Perubahan Antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda

commit to user

B. Pembahasan Masalah

1. Perubahan Antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda

Nomor 13 Tahun 2010 Pajak parkir merupakan salah satu pajak daerah yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah PAD di Kabupaten Karanganyar yang pelaksanaannya dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar. Penerimaan pajak parkir sangat dipengaruhi oleh banyaknya objek pajak parkir dan proses pelaksanaan pemungutannya. Pelaksanaan pemungutan tersebut tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 yang merupakan perubahan dari Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001. Perda Nomor 19 Tahun 2001 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2002 sedangkan Perda Nomor 13 Tahun 2010 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011. Terjadi pergantian Perda dikarenakan adanya Peraturan baru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Antara kedua Perda tersebut terjadi perubahan yaitu perbedaan jumlah pasal dan penjelasan pasal demi pasal. Untuk mengetahui perbedaan tersebut, berikut ini disajikan tabel tentang perubahan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang pajak parkir. Tabel II.1 Perubahan Antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 Perda Nomor 19 Tahun 2001 Perda Nomor 13 Tahun 2010 Pasal 1 Pasal 1 Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1 Daerah adalah Kabupaten Karanganyar; 2 Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah; 3 Bupati adalah Bupati Karanganyar; 4 Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Karanganyar; 5 Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggara tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan baik yang di sediakan berkaitan dengan pokok usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotoryang memungut bayaran; 6 Kendaraan adalah sesuatu alat yang dapat bergerak di jalan baik kendaraan bermotor dan tidak bermotor; 7 Surat pemberitahuan pajak daerah yang selanjutnya disingkat dengan SPTPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah; 8 Surat setor pajak daerah yang selanjutnya di Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 4 Badan adalah Sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainya, Badan Usaha Milik Negara BUMN, atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 5 Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan. 6 Penyidik adalah pejabat polisi Negara republik Indonesia atau PPNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang undang untuk melakukan penyidikan. 7 Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PPNS adalah pejabat PNS tertentu yang diberi singkat dengan SSPD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati; 9 Surat ketetapan pajak daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang; 10 Surat ketetapan pajak daerah kurang bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat kuputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran kredit pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus di bayar; 11 Surat ketetapan pajak daerah kurang tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas pajak yang telah di tetapkan; 12 Surat ketetapan pajak daerah lebih bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang; 13 Surat ketetapan pajak daerah nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah suatu keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajal, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak; 14 Surat tagihan pajak daerah yang selanjutnya wewenang khusus oleh undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik Polri. 8 Juru Sita adalah petugas yang ditunjuk oleh atau atas kuasa Menteri Keuangan untuk melaksanakan Surat Paksa. 9 Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Karanganyar. 10 Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. 11 Pajak Parkir, yang selanjutnya dapat disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang di sediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 12 Kendaraan adalah sesuatu alat yang dapat bergerak di jalan baik kendaraan bermotor dan tidak bermotor. 13 Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak. 14 Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 15 Masa Pajak Daerah adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Peraturan Bupati paling lama 3 tiga bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak terutang. 16 Tahun Pajak Daerah adalah jangka waktu yang lamanya 1 satu tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. 17 Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 18 Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. 19 Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan daerah. 20 Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau yang telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati. 21 Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 22 Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 23 Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 24 Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 25 Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak danatau sanksi administratif berupa bunga danatau denda. 26 Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, danatau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan. 27 Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. 28 Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas anding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. 29 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. 30 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, danatau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi danatau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah. 31 Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 32 Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar utang pajakdan biaya penagihan pajak. Pasal 2 Pasal 2 1 Dengan nama pajak parkir dipungut atas setiap pelayanan penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan. 2 Obyek Pajak Parkir adalah setiap penggunaan atau pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di tempat fasilitas di luar badan jalan. 3 Obyek Pajak Parkir sebagaimana dimaksud ayat 2 Pasal ini meliputi: a. halaman areal parkir atau gedung parkir; b. tempat penitipan kendaraan; c. garasi kendaraan bermotor. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Objek Pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 3 Objek Pajak sebagaimana dimaksud ayat 2 Pasal ini meliputi: a. halaman areal parkir atau gedung parkir; b. tempat penitipan kendaraan; c. garasi kendaraan bermotor yang difungsikan sebagai tempat parkir dengan dipungut biaya. 