commit to user
B. Pembahasan Masalah
1. Perubahan Antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda
Nomor 13 Tahun 2010
Pajak parkir merupakan salah satu pajak daerah yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah PAD di Kabupaten Karanganyar yang
pelaksanaannya dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar. Penerimaan pajak parkir
sangat dipengaruhi oleh banyaknya objek pajak parkir dan proses pelaksanaan
pemungutannya. Pelaksanaan
pemungutan tersebut
tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 yang merupakan perubahan dari Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001.
Perda Nomor 19 Tahun 2001 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2002 sedangkan Perda Nomor 13 Tahun 2010 mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2011. Terjadi pergantian Perda dikarenakan adanya Peraturan baru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Antara kedua Perda tersebut terjadi perubahan yaitu perbedaan jumlah pasal dan penjelasan pasal demi pasal. Untuk
mengetahui perbedaan tersebut, berikut ini disajikan tabel tentang perubahan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13
Tahun 2010 tentang pajak parkir.
Tabel II.1 Perubahan Antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010
Perda Nomor 19 Tahun 2001 Perda Nomor 13 Tahun 2010
Pasal 1 Pasal 1
Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1
Daerah adalah Kabupaten Karanganyar; 2
Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonomi yang lain sebagai badan
eksekutif daerah; 3
Bupati adalah Bupati Karanganyar; 4
Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Karanganyar;
5 Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas
penyelenggara tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan baik yang di sediakan berkaitan dengan
pokok usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotoryang memungut bayaran;
6 Kendaraan adalah sesuatu alat yang dapat
bergerak di jalan baik kendaraan bermotor dan tidak bermotor;
7 Surat
pemberitahuan pajak
daerah yang
selanjutnya disingkat dengan SPTPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan
dan pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;
8 Surat setor pajak daerah yang selanjutnya di
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
4 Badan adalah Sekumpulan orang danatau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainya, Badan Usaha Milik Negara BUMN, atau Badan Usaha Milik
Daerah BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainya, lembaga dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
5 Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan.
6 Penyidik adalah pejabat polisi Negara republik Indonesia atau PPNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang undang untuk melakukan penyidikan. 7 Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat
dengan PPNS adalah pejabat PNS tertentu yang diberi
singkat dengan SSPD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
9 Surat ketetapan pajak daerah yang selanjutnya
disebut SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
10 Surat ketetapan pajak daerah kurang bayar yang
selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat kuputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran kredit pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus di
bayar;
11 Surat ketetapan pajak daerah kurang tambahan
yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas pajak yang telah
di tetapkan;
12 Surat ketetapan pajak daerah lebih bayar, yang
selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
13 Surat ketetapan pajak daerah nihil, yang
selanjutnya disingkat SKPDN, adalah suatu keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya
dengan kredit pajal, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
14 Surat tagihan pajak daerah yang selanjutnya
wewenang khusus oleh undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan
tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik Polri.
8 Juru Sita adalah petugas yang ditunjuk oleh atau atas kuasa Menteri Keuangan untuk melaksanakan Surat
Paksa. 9 Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten
Karanganyar. 10 Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan
yang tidak bersifat sementara. 11 Pajak Parkir, yang selanjutnya dapat disebut Pajak adalah
kontribusi wajib kepada Daerah atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang di sediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor.
12 Kendaraan adalah sesuatu alat yang dapat bergerak di jalan baik kendaraan bermotor dan tidak bermotor.
13 Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak.
14 Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.
15 Masa Pajak Daerah adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan
disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
Peraturan Bupati paling lama 3 tiga bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak terutang.
16 Tahun Pajak Daerah adalah jangka waktu yang lamanya 1 satu tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
17 Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau
dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
18 Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan
besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak
kepada Wajib
Pajak serta
pengawasan penyetorannya.
19 Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek
pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan
daerah.
20 Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau yang telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
21 Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
22 Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
23 Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
24 Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDN, adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
25 Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
danatau sanksi administratif berupa bunga danatau denda.
