelitian, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian.

BAB II, Tinjauan Pustaka, merupakan hasil telusuran tentang kepusatakaan yang mengupas topik penelitan yang sama, hal ini merupakan bukti pendukung bahwa topik atau materi yang diteliti memang suatu permasalahan yang penting, sebagaimana ditunjukan oleh kepustakaan yang dirujuk, seperti dalam teori Hubungan Internasional, Paradigma Pluralis, Kerjasama Internasional, Organisasi Internasional, Inter-Govermental Organization (IGO), International Fund For Agricultural Development (IFAD), Teori Peranan, Teori Pendapatan, dan Teori Peningkatan Pendapatan.

BAB III, Objek Penelitian, yang memberikan gambaran umum mengenai International Fund For Agricultural Development (IFAD), Program Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) khususnya struktur pengelolaan IFAD yang dihubungkan dengan proses pemberian bantuan peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.


(45)

BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bagian hasil, dilaporkan data-data yang diperoleh dalam langkah-langkah IFAD melalui program READ di Sulawesi Tengah dan menjelaskan prospek dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan setelah direalisasikan program READ.

BAB V, Kesimpulan dan Saran, kesimpulan merupakan intisari hasil analisis dan interpretasi, cara penulisan/pembahasan dirumuskan dalam bentuk pernyataan, sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain. Informasi yang disampaikan dalam kesimpulan ini berupa proses pelaksanaan program READ melalui empat komponen pengembangan tingkat pendapatan masyarakat pedesaan. Saran merupakan kelanjutan dari kesimpulan. Dalam konteks READ maka saran merupakan penjelasan mengenai prospek kondisi pertanian dan peningkatan mata pencaharian masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.


(46)

31 2.1 Hubungan International

Istilah Hubungan Internasional secara umum dapat didefinisikan bahwa hubungan internasional itu mengacu terhadap hubungan yang terjadi antar pemerintah di dunia yang merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berkaitan erat dengan aktor-aktor lain seperti Organisasi Internasional, korporasi internasional dan individu-individu dengan struktur sosial yang lain mencakup ekonomi, kebudayaan dan politik domestik serta pengaruh-pengaruh geografis maupun historisnya (Goldstein, 1999: 3).

Hubungan internasional dilakukan oleh aktor-aktor internasional, seperti individu, nation-state, maupun organisasi internasional yang sifatnya lintas batas. Menurut Rosenau, terdapat lima aktor hubungan internasional, yaitu:

1. Individu-individu tertentu

2. Kelompok-kelompok dan organisasi swasta 3. Seluruh negara bangsa beserta pemerintahannya 4. Organisasi internasional

5 Seluruh wilayah geografis dan pengelompokkan-pengelompokkan politik utama dunia, seperti dunia ketiga (Rosenau, 1976: 5).

Kajian hubungan internasional sangat luas meliputi seluruh jenis hubungan atau interaksi antar negara termasuk asosiasi dan organisasi non negara serta jalinan hubungan yang bersifat politik maupun non politik (Johari, 1985: 9).


(47)

Luasnya cakupan studi hubungan internasional menyebabkan hubungan internasional sebagai studi yang berdiri sendiri membutuhkan pendekatan yang bersifat interdisipliner. Menurut Columbis dan Wolfe, studi hubungan internasional mencakup kajian ilmu politik, ekonomi, hukum, sosiologi, antropologi, serta ilmu pengetahuan alam seperti fisika, kimia, cybernetic (Columbis dan Wolfe, 1999: 21).

Dinamika hubungan internasional pada satu dasawarsa terakhir menunjukkan berbagai kecenderungan baru yang secara substansial sangat berbeda dengan masa sebelumnya. Berakhirnya Perang Dingin telah merubah tatanan sistem internasional dari bipolar menuju pada multipolar. Perubahan tersebut telah membawa pola hubungan menuju arah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi di antara negara-negara di dunia ini. Pasca Perang Dingin yang ditandai dengan berakhirnya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah mempengaruhi isu-isu hubungan internasional yang sebelumnya lebih fokus pada isu-isu high politics (isu politik dan keamanan) kepada isu-isu low politics (seperti hak asasi manusia, ekonomi, lingkungan hidup dan terorisme). Oleh karena itu, tidak mengherankan bila fenomena-fenomena hubungan internasional kini telah memasuki dimensi baru yang perlu ditangani dengan perangkat teoritis dan metodologi yang memadai dan akurat sehingga mengakibatkan munculnya beragam definisi mengenai hubungan internasional dari para ahli hubungan internasional.


(48)

Pada awal perkembangannya, Shcwarzenberger mengatakan bahwa ilmu hubungan internasional adalah:

“Bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat internasional (sociology of international relations). Jadi, ilmu hubungan internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, perpindahan penduduk (imigrasi dan emigrasi), pariwisata, olimpiade (olahraga) atau pertukaran budaya (cultural exchange)” (Shcwarzenberger, 1964: 8).

Sementara itu, terdapat sarjana hubungan internasional yaitu menurut Hoffman yang justru memperkecil ruang lingkup ilmu hubungan internasional, yaitu:

“Ilmu hubungan internasional merupakan subjek akademis dalam memperhatikan hubungan politik antar negara, dimana selain negara ada juga pelaku internasional, transnasional atau supranasional lainnya seperti organisasi nasional” (Hoffman, 1960: 6).

Hubungan internasional mencakup pengkajian terhadap politik luar negeri dan politik internasional, jugs meliputi segala segi hubungan di antara berbagai negara di dunia. Hubungan internasional berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi dan interaksi lainnya di antara aktor-aktor negara dan aktor-aktor non- negara. Hubungan internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu.

Mc Clelland mendefinisikan “Hubungan Internasional” sebagai:

“suatu studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi (Mc Clelland, 1990: 30).


(49)

Sedangkan menurut Holsti “Hubungan Internasional” ialah:

“Hubungan internasional mengacu pada semua bentuk interaksi antara anggota masyarakat yang berlainan baik yang disponsori pemerintah maupun tidak. Studi hubungan internasional dapat mencakup analisa kebijakan luar negeri, perdagangan internasional, Palang Merah Internasional, transportasi, komunikasi, turisme dan perkembangan etika internasional (Holsti, 1988 : 29).

Hubungan internasional pada saat sekarang ini semakin kompleks keberadaannya dimana interaksi tidak hanya terjadi antar negara saja melainkan juga aktor-aktor lain di luar negara (seperti organisasi internasional, Multi National Corporation’s, kelompok teroris dan organisasi lingkungan yang semuanya merupakan bagian dari politik dunia) yang juga mempunyai peranan penting dan berpengaruh dalam hubungan internasional.

Dalam studi hubungan internasional terdapat berbagai pemikiran diantaranya yaitu liberalisme. Liberalisme adalah pemikiran politik, ekonomi, teori sosial dan filosofi yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dan meyakini kebebasan individu dan peningkatan kehidupan manusia. Secara politik, liberalisme diterjemahkan sebagai keterbatasan peran pemerintah (Steans, 2001: 48).

Dalam liberalisme muncul istilah pluralisme yang mengacu kepada keyakinan bahwa diperlukan distribusi kekuasaan politik pada beberapa lembaga. Liberal berpendapat bahwa negara berdaulat merupakan aktor yang penting tetapi bukan satu-satunya aktor signifikan dalam hubungan internasional. Liberal kontemporer berpendapat bahwa negara dapat menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada lembaga lain misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa atau


(50)

Uni Eropa. Selanjutnya aktor hubungan internasional seperti MNC’s yakni perusahaan asing dari suatu negara yang memiliki anak-anak perusahaan di negara lain, lembaga internasional maupun regional juga dapat dikatakan berpengaruh (influental) (Steans, 2001: 57-59).

