5
2 Merancang interior dan sarana aksesibilitasi yang menjawab kebutuhan dasar disabilitas fisik dengan mengutamakan standar ergonomi.
1.6 Manfaat Perancangan
Perancangan balai rehabilitiasi sosial difabel di Kota Bandung memiliki manfaat :
a. Bagi penulis membuka wawasan mengenai standar perancangan balai rehabilitasi, khususnya yang berhubungan dengan disabilitas fisik, dikarenakan
difabel membutuhkan perhatian cermat terhadap standar keselamatan dan kemudahan aksesibilitas.
b. Bagi Fakultas Seni Rupa dan Desain menambah koleksi literatur mengenai data balai rehabilitasi sosial khususnya yang berkaitan dengan
disabilitas fisik. c. Bagi pemerintah, membantu melaksanankan program-program
pemerintah tentang kesetaraan hak dan kewajiban difabel, serta memperkenalkan standar yang tepat bagi aksesibiltas difabel.
d. Bagi masyarakat awam, sebagai media edukasi nonformal yang rekreatif dengan mengangkat pesan bahwa dibalik kekurangan pasti terdapat kelebihan,
dimana para difabel mampu menghasilkan karya dengan kreativitas, inovasi dan kualitas produk yang tinggi.
1.7 Batasan Perancangan
Dalam perancangan balai rehabilitasi sosial disabilitas fisik ini yang akan didesain merupakan area utama, seperti area rehabilitasi, asrama, area kelas teori,
kelas praktik dan galeri. User disabilitas fisik golongan ringan dan sedang, berusia 15-30 tahun serta mampu berkarya dalam bentuk lukisan, patung dan kriya.
1.8 Sistematika Penulisan
Dalam Bab I yang merupakan bab pendahuluan akan dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, ide gagasan perancangan, tujuan perancangan,
manfaat, batasan dan sistematika penyajian.
6
Dalam Bab II yang merupakkan bab kajian teori akan dijabarkan mengenai pengertian rehabilitasi, pengertian dan pengelompokkan disabilitas fisik,
penjabaran rehabilitasi sosial, seni rupa dan galeri. Dalam Bab III yaitu deskripsi objek studi yang akan mendeskripsikan
proyek, site, analisis fungsi, analisis site, identifikasi user, flow activity, kebutuhan ruang, zoning-blocking, dan ide implementasi konsep pada objek studi.
Dalam Bab IV yaitu deskripsi perancangan Rehabilitasi Sosial Disabilitas Fisik yang menjabarkan konsep dasar, implementasi dalam konsep dan
perancangannya. Dalam Bab V yang merupakan bab kesimpulan, akan dijelaskan hasil dari
tujuan perancangan melalui penerapan design interior.
112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Saran
Disabilitas fisik merupakan manusia dengan kekurangan pada fisiknya, namun sebagai individu pada hakikatnya mereka memiliki potensi yang terkadang
melebihi kapasitas dan kemampuan orang yang sempurna secara fisik dan mental. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan sehingga para difabel dapat
mengembangkan kemampuan diri secara aktif untuk mampu bersaing di tengah masyarakat.
Perancangan Rehabilitasi Sosial Disabilitas Fisik ini diharapkan mampu, menjadi wadah untuk membantu para disabilitas fisik memperoleh physiological,
safety, love, esteem need , hingga mereka mampu mencapai self-actualization
secara maksimal.
113 Maka dari itu desain interior yang dirancang berdasarkan tema “Maslow’s
hierarchy of Needs ” ini memiliki tujuan memaksimalkan kinerja fungsi tubuh,
serta mental dan sosialnya. Oleh karena itu terdapat fasilitas-fasilitas pendukung sesuai kebutuhan disabilitas fisik yang digolongkan kedalam lima hirarki, mulai
dari asrama dan ruang makan, area olah raga, area berkumpul, kelas praktik dan galeri bagi disabilitas fisik. Untuk memaksimalkan kinerja fungsi tubuh yang
dimiliki disabilitas fisik, maka desain interior yang dirancang difokuskan pada fungsi, standar ergonomi, aksesibilitas dan kenyamanan user. Standar ergonomi
dan aksesibilitasi tersebut diterapkan pada: a. Lantai
Lantai menggunakan material yang rata namun tetap mempunyai tekstur sehingga tidak terlalu licin bagi pengguna kursi roda, kruk dan disabilitas fisik
lainnya. Pada lantai kamar mandi, digunakan karet berpola dengan tekstur yang kasar, untuk menggurangi tingkat kelicinan pada lantai yang basah.
b. Dinding Seluruh dinding dilengkapi handrail dengan dua jenis ketinggian untuk
kebutuhan user yang berbeda. Aiphone door station sebagai sistem keamanan bagi disabilitas fisik yang tersambung langsung pada ruang guru. Sedangkan Folding
chair didesain karena minimnya jalur sirkulasi untuk menjawab kebutuhan user
akan tempat peristirahatan darurat. c. Furnitur
Furnitur merupakan salah satu element interior yang selalu berhubungan langsung dalam banyak aktivitas harian disabilitas fisik. Pada perancangan
furnitur perlu diperhatikan fungsi dan detail-detail khusus yang akan sangat berpengaruh pada kenyamanan dan keamanan disabilitas fisik.
Disamping kemampuan dalam seni, disabilitas fisik perlu didukung dengan rasa percaya diri yang tinggi. Maka dari itu, disediakan fasilitas area galeri untuk
menjual hasil karya para difabel. Sebagai tempat rehabilitasi sosial, selain mental secara individu, kegiatan kelompok pun harus diperhatikan, untuk itu pada
perancangan ini terdapat area-area untuk kumpul santai, diskusi, bermain, dll. Dari segi ergonomis, kenyamanan bagi para disabilitas fisik perlu
diutamakan karena disabilitas fisik cenderung berhati- hati dengan benda yang ada
114 disekelilingnya. Maka dari itu, desain yang dirancang pada tempat rehabilitasi
sosial ini menggunakan bentuk- bentuk yang aman dan tidak tajam, sehingga memberikan kenyamanan bagi disabilitas fisik.
5.2 Saran