Nunung Taryati, 2014 Interaksi Sosial Anak Low Vision dalam Bermain dengan Teman Sebaya di Sekolah Inklusi
Mutiara Bunda Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
hidupnya, baik itu secara fisik maupun secara psikologis. Oleh karena itu interaksi memegang peranan yang sangat penting dalam hidup kita.
Kemampuan interaksi dengan lingkungan anak akan berkembang di sekolah tempat mereka bergabung dalam satu lingkungan dengan usia
yang sama, karakteristik yang berbeda, kemampuan dan hambatan yang berbeda.
Sekolah merupakan lingkungan dimana anak tidak hanya memperoleh pelajaran akademik, tetapi merupakan tempat mereka
memperoleh pengalaman interaksi sosial dan emosional dengan orang dewasa dan teman sebayanya, yang memungkinkannya menimbulkan rasa
percaya diri dan mengembangkan keterampilannya. Kemampuan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya salah
satunya dapat terlihat dalam kegiatan bermain. Kegiatan bermain merupakan salah satu bentuk interaksi utama antar teman sebaya di
kalangan anak-anak. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Asher at al., 1982
– dalam Burton, 1986 – Tarsidi, 2010: 30 bahwa: Hubungan teman sebaya tampak mempunyai berbagai macam
fungsi, yang banyak di antaranya dapat memfasilitasi proses belajar dan perkembangan anak. Melalui hubungan teman sebaya, anak
memperoleh kesempatan untuk belajar keterampilan sosial yang penting untuk kehidupannya, terutama keterampilan yang
dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk memecahkan konflik sosial, yang mencangkup keterampilan
berkomunikasi, berkompromi, dan berdiplomasi. Jadi dengan demikian jelaslah bahwa seorang anak tunanetra harus
memiliki keterampilan berinteraksi dengan teman sebaya dalam melakukan kegiatan bermain di sekolah. Hal inilah yang melatarbelakangi
pe nulis mengangkat permasalahan tentang “Interaksi Sosial Anak Low
Vision dengan teman sebaya di Sekolah Inklusi Mutiara Bunda”
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Nunung Taryati, 2014 Interaksi Sosial Anak Low Vision dalam Bermain dengan Teman Sebaya di Sekolah Inklusi
Mutiara Bunda Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimanakah kemampuan interaksi anak low vision di sekolah
inklusi? 2.
Bagaimanakah sikap teman-teman regular dan teman yang memiliki hambatan lainnya terhadap anak low vision dalam interaksi melalui
kegiatan bermain? 3.
Bagaimanakah permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak low vision dalam interaksi melalui kegiatan bermain?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: a.
Memperoleh data yang dapat memberikan gambaran tentang kemampuan anak low vision dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekolah b.
Memperoleh data yang dapat memberikan gambaran tentang interaksi anak low vision dengan teman sebaya di lingkungan
sekolah dalam kegiatan bermain
2. Kegunaan
Adapun kegunaan penelitian dapat penulis rangkum menjadi dua bagian, yaitu :
a. Bagi lembaga, sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan
ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak
b. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemampuan anak low vision dalam berinteraksi dengan teman sebaya dalam bermain di sekolah inklusi
c. Bagi penulis, dapat menambah wawasan atau pengetahuan mengenai
interaksi sosial anak low vision dengan teman sebaya dalam bermain di sekolah inklusi
Nunung Taryati, 2014 Interaksi Sosial Anak Low Vision dalam Bermain dengan Teman Sebaya di Sekolah Inklusi
Mutiara Bunda Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
d. Sebagai bahan infomasi bagi mahasiswa dan masyarakat untuk lebih
mengetahui interaksi sosial anak low vision dengan teman sebaya dalam bermain di sekolah inklusi
Nunung Taryati, 2014 Interaksi Sosial Anak Low Vision dalam Bermain dengan Teman Sebaya di Sekolah Inklusi
Mutiara Bunda Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain studi kasus. Metode penelitian deskriptif dilaksanakan dengan memfokuskan pada upaya
untuk mendeskripsikan dan menganalisa aspek-aspek perkembangan interaksi sosial anak.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktifkualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi. Mengamati obyek maupun subyek merupakan salah satu kegiatan penting
yang harus dilakukan peneliti dalam penelitian kualitatif. Kegiatan ini harus terjadi dalam suasana wajar tanpa kondisi yang dimanipulasi dikondisikan, agar
data yang diperoleh benar-benar alamiah dan tidak manipulatif. Kegiatan penting lainnya, yaitu berinteraksi dengan lingkungan terutama dengan subjek penelitian.
Dalam hal ini, peneliti harus mampu menciptakan hubungan baik agar informasi yang dibutuhkan akan mudah diperoleh. Selanjutnya peneliti harus mampu
memahami bahasa dan tafsiran yang terungkap, baik dari objek maupun subjek penelitian agar tidak memunculkan pembiasaan yang tidak diharapkan. Kegiatan
ini berkenaan dengan kemampuan menganalisis dari peneliti.
A. Tempat dan Subjek Penelitian
Tempat Penelitian Tempat penelitian yang dituju adalah Sekolah Dasar Mutiara Bunda yang
beralamat di Jalan Arcamanik Endah No 3, Kota Bandung. dengan objek penelitiannya adalah interaksi sosial anak low vision dalam bermain dengan
teman sebaya di sekolah inklusi.
Nunung Taryati, 2014 Interaksi Sosial Anak Low Vision dalam Bermain dengan Teman Sebaya di Sekolah Inklusi
Mutiara Bunda Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari satu orang anak
Identitas anak Nama
: Or Kelas
: 2 Sekolah Dasar TTL
: Bandung, 20 Februari 2005 Jenis kelamin : Perempuan
Tingkat penglihatan : Low Vision dapat melihat seperti teropong makin jauh makin mengecil
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan cara studi kasus, alasannya karena penelitian ini mengungkapkan permasalahan yang muncul
terhadap berbagai interaksi di sekolah. Penelitian ini dilakukan demi terwujudnya tujuan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan sehingga menghasilkan
sumber daya manusia menjadi lebih baik. Desain penelitian studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam
tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia
atau lembaga sosial, dapat mengenali perkembangan sesuatu, dapat pula memberikan gambaran tentang keadaan yang ada.
Menurut Maxfield dalam Nazir, 2003:57 dalam Diniarti,2011:29 menyatakan studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan
dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal
yang bersifat umum.
Nunung Taryati, 2014 Interaksi Sosial Anak Low Vision dalam Bermain dengan Teman Sebaya di Sekolah Inklusi
Mutiara Bunda Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Studi kasus memiliki keunggulan sebagai suatu studi untuk dapat mendukung studi-studi yang besar di kemudian hari. Dalam penelitian dengan
studi kasus ini adalah meneliti interaksi sosial anak low vision dalam bermain dengan teman sebaya yang bersekolah di sekolah inklusi.
C. Sumber Data