pangan dan bersifat patogen yang dapat menyebabkan infeksi dan peradangan pada manusia.
Mekanisme komponen antibakteri fenolik pada umumnya akan berinteraksi dengan protein yang ada pada dinding sel atau sitoplasma
melalui ikatan hidrogen Naidu dan Davidson, 2000 dalam penelitian Pandiangan, 2011. Mekanisme lain dari ekstrak kunyit dalam menghambat
pertumbuhan bakteri adalah dengan menganggu aktivitas enzim dalam sel. Menurut Huhtanen 1980, bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat
menghambat Clostridium botulinum dan nilai Minimum Inhibitory Concentrations MIC sebesar 500 µgml dapat mengawetkan pangan. MIC
adalah konsentrasi terendah dari antimikrobia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu.
Pengemulsi merupakan bahan tambahan yang digunakan agar antara air dan bahan menjadi homogen. Pengemulsi CMC Na ternyata tingkat
homogenitas pada ekstrak jahe kurang hal ini memberikan respon hambat bakteri yang berbeda dibandingkan dengan Tween 80. Pengemulsi yang
digunakan untuk mengekstrak jahe yaitu Tween 80 karena sangat larut dalam air dan minyak sehingga dapat mempengaruhi tingkat homogenitas
pada senyawa terkait dan dapat memberikan efek terhadap ekstrak jahe untuk menghambat mikrobia. Tween 80 merupakan bahan pengemulsi non
ionik dengan bahan dasar alkohol heksahidrat, alkilen oksidaoksitilen, dan asam lemak Rahmat, 2011.
B. TUJUAN
Mengetahui aktivitas antimikrobia ekstrak kunyit Curcuma domestica pada mikrobia perusak ikan dengan sistem emulsi tween 80.
C. METODE
Penelitian ini menurut jenisnya merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang
timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Analisis data yang digunakan dalam penelitian uji analisis dianalisis menggunakan Anova satu
arah dengan taraf signifikasi 95 program SPSS versi 17. Apabila ada perbedaan maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Least of Significant
Difference LSD.
D. PEMBAHASAN
1. Daya Hambat Ekstrak Kunyit terhadap Pertumbuhan Mikrobia Perusak Ikan.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui uji daya hambat ekstrak kunyit dengan metode sumuran terhadap pertumbuhan bakteri dari isolasi
ikan nila dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25.
Tabel 1 Besar Daya Hambat Ekstrak Kunyit terhadap Mikrobia Perusak Ikan
dengan Konsentrasi Ekstrak Kunyit yang Berbeda
Bakteri Kategori
Hambatan
Konsentrasi 5
7,5 10
12,5 15
17,5 20
22,5 25
Staphylococcus saphropyticus 13,5
16 15,5
18 16,5
13 14
16,5
Kategori hambatan
T L
S S
S S
L L
S
Pseudomonas aeruginosa 17
12 16,5
Kategori hambatan T
T T
T T
T S
L S
Bacillus cereus 25
25 29
Kategori hambatan T
T T
T T
T K
K K
Bacillus alvei 13
10 11
Kategori hambatan T
T T
L L
L T
T T
Bacillus licheniformis 8,5
8 10
10 11
17 8
7 8
Kategori hambatan T
T L
L L
L T
T T
Keterangan: T: Tidak ada L: Lemah
S: Sedang K: Kuat
Berdasarkan Tabel 1, hasil pengujian menunjukkan bahwa dari kelima bakteri yang paling sensitif terhambat adalah Staphylococcus
saphropyticus karena memiliki sensitifitas tinggi terhadap senyawa antimikrobia yaitu fenol. Staphylococcus saphropyticus merupakan bakteri
gram positif yang memilliki dinding sel dengan peptidoglikan yang lebih tebal dan lipid yang sedikit. Senyawa antimikrobia seperti fenol dengan
kadar yang tinggi dapat menyebabkan koagulasi protein dan sel membran lisis serta fenol juga mampu mencegah sintesis peptidoglikan Fardiaz,
1989. 2. Hasil Pengukuran Nilai Minimum Inhibitory Consentration MIC pada
Ekstrak Kunyit Uji MIC merupakan suatu cara untuk menentukan konsentrasi terkecil
bahan obat-obatan ekstrak kunyit sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara makroskopis. Uji MIC biasanya
dapat dilihat pada tabung reaksi yang jernih dan tabung reaksi keruh. Tabel 2
Hasil pengukuran nilai Minimum Inhibitory Consentration MIC Ekstrak Kunyit pada masing-masing Bakteri yang diuji.