26 Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, danatau
kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang
terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah
Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau
Surat Keputusan Keberatan.
27 Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang,
Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau
terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
28 Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas anding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang
diajukan oleh Wajib Pajak. 29 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
30 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, danatau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi
danatau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah dan retribusi daerah.
31 Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
32 Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar utang pajakdan biaya penagihan pajak.
Pasal 2 Pasal 2
1 Dengan nama pajak parkir dipungut atas setiap pelayanan penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang
pribadi atau badan. 2 Obyek Pajak Parkir adalah setiap penggunaan atau
pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di tempat fasilitas di luar badan jalan.
3 Obyek Pajak Parkir sebagaimana dimaksud ayat 2 Pasal ini meliputi:
a. halaman areal parkir atau gedung parkir; b. tempat penitipan kendaraan;
c. garasi kendaraan bermotor. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
2 Objek Pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat
penitipan kendaraan
bermotor. 3 Objek Pajak sebagaimana dimaksud ayat 2 Pasal ini
meliputi: a. halaman areal parkir atau gedung parkir;
b. tempat penitipan kendaraan; c. garasi kendaraan bermotor yang difungsikan sebagai
tempat parkir dengan dipungut biaya. 4 Dikecualikan dari obyek Pajak adalah:
a. penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah; b. penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang
hanya digunakan untuk karyawannya sendiri; c. penyelenggaraan
tempat Parkir
oleh kedutaan,
konsulat, dan perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik.
Pasal 3 Pasal 3
Dikecualikan dari obyek Pajak parkir adalah parkir yang di selenggarakan di luar badan jalan oleh pemerintah yang ditetapkan
oleh Bupati. 1 Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan parkir kendaraan bermotor. 2 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan tempat parkir. Pasal 4
Pasal 4 1 Subyek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran atas layanan tempat parkir di luar badan jalan.
2 Wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha parkir di luar badan jalan.
1 Dasar pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelanggara tempat
Parkir. 2 Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Parkir.
Pasal 5 Pasal 5
1 Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada wajib pajak parkir orang pribadi
atau badan yang bertanggung jawab; 2 Jumlah pembayaran sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal
ini disertai dengan bukti pembayaran yang berupa karcisbenda berharga.
3 Tata cara pemakaian karcisbenda berharga sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini di tetapkan oleh Bupati.
Tarif Pajak ditetapkan sebesar 20 dua puluh persen.
Pasal 6 Pasal 6
Tarif pajak parkir ditetapan sebesar 20 dua puluh persen Besaran pokok Pajak yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat 1.
Pasal 7 Pasal 7
Tingkat pengunaan jasa parkir diukur berdasarkan lokasi, jenis kendaraan dan jangka waktu penggunaan.
Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah. Pasal 8
Pasal 8 1 Prinsip penetapan tarip pajak parkir pajak parkir adalah
untuk memperoleh pendapatan dengan mempertimbangkan biaya penyediaan fasilitas, biaya pelayanan dan biaya
pemeliharaan.
2 Stuktur dan besarnya tarif parkir ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Masa Pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 9 Pasal 9
1 Wajib Pajak parkir wajib melaporkan usahanya secara tertulis kepada Bupati untuk dikukuhkan sebagai wajib
pungut dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari sebelum dimulainya kegaitan usaha tersebut;
2 Wajib Pajak Parkir yang tidak melaporkan usahanya sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini dikenakan sangsi
berupa denda
administrasi setinggi-tingginya
Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah;
3 Tata cara pelaporan dan pengukuhan sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.
1 Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran Parkir.
2 Tata cara penetapan pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10 Pasal 10
1 Pajak Parkir yang terutang dipungut di Daerah.
1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
2 Besarnya pajak parkir terutang diutang dengan cara mengalihkan
tarif sebagaimana dimaksud Pasal 6 Peraturan Daerah ini dengan pengenaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 peraturan
Daerah ini 2
SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak
atau Kuasanya. 3
Bentuk, isi, dan tata cara pengisian SPTPD diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 11 Pasal 11
Masa Pajak Parkir adalah jangka waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh Bupati sebagai dasar untuk menghitung besarnya
pajak parkir terutang. 1 Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.