Pluralisme mengandung serangkaian asumsi yang berbeda, diantaranya, non-state actor adalah kesatuan penting dalam hubungan internasional yang tidak dapat dihindarkan. Organisasi internasional misalnya, dapat menjadi aktor dengan hak yang dimilikinya. Organisasi internasional merupakan suatu arena dimana di dalamnya terdapat negara-negara berdaulat yang bersaing. Aktor non-governmental lainnya seperti organisasi lingkungan dan MNC’s juga memegang peranan yang penting dimana dapat berhubungan dengan peningkatan interdependensi dalam ekonomi dunia. Bagi pluralisme negara bukanlah aktor utama dan menolak dugaan bahwa politik internasional didominasi oleh isu keamanan dan militer. Agenda hubungan luar negeri telah meluas ke isu-isu lain seperti ekonomi dan sosial (Heywood, 2001: 4).

2.2 Paradigma Pluralis

Paradigma bisa diartikan sebagai aliran pemikiran yang memiliki kesamaan asumsi dasar tentang suatu bidang studi, termasuk kesepakatan tentang kerangka konseptual, petunjuk metodelogis dan teknik analisis. Selain itu, paradigma juga berfungsi untuk menentukan batas-batas ruang lingkup suatu disiplin atau kegiatan keilmuan dan menetapkan ukuran untuk menilai keberhasilan disiplin tersebut (Mas’oed, 1990:8).


(51)

Pluralis merupakan salah satu perspektif yang berkembang pesat. Kaum pluralis memandang Hubungan Internasional tidak hanya terbatas pada hubungan antar negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu dan kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama dan aktor tunggal.

Empat asumsi Paradigma Pluralis, yaitu:

1. Aktor-aktor non-negara adalah entitas penting dalam Hubungan Internasional yang tidak dapat diabaikan, contohnya Organisasi Internasional baik yang pemerintahan maupun non-pemerintahan, aktor transnasional, kelompok-kelompok bahkan individu.

2. Negara bukanlah aktor Unitarian, melainkan ada aktor-aktor lainnya yaitu individu-individu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Dalam hal ini dalam pengambilan keputusan atau kebijakan suatu negara, tidak semata-mata absolut berdasarkan kepentingan negara tersebut, namun juga dalam pembuatan kebijakan atau keputusan dapat juga dipengaruhi oleh individu-indivu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Hal tersebut terjadi karena suatu kebijakan yang diambil oleh suatu negara mewakili masyarakatnya.

3. Menentang asumsi realis yang menyatakan negara sebagai aktor rasional, dimana pluralis menganggap pengambilan keputusan oleh suatu negara tidak selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, akan tetapi demi kepentingan-kepentingan tertentu.

4. Agenda dalam Politik Internasional adalah luas, pluralis menolak bahwa ide Politik Internasional sering didominasi dengan masalah


(52)

militer. Agenda Politik Luar Negeri saat ini sudah berkembang dan militer bukanlah satu-satunya hal yang paling utama, tetapi ada hal-hal utama lain didalam Hubungan Internasional seperti ekonomi dan sosial. Contoh perhatian dari pluralis adalah dalam bidang perdagangan, keuangan, dan isu energi sehingga bagaimana hal-hal tersebut dapat menjadi perhatian utama dalam agenda politik internasional. Hal lain yang mempengaruhi dunia internasional menurut kaum pluralis adalah bagaimana mengatasi permasalahan populasi dunia di bagian negara-negara dunia ketiga. Masalah populasi tersebut dapat mempengaruhi keberadaan sumber daya alam yang berkaitan dengan isu ketahanan nasional suatu negara. (Viotti dan Kauppi, 1990:215).

2.3Kerjasama International

Konsep mengenai kerjasama disampaikan oleh Cooley, dimana kerjasama tersebut terjadi dan timbul apabila:

“Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan-kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna” (Cooley, 1930:176).

Sedangkan kerjasama menurut Douherty dan Graff, dapat diartikan sebagai:


(53)

“Perangkat hubungan yang tidak didasarkan pada unsur paksaan dan kekerasan. Kerjasama dapat muncul akibat adanya komitmen individu dan negara untuk mendapatkan kesejahteraan kolektif”(Douherty & Graff, 1997:418).

Namun demikian kesejahteraan kolektif tersebut tidak dapat dicapai hanya dengan kerjasama kolektif antara individu dan negara saja namun diperlukan kerjasama yang lebih luas seperti kerjasama internasional.

Kerjasama internasional menurut Coplin dan Marbun:

“Kerjasama yang awalnya terbentuk dari satu alasan dimana negara ingin melakukan interaksi rutin yang baru dan lebih baik bagi tujuan bersama. Interaksi-interaksi ini sebagai aktifitas pemecahan masalah secara kolektif, yang berlangsung baik secara bilateral maupun secara multilateral (Coplin & Marbun, 2003:282).

Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negaranya sendiri.

Isu utama dari kerjasama internasional menurut Douherty dan Graff, yaitu: “Berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentinagn tindakan yang unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan. Berbagai masalah tersebut telah membawa negara-negara di dunia untuk membentuk suatu kerjasama internasional” (Douherty & Graff, 1997:419). Menurut Koesnadi Kartasasmita dalam “Organisasi dan Administrasi Internasional”, menjelaskan pengertian kerjasama internasional yang dapat dipahami sebagai:

“kerjasama dalam masyarakat internasional suatu keharusan sebagai akibat terdapatnya hubungan interdepedensia dan bertambah kompleksnya hubungan manusia dalam masyarakat ionternasional. Kerjasama internasional terjadi karena national understanding serta mempunyai arah


(54)

tujuan sama, keinginan yang didukung oleh kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama diantara Negara-negara, namun kepentingan itu tidak identik (Kartasasmita, 1997: 20)”

Tujuan dari Kerjasama Internasional adalah untuk memenuhi kepentingan negara-negara tertentu. Tujuan dari kerjasama internasional dikonsepsikan secara jelas oleh Plano dan Olton, yaitu:

“Untuk memenuhi kepentingan negara-negara tertentu dan untuk menggabungkan kompetensi-kompetensi yang ada sehingga tujuan yang diinginkan bersama dapat tercapai. Kerjasama itu kemudian diformulasikan ke dalam sebuah wadah yang dinamakan organisasi internasional. . Organisasi internasional merupakan sebuah alat yang memudahkan setiap anggotanya untuk menjalin kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya” (Plano dan Olton, 1979:271).

2.4 Organisasi Internasional

Sebagai bentuk dari kerjasama internasional dalam wujud organisasi internasional telah banyak dilakukan untuk berbagai macam kepentingan dalam berbagai macam kepentingan dalam berbagai aspek kehidupan. Disamping itu, pengertian tentang organisasi tidak hanya menyangkut kepada segi strukturnya saja, akan tetapi juga pada segi fungsinya. Berdasarkan kepada hal tersebut diatas, dapatlah dikatakan bahwa oerganisasi internasional itu tumbuh dari kehidupan sosial manusia didalam masyarakat internasional.

Selain itu, organisasi internasional juga merupakan suatu proses yang sangat dinamis terhadap perkembangan hubungan antar negara atau bangsa dan refleksi kehidupan sosial manusia yang meliputi berbagai bidang yang telah menjadi perhatian dari disiplin-disiplin ilmu lainnya.


(55)

Secara umum organisasi internasional itu adalah suatu organisasi yang ada di lingkungan masyarakat internasional. Organisasi internasional terbentuk karena adanya suatu kepentingan yang sama dari berbagai negara atau bangsa, maka organisasi internasuinal itu merupakan salah satu wujud dari kerjasama internasional, hal ini didahului oleh adanya kepentingan-kepentingan yang sama yang dilahirkan oleh adanya hubungan yang menjadi pokok dari terbentuknya organisasi internasional, sehingga negara-negara yang membentuk organisasi internasional, sehingga negara-negara yang membentuk organisasi internasional dapat merasakan bahwa tujuan-tujuan nasional dengan segala permasalahan didunia yang sangat kompleks, baik itu masalah-masalah ekonomi, budaya, sosial maupun masalah politik dan lain-lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Wayan Parthiana dalam bukunya “Organisasi Internasional”, yang mendefinisikan mengenai organisasi internasional sebagai berikut :

“Suatu organisasi atau perkumpulan yang didirikan oleh atau yang anggota-anggotanya terdiri dari negara-negara atau badan-badan non pemerintahan yang didasarkan pada suatu perjanjian untuk mencapai suatu tujuan”. (1987:1)

Jadi jelaslah bahwa organisasi internasional sebenarnya didirikan bukan hanya untuk sekedar mencapai suatu tujuan pada masing-masing pihak saja, tetapi selain daripada itu para anggotanya bekerjasama untuk mencapai tujuan dan kepentingan bersama, sehingga negara-negara yang membentuk organisasi internasional merasakan bahwa tujuan nasional mereka dapat tercapai. IFAD juga bertujuan dalam setiap program-programnya agar pada tahun 2015 masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang dapat keluar dari masalah kemiskinan.


(56)

Adapun definisi dari organisasi internasional menurut Jack.L.Plano dan Roy Olton yang diterjemahkan oleh Wawan Juanda dalam bukunya “Kamus Hubungan Internasional”, adalah sebagai berikut :

“Organisasi internasional merupakan suatu struktur atau lembaga yang resmi melintasi batas negara yang berfungsi sebagai salah satu mekanisme yang menunjukan kerjasama diantara negara-negara dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial, atau lainnya yang berhubungan”. (1987:52) Istilah organisasi internasional lebih banyak digunakan dari pada World Organization karena itu definisi yang dikemukakan Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Organisasi Internasional”, berikut ini dapat memberikan gambaran mengenai hal tersebut :

“Organisasi Internasional mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya meliputi kegiatan negara dalam masyarakat dunia, disamping itu, pengertian organisasi internasional tidak hanya menyangkut kepada segi strukturnya saja akan tetapi pada fungsinya. Dalam arti statis, organisasi internasional merupakan wadah dari kegiatan Administrasi Internasional yang meliputi berbagai bidang kehidupan sosial masyarakat internasional tidak terdapat organisasi tertinggi seperti halnya sebagai organisasi masyarakat dalam masyarakat internasional”. (1998:20)

Selanjutnya Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Administrasi Internasional”, mengemukakan bahwa berdasrkan pada sifatnya maka organisasi internasional mempunyai sifat rangkap adapun sikap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sebagai suatu alat dari masing-masing negara yang berdaulat untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan dalam masyarakat internasional. Kondisi ini menunjukan system yang dianut adalah system banyak negara (multi state system)


(57)

2. Sebagai proses adalah suatu proses kearah terbentuknya suatu World Government dan terdapat suatu proses untuk mengubah national state system yang berlaku dan menggantikan system yang baru (1988:46). Selanjutnya Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Administrasi Internasional” mengemukakan bahwa organisasi internasional dalam arti luas mempunyai dua macam arti, yaitu sebagai berikut :

1. Organisasi Internasional Publik, merupakan organisasi antar negara yang tumbuh didasarkan pada perjanjian multilateral dengan persyaratan dan tujuan tertentu, organisasi ini dibentuk untuk memenuhi kebutuhan negara dalam masyarakat internasional, bertambah banyaknya organisasi internasional public ini disebabkan bertambah menigkatnya interdependensi dalam masyarakat internasional.

2. Organisasi Internasional Privat, merupakan organisasi yang tidak terbentuk oleh pemerintahan atau negara dan keanggotaanya terbuka untuk individu-individu dan golongan yang mempunyai kepentingan internasional. (1998:50)

Organisasi internasional mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya meliputi kegiatan negara-negara dalam suatu kawasan tertentu saja, melainkan juga meliputi semua kegiatan antar negara dalam masyarakat internasional yang menyangkut segi structural dan fungsinya. Terdapat dua factor pendorong bagi berdirinya suatu organisasi internasional, yang antara lain :


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Archer, Clive.1983. International Organization. London: Alen and Unwin Ltd., Bazerman, Max H. 1994. Judgmental in Managerial Decision Making. Singapore.

John Wiley & Sons, Inc.

Bennet, Leroy. 1995. International Organization, Principle and Issue. Eaglewood. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Boediono, 1981. Ekonomi Internasional. Jakarta: PT Bina Aksara

Coser,T. dan Anthony Rosenberg. 1976. An Introduction to International Politics. New Jersey: Prentice Hall

Coulombis, Theodore A, & Wolfe, James H. 1986. Introduction to International Relations: Power and Justice. Cambridge:Cambridge University Press

Eriyatno. 2002. Strategi Implementasi Program Pengembangan UKM. Lokakarya Penguatan UKM, Mempercepat Agenda Reformasi Kebijakan.

Gudono dan Bambang Hartadi. 1998. Apakah Teori Prospek Tepat untuk Kasus Indonesia?: Sebuah Replikasi Penelitian Tversky and Kahneman. Journal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1 No. 1.

Goldstein, Joshua S. 1994. International Relations. Washington : Harper Collin College and Publisher.

Haeruman. 1997. Kajian Pembangunan Ekonomi Desa Untuk Mengatasi Kemiskinan. Bappenas

Hoffman, Stanley (ed).1960.Contemporary Theory in International Relation. New Jersey: Englandwood Cliffs

Hodgkinson, Gerard P., Nicola J. Bown, A. John Maule, Keith W. Glaister dan Alan D. Pearman. 1999. Breaking the Frame: An Analysis of Strategic Cognition and Decision Making Under Uncertainty. Strategic Management Journal. Vol. 20.

Holsti, K. J. 1987. International Politics: A Frame for Analysis. New Jersey: Prentice Hall ever, Daniel F 1993. Organizing Of Piece. Alen and Unwin Ltd.,


(2)

__________. Wawan Juanda 1992. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Binacipta.

Johari, J.C. 1985. International Relations and Politics: A Theoritical Perspective. New Delhi, Sterling Publisher.

Kartasasmita, Koesnadi. 1982. Organisasi Internasional. Bandung: Binacipta

___________________. 1998. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Angkasa.

Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

Mathisen, Trygve. 1984. Methodology In Study On International Relation. California: Brooks/Cole Publishing Co.

McClelland, Charles A. 1986. Ilmu Hubungan Internasional: Teori dan Sistem. Jakarta: C.V Rajawali

Perwita, DR. Anak Agung Banyu & DR. Yanyan Mochamad Yanni. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosda.

Plano, Jack dan Olton, Roy. Kamus Hubungan Internasional. (Bandung: Putra A Bardin, 1999).

Roseneau, James N. 1969. International Politics & Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. New York, The Free Press.

Rudi, T. May. 1993. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Eresco.

Salvatore, Dominic. 1984. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.

Sarasutha, IGP dan M.N. Noor. 1994. Alternatif Penanggulangan Kemiskinan dengan Pendekatan Agroekosistem di Kawasan Timur Indonesia. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Hal 1811-1812.

Scott, C, James. 1976. The Moral Economy Of The Peasant: Rebellion And Subsistence In South Asia. New Haven: Yale University Press.

Scwarzenberger, George. 1964. Power Politics. London : Prentice Hall

Soedrajat. 1997. Kajian Pembangunan Ekonomi Desa Untuk Mengatasi Kemiskinan. Bappenas.


(3)

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar : Edisi Baru Ke Empat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Steans, Jill and Pettiford, Lloyd. 2001. International Relation: Perspectives and Themes. London

Suhardjo, A.J. 1997. Stratifikasi Kemiskinan dan Disribusi Pendapatan di Wilayah Pedesaan Yogyakarta. Universitas Gajah Mada

Wiriatmadja, Suwardi. 1967. Pengantar Hubungan Internasional. Bandung: Fisip Press.

Dokumen

UN. 2008. The millennium development Goals Report 2008. New York: United Nations.

Draft Pelaksanaan Program Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) 2007. Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 51/Permentan/OT.160/6/2007

Situs

Kemiskinan.

Strategi monopoli terhadap peluang pertumbuhan bisnis dari kemasakinian dan kemiskinan

pasar-the-bottom-of-pyramid-dalam-perspektif-tanggungjawab-sosial

korporasi1.pdf, diakses 20 April 2009.

About IFAD.

Executive Board Proposed Financial Assitance To The Republic Of Indonesia For The READ Programe In Central Sulawesi.

Maret 2009.


(4)

Profile keanggotaan Indonesia Pada Lembaga/Organisasi International. 2009.

Berita Resmi Statistik.

Maret 2009.

enabling poor rural people to overcome.

2009.

Selayang Pandang Programe READ.

Februari 2009.

Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga Pedesaan Dan Pengaruhnya Terhadapa Tingkat Kemiskinan.

Teori-teori Kemiskinan, 2007.

http://matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/kemiskinan.pdf, diakses 21 Maret 2009

Executive Board Proposed Financial Assitance To The Republic Of Indonesia For The READ Programe In Central Sulawesi.

Maret 2009.

Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga Pedesaan Dan Pengaruhnya Terhadapa Tingkat Kemiskinan.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/(13)%20soca-supadi-rozany-pengel%20 rt(1).pdf, diakses 20 April 2009.

Profile keanggotaan Indonesia Pada Lembaga/Organisasi Internasional, Departement Pertanian, 2005: 67-73.

IFAD, Intenal Organization, 2009.

http://www.ifad.org/governance/internal/index.htm, diakses 10 Februari 2009 Sejarah Singkat Provinsi Sulawesi tengah, 2006


(5)

Departement Pertanian, 2009.

http://database.deptan.go.id/PUAP/tampil.php?page=latar_belakang, diakses 21 Maret 2009

Badan Pusat Statistiik, 2008.

http://www.damandiri.or.id/file/ninghandayaniumsaddbab2.pdf, diakses 21 Maret 2009

READ Programme, 2008.

http://www.deptan.go.id/bpsdm/read/READ%20Programme.pdf, diakses tanggal 6 Februari 2009

Berita Resmi Statistik

2009

IFAD, Executive Board, 2008.

Pendapatan Dominan Regional Bruto Sulawesi Tengah

http://www.sulteng.go.id/pub2/index.php?option=com_content&task=view &id=142&Itemid=114, diakses 9 Agustus 2009

Visi Dan Misi Provinsi Sulawesi Tengah

Pembangunan Pertanian Di Sulawesi Tengah

Update Berita 2006

http://www.deptan.go.id/kln/berita/update-berita-2006.htm, diakses 12 Agustus 2009.


(6)

Dibuat khusus oleh mahasiswa yang akan Ujian Sidang : 1. Nama : Randy Isnadi

2. Tempat Tanggal Lahir : Bogor 07 Januari 1987 3. Nomor Induk Mahasiswa : 44305014

4. Prodi : Ilmu Hubungan Internasional 5. Jenis Kelamin : Laki-Laki

6. Kewarganegaraan : Indonesia 7. Agama : Islam

8. Alamat : Jl. Srimahi 3 No. 6 9. No. Telepon : 085624795101 10.Berat Badan : 60 kg

11.Tinggi Badan : 170 cm

12.Status Marital : Belum Menikah 13.Orang Tua:

a. Nama Ayah : Drs. Yudhi Karyudi b. Pekerjaan : Wiraswasta

c. Alamat :. Jl. Dadali No 7 Bogor d. Nama Ibu : Farida Mariyani e. Pekerjaan : Wiraswasta

f. Alamat : Jl. Dadali No 7 Bogor.

Bandung, Agustus 2009 Randy Isnadi