Nama Bakteri
Ekstrak 5
7,5 10
12,5 15
17,5 20
22,5 25
SS Kunyit
+ +
+ +
+ +
+ +
+ PA
Kunyit +
+ +
+ +
+ +
+ +
BC Kunyit
+ +
+ +
+ +
+ +
+ BA
Kunyit +
+ +
+ +
+ +
+ +
BL Kunyit
+ +
+ +
+ +
+ +
+
Keterangan SS: Staphylococcus saphyropyticus PA: Pseudomonas aeruginosa
BC: Bacillus cereus BA: Bacillus alvei
BL: Bacillus lineheniformis + :tabung keruh, menunjukkan ada pertumbuhan
mikroorganisme. Berdasarkan Tabel 2 bahwa semua konsentrasi memberikan hasil
positif, ditunjukkan dengan adanya kekeruhan karena pertumbuhan bakteri dihambat oleh mikrobia perusak ikan. Hasil percobaan selanjutnya
setelah hasil MIC sudah ketahui kemudian di ujikan ke uji MBC Minimal Bactericid Concentration. Uji MBC adalah minimal konsentrasi
antimikroba yang dapat membunuh bakteri sama dengan atau lebih besar dari 99,9 persen terhadap inokulum asal Carson dan Riley, 1995 dalam
penelitian Sulandari dkk, 2010. Uji MBC bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni yang tidak lebih dari 1 koloni yang ada pada bakteri tersebut
Baron et al., 1995 Hasil uji MBC dengan bakteri Staphylococcus saphyropyticus,
Pseudomonas aeruginosa, Bacillus cereus, Bacillus alvei dan Bacillus lineheniformis pada konsentrasi ekstrak kunyit yang berbeda tidak ada
satupun dosis yang dapat mematikan mikrobia karena koloni yang tumbuh pada paper disc 1.
3. Pengaruh Daya Hambat Ekstrak Kunyit dengan Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Mikrobia Perusak Ikan
Analisis pengaruh daya hambat ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan mikrobia perusak ikan pada Tabel 3 adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Pengaruh Daya Hambat Ekstrak Kunyit terhadap Pertumbuhan Mikrobia
Perusak Ikan
Bakteri Besar daya
hambat Konsentrasi
5 7,5
10 12,5
15 17,5
20 22,5
25 Staphylococcus
saphropyticus Ulangan I
15 17
13 15
12 15
15 Ulangan II
12 15
18 21
21 13
13 17
Rata-rata 13,5
16 15,5
18 16,5
13 14
16,5
Pseudomonas Aeruginosa
Ulangan I 12
17 Ulangan II
17 12
20
Rata-rata 17
12 16,5
Bacillus Cereus
Ulangan I Ulangan II
25 25
29
Rata-rata 25
25 29
Bacillus Alvei
Ulangan I 13
10 11
Ulangan II
Rata-rata 13
10 11
Bacillus licheniformis
Ulangan I 10
8 10
11 17
8 7
8 Ulangan II
7 8
10
Rata-rata 8,5
8 10
10 11
17 8
7 8
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji daya hambat ekstrak kunyit dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan mikrobia perusak ikan
menunjukkan bahwa kelima bakteri yang mempunyai daya hambat paling tinggi adalah Bacillus cereus. Bacillus cereus merupakan bakteri gram
positif mempunyai struktur dinding sel yang terdiri dari Lipopolisakarida LPS, Lipoprotein dan protein yang dapat menghambat mikrobia perusak
ikan. Hal ini disebabkan oleh senyawa fenolik yang terkandung pada kunyit yang salah satu kerjanya dapat merusak protein, sehingga Bacillus
cereus dapat menghambat mikrobia perusak ikan Madigan et al., 2006. 4. Pengaruh Daya Hambat Konsentrasi Ekstrak Kunyit dari masing-masing
Jenis Mikrobia Perusak Ikan. a. Staphylococcus
Saphropyticus Hasil analisis daya hambat bakteri Staphylococcus
saphropyticus dengan konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terdapat pada Tabel 4 sebagai
berikut. Tabel 4
Daya Hambat Staphylococcus saphropyticus pada konsentrasi Ekstrak Kunyit yang Berbeda.
Bakteri Konsentrasi
Rata-rata P
Staphylococcus Saphropyticus
SS 5
0.00 ± 0.00
a
0,034 7,5
13.50 ± 2.12
bc
10 16.00 ± 1.41
bc
12,5 15.50 ± 3.57
bc
15 18.00 ± 4.24
c
17,5 16.50 ± 6.36
c
20 6.50 ± 9.19
ab
22,5 14.00 ± 1.41
bc
25 16.00 ± 1.41
bc
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh bahwa daya hambat bakteri Staphylococcus saphropyticus pada kosentrasi 5; 7,5;
10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 memiliki nilai signifikansi p=0,034p0,05, yang berarti ada pengaruh konsentrasi
5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus saphropyticus,
sehingga dapat dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil analisis uji LSD pada bakteri Staphylococcus
saphropyticus menunjukkan bahwa kosentrasi 5 berbeda nyata dengan hampir semua konsentrasi, tetapi tidak beda nyata dengan
konsentrasi 20. Pada kosentrasi 7,5; 10; 12,5; 22,5 dan 25 beda nyata dengan konsentrasi 5, tetapi tidak beda nyata
dengan hampir semua konsentrasi. Pada konsentrasi 15 dan 17.5 beda nyata dengan konsentrasi 5 dan 20, tetapi tidak
beda nyata dengan hampir semua konsentrasi. Pada konsentrasi 20 beda nyata dengan konsentrasi 15 dan 17,5, tetapi tidak
beda nyata dengan konsentrasi hampir semua konsentrasi. b. Pseudomonas
aeuruginosa Hasil analisis daya hambat bakteri Pseudomonas aerugenosa
pada konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terdapat pada Tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5 Daya Hambat Pseudomonas aerugenosa terhadap Konsentrasi
Ekstrak Kunyit yang Berbeda.
Bakteri Konsentrasi
Rata-rata P
Pseudomonas Aeruginosa
PA 5
0.00 ± 0.00
a
0,000 7,5
0.00 ± 0.00
a
10 0.00 ± 0.00
a
12,5 0.00 ± 0.00
a
15 0.00 ± 0.00
a
17,5 0.00 ± 0.00
a
20 17.00 ± 0.00
ab
22,5 12.00 ± 0.00
bc
25 18.50 ± 2.12
c
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh bahwa daya hambat bakteri Pseudomonas aerugenosa pada kosentrasi 5; 7,5; 10; 12,5;
15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 memiliki nilai signifikansi p=0,008 p0,05, yang berarti ada pengaruh konsentrasi 5; 7,5;
10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terhadap daya hambat bakteri Pseudomonas aerugenosa, sehingga dapat
dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil uji LSD pada bakteri Pseudomonas aerugenosa
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 5-17,5 berbeda nyata dengan konsentrasi 20-25, tetapi tidak beda nyata dengan hampir
semua konsentrasi. Pada kosentrasi 20 menunjukkan bahwa ada berbeda nyata dengan hampir semua konsentrasi, tetapi tidak beda
nyata dengan konsentrasi 25. Pada konsentrasi 22,5 menunjukkan bahwa ada berbeda nyata dengan semua
konsentrasi, tetapi tidak beda nyata dengan semua konsentrasi. Pada kosentrasi 25 menunjukkan bahwa ada berbeda nyata
dengan hampir semua konsentrasi, tetapi tidak beda nyata dengan konsentrasi 20.
c. Bacillus Cereus
Hasil analisis daya hambat bakteri Bacillus cereus dengan konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan
25 terdapat pada Tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6
Daya Hambat Bacillus cereus terhadap Konsentrasi Ekstrak Kunyit yang Berbeda.
Bakteri Konsentrasi
Rata-rata P
Bacillus Cereus
BC 5
0.00 ± 0.00 0,651
7,5 0.00 ± 0.00
10 0.00 ± 0.00
12,5 0.00 ± 0.00
15 0.00 ± 0.00
17,5 0.00 ± 0.00
20 12.50 ± 17.68
22,5 12.50 ± 17.68
25 14.50 ± 20.50
Berdasarkan tabel 6 diperoleh bahwa bakteri daya hambat bakteri Bacillus cereus dengan kosentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15;
17,5; 20; 22,5 dan 25 memiliki nilai signifikansi p=0,651 p0,05, yang berarti tidak ada pengaruh antara kosentrasi 5;
7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terhadap daya hambat bakteri Bacillus cereus, sehingga tidak dapat diujikan
ke uji LSD. d. Bacillus
alvei Hasil analisis daya hambat bakteri Bacillus alvei dengan
konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terdapat pada Tabel 7 sebagai berikut.
Tabel 7. Daya Hambat Bacillus alvei terhadap Konsentrasi Ekstrak Kunyit
yang Berbeda.
Bakteri Konsentrasi
Rata-rata P
Bacillus Alvei
BA 5
0.00 ± 0,00 0,649
7,5 0.00 ± 0.00
10 0.00 ± 0.00
12,5 6.50 ± 9.19
15 5.00 ± 7.07
17,5 5.50 ± 7.78
20 0.00 ± 0.00
22,5 0.00 ± 0.00
25 0.00 ± 0.00
Berdasarkan tabel 7 diperoleh bahwa bakteri daya hambat bakteri Bacillus alvei dengan kosentrasi 5; 7,5; 10; 12,5;
15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 memiliki nilai signifikansi p=0,649 p0,05, yang berarti tidak ada pengaruh antara kosentrasi
5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terhadap daya hambat bakteri Bacillus alvei, sehingga tidak dapat
dilanjukan ke uji LSD.
e. Bacillus licheniformis
Hasil analisis daya hambat bakteri Bacillus licheniformis dengan konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20;
22,5 dan 25 terdapat pada Tabel 8 sebagai berikut.
Tabel 8. Daya Hambat Bacillus licheniformis terhadap Konsentrasi Ekstrak
Kunyit yang Berbeda.
Bakteri Konsentrasi
Rata-rata P
Bacillus Licheniformis
BL 5
8.50 ± 2.12 0,987
7,5 8.00 ± 0.00
10 5.00 ± 7.07
12,5 5.00 ± 7.07
15 5.50 ± 7.78
17,5 8.50 ± 12.02
20 4.00 ± 5.66
22,5 3.50 ± 4.95
25 4.00 ± 5.66
Berdasarkan tabel 8 diperoleh bahwa bakteri daya hambat bakteri Bacillus licheniformis dengan kosentrasi 5; 7,5;
10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 memiliki nilai signifikansi p=0,987 p0,05, yang berarti tidak ada pengaruh
antara kosentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25 terhadap daya hambat bakteri Bacillus licheniformis,
sehingga tidak dapat dilanjutkan ke uji LSD.
E. KESIMPULAN