2 Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB,
danatau SKPDKBT. Pasal 12
Pasal 12 Tahun Pajak Parkir adalah jangka waktu yang lama 1 satu tahun
takwin kecuali bila wajib pajak parkir menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin.
1 Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Pejabat dapat menerbitkan:
a. SKPDKB dalam hal: 1 jika
berdasarkan hasil
pemeriksaan atau
keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
2 jika SPTPD tidak disampaikan kepada Pejabat dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3 jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru danatau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terutang. c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak. 2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
3 Jumlah kekurangan
pajak yang
terutang dalam
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar
100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
4 Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum
dilakukan tindakan pemeriksaan. 5 Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25 dua puluh
lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh
empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 13 Pasal 13
1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD; 2 SPTPD sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini harus diisi
dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh 1 Bupati dapat menerbitkan STPD jika :
a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan
wajib pajak atau kuasanya; 3 SPTPD sebagaimana dimasud ayat 1 Pasal ini harus
disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15 lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak;
4 Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapakan oleh Bupati.
pembayaran sebagai akibat salah tulis danatau salah hitung;
c. wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga danatau denda.
2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan huruf b
ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan untuk paling lama
15 lima belas bulan sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 14 Pasal 14
1 Berdasarkan SPTPD Sebagaimana dimaksud pasal14 ayat 1 peraturan daerah ini,Bupati menetapkan pajak terutang
dengan menertibkan SKPD. 2 Apabila SKPD Sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini
tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
1 Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 tiga
puluh hari kerja setelah saat terutangnya pajak. 2 SKPDKB,
SKPDKBT, STPD,
Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 satu
bulan sejak tanggal diterbitkan.
3 Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan
yang ditentukan
dapat memberikan
persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga
sebesar 2 dua persen sebulan.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran,
tempat pembayaran,
angsuran, dan
penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 15 Pasal 15
1 Wajib pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat 1 Peraturan Daerah ini
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.
2 Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan:
a. SKPDKB b. SKPDKBT
c. SKPDN
3 SKPDKB Sebagaimana dimaksud ayat 2 huruf a Pasal ini diterbitkan :
a. apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang atau kurang dibayar, dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak.
b. apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak.
c. apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan,dan dikenakan
1 Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih
dengan Surat Paksa.
2 Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
sanksi administrasi sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak .
4 SPDKBT sebagaimana dimaksut pada ayat 2 huruf b pasal ini diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang, akan dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
5 SKPDN sebagaimana dimaksut ayat 2 huruf c pasal ini diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
6 Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat
2 huruf a dan b pasal ini tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih
dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 dua pesen sebulan.
Pasal 16 Pasal 16
1 Pembayaran pajak dilakukan di kas Daerah atau tempat lain yang di tunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan
dalam SPTPD,SKPD,SKPDKB, SKPDKBT dan STPD. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
2 Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjukan, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas
Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan Bupati.
3 Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2 pasal ini dilakukan dengan SSPD
Pasal 17 Pasal 17
1 Pembayaran pajak parker dilakukan sekaligus atau lunas. 2 Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak
untuk mengansur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang tertentu.
3 Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini, harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut
dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
4 Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang
ditentukan dengan dikenakan bunga 2 dua persen sebulan dari jumlah yang belum atau kurang bayar.
5 Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan
penundaan sebagaimana dimaksud ayat 2 dan 4 pasal ini, ditetapkan oleh Bupati.
1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 4 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
5 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 18 Pasal 18
1 Setiap pembayaran pajak parkir sebagaimana dimaksud pasal 17 Peraturan Daerah ini diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. 2 Bentuk, Jenis, isi,ukuran tanda bukti pembayaran dan buku
1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001. 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001.
penerimaan pajak parkir sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, ditetapkan oleh Bupati
Pasal 19 Pasal 19
1 Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran.
2 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah tanggal Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.
3 Surat Teguran, Surat Peringataan atau surat lain yang sejenis
sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dikeluarkan oleh pejabat.
1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 20 Pasal 20
1 Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam
surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar, ditagih dengan
surat paksa.
2 Pejabat menerbitkan surat paksa segera setelah lewat 21 dua puluh satu hari sejak tanggal surat teguran atau surat
peringataan atau surat lain yang sejenis. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 21 Pasal 21
Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal Pemberitahuan Surat Paksa,
Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 22 Pasal 22
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 sepuluh hari sejak tanggal
pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada
Kantor Lelang Negara. Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 23 Pasal 23
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan
segera secara tertulis kepada Wajib Pajak. Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 24 Pasal 24
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati.
Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 25
Pasal 25 1 Bupati, berdasarkan permohonan Wajib Pajak parkir dapat
memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir.
2 Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir sebagaimana dimaksud ayat 1
pasal ini ditetapkan oleh bupati. 1 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Bupati atas suatu: a.
SKPDKB; b.
SKPDKBT; c.
SKPDLB; d.
SKPDN; dan 2 Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan daerah.
3 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
4 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal
pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, kecuali jika Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
5 Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui
Wajib Pajak. 6 Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak
dipertimbangkan.
7 Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau tanda pengiriman surat keberatan melalui
surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Pasal 26 Pasal 26
1 Bupati karena jabatanya atau atas permohonan wajib pajak dapat:
a. membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT, atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;
b. membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang
dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan dan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya.
2 Permohonan pembetulan,
pembatalan, pengurangan
ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi 1 Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12
dua belas bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
2 Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah
besarnya pajak yang terutang. 3 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
1 telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
administrasi atas SKPD, SKPBKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini harus disampaikan
secara tertulis oleh wajib pajak kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari sejak
tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
3 Bupati atau Pejabat paling lama 3 tiga bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini
diterima sudah harus memberikan keputusan. 4 Apabila setelah lewat waktu 3 tiga bulan sebagaimana
dimaksud ayat 3 pasal ini Bupati atau pejabat tidak memberiakan
keputusan, permohonan
pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dikabulkan.
Pasal 27 Pasal 27
pajak, atau tanggal pemotonganpemungutan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dengan
alasan yang jelas ,kecuali apabila wajib pajak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
3 Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 dua
belas bulan sejak surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini diterima, sudah harus
memberikan keputusan.
4 Apabila setelah lewat waktu 12 dua belas bulan
sebagaimana dimaksut ayat 3 pasal ini Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan
dianggap dikabulkan.
5 Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal
ini tidak menunda kewajiban membayar pajak. Pasal 28
Pasal 28 1
Wajib pajak dapat mengajukan banding kepada badan penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 tiga
bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
2 Pengajuan banding sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini
tidak menunda kewajiban membayar pajak. 1
Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan
sebagian atau
seluruhnya, kelebihan
pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan untuk
paling lama 24 dua puluh empat bulan.
2 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dihitung sejak
bulan pelunasan
sampai dengan
diterbitkannya SKPDLB. 3
Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa
denda sebesar 50 lima puluh persen dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
4 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding,
sanksi administratif berupa denda sebesar 50 lima puluh persen sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak
dikenakan.
5 Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan
sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100 seratus persen dari jumlah pajak
berdasarkan
Putusan Banding
dikurangi dengan
pembayaran pajak
yang telah
dibayar sebelum
mengajukan keberatan. Pasal 29
Pasal 29 Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pasal 27
peraturan Daerah ini atau Banding sebagaimana dimaksud pasal 28
Peraturan Daerah
ini dikabulkan
sebagian atau
seluruhnya,kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan untuk
paling lama 24 dua puluh empat bulan. 1
SKPDKB sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1 huruf a diterbitkan :
a.
pabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak dibayar, dikenakan
sanksi administratif berupa bunga atas kurang bayar sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak
yang kurang bayar atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan
dihitung sejak saat terutangnya pajak.
b. pabila SPTPD tidak disampaikan dalan jangka waktu
yang ditentukan dan ditegur secara tertulis,dikenakan sanksi administtrasi berupa bunga sebesar 2 dua
persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24
dua puluh empat bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak. c.
pabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan
sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak kurang bayar atau yang
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan sejak saat terutangnya pajak.
2 SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1
huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terutang akan dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100
seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
3 SKPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1
huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
4 Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam
SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1 huruf a dan b tidak atau tidak
sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD di tambah
sanksi Administratif berupa bunga 2 dua persen sebulan.
5 Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan
pemeriksaan.
Pasal 30 Pasal 30
1 Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati atau pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya
a.
nama dan alamat wajib pajak; b.
masa pajak; c.
besarnya kelebihan pembayaran pajak; d.
alasan yang jelas. 2
Bupati atau pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini harus memberikan keputusan.
3 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal
ini di lampaui, Bupati atau pejabat tidak memberikan keputusan,
permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus
diterbitkan dalam waktu paling lama 1 satu bulan. 4
Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan penbayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 2
pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak dimaksud.
5 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam
waktu paling lama 2 dua bulan sejak diterbitkan SKPDLB dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan
pajak SPMKP. 1
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Pejabat dapat membetulkan SKPDKB, SKPDKBT atau
STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis danatau kesalahan hitung
danatau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
2 Bupati dapat :
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang
menurut peraturan perundangundangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena
kekhilafan
Wajib Pajak
atau bukan
karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau
membatalkan SKPDKB,
SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan STPD; d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak
yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan
e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau
kondisi tertentu objek pajak. 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan
6 Apabila
pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
dilakukan setelah lewat waktu 2 dua bulan sejak diterbitkanya SKPDLB, Bupati atau pejabat memberikan
imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan atas kelambatam pembayaran kelebihan pajak.
atau penghapusan sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 31 Pasal 31
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lain sebagaimana dimaksud pasal 30 ayat 4 peraturan
daerah ini,pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti
pembayaran. 1
Wajib Pajak
dapat mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pambayaran pajak kepada Bupati
atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya :
a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak;
c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas.
2 Bupati dalam waktu paling lama 12 dua belas bulan
sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Pasal ini harus memberikan Keputusan.
3 Apabila jangka waktu sebagaiman dimaksud pada ayat 2
telah dilampui dan Bupati tidak memberikan suatu putusan,
permohonan pengembalian
kelebiham pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB
harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 satu bulan.
4 Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak tersebut.
5 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 dua bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.
6 Jika pengembalian kelebihan pajak dilakukan setelah
lewat 2 dua bulan Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak.
7 Tata cara pengembalian pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 32
Pasal 32 1
Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak saat
terhutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan daerah.
2 Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud ayat
1 pasal ini tertangguh apabila: a. diterbitkan surat teguran dan surat paksa,atau ;
b. ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik
langsung maupun tidak langsung. Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan
utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat 4 Peraturan Daerah ini, pembayaran dilakukan dengan
cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
Pasal 33 Pasal 33
1 Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan
atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga
merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan atau denda paling
banyak 2 dua kali jumlah pajak yang terutang.
2 Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau 1
Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp.300.000.000,- tiga ratus juta rupiah per tahun
wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
2 Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta
tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati.
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 tahun bulan dan atau denda paling banyak 4 empat kali jumlah pajak yang terutang.
Pasal 34 Pasal 34
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 33 Peraturan Daerah ini tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 sepuluh
tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun
Pajak. 1
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 lima
tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan daerah.
2 Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 tertangguh apabila : a diterbitkan Surat Teguran danatau Surat Paksa atau;
b ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik
langsung maupun tidak langsung. 3
Dalam hal ini diterbitkan Surat Teguran danatau Surat Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a,
kadaluwarsa penagihan
dihitung sejak
tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
4 Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai
utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
5 Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 huruf b dapat diketahui dari pengajuan
permohonan angsuran
atau penundaan
pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib pajak.
Pasal 35 Pasal 35
1 Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan daerah.
2 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal
ini adalah: a. menerima,
mencari, mengumpulkan
dan meneliti
keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tetntang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang
perpajakan daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dokumen-dokumen lain,
serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
g. menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan 1
Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat
dihapuskan.
2 Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang pajak
yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
3 Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah
kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e ayat ini;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keteranganya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
3 Penyidik sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan
ketentuan yang diataur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Pasal 36 Pasal 36
Hal-hal yang belum diataur dalam peraturan daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan diataur lebih lanjut oleh Bupati.
Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak Parkir dapat diberikan insentif sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 37 Pasal 37
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 1 Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak
lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
2 Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk
membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
3 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 adalah:
a. pejabat atau tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan;
b. pejabat atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga
negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan
daerah.
4 Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat 2, agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti
tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
5 Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai
dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat 2, untuk memberikan
dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan wajib pajak yang ada padanya.
6 Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat 5
harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara
pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
Pasal 38 1
Wajib Pajak
yang karena
kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2 Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak
lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dipidana sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39 Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut
setelah melampaui jangka waktu 5 lima tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau
berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pasal 40 1
Pejabat atau Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena
kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 dan ayat 2 dipidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2 Pejabat atau Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan
tidak dipenuhinya
kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 dan ayat 2 dipidana sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3 Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan ayat 2 hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
4 Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib
Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
Pasal 41 1
PPNS tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
2 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
3 Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1
adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta
bantuan tenaga
ahli dalam
rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan Daerah dan Retribusi; g. menyuruh berhenti danatau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, danatau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; danatau
Sumber: DPPKAD Karanganyar k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4 Penyidik
sebagaimana dimaksud
pada ayat
1 memberitahukan
dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Pasal 42 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan oleh Bupati.
Pasal 43 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan
Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 19 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir Lembaran Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun
2001 Nomor 88 Seri A.1 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 44 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011.
Agar setiap
orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karanganyar.
commit to user
Dari tabel II.1 di atas dapat diketahui perbedaan antara kedua Perda yaitu mengenai jumlah pasal dan penjelasan pasal. Dalam Perda Nomor