4 Dikecualikan dari obyek Pajak adalah: a. penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah; b. penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri; c. penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik. Pasal 3 Pasal 3 Dikecualikan dari obyek Pajak parkir adalah parkir yang di selenggarakan di luar badan jalan oleh pemerintah yang ditetapkan oleh Bupati. 1 Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. 2 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. Pasal 4 Pasal 4 1 Subyek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas layanan tempat parkir di luar badan jalan. 2 Wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha parkir di luar badan jalan. 1 Dasar pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelanggara tempat Parkir. 2 Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Parkir. Pasal 5 Pasal 5 1 Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada wajib pajak parkir orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab; 2 Jumlah pembayaran sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini disertai dengan bukti pembayaran yang berupa karcisbenda berharga. 3 Tata cara pemakaian karcisbenda berharga sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini di tetapkan oleh Bupati. Tarif Pajak ditetapkan sebesar 20 dua puluh persen. Pasal 6 Pasal 6 Tarif pajak parkir ditetapan sebesar 20 dua puluh persen Besaran pokok Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1. Pasal 7 Pasal 7 Tingkat pengunaan jasa parkir diukur berdasarkan lokasi, jenis kendaraan dan jangka waktu penggunaan. Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah. Pasal 8 Pasal 8 1 Prinsip penetapan tarip pajak parkir pajak parkir adalah untuk memperoleh pendapatan dengan mempertimbangkan biaya penyediaan fasilitas, biaya pelayanan dan biaya pemeliharaan. 2 Stuktur dan besarnya tarif parkir ditetapkan dengan keputusan Bupati. Masa Pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 9 Pasal 9 1 Wajib Pajak parkir wajib melaporkan usahanya secara tertulis kepada Bupati untuk dikukuhkan sebagai wajib pungut dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari sebelum dimulainya kegaitan usaha tersebut; 2 Wajib Pajak Parkir yang tidak melaporkan usahanya sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini dikenakan sangsi berupa denda administrasi setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah; 3 Tata cara pelaporan dan pengukuhan sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini ditetapkan oleh Bupati. 1 Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran Parkir. 2 Tata cara penetapan pajak diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 10 Pasal 10 1 Pajak Parkir yang terutang dipungut di Daerah. 1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD. 2 Besarnya pajak parkir terutang diutang dengan cara mengalihkan tarif sebagaimana dimaksud Pasal 6 Peraturan Daerah ini dengan pengenaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 peraturan Daerah ini 2 SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya. 3 Bentuk, isi, dan tata cara pengisian SPTPD diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 11 Pasal 11 Masa Pajak Parkir adalah jangka waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh Bupati sebagai dasar untuk menghitung besarnya pajak parkir terutang. 1 Pemungutan Pajak dilarang diborongkan. 2 Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, danatau SKPDKBT. Pasal 12 Pasal 12 Tahun Pajak Parkir adalah jangka waktu yang lama 1 satu tahun takwin kecuali bila wajib pajak parkir menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin. 1 Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Pejabat dapat menerbitkan: a. SKPDKB dalam hal: 1 jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; 2 jika SPTPD tidak disampaikan kepada Pejabat dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran; 3 jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. SKPDKBT jika ditemukan data baru danatau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. 3 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. 4 Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. 5 Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Pasal 13 Pasal 13 1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD; 2 SPTPD sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh 1 Bupati dapat menerbitkan STPD jika : a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan wajib pajak atau kuasanya; 3 SPTPD sebagaimana dimasud ayat 1 Pasal ini harus disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15 lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak; 4 Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapakan oleh Bupati. pembayaran sebagai akibat salah tulis danatau salah hitung; c. wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga danatau denda. 2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan untuk paling lama 15 lima belas bulan sejak saat terutangnya pajak. Pasal 14 Pasal 14 1 Berdasarkan SPTPD Sebagaimana dimaksud pasal14 ayat 1 peraturan daerah ini,Bupati menetapkan pajak terutang dengan menertibkan SKPD. 2 Apabila SKPD Sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD. 1 Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 tiga puluh hari kerja setelah saat terutangnya pajak. 2 SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 satu bulan sejak tanggal diterbitkan. 3 Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 15 Pasal 15 1 Wajib pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat 1 Peraturan Daerah ini digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang. 2 Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan: a. SKPDKB b. SKPDKBT c. SKPDN 3 SKPDKB Sebagaimana dimaksud ayat 2 huruf a Pasal ini diterbitkan : a. apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. b. apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. c. apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan,dan dikenakan 1 Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa. 2 Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan. sanksi administrasi sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak . 4 SPDKBT sebagaimana dimaksut pada ayat 2 huruf b pasal ini diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. 5 SKPDN sebagaimana dimaksut ayat 2 huruf c pasal ini diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 6 Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a dan b pasal ini tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 dua pesen sebulan. Pasal 16 Pasal 16 1 Pembayaran pajak dilakukan di kas Daerah atau tempat lain yang di tunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD,SKPD,SKPDKB, SKPDKBT dan STPD. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjukan, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan Bupati. 3 Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2 pasal ini dilakukan dengan SSPD Pasal 17 Pasal 17 1 Pembayaran pajak parker dilakukan sekaligus atau lunas. 2 Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengansur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang tertentu. 3 Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini, harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. 4 Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2 dua persen sebulan dari jumlah yang belum atau kurang bayar. 5 Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud ayat 2 dan 4 pasal ini, ditetapkan oleh Bupati. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 4 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 5 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 18 Pasal 18 1 Setiap pembayaran pajak parkir sebagaimana dimaksud pasal 17 Peraturan Daerah ini diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. 2 Bentuk, Jenis, isi,ukuran tanda bukti pembayaran dan buku 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001. 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001. penerimaan pajak parkir sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, ditetapkan oleh Bupati Pasal 19 Pasal 19 1 Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. 2 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. 3 Surat Teguran, Surat Peringataan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dikeluarkan oleh pejabat. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 3 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 20 Pasal 20 1 Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar, ditagih dengan surat paksa. 2 Pejabat menerbitkan surat paksa segera setelah lewat 21 dua puluh satu hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringataan atau surat lain yang sejenis. 1 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 2 Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 21 Pasal 21 Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal Pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 22 Pasal 22 Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 sepuluh hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara. Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 23 Pasal 23 Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak. Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 24 Pasal 24 Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati. Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 Pasal 25 Pasal 25 1 Bupati, berdasarkan permohonan Wajib Pajak parkir dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir. 2 Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini ditetapkan oleh bupati. 1 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atas suatu: a. SKPDKB; b. SKPDKBT; c. SKPDLB; d. SKPDN; dan 2 Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan daerah. 3 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. 4 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. 5 Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak. 6 Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. 7 Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan. Pasal 26 Pasal 26 1 Bupati karena jabatanya atau atas permohonan wajib pajak dapat: a. membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT, atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah; b. membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar; c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan dan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya. 2 Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi 1 Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. 2 Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang. 3 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. administrasi atas SKPD, SKPBKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini harus disampaikan secara tertulis oleh wajib pajak kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas. 3 Bupati atau Pejabat paling lama 3 tiga bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini diterima sudah harus memberikan keputusan. 4 Apabila setelah lewat waktu 3 tiga bulan sebagaimana dimaksud ayat 3 pasal ini Bupati atau pejabat tidak memberiakan keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dikabulkan. Pasal 27 Pasal 27 pajak, atau tanggal pemotonganpemungutan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dengan alasan yang jelas ,kecuali apabila wajib pajak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. 3 Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan sejak surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini diterima, sudah harus memberikan keputusan. 4 Apabila setelah lewat waktu 12 dua belas bulan sebagaimana dimaksut ayat 3 pasal ini Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan. 5 Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini tidak menunda kewajiban membayar pajak. Pasal 28 Pasal 28 1 Wajib pajak dapat mengajukan banding kepada badan penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 tiga bulan setelah diterimanya keputusan keberatan. 2 Pengajuan banding sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini tidak menunda kewajiban membayar pajak. 1 Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan untuk paling lama 24 dua puluh empat bulan. 2 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB. 3 Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50 lima puluh persen dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. 4 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50 lima puluh persen sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak dikenakan. 5 Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100 seratus persen dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Pasal 29 Pasal 29 Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pasal 27 peraturan Daerah ini atau Banding sebagaimana dimaksud pasal 28 Peraturan Daerah ini dikabulkan sebagian atau seluruhnya,kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan untuk paling lama 24 dua puluh empat bulan. 1 SKPDKB sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1 huruf a diterbitkan : a. pabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak dibayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga atas kurang bayar sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang bayar atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. b. pabila SPTPD tidak disampaikan dalan jangka waktu yang ditentukan dan ditegur secara tertulis,dikenakan sanksi administtrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. c. pabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak kurang bayar atau yang terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan sejak saat terutangnya pajak. 2 SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1 huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang akan dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. 3 SKPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1 huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 4 Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1 huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD di tambah sanksi Administratif berupa bunga 2 dua persen sebulan. 5 Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. Pasal 30 Pasal 30 1 Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati atau pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas. 2 Bupati atau pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini harus memberikan keputusan. 3 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini di lampaui, Bupati atau pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 satu bulan. 4 Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan penbayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak dimaksud. 5 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 dua bulan sejak diterbitkan SKPDLB dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan pajak SPMKP. 1 Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Pejabat dapat membetulkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis danatau kesalahan hitung danatau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 2 Bupati dapat : a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundangundangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; b. mengurangkan atau membatalkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar; c. mengurangkan atau membatalkan STPD; d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan 6 Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 dua bulan sejak diterbitkanya SKPDLB, Bupati atau pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan atas kelambatam pembayaran kelebihan pajak. atau penghapusan sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 31 Pasal 31 Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lain sebagaimana dimaksud pasal 30 ayat 4 peraturan daerah ini,pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. 1 Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pambayaran pajak kepada Bupati atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya : a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas. 2 Bupati dalam waktu paling lama 12 dua belas bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini harus memberikan Keputusan. 3 Apabila jangka waktu sebagaiman dimaksud pada ayat 2 telah dilampui dan Bupati tidak memberikan suatu putusan, permohonan pengembalian kelebiham pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 satu bulan. 4 Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut. 5 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 dua bulan sejak diterbitkannya SKPDLB. 6 Jika pengembalian kelebihan pajak dilakukan setelah lewat 2 dua bulan Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak. 7 Tata cara pengembalian pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 32 Pasal 32 1 Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak saat terhutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan daerah. 2 Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini tertangguh apabila: a. diterbitkan surat teguran dan surat paksa,atau ; b. ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung. Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat 4 Peraturan Daerah ini, pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. Pasal 33 Pasal 33 1 Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan atau denda paling banyak 2 dua kali jumlah pajak yang terutang. 2 Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau 1 Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp.300.000.000,- tiga ratus juta rupiah per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. 2 Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati. melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 tahun bulan dan atau denda paling banyak 4 empat kali jumlah pajak yang terutang. Pasal 34 Pasal 34 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 33 Peraturan Daerah ini tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak. 1 Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. 2 Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tertangguh apabila : a diterbitkan Surat Teguran danatau Surat Paksa atau; b ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung. 3 Dalam hal ini diterbitkan Surat Teguran danatau Surat Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut. 4 Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah. 5 Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib pajak. Pasal 35 Pasal 35 1 Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. 2 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tetntang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen- dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah; g. menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan 1 Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan. 2 Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 3 Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati. ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e ayat ini; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah; i. memanggil orang untuk didengar keteranganya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. 3 Penyidik sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diataur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Pasal 36 Pasal 36 Hal-hal yang belum diataur dalam peraturan daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan diataur lebih lanjut oleh Bupati. Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak Parkir dapat diberikan insentif sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 37 Pasal 37 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 1 Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 2 Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 3 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 adalah: a. pejabat atau tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan; b. pejabat atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah. 4 Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat 2, agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk. 5 Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat 2, untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan wajib pajak yang ada padanya. 6 Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat 5 harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta. Pasal 38 1 Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2 Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 39 Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 lima tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan. Pasal 40 1 Pejabat atau Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 dan ayat 2 dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2 Pejabat atau Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 dan ayat 2 dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. 4 Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan. Pasal 41 1 PPNS tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Hukum Acara Pidana. 2 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 3 Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; g. menyuruh berhenti danatau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, danatau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; danatau Sumber: DPPKAD Karanganyar k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Pasal 42 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan oleh Bupati. Pasal 43 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 19 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir Lembaran Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 2001 Nomor 88 Seri A.1 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 44 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karanganyar. commit to user Dari tabel II.1 di atas dapat diketahui perbedaan antara kedua Perda yaitu mengenai jumlah pasal dan penjelasan pasal. Dalam Perda Nomor 13 Tahun 2010 penjelasan per pasal lebih jelas sehingga memudahkan orang atau para calon wajib pajak memahami apa dan bagaimana pajak parkir itu. Untuk mengetahui pengaruh perubahan Perda terhadap jumlah wajib pajak, berikut disajikan tabel tentang jumlah wajib pajak parkir di Kabupaten Karanganyar antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Tabel II.2 Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 No Nama Wajib Pajak Alamat 1 Penitipan Atmo Sumarto Barat Pasar Jungke 2 Penitipan Padmo Yulianto Jungke 3 Penitipan Sutaryono Bejen 4 Penitipan Rosalia Jaten 5 Penitipan Sunardi Depan Pasar Jungke 6 Penitipan Sudar Selatan Pasar Jungke 7 Penitipan Rukini Kebak 8 Penitipan Daliyo Utara Terminal Palur 9 Penitipan Umar Selatan Terminal Palur 10 Penitipan Sutarto Utara Polsek Palur 11 Penitipan RS PKU MuhammadiyahBapak. Samsu Papahan 12 Penitipan Giyatno Karangpandan 13 Parkir Tamansari Colomadu 14 Parkir Samsat Karanganyar 15 Parkir Kolam Renang Intanpari Gaum, Tasikamdu 16 Parkir Mall Luwes Jaten 17 Parkir RM Amanah Karangpandan 18 Parkir RSU PKU Muhammadiyah Papahan 19 Parkir Makam Giri Bangun Giri Bangun, Matesih 20 Parkir SFA Toserba Padangan 21 Parkir Mitra Toserba Karanganyar 22 Parkir Primkopol Jl Lawu Karanganyar 23 Parkir BRI Karanganyar 24 Parkir BPN Karanganyar commit to user 25 Parkir PPT Tawangmangu Tawangamngu 26 Parkir Parang Ijo Ngargoyoso 27 Parkir Sondokoro Tasikmadu 28 Parkir Lor In Colomadu 29 Parkir RSUD Karanganyar Karanganyar Sumber: DPPKAD Karanganyar Tabel II.3 Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 No Nama Wajib Pajak Alamat 1 Penitipan Atmo Sumarto Barat Pasar Jungke 2 Penitipan Padmo Yulianto Jungke 3 Penitipan Sutaryono Bejen 4 Penitipan Rosalia Jaten 5 Penitipan Sunardi Depan Pasar Jungke 6 Penitipan Sudar Selatan Pasar Jungke 7 Penitipan Rukini Kebak 8 Penitipan Daliyo Utara Terminal Palur 9 Penitipan Umar Selatan Terminal Palur 10 Penitipan Sutarto Utara Polsek Palur 11 Penitipan RS PKU MuhammadiyahBapak Samsu Papahan 12 Penitipan Giyatno Karangpandan 13 Parkir Tamansari Colomadu 14 Parkir Samsat Karanganyar 15 Parkir Kolam Renang Intanpari Gaum, Tasikamdu 16 Parkir Mall Luwes Jaten 17 Parkir RM Amanah Karangpandan 18 Parkir RSU PKU MuhammadiyahIbu Papahan 19 Parkir Makam Giri Bangun Giri Bangun, Matesih 20 Parkir SFA Toserba Padangan 21 Parkir Mitra Toserba Karanganyar 22 Parkir Primkopol Jl Lawu Karanganyar 23 Parkir BRI Karanganyar 24 Parkir BPN Karanganyar 25 Parkir PPT Tawangmangu Tawangamngu 26 Parkir Parang Ijo Ngargoyoso 27 Parkir Sondokoro Tasikmadu 28 Parkir Lor In Colomadu 29 Parkir RSUD Karanganyar Karanganyar 30 Parkir Palur Plaza Palur Sumber: DPPKAD Karanganyar commit to user Perubahan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 tidak begitu berpengaruh terhadap wajib pajak. Antara tahun 2010 dengan tahun 2011 jumlah wajib pajak hanya bertambah 1 satu saja. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sehingga belum banyak wajib pajak yang mau mendaftarkan objek pajaknya.

2. Kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 Terhadap Praktik

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar a. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir Menurut Peraturan Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir, pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran. Masa pajak untuk pajak parkir adalah 1 satu bulan kalender atau paling lama 3 tiga bulan kalender yang menjadi dasar Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang. Pelaksanaan pemungutan pajak parkir di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Peraturan Daerah adalah sebagai berikut: 1 Wajib pajak datang ke Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar untuk mendaftar dan melaporkan objek pajaknya. Wajib pajak mengisi formulir pendaftaran sesuai objek pajak yang dimiliki dengan commit to user `jelas, benar, dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya. Petugas menelitimemverifikasi dan mencatat ke dalam kartu data serta menerbitkan SPTPD yang kemudian disampaikan kepada Bupati. 2 Berdasarkan SPTPD tersebut, kemudian menetapkan besarnya pajak yang terutang dengan menerbitkan SKPD. Setelah wajib pajak menerima SKPD, kemudian wajib pajak membayarkan pajak berdasarkan SKPD pada waktu yang telah ditentukan dan memperoleh SSPD sebagai bukti pembayaran. 3 Apabila dalam SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis maupun salah hitung dan pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar setelah jangka waktu 30 tiga puluh hari sejak SKPD diterima, Bupati menerbitkan STPD dan wajib pajak akan dikenakan sanksi berupa denda administratif sebesar 2 dua persen setiap bulan. 4 Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksaan penagihan pajak dikeluarkan 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. 5 Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus