g. Sixth Replenishment 2004-2006 sebesar US 5,000,000 Profile
keanggotaan Indonesia pada lembagaorganisasi internasional, Departement Pertanian, 2005: 67-73.
3.1.6 Kontribusi Non- Replenishment IFAD
Selain memberikan kontribusi untuk membiayai komitmen pinjaman dan hibah IFAD, negara-negara anggota menyatakan akan mendukung
kegiatan IFAD melalui cara-cara lainnya yang disebut dengan IFAD non- replenishment resources
sebagai “sumber dana tambahan”, yang dibedakan dalam dua kategori yaitu: i Sumber dana tambahan untuk co-financing
proyek dan program; dan ii Sumber dana tambahan seperti trust funds yang dikelola untuk studi-studi IFAD, technical assistance jangka pendek atau
untuk program-prgram dengan satu atau multi donor dimana sejumlah proyek akan dibangun dibiayai atau co-financed.
3.1.7 Keanggotaan IFAD
Keanggotaan IFAD terbuka bagi semua negara yang merupakan anggota PBB atau badan-badan khusus lainnya. Keanggotaan IFAD terdiri
atas; anggota asli original members dan anggota tidak asli non original members
. Anggota asli adalah negara-negara yang menjadi anggota sejak IFAD didirikan yang berjumlah 61 negara, terdiri atas 20 negara list A
negara-negara maju, 12 megara list B negara-negara anggota OPEC, dan 29 negara list C negara-negara lainnya Yang menjadi anggota IFAD setelah
IFAD didirikan. Sampai dengan saat ini anggota IFAD berjumlah 163 negara. http:www.ifad.orggovernanceifad.htm, diakses [ 10 Februari 2009]
3.1.8 Struktur Organisasi IFAD 3.1.8.1 Dewan Gubernur IFAD
Kewenangan tertinggi IFAD adalah Dewan Gubernur, dimana 163 negara anggota masing-masing diwakili oleh seorang Gubernur dan Gubernur
Pengganti. Sidang-sidang Dewan Gubernur diselenggarakan setiap tahun dan sidang khusus akan diselenggarakan jika dibutuhkan. Gubernur IFAD
Indonesia saat ini masih berada pada Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan sedangkan Alternatenya adalah Watapri Indonesia untuk FAODuta
besar LBPP untuk Italia.
3.1.8.2 Dewan Eksekutif IFAD
Dewan Eksekutif terdiri dari 16 anggota dan 18 anggota pengganti dengan masa kerja selama tiga tahun, bersidang tiga kali setahun serta
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan umum IFAD atas dasar mendat dari Dewan Gubernur. Anggota Dewan Eksekutif dipilih dari para anggota
berdasarkan kategori list, yaitu 8 anggota dan 8 anggota pengganti untuk list A, 4 anggota dan 4 anggota pengganti untuk list B, serta 6 anggota dan 6
anggota pengganti untuk list C. Direktur Dewan Eksekutif untuk Indonesia saat ini berada pada Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian sedangkan
Alternatenya adalah Staf Ahli Mentan Bidang Kerjasama Pertanian Internasional Departement Pertanian.
3.1.8.3 Presiden IFAD
Presiden IFAD dipilih oleh Dewan Gubernur untuk jangka waktu empat tahun yang dapat dipilih kembali untuk satu tahun periode berikutnya.
Presiden IFAD saat ini adalah Mr. Lennart Bage Swedia, yang dipilih pada bulan Pebruari 2006 untuk periode 2006-2009. Sedangkan Wakilnya berasal
dari Negara List C Afika yaitu Mr. Frank Enweze.
3.1.9 Kerangka Kerja IFAD
Sesuai dengan mandatnya, tujuan utama IFAD adalah untuk memberikan bantuan langsung dan memobilisasi dana tambahan untuk
program yang sacara khusus dirancang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, khususnya dalam meningkatkan produktivitas pertanian
dan non-pertanian. Target grup dari IFAD adalah orang-orang yang paling miskin di dunia, petani, masyarakat yang tidak mempunyai lahan pengembala
yang tidak mempunyai tempat tinggal, nelayan, masyarakat lokal dan wanita pedesaan yang miskin. Sejalan dengan bantuan IFAD yang difokuskan pada
pengentasan kemiskinan dan masyarakat pedesaan di negara-negara sedang berkembang, pinjaman dana disediakan untuk negara-negara yang
berpenghasilan rendah dengan jangka waktu pinjaman selama 40 tahun dengan bunga 0,75 persen per tahun. Pinjaman dana tersedia pula dalam
bentuk setengah komersial dan komersil. Kerangka kerja strategi IFAD menggambarkan bagian dari komitmen global untuk mengembangkan “The
Millennium Development Goals” MDG.
IFAD akan melanjutkan bekerja dengan mengarahkan sasaran kepada masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan melalui pengembangan
pembangunan sosial, kesamaan gender, peningkatan pendapatan, peningkatn status gizi, pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan dan good
governance. Dikarenakan permasalahan masyarakat miskin sangat kompleks,
usulan pemecahan yang dibutuhkan banyak hal yang harus diperhatikan disamping itu harus dapat diterima dan sesuai dengan permasalahn yang ada.
Misalnya bicara masalah gender, sosial dan isu politik. Masyarakat miskin membutuhkan akses yang tidak sedikit diantaranya akses terhadap aset,
kehidupan, sosial, alam, infrastruktur, teknologi dan keuangan yang terkendali dalam kehidupan sehari-harinya.
IFAD akan mengkonsentrasikan terhadap investasi, pengetahuan menejemen, dialog tetang kebijakan dan advokasi dari tiga tujuan strategi
IFAD yaitu; 1.
Meningkatkan Kapasitas Masyarakat Miskin Dalam Berorganisasi,
Salah satu kebutuhan masyarakat miskin adalah harapan terwujudnya perubahan kehidupan secara individu maupun
kelompok untuk mendapatkan akses ekonomi yang dibutuhkan dan pelayanan sosial yang mendasar serta infrastruktur. Kurang
kuatnya organisasi sosial mengakibatkan sulitnya masyrakat miskin memperoleh potensi yang diperlukan dan mengembangkan
komunikasi dengan masyarakat lainnya. Akan tetapi, meningkatkan hubungan kekeluargaan dan sosial di tingkat masyarakat miskin
juga memungkinkan dilaksanakan untuk berinteraksi dengan penguasa yang memiliki kekuasaan secara informal dan
pembicaraan akan lebih efektif dalam permasalahan yang sedang dihadapi. IFAD bekerja dengan berbagai tipe masyarakat miskin
desa tradisional, kelompok pengguna air dan petani koperasi.
2. Meningkatkan Produktivitas Sumberdaya Alam Dan Teknologi
Secara Adil,
Salah satu faktor yang paling penting untuk menghubungkan kepada kelompok masyarakat miskin adalah
mengakses sumber daya alam seperti tanah, air dan hutan
3.
Meningkatkan Akses Terhadap Aset Keuangan dan Pemasaran,
Pelaksanaan Micro Finance dalam programnya merupakan salah satu moda terbaru sesuai dengan strategi IFAD masa mendatang.
Prioritas diberikan kepada kelompok masyarakat termiskin yang dipilih dengan target mereka dapat berusaha di sektor produk
pertanian dengan pemanfaatan modal melalui kredit usaha kecil dari Bank Pedesaan. Profile keanggotaan Indonesia pada
lembagaorganisasi internasional, Departement Pertanian, 2005:
67-73
3.2 Program
Rural Empowerment And Agricultural Development READ 3.2.1 Latar Belakang Progran READ
Dukungan pada program pemberdayaan perdesaan dan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah dianggap penting bagi IFAD. Satu, kawasan
perdesaan di Sulawesi Tengah meliputi sejumlah besar rumah tangga miskin dan propinsi ini merupakan salah satu propinsi miskin di Indonesia. Kondisi ini
mencerminkan keterisolasian sejumlah besar kawasan di dataran tinggi akibat kontur lahannya yang berbukit-bukit dan ketiadaan akses dan pelayanan. Dua,
Lembaga ditingkat desa yang ada sedang dalam proses perubahan sebagai akibat terjadinya perubahan administratif karena desentralisasi, yang membuka peluang
pengembangan proses perencanaan yang partisipatif dan menyeluruh di tingkat desa. Selain itu, sejumlah kelompok yang terbentuk oleh program lain, dapat
menjadi tumpuan awal kegiatan Program. Tiga, Adanya peluang perbaikan mata pencaharian yang cukup signifikan, baik melalui pengembangan pertanian
maupun usaha non pertanian. Saat ini tingkat produktivitas pertanian masih rendah, meski upaya peningkatan pertanian sederhana dapat mendorong
peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian secara substansial. Sulawesi Tengah memiliki keunggulan komparatif dalam berbagai produk pertanian,
seperti: coklat, tembakau, kopi, vanila dan lada, namun rantai pemasarannya tidak efisien dan nilai tambah komoditi tersebut kecil, komoditi tersebut sebagian besar
diekspor dalam bentuk mentah. Ada peluang untuk mengatasi hal ini. Empat, Desentralisasi membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk mengatasi
kemiskinan dengan cara melaksanakan program mereka sendiri, seperti: melalui investasi prasarana perdesaan. Hal yang sama, terdapat peluang bagi Pemerintah
Propinsi untuk mendukung upaya pengurangan kemiskinan di kawasan perdesaan atas nama Departemen Pertanian. Menurut hasil penilaian sosial-ekonomi yang
dilakukan tahun 2003, untuk memperbaiki mata pencaharian di perdesaan, diperlukan investasi sebagai berikut:
1 bantuan keuangan bagi para petani untuk memulai atau memperbaiki
kegiatan pertanian; 2
perbaikan prasarana perdesaan; 3
pelatihan dan dukungan bagi petani miskin dalam produksi coklat dan kegiatan lainya.
4 pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang fokus pada kaum perempuan,
termasuk dalam hortikultur dan peternakan skala kecil. http:www.deptan.go.idbpsdmreadREAD20Programme.pdf,
diakses [ 6 Februari 2009 ] Dari investigasi selanjutnya teridentifikasi kebutuhan:
1 investasi untuk meningkatkan kualitas bibit bagi para petani,
khususnya bibit jagung dan padi; 2
perbaikan rantai pemasaran sehingga para petani dapat memperoleh harga yang lebih tinggi; iii pengelolaan sumber daya
alam untuk mengatasi meningkatnya ancaman degradasi lingkungan di wilayah dataran tinggi.
Program READ akan mendukung Deparetemen Pertanian dalam mengembangkan kapasitas yang lebih besar untuk melaksanakan analisis
kebijakan berdasarkan berbagai pengalaman keberhasilan yang ada serta berbagai inovasi yang diambil dari proyek-proyek IFAD dan program-
program pengurangan kemiskinan lainnya dan untuk melakukan analisis
implikasi kebijakan untuk pengembangan kebijakan dimasa datang. Analisis yang dapat dikembangkan dari Country Protfolio Evaluation yang
dirumuskan IFAD akan memberikan input bagi perumusan kebijakan pemerintah dan selanjutnya mendukung upaya perbaikan Dokumen Strategi
Pengurangan Kemiskinan yang fokus pada upaya mencapaian target Millenium Development Goal
MDG.
3.2.2 Tujuan Dan Sasaran Program READ