13 Tahun 2010 penjelasan per pasal lebih jelas sehingga memudahkan orang atau para calon wajib pajak memahami apa dan bagaimana pajak
parkir itu. Untuk mengetahui pengaruh perubahan Perda terhadap jumlah wajib pajak, berikut disajikan tabel tentang jumlah wajib pajak parkir di
Kabupaten Karanganyar antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Tabel II.2
Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Nama Wajib Pajak
Alamat 1
Penitipan Atmo Sumarto Barat Pasar Jungke
2 Penitipan Padmo Yulianto
Jungke 3
Penitipan Sutaryono Bejen
4 Penitipan Rosalia
Jaten 5
Penitipan Sunardi Depan Pasar Jungke
6 Penitipan Sudar
Selatan Pasar Jungke 7
Penitipan Rukini Kebak
8 Penitipan Daliyo
Utara Terminal Palur 9
Penitipan Umar Selatan Terminal Palur
10 Penitipan Sutarto Utara Polsek Palur
11 Penitipan RS PKU MuhammadiyahBapak. Samsu
Papahan 12 Penitipan Giyatno
Karangpandan 13 Parkir Tamansari
Colomadu 14 Parkir Samsat
Karanganyar 15 Parkir Kolam Renang Intanpari
Gaum, Tasikamdu 16 Parkir Mall Luwes
Jaten 17 Parkir RM Amanah
Karangpandan 18 Parkir RSU PKU Muhammadiyah
Papahan 19 Parkir Makam Giri Bangun
Giri Bangun, Matesih 20 Parkir SFA Toserba
Padangan 21 Parkir Mitra Toserba
Karanganyar 22 Parkir Primkopol
Jl Lawu Karanganyar 23 Parkir BRI
Karanganyar 24 Parkir BPN
Karanganyar
commit to user
25 Parkir PPT Tawangmangu Tawangamngu
26 Parkir Parang Ijo Ngargoyoso
27 Parkir Sondokoro Tasikmadu
28 Parkir Lor In Colomadu
29 Parkir RSUD Karanganyar Karanganyar
Sumber: DPPKAD Karanganyar Tabel II.3
Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011
No Nama Wajib Pajak
Alamat 1
Penitipan Atmo Sumarto Barat Pasar Jungke
2 Penitipan Padmo Yulianto
Jungke 3
Penitipan Sutaryono Bejen
4 Penitipan Rosalia
Jaten 5
Penitipan Sunardi Depan Pasar Jungke
6 Penitipan Sudar
Selatan Pasar Jungke 7
Penitipan Rukini Kebak
8 Penitipan Daliyo
Utara Terminal Palur 9
Penitipan Umar Selatan Terminal Palur
10 Penitipan Sutarto Utara Polsek Palur
11 Penitipan RS PKU MuhammadiyahBapak Samsu
Papahan 12 Penitipan Giyatno
Karangpandan 13 Parkir Tamansari
Colomadu 14 Parkir Samsat
Karanganyar 15 Parkir Kolam Renang Intanpari
Gaum, Tasikamdu 16 Parkir Mall Luwes
Jaten 17 Parkir RM Amanah
Karangpandan 18 Parkir RSU PKU MuhammadiyahIbu
Papahan 19 Parkir Makam Giri Bangun
Giri Bangun, Matesih 20 Parkir SFA Toserba
Padangan 21 Parkir Mitra Toserba
Karanganyar 22 Parkir Primkopol
Jl Lawu Karanganyar 23 Parkir BRI
Karanganyar 24 Parkir BPN
Karanganyar 25 Parkir PPT Tawangmangu
Tawangamngu 26 Parkir Parang Ijo
Ngargoyoso 27 Parkir Sondokoro
Tasikmadu 28 Parkir Lor In
Colomadu 29 Parkir RSUD Karanganyar
Karanganyar
30 Parkir Palur Plaza Palur
Sumber: DPPKAD Karanganyar
commit to user
Perubahan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 tidak begitu berpengaruh terhadap wajib pajak. Antara
tahun 2010 dengan tahun 2011 jumlah wajib pajak hanya bertambah 1 satu saja. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sehingga belum banyak wajib pajak yang mau mendaftarkan objek pajaknya.
2. Kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 Terhadap Praktik
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar
a. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir Menurut Peraturan Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir, pajak terutang dalam masa
pajak terjadi pada saat pembayaran. Masa pajak untuk pajak parkir adalah 1 satu bulan kalender atau paling lama 3 tiga bulan
kalender yang menjadi dasar Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang. Pelaksanaan pemungutan
pajak parkir di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Peraturan Daerah adalah sebagai berikut:
1 Wajib pajak datang ke Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar untuk
mendaftar dan melaporkan objek pajaknya. Wajib pajak mengisi formulir pendaftaran sesuai objek pajak yang dimiliki dengan
commit to user
`jelas, benar, dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya. Petugas menelitimemverifikasi dan mencatat ke
dalam kartu data serta menerbitkan SPTPD yang kemudian disampaikan kepada Bupati.
2 Berdasarkan SPTPD tersebut, kemudian menetapkan besarnya pajak yang terutang dengan menerbitkan SKPD. Setelah wajib
pajak menerima SKPD, kemudian wajib pajak membayarkan pajak berdasarkan SKPD pada waktu yang telah ditentukan dan
memperoleh SSPD sebagai bukti pembayaran. 3 Apabila dalam SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai
akibat salah tulis maupun salah hitung dan pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar setelah jangka waktu 30 tiga
puluh hari sejak SKPD diterima, Bupati menerbitkan STPD dan wajib pajak akan dikenakan sanksi berupa denda administratif
sebesar 2 dua persen setiap bulan. 4 Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis sebagai
awal tindakan pelaksaan penagihan pajak dikeluarkan 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu 7
tujuh hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.
5 Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Teguran
atau Surat Peringatan lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus